Anda di halaman 1dari 22

BAB I

1.1 Latar Belakang

Uji puntir tidak terlalu sering digunakan di dunia pada umumnya. Tetapi sangat
berguna untuk penelitian dari keplastisan suatu material dan aplikasi teknik. Uji puntir
dilakukan untuk mencari modulus elastisitas geser, torsional yield strength, dan
modulus patahan.

Alat uji puntir terdiri atas kepala pemutar, dan kepala pemberat. Untuk mengukur
deformasi dari spesimen, digunakan troptometer. Sebuah spesimen uji puntir
memiliki cross section yang melingka karena kemudahannya dalam perhitungan
tegangan. Pada daerah elastis, tegangan geser pada batang berbeda-beda, dari
pusat batang yang bernilai nol, sampai permukaan batang yang memiliki
tegangan geser terbesar.

Dari uji ini, kita akan mempelajari sifat elastis dari suatu material logam ketika diberi
tegangan geser. Kita menggunakan uji ini karena uji ini merupakan salah satu uji
yang paling efektif untuk mempelajari sifat elastis dari suatu material.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah

- Mengetahui dan memahami sifat-sifat mekanik suatu material setelah diberi


uji puntir.
- Mampu menghitung besaran sifat-sifat dari suatu material yang diuji puntir.
- Mengetahui mekanisme dan jenis patahan yang ditimbulkan setelah
dilakukan uji puntir.
- Mengetahui cara konversi dari tegangan geser menjadi tegangan σ
dengan metode Tresca dan Von Mises.
BAB II
Spesimen pada uji puntir pada umumnya berbentuk silinder. Ketika spesimen
dipuntir, momen puntir yang terjadi tertahan oleh tegangan geser.Tegangan
ini bernilai nol di pusat silinder, dan terus meningkat mengikuti jari-jari.
Persamaannya dapatdinyatakan sebagai berikut
𝑟𝑟=𝑎𝑎
𝜏𝜏 𝑎𝑎 2
𝑀𝑀𝜏𝜏 = � 𝜋𝜋𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑑𝑑 = � 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑟𝑟=0 𝑟𝑟 0

∫ 𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 pada persamaaan di atas merupakan momen inersia dari daerah


aksis pada silinder, sehingga

𝜏𝜏𝜏𝜏
𝑀𝑀𝜏𝜏 =
𝑟𝑟
𝑀𝑀𝜏𝜏 𝑟𝑟
𝑟𝑟 =
𝐽𝐽

Dengan

τ = tegangan geser, Pa

𝑀𝑀𝜏𝜏 = momen torsi, Nm

r = jari-jari dihitung dari pusat, m

J = momen inersia polar, m4

Karena tegangan geser pada permukaan batang maksimum, untuk silinder


𝜋𝜋𝜋𝜋4
yang solid nilai 𝐽𝐽 = , sehingga tegangan geser maksimumnya adalah
32

𝜏𝜏 𝑀𝑀𝜏𝜏 𝐷𝐷/2 16𝑀𝑀𝜏𝜏


max= =
𝜋𝜋𝜋𝜋4 /32 𝜋𝜋𝐷𝐷3

Untuk spesimen yang berongga, tegangan geser di permukaan luar adalah

𝜏𝜏 16𝑀𝑀𝜏𝜏 𝐷𝐷1
=
𝜋𝜋(𝐷𝐷14 − 𝐷𝐷24 )

Dengan

𝐷𝐷1 = diameter luar

𝐷𝐷1 = diameter dalam


Batas elastis dari torsi dapat kita cari dengan menggunakan torsi pada batas
proporsional atau torsi dari sudut puntir offset yaitu 0.04 rad/m dari gage
length. Agar nilai yang didapat presisi, spesimen sebaiknya berbentuk
tabung dengan diameter sekitar 10 mm.

Ketika torsional yield strength sudah berlebih, melewati distribusi tegangan


geser dari pusat ke permukaan spesimen tidak lagi linear. Tetapi, nilai tetap
dapat dihitung dengan menggunakan modulus of rupture. Untuk penentuan
modulus of rupture dengan spesimen berbentuk tabung, rasio antara gage
length dengan diameter adalah 0.5 dan rasio diameter ketebalannya
adalah 10 – 12. Pada saat elastis, tegangan geser dapat dianggap
sebanding dengan regangan geser. Perbandingan ini disebut dengan
modulus elastisitas geser yang dilambangkan dengan G. Persamaannya
adalah

τ = Gγ

Jika tegangan geser disubstitusi dengan persamaan awal, maka

𝑀𝑀𝜏𝜏 𝐿𝐿
𝐺𝐺 =
𝐽𝐽𝐽𝐽

Jenis patahan yang disebabkan oleh tegangan geser ada dua macam.
Patahan karena uji tarik berbeda dengan patahan karena uji puntir. Pada uji
tarik, terjadi pengurangan luas penampang yang terlokalisasi. Tidak seperti
uji tarik, patah pada logam ulet di uji puntir yang disebabkan tegangan
geser ada pada bidang tegangan geser maksimum. Patahannya akan
sejajar dengan sumbu longitudinal. Pada material yang getas, patah karena
puntiran sejajar dengan bidang tegak lurus dari arah tegangan tarik
maksimum. Karena sudut antara bidang tegangan geser maksimum dengan
tegangan tarik maksimum adalah 450 , patahan yang terjadi adalah patahan
heliks.

Untuk logam yang ulet, ada kriteria yang digunakan untuk menentukan
yieldingnya. Pada uji puntir, ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk
mengubah fungsi tegangan geser menjadi tegangan σ yaitu kriteria Von
Mises dan kriteria Tresca.

Pada kriteria Von Mises dinyatakan bahwa yielding akan terjadi saat energi
distorsi terpenuhi di mana energi distorsi adalah energi yang diperlukan untuk
mengubah satu bentuk energi ke ke bentuk energi lain.

J2 = k2
1
Di mana J2 = [(σ1 – σ2)2 + (σ2 – σ3)2 + (σ3 – σ1)2]
6

Untuk menghubungkan kriteria ini pada yielding di uji tarik, kita ketahui
bahwa yielding pada tarikan uniaksial σ1 = -σ3 = τ, σ2 = 0, sehingga saat
yielding

σ12 + σ12 + 4σ12 = 6𝑘𝑘 2

σ1 = 𝑘𝑘

nilai k di atas merupakan nilai tegangan saat yield pada torsi. Oleh karena
itu, kriteria von Mises memperkirakan bahwa tegangan pada torsi akan lebih
kecil dari tarikan uniaksial berdasarkan persamaan berikut
1
𝑘𝑘 = σ0 = 0.577 σ0
√3

Sebagai catatan bahwa kriteria von Mises menyatakan bahwa yielding tidak
bergantung pada tegangan normal ataupun tegangan geser, tetapi
bergantung pada fungsi yang mengandung ketiga unsur tegangan geser.
Dalam kriteria von Mises kita tidak perlu mengetahui ataupun mencari
tegangan tertinggi ataupun tegangan terendah.Kriteria ini juga memiliki
kesederhanaan dalam perhitunga matematisnya.

Kriteria Von Mises ini biasa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan


multiaksial dan mengubahnya menjadi uniaksial.

Pada kriteria Tresca, yielding dianggap terjadi ketika tegangan geser


maksimum sudah mencapai nilai tegangan geser pada uji tarik uniaksial.
Tegangan geser ini dapat dinyatakan sebagai
𝜎𝜎1 − 𝜎𝜎3
𝜏𝜏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
2

Dengan 𝜎𝜎1 tegangan terbesar dan 𝜎𝜎3 tegangan terkecil. Untuk tarikan
uniaksial, σ1 = σ0, σ1=σ0=0, dan tegangan yield geser τ0 sama dengan σ0/2,
maka dari persamaan di atas didapat
𝜎𝜎1 − 𝜎𝜎3 σ0
𝜏𝜏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = τ0 =
2 2

Dari persamaan-persamaan di atas, dapat kita lihat bahwa perhitungan


matematisnya terlihat lebih mudah dari lriteria von Mises tetapi, untuk kriteria
ini kita harus mencari tegangan-tegangan maksimum dan minimum. Selain
itu, persamaan di atas bukanlah bentuk umum dari kriteria Tresca.
BAB III
Data yang didapat dari percobaan

Jumlah Putaran Momen Torsi (Nm)


0 0
0,17 20
0,35 40
0,54 60
0,8 74,3
1 78,6
1,1 79
1,44 82,85
1,88 86,19
2 87,14
2,47 91
3 92,3
3,75 93,8
4 98

Mτ VS Jumlah Putaran
120

100

80
Mτ (Nm)

60

40

20

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
Jumlah Putaran

2. Kurva Mτ VS θ

Untuk mendapatkan θ digunakan rumus θ=n(2π)rad

Mτ (Nm) θ (rad)
0 0
20 1,0676
40 2,198
60 3,3912
74,3 5,024
78,6 6,28
79 6,908
82,85 9,0432
86,19 11,8064
87,14 12,56
91 15,5116
92,3 18,84
93,8 23,55
98 25,12

Mτ VS θ
120

100

80
Mτ ( Nm)

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30
θ (rad)

3. Kurva Mt vs θ’

Dengan rumus θ’= θ/L, diturunkan kurva


Mτ VS θ'
120

100

80
Mτ (Nm)

60

40

20

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
θ' (rad/m)

4. Kurva Kurva τ vs γ

Nilai γ didapatkan dengan rumus:

γ = r θ’

θ’ (rad/m) γ (m)

0 0
0,2228 0,0603
0,4457 0,1241
0,6685 0,1914
0,8861 0,2836
0,9448 0,3545
0,9296 0,3900
0,9850 0,5105
1,0115 0,6665
1,0077 0,7090
1,0384 0,8757
1,3079 1,0635
1,2713 1,3294
1,2759 1,4181

Untuk mendapatkan nilai τ digunakan rumus:

1
=τ (3CD + BC )
2π a 3
τ (GPa) γ (m)
0 0
0,4457 0,0301
0,8913 0,0620
1,3370 0,0957
1,7723 0,1418
1,8897 0,1773
1,8592 0,1950
1,9700 0,2553
2,0231 0,3332
2,0153 0,3545
2,0768 0,4378
2,6157 0,5318
2,5426 0,6647
2,5519 0,7090

γ VS τ
1,4

1,2

0,8
τ (GPa)

0,6

0,4

0,2

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
γ (m)

5. Kurva Von Mises

γ
Berdasarkan criteria Von Mises, σ = τ 3 dan ε =
3

ε (m) σ (GPa)
0 0
0,0348 0,3860
0,0716 0,7719
0,1105 1,1579
0,1637 1,5348
0,2047 1,6364
0,2252 1,6101
0,2947 1,7060
0,3848 1,7520
0,4094 1,7453
0,5056 1,7985
0,6141 2,2652
0,7676 2,2019
0,8187 2,2099

σ VS ε (Von Mises)
2,5

1,5
σ (GPa)

0,5

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
ε (m)

6. Kurva Tresca

γ
Berdasarkan criteria Tresca, σ = 2τ dan ε =
2

ε (m) σ (GPa)
141,8064516 1,771399136
177,2580645 1,888700504
194,983871 1,858261541
255,2516129 1,968955427
333,2451613 2,022038008
354,516129 2,014316905
437,8274194 2,075788761
531,7741935 2,614409915
664,7177419 2,541282164
709,0322581 2,550562335

σ VS ε (Tresca)
3

2,5

2
σ (GPa)

1,5

0,5

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
ε (m)

7. Penentuan Modulus Elastis Geser

Kurva daerah elastis dari γ vs τ


1,2
y = 2,7377x + 0,0654
1 R² = 0,9679

0,8

0,6 Series1
Linear (Series1)
0,4

0,2

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4

Berdasarkan hubungan τ = Gγ , bisa ditentukan modulus elastic geser

dengan kurva ϒ vs τ pada daerah elastic.

Persamaan garis pada kurva diatas : y = 2,7377x + 0,0654

bila y= τ dan x= ϒ, maka gradient = G = 2.737,7 MPa


8. Penentuan Koefisien Kekuatan (K) dan strain Hardening (n)

Hubungan antara koefidien kekuatan material dengan koefisien strain


hardening dinyatakan dalam persamaan:

σ = Kε n

Untuk mendapatkan nilai K dan n, persamaan tersebut diubah kedalam


bentuk:

log σ = log K + n log ε

Logσ VS Logε (Von Mises)


3,4000
3,3500 y = 0,2369x + 2,6502
R² = 0,8605
3,3000
Log σ

3,2500
3,2000
3,1500
0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000
Log ε

Dari kurva diatas didapatkan nilai

n = 0.2369

K = 447 MPa
Log σ VS Log ε (Tresca)
3,4500
y = 0,2369x + 2,7275
3,4000
R² = 0,8605
3,3500
Log σ

3,3000

3,2500

3,2000
0,0000 1,0000 2,0000 3,0000
Log ε

Dari kurva diatas didapatkan nilai

n = 0.2369

K = 534 MPa

Metode Offset
1,2 y = -4,7624x2 + 4,4368x - 0,014
R² = 0,9977 1,08159
1

0,8
Series1
0,6
Series2
0,4
Poly. (Series1)
0,2

0 0
0 0,1 0,2 0,3 0,4
-0,2

Untuk menentukan torsional yield strength, digunakan grafik di atas. Akan


didapat nilai dari torsional yield strength sebesar 888,9 MPa.

Untuk mencari Modulus of Rupture, digunakan rumus


3𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
τu =
2𝜋𝜋𝜋𝜋3

dengan Mmax = 98 Nm didapat τu = 1,092 GPa


BAB IV Analisis Data
Analisis Tes Awal

- Uji puntir digunakan untuk menguji keplastisan dari suatu spesimen. Uji
ini jarang digunakan di perusahaan karena pengolahan data yang
rumit jika dibandingkan dengan uji tarik.
- Sifat-sifaat mekanik yang didapat dari uji ini adalah modulus of rupture,
modulus elastisitas geser, dan torsional yield strength
- Pada uji puntir tidak terjadi necking, sehingga nilai yang didapat dari
uji ini lebih baik. Pengolahan data pada uji puntir lebih rumit.
- Langkah-langkah pengolahan data pada uji puntir
1. Dari uji didapat kurva jumlah putaran terhadap momen torsi
2. Setelah itu jumlah putaran diubah menjadi sudut puntir, dan didapat
kurva sudut puntir terhadap momen torsi
3. Setelah itu sudut puntir diubah menjadi sudut per satuan panjang
dan didapat kurva sudut per satuan panjang terhadap momen torsi
4. Setelah itu dihitung regangan geser dan tegangan gesernya dan
dibuat kurvanya
5. Setelah itu tegangan geser dikonversi berdasarkan kriteria Tresca
dan von Mises. Kemudian dibuat kurva true stress terhadap true strain
dari Tresca dan von Mises
6. Kemudian true stress dan true strain dikonversi lagi menjadi lognya
dan dibuat grafik log true stress terhadap log true strain
- Untuk kriteria Tresca, konversi dari tegangan geser didapat dengan
mengalikan tegangan geser dengan dua, sedangkan untuk regangan
geser didapat dengan membagi regangan geser dengan dua.
Untuk kriteria von Mises, konversi dari tegangan geser didapat dengan
mengalikan tegangan geser dengan akar tiga, sedangkan untuk
regangan geser didapat dengan membagi regangan geser dengan
akar tiga.

Uji puntir dapat menimbulkan dua macam patahan. Patahan ulet dan
patahan getas. Untuk patahan getas, bentuknya patahan heliks, sedangkan
patahan ulet akan menimbulkan patahan yang rata. Pada percobaan yang
kami lakukan, patahan yang didapat adalah patahan yang rata. Patahan
ini berbentuk rata karena tegangan geser yang maksimum. Pada uji puntir,
tegangan geser maksimum didapat pada sudut 900.

Dari percobaan yang kami lakukan. Didapat data nilai K dan n untuk
masing-masing kriteria, yaitu Tresca dan von Mises.

Untuk kriteria Tresca

K = 534 MPa, sedangkan nilai n = 0,2369

Untuk kriteria von Mises

K = 447 MPa, sedangkan nilai n = 0,2369

Nilai yang didapat masih cukup relevan jika dibandingkan dengan literatur.
Dari literatur yang kami dapat dari web wikipedia, nilai n dan K dari uji puntir
ini adalah

K = 530 - 1100 MPa, sedangkan nilai n = 0,15 - 0,23

Nilai n dari kedua kriteria sedikit melenceng dari nilai n di literatur. Nilai K yang
didapat pada kriteria von Mises juga sedikit melenceng dari literatur yang
kami gunakan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengolahan data yang
harus dilakukan cukup banyak. Selain itu, pengukuran dimensi spesimen
mungkin tidak teliti.

Dalam uji puntir, yang paling penting adalah pengolahan data dan
ketelitian dalam mengukur grafik. Pengolahan data dalam uji puntir terdiri
dari sembilan grafik yang berkesinambungan. Jika satu grafik saja tidak
tercapai, maka grafik lain tidak dapat dicari.

Setelah uji puntir dilakukan, akan timbul panas pada spesimen disebabkan
adanya gesekan antar atom pada bidang patahan. Selain timbulnya panas
pada spesimen, kekerasan dari spesimen juga meningkat. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya strain hardening pada spesimen.

Spesimen hasil uji puntir ini seharusnya memiliki panjang spesimen yang
tetap. Tetapi pada percobaan yang kami lakukan, terjadi pertambahan
panjang. Hal ini disebabkan pada mesin uji puntir, spesimen tidak bebas dari
gaya tarik. Jadi, masih ada gaya tarik yang terjadi pada spesimen dan
menimbulkan pertambahan panjang pada spesimen.

BAB V Kesimpulan dan Saran


- Sifat-sifat yang didapat dari uji puntir adalah torsional yield strength,
modulus of rupture dan modulus elastisitas geser. Torsional yield
strength adalah batas maksimum dari momen torsi yang dapat
diterima oleh suatu material sebelum terdeformasi plastis. Modulus of
rupture adalah batas maksimum tegangan geser sampai suatu
material patah. Modulus elastisitas geser adalah satuan batas suatu
material yang diberi tegangan geser sebelum terdeformasi plastis
- Jenis patahan yang disebabkan oleh tegangan geser ada dua
macam. Patahan karena uji tarik berbeda dengan patahan karena uji
puntir. Pada uji tarik, terjadi pengurangan luas penampang yang
terlokalisasi. Tidak seperti uji tarik, patah pada logam ulet di uji puntir
yang disebabkan tegangan geser ada pada bidang tegangan geser
maksimum. Patahannya akan sejajar dengan sumbu longitudinal.
Pada material yang getas, patah karena puntiran sejajar dengan
bidang tegak lurus dari arah tegangan tarik maksimum. Karena sudut
antara bidang tegangan geser maksimum dengan tegangan tarik
maksimum adalah 450 , patahan yang terjadi adalah patahan heliks.
- Untuk kriteria Tresca, untuk mencari tegangan geser dicari dengan
mengalikan tegangan dengan dua dan untuk regangannya dibagi
dengan dua. Untuk kriteria von Mises, untuk mencari tegangan geser
dicari dengan mengalikan tegangan dengan akar tiga dan untuk
regangannya dibagi dengan akar tiga.
- Dari percobaan uji puntir kali ini, didapat nilai-nilai dari sifat mekanik
spesimen yang diberi uji puntir.
Untuk modulus elastisitas geser
G = 2.737,7 Mpa
Untuk modulus of rupture
τu = 1,092 Gpa
Untuk Torsional Yield Strength nilainya adalah 888,9 MPa.

BAB VI Daftar Pustaka


Dieter, G.E “Mechanical Metallurgy” SI Metric Edition McGraw-Hill Book Co.1988

Callister, William, “ Materials and Science Engineering”, McGraw-Hill Book Co.


BAB VII

LAMPIRAN
Tugas Setelah Praktikum:

1. Buat Kurva momen torsi dengan θ, kemudian buat kurva antara Momen
torsi dengan θ’. Hitunglah tegangan geser dan regangan geser
sebenarnya dengan menggunakan persamaan yang tersedia. Ambil 8 titik
di setiap kurva untuk mendapatkan tegangan dan regangan gesernya.
Setelah itu dengan kriteria Tresca dan Von Mises buat kurva tegangan dan
regangan sebenarnya.
2. Hitung modulus Elastisitas geser, kekuatan geser maksimum, serta cari nilai
k dan n dari material yang diuji
3. Apa kelebihan dan kekurangan uji puntir dibandingkan dengan uji tarik
dalam mendapatkan besaran sifat mekaniknya> jawab dengan baik dan
tepat!
4. Analisis bentuk patahan dari uji puntir ini, Apa bedanya bentuk patahan uji
puntir untuk material ulet dan getas.

Jawaban:

1.

Mτ VS θ
120
100
80
60

40
20
0
0 5 10 15 20 25 30

120 Mτ VS θ'
100
80
Mτ 60
40
20
0
0 100 200 300 400 500
θ'
Epsilon
Sigma
163.7487894
1.534031652
204.6859867
1.635614636
225.1545854
1.609254495
294.7478209
1.7051154
384.8096551
1.751084915
409.3719735
1.74439844
505.5743872
1.797633067
614.0579602
2.264078986
767.5724503
2.200750354
818.743947
2.208786982

2. Modulus elastisitas geser = 45.29 Gpa

Kekuatan geser maks = 1.3072

Tresca

n = 0.2369

K = 0.534 Mpa

Von Mises

n = 0.2369

K = 0.44 MPa

3. Kelebihan :

- Tidak terjadi fenomena necking


- Terdapat kriteria Tresca dan Von Mises yang dapat memberikan
perhitungan yang lebih detail
- Regangan pada daerah plastis lebih besar dan konstan
sehingga memudahkan perhitungan
Kekurangan:

- Proses pengolahan data rumit sehingga kemungkinan kesalahan


akibat perhitungan menjadi lebih besar
- Hanya terbatas pada spesimen berbentuk tabung, karena jika
spesimen tidak berbentuk tabung maka persebaran gayanya
akan menyulitkan perhitungan

4. Jenis patahan yang disebabkan oleh tegangan geser ada dua macam.
Patahan karena uji tarik berbeda dengan patahan karena uji puntir. Pada uji
tarik, terjadi pengurangan luas penampang yang terlokalisasi. Tidak seperti
uji tarik, patah pada logam ulet di uji puntir yang disebabkan tegangan
geser ada pada bidang tegangan geser maksimum. Patahannya akan
sejajar dengan sumbu longitudinal. Pada material yang getas, patah karena
puntiran sejajar dengan bidang tegak lurus dari arah tegangan tarik
maksimum. Karena sudut antara bidang tegangan geser maksimum dengan
tegangan tarik maksimum adalah 450 , patahan yang terjadi adalah patahan
heliks.
Tugas Tambahan:

1. Kriteria apa yang baik untuk Konstruksi dan Kriteria apa yang baik untuk
Pembentukan atau forming? Mengapa demikian?

Jawaban:

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus membandingkan koefisien dari


safety factor yang dimiliki masing-masing kriteria, Kita tahu persamaan
safetyfactor adalah :
𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
safety factor = .
𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

Lalu kita tahu untuk Kriteria Treska : σ = 2 τ , sedangkan Von Mises σ = √3𝜏𝜏

2τ √3𝜏𝜏
maka safety factor treska = , safety factor Von Mises = . Misal
𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

tegangan gesernya adalah 2 dan 𝜎𝜎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 2, maka

4 2√3
Treska : = 2 sedangkan Von mises : , dapat disimpulkan safety factor
2 2
yang lebih besar adalah milik Tresca, jadi kriteria tresca adalah yang baik
untuk konstruksi atau pembangunan, tingkat keamanannya lebih tinggi.
Untuk Forming yang lebih baik adalah Von mises karena lebih mudah untuk
dibentuk.

Selain karena safety factor, kriteria Tresca lebih baik jika digunakan untuk
konstruksi karena jika dilihat dari grafik, kriteria Tresca berada di atas grafik
kriteria von Mises. Hal ini membuktikan bahwa kriteria Tresca memiliki torsional
yield strength yang lebih tinggi. Sehingga dengan kriteria Tresca spesimen
akan lebih sulit terdeformasi plastis. Sedangkan kriteria von Mises, lebih
mudah terdeformasi plastis. Sehingga akan lebih mudah dilakukan forming
karena kekuatan spesimen untuk kembali ke bentuk semula lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai