TEKNOLOGI PENCELUPAN I
Pencelupan Wol dan Sutera dengan Zat Warna
Asam
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
NAMA : 1. M Rashid Algifari (15020041)
2. Regina Yulia Jauhar (15020052)
3. Rehulina Beru Ginting (15020054)
4. Rosi Khoerunnisa (15020056)
GRUP : 2K1/2K2
DOSEN : Hj. Hanny H. K., S.Teks.
ASISTEN : Ikhwanul M.,S.ST
Yayu E.Y.,S.ST.
1.2 Tujuan
TEORI DASAR
1.Wol Halus
Sifat seratnya halus, lembut, kuat, elastis dan keriting sehingga dapat
dibuat benang halus dengan nomor Ne3 60 keatas (Ne3 adalah
penomoran untuk benang wol dengan standar berat 1 pon dan panjang
560 yard) diperoleh dari jenis biri-biri merino spanyol, merino Jerman,
merino Perancis, merino Australia, merino Afrika Selatan, merino
Amerika Serikat.
2.Wol Sedang
Sifat seratnya lebih kasar, lebih panjang, lebih berkilau dari wol halus.
Dihasilkan dari biri-biri dari Inggris yang digolongkan menjadi:
- Wol Luster
Biasanya panjang, kuat, berkilau dan dapat dipintal menjadi benang
dengan nomor Ne3 38 sampai Ne3 48. Dipergunakan untuk kain yang
memerlukan kekuatan dan tahan gosok.
- Wol Down
Seat lebih pendek, lebih halus dan kurang berkilau dibanding dengan
wol luster. Dipintal menjadi benang dengan nomor Ne 3 48 sampai Ne3
56. Digunakan untuk kain-kain yang halus, kain rahut dan kain
selimut.
- Mountain Breeds
Serat panjang dan kasar, dipintal menjadi benang dengan nomor Ne3
40. Digunakan untuk kain wol kasar.
- Wol Crossbred
Mutunya sedang dengan serat sedikit lebih panjang. Dipintal menjadi
benang dengan nomor Ne3 56 sampai Ne3 60.
3) Kekuatan serat dalam keadaan kering 1,2-1,7 g/denier dengan mulur 30-
40%. Sedangkan kekuatan serat dalam keadaan basah 0,8-1,4 g/denier
dengan mulur 50-70%.
6) Wol dapat menahan panas dengan baik karena udara dapat tahan
didalam benang.
Sifat Kimia Serat Wol
1) Dalam air dingin atau hangat serat wol menggelembung sampai 10%.
2) Wol yang rusak karena zat kimia dapat menggelembung sampai 20%.
3) Wol beraksi dengan asam kuat atau asam lemah, tetapi tidak larut.
4) Mudah rusak dalam alkali, dalam larutan 5% kaustik soda pada suhu
mendidih wol akan larut seluruhnya.
Sutera adalah salah satu kain yang populer untuk pakaian karena
memiliki sifat unik. Sutera merupakan kain paling mewah, kain yang paling
nyaman, kain paling menyerap (sama dengan wol), kain yang memiliki drape
terbaik, kain terbaik untuk zat warna, memiliki kilau terbaik, memiliki yang
pegangan terbaik, dll Beberapa faktor ini yang membuat kain lebih populer.
Kain sutera bisa sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin.
Komposisi: Serat sutera ini terutama terdiri dari 80% dari fibroin, yaitu
protein di alam dan 20% dari sericin, yang juga dinyatakan sebagai karet
sutera (silk gum).
Kekuatan: Serat sutera, memiliki kekuatan tarik yang baik, yang
memungkinkan untuk menahan tekanan tari yang besar. Sutera adalah
serat alami terkuat dan memiliki ketahanan abrasi moderat.
Elastisitas: serat sutera adalah serat elastis dan dapat membentang dari
1/7 ke 1/5 dari panjang aslinya sebelum terputus. Sutera memilki
kecendrungan untuk kembali ke ukuran aslinya namun secara bertahap
kehilangan sedikit elastisitasnya. Ini berarti bahwa kain akan kurang
kendur dan kurang mengikat dalam kenyamanan pemakai.
Ketahanan: kain sutera mempertahankan bentuknya dan memiliki
ketahanan sedang terhadap kerutan. Kain yang terbuat dari serat sutera
staple pendek memiliki ketahanan yang kurang.
Drapability: dibantu oleh sifat elastisitas dan ketahanan, sutera memiliki
drapability sangat baik.
Konduktivitas Panas: Serat sutera adalah serat protein dan non-
konduktor panas mirip dengan wol. Hal ini membuat sutera cocok untuk
pakaian musim dingin.
Daya Serap: kain sutera yang terbuat dari protein di alam memiliki daya
serap yang baik. Daya serap dari kain sutera membuat pakaian menjadi
nyaman bahkan untuk suasana yang lebih hangat. Kain yang terbuat dari
sutera akan nyaman dipakai di musim panas atau hangat dan njuga di
musim dingin. Serat sutera umumnya dapat menyerap sekitar 11 persen
dari berat dalam cairan, tetapi rentang cukup bervariasi dari 10 persen
sampai 30 persen. Sifat ini juga merupakan faktor utama dalam
kemampuan sutera untuk di-printing dan dicelup secara mudah.
Kebersihan dan pencucian: kain sutera tidak menarik kotoran karena
permukaannya halus. Kotoran, yang mengumpul dapat dengan mudah
dihilangkan dengan mencuci atau dry cleaning. Untuk pencucian sering
direkomendasikan menggunakan dry-cleaning. Kain sutera harus selalu
dicuci dengan sabun lembut dan agitasi yang kuat di mesin cuci harus
dihindari.
Reaksi Pemutihan (bleaching): Sutera seperti halnya wol, menghasilkan
reaksi yang buruk ketika menggunakan zat pemutih klorin seperti sodium
hypochlorite pada prose bleaching sutera. Namun, zat pemutih ringan
hidrogen peroksida atau sodium per borat dapat digunakan untuk sutera.
Penyusutan: Kain Sutera memiliki penyusutan yang normal yang dapat
dikembalikan dengan cara disetrika. Efek Crepe kain menyusut jauh
ketika di cuci, tapi menggunakan setrika dengan panas yang sedang akan
mengembalikan kain ke ukuran aslinya.
Pengaruh Panas: Sutera sensitif terhadap panas dan mulai terurai pada
330 ° F (165 ° C). Sehingga Kain sutera harus disetrika saat basah.
Pengaruh Cahaya: kain sutera akan melemah saat terkena cahaya
matahari. Sutera mentah lebih tahan terhadap cahaya daripada sutera
degummed.
Resistensi terhadap Jamur: Sutera tidak akan berjamur kecuali
ditempatkan dalam keadaan lembab atau di bawah kondisi kelembaban
tropis yang ekstrim.
Resistensi terhadap Serangga: Sutera dapat diserang oleh larva atau
ngengat pakaian atau kumbang karpet.
Reaksi Alkali: Sutera tidak sesensitif seperti wol terhadap alkali, tetapi
bisa rusak jika terkena konsentrasi dan suhu yang tinggi.
Reaksi Asam: Konsentrat asam mineral akan melarutkan sutera lebih
cepat dari wol. Namun, Asam organik tidak membahayakan sutera.
Afinitas untuk Pewarna: Serat memiliki daya serap yang baik dan
dengan demikian memiliki afinitas yang baik terhadap zat pewarna.
Sutera yang dicelup memilki ketahanan warna yang baik pada berbagai
kondisi, tetapi ketahanan terhadap cahaya kurang memuaskan.
Resistensi terhadap Keringat: Keringat dan sinar matahari dapat
melemahkan dan membuat kain sutera menguning. Pakaian sutera yang
dikenakan di sebelah kulit harus dicuci atau dibersihkan dengan baik.
Struktur kimia zat warna asam bervariasi, antara lain trifenil metan,
xanten, nitro aromatik, azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam
jenis azo, sehingga hasil celupnya dapat dilunturkan oleh reduktor.
Bila serat wol atau sutera dimasukan kedalam air pada suasana
netral sebagian akan terionisasi sebagai berikut :
HCl H+ + Cl-
Piala porselen
Gelas piala
Gelas ukur
Pipet
Pengaduk
Timbangan
Gunting
Bunsen
Termometer
4.3. Resep
Resep Pencelupan
Resep Pencucian
Sabun netral = 1 cc/l
Vlot = 1 : 20
Suhu = 60oC
Waktu = 15 menit
4.4. Perhitungan Resep
Vlot = 1 : 20
5
1. Variasi I = x 76 = 0,38 g/l
1000
10
2. Variasi II = x 76 = 0,76 g/l
1000
15
3. Variasi III = x 76 = 1,14 g/l
1000
20
4. Variasi IV = x 76 = 1,52 g/l
1000
Keterangan
1 = muda
2 = sedikit tua
3 = tua
4 = sangat tua
Kerataan Kain
1. Sampel 1 : rata
2. Sampel 2 : rata
3. Sampel 3 : rata
4. Sampel 4 : rata
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dapat melakukan proses pencelupan wol dan
sutra dengan zat warna asam, pada percobaan ini juga dapat mengetahui
pengaruh konsentrasi NaCl yang digunakan pada saat proses pencelupan wol
dan sutra dengan zat warna asam.
Serat wol dan sutra merupakan serat protein yang strukturnya berupa
polipeptida bersifat hidrofil dan daya serap airnya besar, moisture regain (MR)
wol 16% sedang sutra 11%. Gugus amina ( -NH2) dan karboksil (-COOH) pada
serat protein merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan
dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena
mempunyai gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya.
Gugus tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan
ionik dengan tempat tempat positif.
KESIMPULAN
Pada proses pencelupan wol dan sutera dengan zat warna asam dengan variasi
konsentrasi NaCl dapat disimpulkan bahwa :
Hasil celupan yang memiliki ketuaan warna paling tua terdapat pada variasi
3 yaitu yang menggunakan konsentrasi NaCl sebesar 1,14 g/l
Hasil celupan dari semua variasi memiliki kerataan yang rata (tidak belang)
DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana,S.Teks.M.Si., Dkk., Pedoman Praktikum Teknologi
PencelupanI, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2004
Ir. Rasjid Djufri M.Sc.,Dkk., Teknologi Pengelantangan, Pencelupan
dan Pencapan, Institute Teknologi Tekstil Bandung, 1976
http://nadyalestari.blogspot.co.id/2011/04/kimia-zat-warna-zat-warna-
asam.html