Disusun Oleh:
ERIKO BAGAS SETYAWAN
20508334002
D4 Teknik Mesin
Dosen:
Pendahuluan
c. Mampu menghitung besaran- besaran sifat mekanik material dari uji punter
Teori Dasar
Besaran yang terukur dari uji puntir adalah momen putar dan sudut putar specimen.
Untuk mengukur sudut putar digunakan alat yang disebut dengan troptometer
rθ
tan φ=
Sedangkan sudut putar ( θ ) didapatkan dari tan dimana L
setelah mendapatkan hasil kurva yang berupa Momen Putar (M) dengan sudut putar (
θ ) seperti gambar dibawah, dapat dihitung regangan geser dan modulus elastisitas
gesernya.
Twisting Moment
rθ
γ =tan φ=
Regangan geser adalah L
dM τ
3 Mτ (θ ' )2 +(θ ' )3 =2 πa3 (θ' )2 τ a
dθ'
A
Twisting Moment
M
Mmax
Offset D Angle of Twist
Dari persamaan 7 kita dapat ubah persamaan itu dengan melihat dari gambar 3.5
menjadi:
1
τ a= ( BC +3 CD )
2 πa3
Setelah didapatkan tegangan geser dan regangan gesernya maka diubah kedalam tegangan dan
regangan sebenarnya dengan menggunakan lingkaran Mohr dan memasukkan ke dalam criteria
dari tresca dan Von Mises. Untuk mengubah dari tegangan dan regangan geser ke tegangan dan
regangan sebenarnya, harus diperhatikan kondisi tegangan uji puntir.
BAB III
Data dan Hasil Percobaan
material : st-37
Kekerasan awal : 37.5 HRA
Kekerasan akhir : 46 HRA
panjang spesimen : 66 mm
diameter spesimen : 6.85 mm
kecepatan putar mesin : 16 rpm
jumlah putaran spesimen : 5.6
diameter spesimen di tempat yang patah : 5.3 mm
mesin uji yang digunakan : Tarno Grocki
40 39.92
35
30
Momen Puntir (Nm)
25
20
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Putaran (n)
PENGOLAHAN DATA
Dengan persamaan 2 n , maka diperoleh kurva vs MT sebagai berikut:
vs MT
45
40
Momen Puntir (Nm)
35
30
25
20
15
10
5
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
-5
Untuk menentukan batas luluh geser material uji kita dapat melihat kelinearan
kurva. Selain itu kita dapat menentukan batas luluh gesernya dengan cara offset yaitu
'
0,04 rad/m dari gage length. Dengan persamaan L , dimana L adalah panjang
' vs MT
45
40
35
30
25
MT
20
15
10
5
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-5
'
500
400
300
200
100
0
0 0 0 0 0 0 0
-100
(rad)
Dengan persamaan: 2 dan 2 , diperoleh kurva Tresca yaitu:
Tresca curve ( vs )
1400
1200
1000
933.79
800
600
400
200
0
0 0 0 0 0 0 0 0
-200
Dengan persamaan:
3 dan 3 , diperoleh kurva von Misces yaitu:
von miscesh
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-50
1200
1000
800
Von Miscesh
600
Tresca
400
200
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-200
tresca
8
7.8
7.6
7.4
ln
7.2
f(x) = 0.22 x + 8.72 7
6.8
6.6
-8.5 -8 -7.5 -7 -6.5 -6
ln
von miscesh
6.4
6.2
6
f(x) = 0.22 x + 7.45 5.8
ln
5.6
5.4
5.2
5
-8.5 -8 -7.5 -7 -6.5 -6
ln
K = 1713 MPa
BAB IV
Analisis Data
Uji puntir dilakukan untuk menentukan tegangan alir (flow stress) dari material,
menentukan batas luluh geser, dan menentukan modulus elastisitas geser dari material. Flow
stress adalah ketahanan material terhadap perubahan bentuk. Jadi pada kurva , flow stress
dimulai dari batas luluhnya hingga titik fracture-nya.
Pada uji puntir ini digunakan penampang berbentuk lingkaran karena merupakan
geometri paling sederhana untuk perhitungan tegangan. Ketika material diberi beban puntir
didapat diameter dan panjang spesimen yang berubah. Seharusnya pengujian yang kita
lakukan tidak merubah dimensi geometris dari spesimen karena beban yang kita berikan
hanya beban puntir dan tidak ada beban tarik ataupun tekan. Perubahan dimensi ini dapat
diakibatkan karena mesin uji puntir dan spesimen tidak tepat sesumbu. Hal ini terlihat dari
spesimen hasil uji yang bengkok sehingga ada kemungkinan terjadi beban bending ataupun
beban lainnya pada spesimen tersebut. Walaupun demikian untuk mendapatkan flow stress
yang lebih baik kita menggunakan uji puntir ini karena pada uji puntir tidak terjadi necking
(pengecilan penampang setempat) dan barreling (pembesaran penampang setempat).
Dari kuva MT – n yang kita dapatkan melalui percobaan, dapat diolah menjadi
kurva MT - θ' . Lalu dengan cara membuat gradien regangan dan gradien tegangan gesernya
kita dapatkan kurva tegangan – regangan geser. Penentuan gradien pada beberapa titik ini
perlu dilakukan untuk didapatkan hasil yang merepresentasikan tegangan – regangan
gesernya. Setelah itu, kita dapat membuat kurva tegangan – regangan sebenarnya dengan
metode Tresca dan metode von Misces. Sesungguhya konversi-konversi grafik yang kita
lakukan adalah untuk meminimalisir kesalahn akibat geometri specimen.
Setelah kita mendapatkan kurva alir (flow curve) melalui metode Tresca dan Von
Misces kita dapat menentukan koefisien tegangan dan koefisien strain hardening material
uji dengan membuatnya kedalam persamaan logaritma natural. Dari perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai koefisien tegangan dan koefisien strain hardening yang sedikit
berbeda dengan data literatur. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan ukuran
geometri (panjang dan diameter) akibat gaya yang bekerja tidak murni gaya puntir saja.
Selain itu sulitnya membuat gradien tegangan dan regangan gesernya membuat kurva yang
didapat kurang tepat.
BAB V
Kesimpulan
2. Hasil percobaan jika dibandingkan dengan data literature sesuai bahan uji menunjukkan
nilai yang relative sama.
BAB VI
Daftar Pustaka