Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAN EVALUASI BENANG

Nama : Revita Anandya Faiza

NPM : 21410038

Dosen Pengampu :  Atin S., SST, MT

 Ryan R., S.ST

 Salamah, ST.

Group : 2T2 / Teknik Tekstil

POLITEKNIK STTT BANDUNG


TEKNIK TEKSTIL
2023
Pengujian Nomor Benang

1. Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui benang yang sedang diuji
2. Untuk mengetahui kehalusan benang dari nomor benang yang dihasilkan

2. Teori Dasar
Prinsip pengujian nomor benang adalah menggulung benang dalam bentuk untaian dengan
panjang tertentu dan kemudian ditimbang. Dengan mengetahui panjang dan berat benang,
maka nomornya dapat diketahui. Setelah pengujian nomor dilakukan, contoh uji yang telah
selesai dapat langsung digunakan untuk menguji kekuatan tarik peruntainya.
Alat yang digunakan pada pengujian nomor benang adalah kincir yang lengkap dengan
traverse dan length counter-nya. Benang yang berasal dari cones, cheese atau bobbin mula-
mula dibuang lapisan luarnya, kemudian ditarik dari creel, dilewatkan ke pengantar dan
traverse lalu diikat di creel. Panjang untaian benang untuk pengujian adalah 80 putaran kincir
atau 120 yard. Setelah diikat ujung dan pangkalnya, benang ditimbang menggunakan neraca.
Dari pengujian nomer benang ini, dapat diketahui nomer banangnya dimana nomer benang
tersebut dapat diketahui dari besar kecilnya diameter benang, kehalusan benangnya dan lain
lain.
Telah dikenal beberapa sistem penomeran benang akan tetapi secara garis besar sistem
penomeran benang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sistem Penomeran Langsung
Yaitu penomeran benang yang menyatakan berat benang setiap panjang tertentu (panjang
tetap).
Yang termasuk sistem penomeran langsung antara lain :
a. Td atau Denier
Menyatakan berat setiap panjang 9000 meter.
b. Tex
Menyatakan berat benang setiap panjang 1000 meter.

2. Sistem Penomeran Tidak Langsung


Yaitu penomeran benang yang menyatakan panjang benang setiap berat tertentu (berat
tetap).
Yang termasuk dalam sistem penomeran ini antara lain :
a. Ne1 ( untuk kapas )
Menyatakan bahwa panjang benang dalam satuan Hank setiap berat satu Pound.
b. Sistem penomeran Woolen Cut ( Ne2 )
Menyatakan bahwa berapa Hank panjang benang ( 1hank = 300 yard ) setiap berat 1
pound.

c. Sistem penomeran untuk Worsted ( Ne3 )


Menyatakan bahwa berapa Hank panjang benang ( 1hank = 560 yard ) setiap berat 1
pound.
d. Sistem penomeran untuk Woolen ( Ne4 )
Menyatakan bahwa berapa Hank panjang benang ( 1hank = 256 yard ) setiap berat 1
pound.
e. Sistem penmeran Metrik ( Nm )
Menyatakan bahwa berapa meter panjang benang setiap berat 1 gram. Biasanya
digunakan dalam benang benang hasil pintalan (spin yarn).

Dalam pengujian nomor benang perlu memperhatikan faktor - faktor yang berhubungan dengan
ketegangan benang dan juga regain benang, karena akan mempengaruhi pengujian nomer benangnya.
Pengukuran panjang biasanya dilakukan setiap panjang 120 yard ( 1 Lea ) dengan menggunakan
kincir atau skein reel yang sekali putar dapat mengukur 1,5 yard. Untuk mengukur berat dipakai
neraca Analitis.
Penggunaan dan batas –batasnya :
1. Nomer benang ditentukan oleh panjang dan beratnya, karena nomor benang tidak persis rata
pada seluruh panjangnya maka sangat perlu untuk mengambil suatu jumlah panjang benang
yang cukup besar untuk ditimbang , yaitu dengan menggulung benang tadi hingga merupakan
untaian. Pada waktu penggulungan sangat perlu diperhatikan agar benang cukup tegang tetapi
jangan sampai mulur.
2. Faktor kondisi ruangan dimana benng tersebut digulung dan ditimbang, sangat perlu pula
mendapat perhatian mengingat bahwa hal ini sangat besar pengaruhnya pada penimbangan
yang berarti juga nomer benang.
3. Cara pengujian ini menghasilkan harga rata –rata nomor benang. Apabila koefisien variasi
yang diperlukan maka dibutuhkan jumlah untaian yang cukup banyak, dimana masing –
masing ditimbang satu persatu.
4. Dalam hal variasi nomer benang tidak diperlukan maka penimbangan sekaligus seluruh
untaian contoh uji akan memberikan ketelitian perhitungan nomor benang yang lebih baik.

3. Prosedur Pengujian
1) Alat dan Bahan
a. Kincir / skein reel
b. Neraca Analitis dan Benang

2) Persiapan Contoh Uji


a. Buang lapisan luar benang – benang yang berasal dari cones, cheese atau bobbin
sebanyak beberapa lapisan.
b. Tarik benang dari pangkal, lalukan pada pengatur tegangan, traverse dan akhirnya
ikatkan pada kincir.
c. Gulung benang dengan jumlah putaran kincir tergantung pada bentuk tempat asal
benang dan ditentukan sebagai berikut :
- Dari ujung cones atau bobbin, dengan kecepatan kincir 100 – 300 ppm.
- Dari samping cheese, dengan kecepatan kincir 20 – 30 ppm.
- Dari kincir dengan kecepatan 100 ppm.
d. Setelah panjang untaian cukup, maka sambung ujung awal benang/ikatkan dengan
ujung akhir benang.
e. Panjang setiap untaian adalah :
Untuk benang tunggal, satu untaian = 80 putaran = 120 yard = 1 lea = 109,73
meter.
Untuk benang gintir tergantung pada nomor equivalennya, yaitu :

Jumlah putaran tiap Panjang benang tiap


No. Equivalen Benang
untai untaian
Dibawah Ne1 3 8 – 16 putaran 12 – 24 yard
Ne1 3 – Ne1 20 16 – 40 putaran 24 – 60 yard
Ne1 20 ke atas 40 – 80 putaran 60 – 120 yard

f. Kondisikan contoh uji di atas sesuai dengan kondisi ruang standar pengujian.

3) Cara Pengujian
a. Timbang contoh uji yang telah digulung pada neraca analitis sampai 0,01 mg
terdekat.
b. Hitung nomor benang dari hasil penimbangan di atas.
c. Lakukan pengujian sebanyak 25 kali.
d. Toleransi kesalahan pengambilan contoh uji nomor benang yang diperkenankan
sebesar 3,0%
e. Hasil pengujian nomor benang dinyatakan dalam penomoran langsung maupun
penomoran tidak langsung.
1. Penomoran Langsung
a) Denier (TD)
9000 ×berat (gram)
panjang(meter )
b) Tex
1000× berat (gram)
panjang(meter )

2. Penomoran Tidak Langsung


a) Cara Inggris (Ne1)
panjang (hank )
berat (lbs)
b) Cara Metrik (Nm)
panjang (meter )
berat ( gram)
4. Data Pengamatan dan Perhitungan
Berat
Panjan Ket
No. (gram Ne1 Nm Tex TD ¿) ¿¿
g (m) .
)
1,66
1 109,73 1,820 35 60,29 16,58 149,27 2,778
7
-
2 109,73 1,789 36 61,33 16,30 146,73 0,87 0,762
3
-
3 109,73 1,790 36 61,30 16,31 146,81 0,79 0,628
3
4
5
6
7
8
9
10
182,9
Jumlah 5,399 107 49,19 442,81 4,168
2
35, 60,97 16,39 147,60
Rata - rata 1,7996 1,389
6 3 6 3
Standar
1,443
deviasi
Koefisie
0,97%
n variasi

- Penomoran langsung
9000 ×1,820
TD = = 149,27
109,73
9000 ×1,789
TD2 = = 146,73
109,73
9000 ×1,790
TD3 = = 146,81
109,73

1000× 1,820
Tex = = 16,58
109,73
1000× 1,789
Tex2 = = 16,30
109,73
1000× 1,790
Tex3 = = 16,31
109,73
- Penomoran tidak langsung
0,14
Ne1 = = 35
0,0040
0,14
Ne1 (2) = = 36
0,0039
0,14
Ne1 (3) = = 36
0,0039

109,73
Nm = = 60,29
1,820
109,73
Nm (2) = = 61,33
1,789
109,73
Nm (3) = = 61,30
1,790

- ( x−x ) >>> Denier (TD)


1. 149,27 – 147,603 = 1,667
2. 146,73 – 147,603 = -0,873
3. 146,81 – 147,603 = -0,793

2
- (x−x )
1. (1,667)2 = 2,778
2. (−0,873)2 = 0,762
3. (−0,793)2 = 0,628

- Standar Deviasi

√∑ ¿ ¿ ¿ ¿ = √ 4,168
3−1
=
√4,168
2
= √ 2,084 = 1,443

- Koefisien Variasi
SD 1,443
x 100% = x 100% = 0,97%
xt 147,603

5. Diskusi
Pada saat praktikum pengujian nomor benang perlu diperhatikan saat menimbang
gulungan benang dan lakukan perhitungan untuk mencari nomor benang dengan hati –
hati agar mendapatkan hasil nomor yang sesuai.

6. Kesimpulan
Ne1 : 35,6
Nm : 60,973
Tex : 16,396
TD : 147,603
Standar deviasi : 1,443
Koefisien variasi : 0,97%

7. Daftar Pustaka
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/laporan-praktikum-pengujian-evaluasi.html
Pengujian Kekuatan Tarik dan Mulur Benang

Kekuatan Tarik dan Mulur Benang per Helai

1. Maksud dan Tujuan


a. Untuk mengetahui kekuatan per helai benang uji
b. Untuk mengetahui besarnya breaking length contoh uji
c. Untuk mengetahui besarnya tenacity contoh uji

2. Teori Dasar
Faktor - faktor yang mempengaruhi kekuatan antara lain : panjang stapel, kehalusan serat,
kekuatan serat. Twist, kerataan, distribusi panjang serat, pengerjaan finish serat, pengerjaan
kimia terhadap benang, regain benang, letak serat dan mulur serat individu.
Demikian pula prinsip penguian kekuatan tarik per helai hampir sama dengan pengujian
kekuatan tarik per berkas. Tetapi untuk ketelitian, pengujian per helai lebih memakan waktu
dan biaya jika menggunakan mesin yang otomatis.
Akan tetapi kekuatan per helai menunjukkan kekuatan benang yang sebenarnya dan dalam
waktu yang sama memberikan beberapa petunjuk juga titik titik yang paling lemah pd
benang. Krn hasil pengujian perhelai menunjukkan variasi kekuatan benang, maka datanya
akan mempunyai variasi yang lebih besar daripada kekuatan per lea.
Ini berarti lebih banyak pengamatan yang dilakukan pada kekuatan per helai daripada
kekuatan per lea untuk benang yang sama dengan rata rata yang sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat sifat kekuatan tarik bahan tekstil dan hasil yang
diperoleh dari alat penguji kekuatan :
1. Panjang Specimen ( contoh pengujian )
Makin panjang suatau contoh pengujian benang makin banyak kemungkinan terdapat
bagian yang lemah, jika yang lemah mendapat gaya tarik maka akan putus, sehingga hasil
kekuatan tarik pada contoh pengujian yang lebih panjang akan cenderung lebih kecil.
2. Kecepatan pembebanan dan lama waktu putus
Pengujian yang cepat akan menghasilkan breaking stress yang lebih besar daripada
pengujian yang lambat. Hal ini dialami pada pengujian benang pintalan karena pengujian
yag lambat memberikan pengujian benang pintalan karena pengujian yang lambat
memberikan kesempatan benang membuka twistnya dean memungkinkan serat serat yang
seharusnya putus karena twist menahan juga menjadi slip.
3. Kapasitas mesin
Benang yang ditarik denagn mesin yang berkapasitas tinggi akan memberikan kekuatan
yang lebih besar karena waktu untuk memutuskan menjadi cepat sekali.
4. Mulur benang
Suata benang yang mulurnya besar akan memerlukan waktu yang lama untuk putus.
Karena itu hasil pengujian cenderung akan lebih rendah.

3. Prosedur Pengujian
1) Alat dan Bahan
a. Asano dengan kapasitas 500 gram dan 2000 gram jarak jepit 50 cm
b. Benang contoh uji

2) Cara Pengujian
a. Atur alat uji pada posisi awal dan jarak dari penjepit satu ke batas penjepit lainnya
sesuai dengan alat yang digunakan. Apabila jarak jepit tidak dicapai akibat terbatasnya
peralatan dan atau penjepit, maka jarak jepit dapat ditentukan berdasarkan persetujuan
dengan pihak – pihak yang berkepentingan.
b. Lakukan pemasangan contoh uji sesuai dengan bentuknya.
c. Jalankan alat sampai contoh uji putus dalam waktu (20 ± 3) detik. Apabila waktu
putus ini tidak dapat dicapai akibat terbatasnya peralatan dan atau jarak jepit, maka
waktu putus dapat ditentukan berdasarkan persetujuan antara pihak – pihak yang
berkepentingan. Amati kekuatan tarik dan mulurnya. Untuk pengujian dalam bentuk
simpul dan jeratan, besarnya mulur tidak disepakati.
d. Ulangi pengujian tersebut masing – masing sampai jumlah contoh uji yang diperlukan.
e. Atur pemasangan contoh uji sedemikian rupa sehingga jumlah benang yang putus
pada penjepit atau batas penjepit dalam satu pengujian tidak lebih dari 10% dari
jumlah contoh uji.

4. Data Pengamatan dan Perhitungan


Kekuatan Mulur Mulur
No. benang ¿) ¿¿ benang benang ¿) ¿¿
(gram) (mm) (%)
1 140 -19,3 372,49 2,8 0,34 0,1156
2 150 -9,3 86,49 2,4 -0,06 0,0036
3 188 28,7 823,69 2,2 -0,26 0,0676
4
5
Jumlah 478 1282,67 7,4 0,7952
159,3 gram =
Rata - rata 427,5 2,46 0,2650
1,56114 N

Standar
deviasi
√ 1282,67 =
2
√ 641,335 =
25,32
√ 0,7952 =
2
√ 0,3976 = 0,63
Koefisien 25,32 0,63
x 100% = 15,8% x 100% = 25%
variasi 159,3 2,46
Keterangan
159,3
Tenacity = = 9,71 g/tex
16,396
159,3× 60,973 9712,9
Breaking Length = = = 9,7129 km
1000 1000

1 gram = 0,0098 Newton


159,3 gram = 1,56114 N

5. Diskusi
Pada saat melakukan pengujian kekuatan tarik dan mulur benang perhelai pastikan penjepit
kuat saat menjepit benang agar mendapatkan perhitungan dari data secara akurat ketika skala
bergerak saat benang putus.

6. Kesimpulan
Kekuatan benang : 159,3 gram = 1,56114 N
Mulur benang : 2,46 %
Standar deviasi (kekuatan tarik) : 25,32
Koefisien variasi (kekuatan tarik) : 15,8%
Standar deviasi (mulur benang) : 0,63
Koefisien variasi (mulur benang) : 25%

7. Daftar Pustaka
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/laporan-praktikum-pengujian-evaluasi.html
Kekuatan Tarik Benang per Untai

1. Maksud dan Tujuan


a. Untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik benang uji
b. Untuk mengetahui CLSP ( Count Lea Strength Product ) pada benang yang diuji

2. Teori Dasar
Secara garis besar ada dua macam pengujian kekuatan tarik benang, yaitu pengujian kekuatan
tarik benang per berkas / per lea dan pengujian kekuatan tarik benang per helai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan benang antar lain :
1. Panjang stapel
Makin panjang stapel serat kapas makin tinggi kekuatan benangnya.
2. Kehalusan serat
Serat yang lebih halus akan menghasilkan benang yang lebih kuat, daripada serat yang
kasar, sebab serat yang lebih halus mempunyai friksi yang lebih banyak, karena jumlah
serat dalam setiap penampang benang yang sama besarnya akan lebih banyak.
3. Kekuatan serat
Serat yang lebih kuat akan memnghasilkan benang yang lebih kuat pula.
4. Twist ( antihan )
Semakin tinggi twist sampai batas maximum akan mendapatkan benang dengan kekuatan
yang tinggi dimana serat seratnya saling berpegangan satu sam lainnya sehingga serat
tidak terurai dan tidak putus. Jumlah twist kurang atau melebihi twist optimum akan
mendapatkan kekuatan yang rendah / turun.
5. Kerataan
Makin rata suatu benang makin kuat benang tersebut, dan sebaliknya.
6. Distribusi panjang serat
Variasi distribusi panjang serat menyebabkan variasi dalam kekuatan benang, makin besar
prosentase serat pendek makin rendah kekuatannya.
7. Pengerjaan finish serat
Macam dan jumlah pengerjaan finish secara kimia terhadap serat, terutama serat serat
buatan sangat berpengaruh pada kekuatan benang.
8. Faktor – faktor lain
Faktor lain yan mempengaruhi kekuatan benang antara lan pengerjaan kimia, regain
benang, letak serat dan mulur serat individu. Pengujian kekuatan tarik per Lea dilakukan
dengan cara penarikan benang yang panjangnya 1 Lea ( 120 yard ), hasil penggulungan
pada kincir sebanyak 80 kali, maka jumlah benang yang mendapat tarikan adalah 160
helai. Kekuatan per lea relatif selau akan lebih rendah daripada kekuatan yang diperoleh
dengan cara pengujian per helai, karena pada pengujian per lea sewaktu diberikan beban
akan ada helai benang benang yangputus terlebih dahulu karena ketidakrataan benang
atau kerena tegangan benang tidak sama.
3. Prosedur Pengujian
a) Alat dan Bahan
1. Lea Tester
2. Kapasitas beban 150 x 300 lbs
3. Benang contoh uji
4. Kincir

b) Cara Pengujian
1. Atur serata mungkin untaian benang yang telah disiapkan pada permukaan spool dari
alat menguji.
2. Jalankan alat uji di sehingga spool yang satu menjauhi spool lainnya yang
mengakibatkan untaian benang tertarik hingga akhirnya sebagian dari benang dalam
untaian putus.
3. Bila jarum penunjuk beban tidak bergeser lagi, maka hentikan alat uji dan besarnya
beban serta baca mulur pada skala alat penguji.
4. Lakukan pengujian sebanyak 25 kali.

4. Data Pengamatan dan Perhitungan


Kekuatan benang
No. ¿) ¿¿
(lbs)
1 63 -6,3 39,69
2 75 5,7 32,49
3 70 0,7 0,49
4
5
Jumlah 208 72,67
Rata - rata 69,3 24,2
Standar deviasi 6,02
Koefisien variasi 8,68%

Standar deviasi =

72,67
2
6,02
= √ 36,335 = 6,02

Koefisien variasi = x 100% = 8,68%


69,3
CLSP = 69,3 x 35,6 = 2467,08 hank

5. Diskusi
Pada saat melakukan pengujian kekuatan tarik dan mulur benang per untai pastikan benang
dikebut terlebih dahulu lalu diuji, hasil pengujian dilihat dari skala yang berhenti bergerak
pada saat beberapa helai benang putus.

6. Kesimpulan
Kekuatan benang = 69,3 lbs
Standar deviasi = 6,02
Koefisien variasi = 8,68%
CLSP = 2467,08 hank

7. Daftar Pustaka
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/laporan-praktikum-pengujian-evaluasi.html
Pengujian Ketidakrataan Benang

1. Maksud dan Tujuan


a. Mengetahui pengertian ketidakrataan benang, penyebab ketidakrataan benang serta
hubungan dengan proses selanjutnya.
b. Memiliki kemampuan untuk menguji ketidakrataan benang, cacat benang dan membuat
grafik ketidakrataan benang serta spektogram.

2. Teori Dasar
Kerataan benang merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan teknis
pada proses selanjunya dan mutu kain (kenampakan) yang dihasilkan.
Ketidakrataan benang adalah suatu ukuran mutu benang yang menyatakan besarnya
penyimpangan masa pada panjang tertentu, yang keberadaanya tidak mungkin dapat
dihindari.
Ketidakrataan benang adalah variasi kerapatan linier sepanjang benang :
1. Ada tiga macam ukuran yang menyatakan ketidakrataan: • Koefisien Variasi (CV) adalah
akar rata-rata dari kuadrat selisih antara kerapatan linier dan rata-ratanya, dinyatakan dalam persen
terdapat rata-ratanya kerapatan linier benang yang diuji.
- Persen simpangan rata-rata (U) adalah simpangan rata-rata kerapatan linier,
dinyatakan dalam persen terhadap linier yang diuji
- Hubungan antara U % dengan CV adalah CV = 1,25 U
- Persen rentang ( R ) adalah rentang kerapatan linier yang didapat dari bagian-
bagian panjang benang yang sama, dinyatakan dalam persen terhadap rata-rata
kerapatan linier benang yang diuji
2. Alat uji ketidakrataan benang
Alat uji ketidakrataan benang menurut prinsip kerjanya dibagi dua jenis
- Uster berdasarkan kapasitansi (kapasitor, kemampuan pendeteksian
berdasarkan jumlah muatan listrik), Disini yang diukur adalah massa benang/
berat benang per unit panjang tertentu. Dasar pengukurannya berdasarkan
medan magnet. Alat sistem ini diproduksi oleh Uster. Alat dengan sistem ini
paling banyak berkembang sampai sekarang
- Berdasarkan photocell
Kemampuan kerjanya adalah dengan mengukur diameter benang dengan photo
elektrik. Dasar pengukurannya berdasarkan diameter benang. Alat dengan sistem ini
dikeluarkan oleh Peyer.

SLOT Ne1
1 0.015 – 0,06
2 0.2 – 0.047
3 0.65 – 0.18
4 3.7 – 0.53
5 9 – 3.7
6 28 - 9
7 73 - 28
8 150 - 73
3. Prosedur Pengujian
a) Alat dan Bahan
1. Mesin Evennless test
2. Benang uji

b) Langkah pengujian
1. Persiapan contoh uji
Siapkan jumlah gulungan yang akan memberikan ketelitian ± 4 % dengan tingkat
kepercayaan 90 %, jumlah gulungan dihitung dengan rumus: N = 0,17 V2
Keterangan
N = jumlah gulungan
V = koefisien Variasi.

Cara Pengujian
a. Panaskan alat uji dengan menekan “ON” main supply pada Evenness Tester,
Integrator, Imperfection Indicator dan spectograph. Biarkan selama ±30 menit.
b. Tekan tombol “Range of Scale” pada ± 100 %, “Out Put” pada Evenness Tester dan
Service Selector pada “Adjustment”. Pada kondisi ini jarum penunjuk ketidakrataan
harus pada posisi – 100 %, jika tidak atur dengan menggunakan tombol “Adjustmen
Without Material” sampai jarum pada posisi – 100 %.

Menentukan Average Value


a. Ubah kedudukan Service Selector pada posisi “Normal test” dan atur kecepatan
benang sesuai dengan yang ditentukan.
b. Pasang benang pada dudukan benang, lewatkan pada pengantar (pig tail),
lewatkan pada slub catcher, lewatkan pada penegang benang (tension), kemudian
pada slot sesuai dengan nomor benang, traverse dan diikat pada penggulung
benang.
c. Jalankan mesin beberapa saat, pada kondisi ini jarum penunjuk ketidakrataan
harus bergerak seimbang ke kanan dan kekiri pada posisi 0 %. Jika tidak aturlah
dengan memutar tombol “Avarege Value” dan catat nilai Average Value.
Menguji U %
a. Atur “Range of Scale” pada integrator pada posisi sama dengan “Range of Scale”
pada Evenness Tester.
b. Putar “evaluating time” pada integrator pada posisi 5 menit, biarkan jarum U %
menunjukan skala terbawah, kemudian lepaskan “evaluating time” dan jalankan
mesin secara bersamaan.
Catat nilai U % pada integrator pada sekala yang “range of scalenya” sama.

• Atur panjang benang minimum yang dievaluasi dengan mengatur waktu evaluasi sesuai yang
dikehendaki

Pengujian Thin, Thick dan Nep


• – Tekan tombol “Out Put” pada Integrator
• – Atur tombol pengatur kecepatan pada Imperfection Indicator (No. 3 pada gambar 8.9)
supaya sama dengan kecepatan pada Evenness Tester.
• – Atur besarnya sekala Thin pada 50 %, Thick pada 2 dan nep pada 2
• – Atur angka pada penunjuk thin, thick dan nep pada nol dengan menekan tombol putih yang
berada disamping angka penunjuk masing-masing pada imperfection indator
• – Putar Evaluating Time pada 10 menit dan biarkan lampu indicator waktu sampai menyala.
• – Jalankan mesin pada Evenness Tester dan biarkan waktu Evaluasi selesai (lampu indicator
mati).
• – Catat jumlah Thin place, Thick place dan Nep

Pembuatan Grafik Spektogram


• – Atur kecepatan grafik (sesuai tabel 8.5) dengan mengubah gisi ganti pada Recorder.
• – Atur “Start Position” pada Spectograph.
• – Tekan “Out Put” pada Imperfection Indicator.
• – Atur posisi jarum pada grafik spectrogram sesuai dengan kecepatan benang yang digunakan
dengan cara menekan tombol “Start Position” pada spectrograph.
• – Atur tombol “Application” sesuai hasil pengujian U %.
• – Atur “Evaluating Time” pada Spectograph pada posisi 10 menit
• – Jalankan mesin (Evenness Tester) dan setelah waktu evaluasi selesai spectogram akan
otomatis terbuat.

4. Data Pengamatan dan Perhitungan


Jumlah Jumlah Jumlah
No. U% ¿) ¿¿
thin thick nep
1 12,5 -0,4 0,16 9 0 6
2 13 0,1 0,01
3 13 0,1 0,01
4 13 0,1 0,01
5 13 0,1 0,01
Jumlah 64,5 0,2
Rata - rata 12,9 0,04
Standar
0,2236
deviasi
Koefisien
1,73%
variasi
Keteranga
n

Nomor benang : 35
No. Slot : 7
Panjang benang : 500 m

Standar deviasi :

0,2
4
= √ 0,05 = 0,2236
0,2236
Koefisien variasi : x 100% = 1,73%
12,9

5. Diskusi
Jumlah thin, thick, nep pada benang yang diuji membuktikan bahwa benang
termasuk pada kualitas yang baik karena memiliki angka kecil.

6. Kesimpulan
U% : 12,9
Thin : 9
Thick : 0
Nep : 6
Standar deviasi : 0,2236
Koefisien variasi : 1,73%

7. Daftar Pustaka
Totong. (2023). Powerpoint. Retrieved from Materi Pertemuan 12 "Ketidakrataan
Benang".

Anda mungkin juga menyukai