Anda di halaman 1dari 19

Peralatan uji puntir terdiri dari kepala puntir pada salah satu ujungnya dan

pencengkram di ujung sebelahnya, sehingga dapat diukur momen ulir atau


torsinya. Penentuan dilakukan dengan menggunakan perpindahan sudut suatu
titik di dekat salah satu ujung spesimen dibandingkan dengan ujung yang
satunya.

Fenomena geseran secara langsung dapat dilihat pada saat menancapkan paku
ke balok kayu. Pada setiap permukaan paku yang bersinggungan dengan kayu
akan mengalami geseran secara langsung, sedangkan fenomena puntiran, dapat
terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen torsi.

1.1 Tujuan Praktikum


- Mengetahui standard dan prosedur pengujian puntir
- Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat-sifat mekanik material
- Menghitung besaran sifat-sifat mekanik dari pengujian puntir
- Mengetahui mekanisme patahan akibat tegangan geser

BAB II

Teori Dasar

Pada Pengujian puntir besaran yang dapat diukur adalah Momen puntir dan Sudut
putaran yang dilakukan pada spesimen. Alat yang digunakan untuk mengukur
sudut putarnya disebut Troptometer.

Momen puntir dapat didapatkan dengan persamaan:


𝒓𝒓=𝒂𝒂
𝝉𝝉 𝒓𝒓=𝒂𝒂
𝑴𝑴𝝉𝝉 � 𝝉𝝉𝝉𝝉𝝉𝝉𝝉𝝉 = � 𝒓𝒓𝟐𝟐 𝒅𝒅𝒅𝒅
𝒓𝒓=𝟎𝟎 𝒓𝒓 𝒓𝒓=𝟎𝟎

Untuk sudut putar θ didapat dari tan φ dari grafik. Dimana tan φ = rθ/L.

r2dA adalah momen inersia dari benda uji, dan bisa dinotasikan dengan J.
𝝉𝝉 𝑱𝑱
menjadi 𝑴𝑴𝝉𝝉 = , τ adalah tegangan geser (N/mm2), MT momen puntir (N-mm).
𝒓𝒓
Untuk benda uji silinder pejal dimana J = πD4/32 maka tegangan maksimum
𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
yang terjadi pada permukaan pada daerah elastis adalah : 𝝉𝝉𝒎𝒎𝒎𝒎𝒎𝒎 =
𝝅𝝅𝑫𝑫𝟑𝟑
𝟏𝟏
untuk daerah plastis adalah 𝝉𝝉𝒂𝒂 = (𝑩𝑩𝑩𝑩 + 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑) : dengan melihat grafik
𝟐𝟐𝝅𝝅𝝅𝝅𝟑𝟑

berikut:
Dengan demikian tegangan geser maksimum pada daerah ultimate atau modulus
of rupture adalah
𝟑𝟑𝑴𝑴𝒎𝒎𝒎𝒎𝒎𝒎
𝝉𝝉𝒖𝒖 =
𝟐𝟐𝝅𝝅𝝅𝝅𝟑𝟑
Berikut adalah gambar keadaan dari benda yang berupa silinder pejal diberi
momen puntir,
Tegangan geser
maksimum terjadi pada
dua bidang yang saling
tegak lurus, tegak lurus
terhadap sumbu
longitudinal yy dan sejajar dengan sumbu longitudinal xx. Tegangan utama σ1
dan σ3 menghasilkan sudut 45o terhadap sumbu longitudinal dan setara nilainya
dengan tegangan-tegangan geser. σ1 adalah tegangan tarik sementara σ3
tegangan tekan. Tegangan intermediat σ2 adalah nol. Keadaan tegangan inilah
yang dapat dipakai untuk menjelaskan bentuk perpatahan pada benda uji ulet dan
getas. Logam ulet akan mengalami kegagalan karena mekanisme geser yang
terjadi sepanjang salah satu bidang tegangan geser maksimum. Umumnya bidang
perpatahan tegak lurus terhadap sumbu longitudinal.

(a) patah ulet akibat tegangan geser) dan (b) patah getas akibat tegangan normal
Material getas akan mengalami kegagalan dalam pembebanan puntir sepanjang
bidang yang tegak lurus terhadap arah tegangan tarik maksimum. Karena bidang
ini memotong sudut antara dua bidang tegangan geser dan membentuk sudut 45o
terhadap arah-arah longitudinal dan transversal, maka perpatahan akan berbentuk
heliks.
Pengujian puntir memiliki kelebihan daripada pengujian tarik dalam hal
pengukuran dasar mengenai plastisitas material. Pengujian puntir mampu
menghasilkan secara langsung kurva tegangan geser-regangan geser, yaitu
melalui. Nilai regangan yang besar mampu diperoleh dalam uji puntir tanpa
komplikasi terjadinya penciutan (necking) dalam penarikan ataupun
penggembungan (barreling) karena efek gesekan dalam penekanan.

BAB III

Data Percobaan

3.1 Data hasil Percobaan

Momen Torsi
Jumlah Putaran
(Nm)
Jenis spesimen : ST – 37 0 0
0.17 20
Gage Length : 6,2 cm 0.35 40
Diameter spesimen : 0.7 cm 0.54 60
0.8 74.3
Kecepatan puntir : 16 rpm 1 78.6
1.1 79
Jumlah putaran : 4,3 1.44 82.85
Mesin Uji : Tarmogrocki 1.88 86.19
2 87.14
Kurva hasil uji puntir 2.47 91
3 92.3
3.75 93.8
4 98

3.2 Pengolahan Data

Dari data grafik momen puntir vs Jumlah puntiran kita merubahnya ke kurva
Momen puntir vs Sudut puntir.

Sudut putaran Momen


(rad) torsi(Nm)
0 0
1.0676 20
2.198 40
3.3912 60
5.024 74.3
6.28 78.6
6.908 79
9.0432 82.85
11.8064 86.19
12.56 87.14
15.5116 91
18.84 92.3
23.55 93.8
25.12 98

Kemudian data diolah kembali untuk mendapatkan kurva momen torsi vs Sudut
per panjang kurvanya sebagai berikut:

Sudut/Panjang Momen Torsi


(rad/m) (Nm)
0 0
17.219 20
35.452 40
54.697 60
81.032 74.3
101.290 78.6
111.419 79
145.858 82.85
190.426 86.19
202.581 87.14
250.187 91
303.871 92.3
379.839 93.8
405.161 98

Mτ vs θ'
120

100

80

60

40 Series1

20

0
Kemudian dicari kurva dari regangan geser (γ) dan tegangan geser(τ) dengan
𝒓𝒓𝒓𝒓 𝟏𝟏
rumus γ = dan 𝝉𝝉𝒂𝒂 = (𝑩𝑩𝑩𝑩 + 𝟑𝟑𝑪𝑪𝑪𝑪), BC dan CD dapat ditentukan dengan
𝒍𝒍 𝟐𝟐𝝅𝝅𝝅𝝅𝟑𝟑
melihat panduan dari modul yang ada, setelah didapat semua, maka dapat dibuat
kurva sebagai berikut:

Tegangan geser(τ) Regangan


Gpa geser(γ)
0 0
0.22284 0.06027
0.44567 0.12408
0.66851 0.19144
0.88615 0.28361
0.94483 0.35452
0.92960 0.38997
0.98498 0.51050
1.01153 0.66649
1.00767 0.70903
1.03842 0.87565
1.30787 1.06355
1.27129 1.32944
1.27593 1.41806

τ vs γ
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5 Series1
1
0,5
0
Lalu dengan menggunakan kriteria Treska dan Von Mises , lalu kita tentukan nilai
true stress (σ) dan True strain (ε) ditemukan 2 kurva baru sebagai berikut:

Von Mises Von Mises


(σ) (ε)
0 0
0.38595 0.03480
0.77191 0.07164
1.15786 0.11053
1.53481 0.16375
1.63644 0.20469
1.61007 0.22515
1.70598 0.29475
1.75197 0.38481
1.74528 0.40937
1.79854 0.50557
2.26523 0.61406
2.20187 0.76757
2.20991 0.81874

Von Mises σ vs ε
8
7
6
5
4
3 Series1
2
1
0

Tresca(σ) Tresca(ε)
0 0
0.4457 0.0301
0.8913 0.0620
1.3370 0.0957
1.7723 0.1418
1.8897 0.1773
1.8592 0.1950
1.9700 0.2553
2.0231 0.3332
2.0153 0.3545
2.0768 0.4378
2.6157 0.5318
2.5426 0.6647
2.5519 0.7090

Tresca σ vs ε
9
8
7
6
5
4
Series1
3
2
1
0

Kemudian buat grafik dari logaritma tresca dan von mises, untuk menentukan
nilai k dan n dari persamaan σ = k 𝜀𝜀 𝑛𝑛 bentuk grafiknya adalah:
Log Tresca
3,4500
y = 0,2369x + 2,7275
3,4000 R² = 0,8605

3,3500
Series1
3,3000 Linear (Series1)

3,2500

3,2000
0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000

Didapat k = 533,3 Mpa dan n = 0.236.

Log Von Mises


3,4000
y = 0,2369x + 2,6502
R² = 0,8605
3,3500

3,3000
Series1
3,2500 Linear (Series1)

3,2000

3,1500
0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000

didapat nilai k = 446,68 Mpa dan n = 0.236

Dengan didapat kurva log dari strain dan stress dari masing-masing kriteria maka
Nilai koefisien strain hardening telah ditentukan.

Untuk sifat mekanik dari spesimen ada 3 yaitu:

1.
Kurva daerah elastis dari γ vs τ
1,2
y = 2,7377x + 0,0654
1 R² = 0,9679

0,8

0,6 Series1
Linear (Series1)
0,4

0,2

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4

Dari grafik diatas dapat ditentukan Modulus elastisitas gesernya dari persamaan
τ = 𝐺𝐺 𝛾𝛾. Sumbu x adalah 𝛾𝛾 dan sumbu y adalah τ maka gradien garis adalah G
yang bernilai 2.737 GPa = 2737 MPa.

2. Kemudian untuk menentukan nilai Torsional yield strength nya digunakan


metode offset:

- Pada uji puntir spesimen mengalami strain hardening setelah di puntir. Strain
hardening adalah peristiwa pengerasan material akibat deformasi plastis.
Fenomena ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya suhu spesimen tersebut.

- Terjadi pertambahan panjang pada spesimen meskipun tidak panjang, hal ini
diakibatkan pada saat pemasangan spesimen tidak terpasang dengan kencang
sehingga masih ada gaya tarik dati mesin saat pengujian dilakukan.

Dari hasil ini dapat dilihat bahwa ada sedikit kesalahan pada nilai yang kami
dapatkan ,hal yang mungkin mengakibatkan ini adalah pemilihan titik yang
kurang baik dan pengubahan satuan yang baik, nilai pembulatan juga
berpengaruh pada hasil error ini.
Nilai dari koefisien strain hardening berpengaruh pada kemungkinan material
mengalami strain hardening, semakin besar nilai dari koefisien tersebut maka
semakin mudah material tersebut mengalami pengerasan.
4.2 Analisis Test Awal

1. Mengapa dilakukan Uji Puntir? kenapa jarang dilakukan di perusahaan?

2. Sifat-sifat mekanik apa saja yang didapat pada uji puntir?

3. Apa saja Perbedaan uji puntir dengan uji tarik?

4. Sebutkan Langkah-langkah pengolahan data!

5. Sebutkan Kriteria Tresca dan Von Mises beserta state of stress dan diagramnya!

Jawaban:

1. Uji puntir dilakukan karena pada pengujian ini material uji bisa
berdeformasi plastis sampai maksimum, dikarenakan menggunakan
tegangan geser. Uji ini jarang dilakukan karena pengolahan data yang di
dapat dari uji puntir panjang dan rumit.
2. - Modulus elasticity shear(modulus elasticity geser)
- Torsional yield strength
- Modulus of rupture
3. - Pada uji puntir tegangan yang bekerja tegangan geser, sedangkan Uji
tarik adalah tegangan normal.
- Pada uji tarik terjadi necking pada uji puntir tidak.
- Pada Uji tarik: Patah ulet pada waktu θmax = 45o sedangkan untuk patah
getas pada θmax = 90o
- Pada Uji keras : Patah ulet terjadi pada θmaks= 90o sedangkan patah getas
5.1 Kesimpulan
1. Standard dari pengujian puntir dapat dilihat di ASTM E143, prosedur yang
dilakukan adalah pertama-tama spesimen diukur dimensinya, panjang dan
diameternya, lalu dipasang di alat puntir, kemudian dicatat data yang didapat.
Kemudian plotkan data-data tersebut ke dalam sebuah kurva momen torsi dan
sudut puntir yang kemudian diolah sampai menemukan nilai koefisien strain
hardening dan k.
2. Tegangan geser dapat menyebabkan efek strain hardening yag diakibatkan
dari deformasi plastis pada material yang di beri tegangan geser, sehingga
mengakibatkan bagian tersebut mengalami kekerasan yang lebih
dibandingkan bagian yang lain.
3. Modulus Elastisitas geser = 2737 MPa
Torsional yield strength = 888.9 Mpa
Modulus of Rupture = 1092 Mpa
Tresca : k = 533.3 Mpa dan n = 0.236
Von Mises: k = 446.6 Mpa dan n = 0.236

4. Seperti yang kita ketahui pada uji puntir pada material yang ulet akan patah
akibat tegangan geser yang diberikan pada material, sedangkan untuk
material getas akan patah akibat tegangan normal maksimum yang dialami
material. seperti pada gambar:
(a) patah ulet dan (b) patah getas

5.2 Saran
Dalam pengujian ini kita harus sangat hati-hati dalam memilih titik pada kurva
yang kita miliki, kita harus hati hati dalam mengolah data yang kita miliki,
sehingga error yang didapat tidak akan sangat jauh.

BAB VII
LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum:

1. Buat Kurva momen torsi dengan θ, kemudian buat kurva antara Momen torsi
dengan θ’. Hitunglah tegangan geser dan regangan geser sebenarnya dengan
menggunakan persamaan yang tersedia. Ambil 8 titik di setiap kurva untuk
mendapatkan tegangan dan regangan gesernya. Setelah itu dengan kriteria
Tresca dan Von Mises buat kurva tegangan dan regangan sebenarnya.
2. Hitung modulus Elastisitas geser, kekuatan geser maksimum, serta cari nilai k
dan n dari material yang diuji
3. Apa kelebihan dan kekurangan uji puntir dibandingkan dengan uji tarik dalam
mendapatkan besaran sifat mekaniknya> jawab dengan baik dan tepat!
4. Analisis bentuk patahan dari uji puntir ini, Apa bedanya bentuk patahan uji
puntir untuk material ulet dan getas.

Jawaban:

1.

Mτ vs Jumlah Putaran
150

100

50 Series1

0
0,17
0,35
0,54

1,44
1,88

2,47

3,75
0

0,8
1
1,1

4
kemudian menjadi kurva :

Mτ vs θ'
120
100
80
60
40 Series1
20
0
17,219
35,452
54,697
81,032
0

101,290
111,419
145,858
190,426
202,581
250,187
303,871
379,839
405,161
Von Mises σ vs ε
8
7
6
5
4
3 Series1
2
1
0

Tresca σ vs ε
9
8
7
6
5
4
Series1
3
2
1
0

2. Modulus Elastisitas geser = 2737 MPa


Kekuatan geser maksimum = 1.307204957
Modulus of Rupture = 1092 Mpa
Tresca : k = 533.3 Mpa dan n = 0.236
Von Mises: k = 446.6 Mpa dan n = 0.236
3. Kelebihan :
• Tidak terjadi fenomena necking
• Terdapat kriteria Tresca dan Von Mises yang dapat memberikan
perhitungan yang lebih detail
• Regangan pada daerah plastis lebih besar dan konstan sehingga
memudahkan perhitungan
Kekurangan:

• Proses pengolahan data rumit sehingga kemungkinan kesalahan akibat


perhitungan menjadi lebih besar
• Hanya terbatas pada spesimen berbentuk tabung, karena jika spesimen
tidak berbentuk tabung maka persebaran gayanya akan menyulitkan
perhitungan
4. Bentuk patahan spesimen yang diuji puntir berbeda untuk spesimen getas dan
ulet. Spesimen getas gagal (patah) karena tegangan normal maksimum,
sedangkan spesimen ulet gagal (patah) karena tegangan geser maksimum.
State of stress pengujian dapat dilihat pada gambar berikut:

τyx

τxy τxy

τyx

State of stress spesimen yang diuji puntir

Material getas akan mengalami kegagalan dalam pembebanan puntir sepanjang


bidang yang tegak lurus terhadap arah tegangan tarik maksimum. Karena bidang ini
memotong sudut antara dua bidang tegangan geser dan membentuk sudut 45o
terhadap arah-arah longitudinal dan transversal, maka perpatahan akan berbentuk
heliks, seperti diperlihatkan oleh gambar b.
Tugas Tambahan:

1. ASTM untuk uji puntir adalah ASTM E143 yang dapat dilihat di belakang,
Ringkasannya sebagai berikut:

Pada ASTM dibahas mengenai metode penentuan modulus geser dari struktur
material. Test ini terbatas pada struktur material yang di tekan, Shear modulus
adalah rasio tegangan geser untuk Kemuluran diabaikan dibandingkan regangan
yang dihasilkan dari pembebanan. Sifat elastik seperti modulus geser, modulus
young, dan poisson’s ratio tidak ditentukan secara rutin dan secara umum bukan
spesifikasi dari material. Modulus geser adalah rasio dari tegangan geser yang
diakibatkan dari regangan geser di bawah proporsional limit dari material.

Shear modulus dari sifat material berguna untuk menghitung keteraturan dari
struktur material dalam sistem torsi berdasarkan hukum Hooke’s, sudut putaran
yang sebanding dengan torsi yang di berikan.

Prosedur dari pengujian juga dijelaskan dalam ASTM ini dengan langkah-langkah
yang baik yaitu: pengukuran spesimen, penataan spesimen, puntiran dan sudut
putar yang diberikan, kecepatan pengujian, dan temperatur yang baik untuk
pengujian.

Keakuratan dan kesalahan dari pengujian ini belum ada referensi standard yang
digunakan oleh karena itu banyak parameter yang dapat mempengaruhi
keakuratan dari pengujian ini. Parameter yang mempengaruhi itu seperti kedataran
dan keseragaman dari diameter yang dimiliki material, pada kasus tabung,
keseragaman dari ketebalan dinding tabung.

Parameter lain yang dapat mempengaruhi keakuratan percobaan adalah


penataan/pengaturan dari spesimen, kecepatan pada pengujian, temperatur, dan
error dalam torsi dan nilai puntiran.

2. Kriteria apa yang baik untuk Konstruksi dan Kriteria apa yang baik untuk
Pembentukan atau forming? Mengapa demikian?

Jawaban:

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus membandingkan koefisien dari safety
factor yang dimiliki masing-masing kriteria, Kita tahu persamaan safety factor
𝜎𝜎
adalah :safety factor = 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 .
𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

Lalu kita tahu untuk Kriteria Treska : σ = 2 τ , sedangkan Von Mises σ = √3𝜏𝜏
2τ √3𝜏𝜏
maka safety factor treska = , safety factor Von Mises = . Misal
𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
tegangan gesernya adalah 2 dan 𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 2, maka

4 2√3
Treska : = 2 sedangkan Von mises : , dapat disimpulkan safety factor yang
2 2
lebih besar adalah milik Tresca, jadi kriteria tresca adalah yang baik untuk
konstruksi atau pembangunan, tingkat keamanannya lebih tinggi. Untuk Forming
yang lebih baik adalah Von mises karena lebih mudah untuk dibentuk.

Anda mungkin juga menyukai