NPM 18040035
GRUP : 3G6
Saifurohman, S.ST.
Engkon
2020
PENGUJIAN KEKUATAN JAHITAN (SEAM STRENGTH)
5 cm 1.3 cm
1.5 cm
20 cm
2.5 cm
V. LANGKAH KERJA
Mengatur jarak jepit contoh uji pada dinamometer tepat di tengah penjepit yg berjarak 7.5
cm.
Menjepit contoh uji dan diatur sehingga jahitan putus di tengah.
Menjalankan dinamometer sampai jahitan putus.
Mencatat nilai kekuatan jahitan.
Mengamati dan mencatat evaluasi contoh uji : apakah jahitan putus, kain sobek atau
kedua-duanya.
Lusi Pakan
No
Kekuatan (kg) Kekuatan (kg)
1 16 8
2 15.7 7.8
3 15.8 7.9
x¯ 15.83 7.9
VII. PERHITUNGAN
No Lusi Pakan
Kekuatan (kg) ( x1 - x¯)2 Kekuatan (kg) ( x1 -
x¯)2
1 16 0.0289 8 0.01
2 15.7 0.0169 7.8 0.01
3 15.8 0.0009 7.9 0.01
∑ 47.5 0.4589 23.7 0.03
a. Lusi
SD = Σ x1− x¯ 2 0.4589
n−1
= = 0.47
2
0.47
CV = SDx 100% = x 100% = 0,98%
x¯
47.5
b. Pakan
Σx−¯2 0 . 03
SD = n1−1x
= = 0.1
2
CV = SDx 100% =
x
¯
0.01
x 100% = 5 %
23.7
VIII. KESIMPULAN
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :
Rata-rata kekuatan jahit lusi : 15.83.
Standar Deviasi kekuatan jahit lusi : 0.47 kg
Koefisien Variasi kekuatan jahit lusi : 0.98 %.
Rata-rata kekuatan jahit pakan : 7.9.
Standar Deviasi kekuatan jahit lusi : 0,1 kg
Koefisien Variasi kekuatan jahit lusi : 5 %.
PENGUJIAN SLIP JAHITAN
Untuk mengetahui dan menghitung besarnya slip jahitan dengan bukaan 3 mm dan 6 mm.
Pakaian sehari-hari tidak akan lepas dari gesekan-gesekan maupun tarikan terhadap pakaian
yang digunakan. Gesekan dan tarikan tersebut dapat mengakibatkan jahitan pada pakaian rusak,
sebelum terjadi kerusakan tersebut sering terjadi slip benang kain (yarn fabrics) pada daerah
jahitannya.
Kerusakan tersebut sulit diperbaiki dengan penjahitan, sehingga pakaian tersebut tidak dapat
dipakai. Oleh karena itu pengukuran tahan selip pada kain tenun diperlukan dalam pengendalian
mutu.
Prinsip pengujiannya selip jahitan dilakukan dengan cara contoh uji dilipat, kemudian dijahit di
dekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong. Contoh uji ditarik ke arah tegak lurus jahitan,
sehingga dapat ditentukan besarnya gaya yang menyebabkan terjadinya pergeseran benang selebar
yang ditentukan (3mm atau 6mm).
Alat uji kekuatan tarik dengan system laju mulur tetap (Instron), jarak jepit 7,5 cm,
menggunakan penjepit untuk pengujian kekuatan cara cekau
Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan 5:1
Kecepatan penarikan (100±10) mm/menit
Gunting
Mesin Jahit listrik
Jarum Jahit
Benang Jahit
Penggaris dengan skala mm
Jangka sorong
IV. CONTOH UJI
29 cm
Dijahit
2 cm
40 cm
10
10 cm
Digunting
1,2 cm
11 cm
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar untuk pengkondisian dan pengujian
Potong contoh uji sesuai dengan gambar disamping, buat masingmasing 3 contoh uji untuk arah
lusi dan 3 contoh uji untuk arah pakan.
Jahit, dengan jumlah stitch 12
V. CARA UJI
Ukur jarak (a) antar kurva pada gaya 0,5 Kg (5N) yang merupakan tegangan awal dari contoh uji
saat dijahit
Untuk slip 3mm: tambahkan 15 mm pada jarak (a)
Untuk slip 6 mm: tambahkan 30 mm pada jarak (a)
Tentukan jarak antara dua titik pasang kurva yang dipisahkan oleh jarak (a) + 15 mm atau jarak (a)
+ 30 mm
Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam Kg (N) pada sumbu kurva kekuatan sampai 2N
terdekat
Besarnya tahan selip adalah gaya tersebut dikurangi 0,5 Kg
Apabila pemisah antara dua kurva lebih dari 20,4 Kg (200 N) dan apabila kainnya sobek
pemisahan kurva tidak ada,
laporkan kekuatan saat sobek
Lusi
Bukaan 3mm
Ukur jarak antar kurva pada gaya 0,5 Kg = (a)
Slip 3 mm= (a) + 15 mm = 0 mm + 15 mm = 15 mm
Tentukan jarak antar dua titik pasang kurva yang dipisahkan dengan jarak 0+15 mm = 15
mm(b)
Baca besarnya gaya pada dua titik tersebut = 15,5 Kg (c)
Besaran tahan selip untuk 3mm =15,5 Kg - 0,5 Kg = 15 Kg
Bukaan 6 mm
= (a) + 30 mm = 0 mm + 30 mm = 30 mm
Tentukan jarak antar dua titik pasang kurva yang dipisahkan dengan jarak 30 mm = (tidak ada
pada kurva)
Besarnya tahan slip untuk 6 mm = > 20,4 Kg
Pakan
Bukaan 3mm
Ukur jarak antar kurva pada gaya 0,5 Kg = (a)
= (a) + 15 mm = 0 mm + 15 mm = 15 mm
Tentukan jarak antar dua titik pasang kurva yang dipisahkan dengan jarak 0+15 mm = 15
mm(b)
Baca besarnya gaya pada dua titik tersebut = 9,5 Kg (c)
Besaran tahan selip untuk 3mm =9,5 Kg - 0,5 Kg = 9 Kg
Bukaan 6 mm
= (a) + 30 mm = 0 mm + 30 mm = 30 mm
Tentukan jarak antar dua titik pasang kurva yang dipisahkan dengan jarak 30 mm = (tidak ada
pada kurva)
Besarnya tahan slip untuk 6 mm = > 20,4 Kg
Bukaan 3 mm
Nilai slip jahitan lusi > nilai slip jahitan pakan
Bukaan 6mm
Nilai slip jahitan lusi = nilai slip jahitan pakan
VIII. KESIMPULAN
1. Benang single
2. Benang double
Kegunaan benang jahit dalam proses pembuatan garmen harus sangat diperhatikan, karena
dalam proses produksi, bila keadaan benang tidak baik hal itu dapat menghambat proses
produksi sehingga hasilnya akhir tidak akan maksimal.
Hal–hal yang dapat terjadi pada proses penjahitan akibat ketidak stabilan benang sbb :
1. Kekuatan benang
2. Kekuatan benang sangat penting dalam melakukan proses penjahitan, karena ketidak kuatan
benang pada proses penjahitan mengakibatkan benang tersebut akan cepat putus.
3. Ketidak rataan pada benang
4. Ketidak rataan pada benang dapat menjadikan gumpalan jahitan.
5. Banyak gumpalan pada benang
6. Piling bisa menghambat berjalannya benang yang masuk pada jarum sehingga benang
tersebut akan putus.
7. Twist yang tinggi akan menambah mulur benang sebelum putus pada waktu penarikan
III. ALAT & BAHAN
Asanometer / Asano (single yarn strength tester) jarak jepit 50cm
Kapasitas beban = 500 & 2000 gram
*Rentang pembacaan sekala pada alat = 20% - 80%
10 cm 1 cm 5 cm
40 cm
20 cm
V. CARA KERJA
1. Mengecangkan kunci pengatur mulur, kmudian pasang benang melalui pengantar dan
jepitkan pada klem atas (pasif) selanjutnya kencangkan.
2. Melepaskan kunci pengatur mulur dan pasang benang pada klem bawah (aktif) dengan
memberikan tegangan awal sampai pada batas yang ditentukan, kemudian kencangkan.
3. Menarik handle ke belakang untuk menjalankan mesin hingga benang terputus.
4. Bila benang putus, dorong handle ke posisi tengah dan membaca skala kekuatan (g0 dan
mulurnya (%/mm).
5. Mendorong handle ke arah depan, kemudian mengembalikan jarum penunjuk skala ke posisi
semula sambil menarik bandul penahan roda gigi racet.
Cara Perhitungan :
No.benang (tex)
31210
SDkekuatan = Σ x−x¯ 2
= = 12122
9
n−1
SD = Σ x−x¯ 2 = = 11139
11162 쳌
mulur n−1
9
CV kekuatan = SD x 100%
x¯
CV mulur = SD x 100%
x¯
11139
= x 100% = 5,88 %
1913 쳌
= 011112 = 0,00014
gthN
1023 (tex)
1023 gr x 32193
= 1000 = 33,68 Km
Panjang
No. Berat (g) Nm Ne Td Tex (Xi- X )
(m) 2
1. 5 0,15214 32,86 19,39 273,89 30,43 (19,39 - 19,43) = 0,0016
2. 5 0,15110 33,09 19,52 271,98 30,22 (19,52 - 19,43) = 0,0081
3. 5 0,15221 32,85 19,38 273,97 30,44 (19,38 - 19,43) = 0,0025
X = X = X = X =
= 0,0122
32,93 19,43 273,28 30,36
Σ x−x¯ 2 010122
SDbenang/helai = n−1 = 2
= 010ꗠ21
CV benang/helai = SD x 100%
x¯
010ꗠ21
= 191 쳌 3
x 100%
= 0,39 %
Jumlah twist pada benang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik benang, pemakaian
benang (apakah untuk lusi, pakan atau rajut) dan juga kenampakan (appearance). Arah twist
pada benang dibedakan atas : arah kanan atau arah Z dan arah kiri atau S.
III. ALAT & BAHAN
Twist tester
Jarak jepit 50cm
Jarum pentul
Beban sesuai tabel berikut :
Ne1 Td Beban
38 0 – 139 1
38 – 24 140 – 224 2
23 – 11 225 – 529 5
10 – 15 530 – 1129 10
Perhitungan.
Benang Single
TPM
- Data 1
TPM = JuNlhh Puththn
TPM = 414
- Data 2
TPM = JuNlhh Puththn
TPM = 415
- Data 3
TPM = JuNlhh Puththn
TPM = 415
TPI
Data TPI (x -
x¯)2
1 20,7 0,0009
2 20,75 0,0004
3 20,75 0,0004
∑ 62,2 0,0017
x¯ 20,73
JuNlhh Puththn
e= 2 x 10
SD dan CV
Σ (t− t¯)2 n−1
SD = = 01001ꗠ = 0,029
2
SD 01029
CV = x 100 % = x 100 % = 0,13%
x¯ 201ꗠ3
Benang Gintir
TPI
JuNlhh Puththn
Benang Gintir = 10
Data TPI (x -
x¯)2
1 41,4 0,0036
2 41,5 0,0016
3 41,5 0,0016
∑ 124,4 0,0068
x¯ 41,46
SD dan CV
II. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat kesimpulan :
Benang gintir
Twist Per Inchi = 41,46
SD = 0,058
CV = 0,13%
Benang single
Twist Per Inchi = 20,73
SD = 0,029
CV = 0,13%
CRINKLE BENANG
I. MAKSUD & TUJUAN
Untuk mengetahui dan menghitung mutu benang dilihat dari kringkle benang.
II. TEORI DASAR
Dalam perdagangan besarnya kringkle dari suatu benang tidak terlalu diperhatikan.
Akan tetapi pengujian atau evaluasi terhadap besarnya kringkle dari suatu benang tetap
diperlukan untuk tujuan pengendalian mutu ataupun proses-proses tekstil lainya.
Terjadinya kringkle disebabkan karena pengaruh adanya twist pada benang. Apabila
twist pada benang besar, maka kringkle yang terjadi pun akan semakin besar.
Kringkle terjadi atau terdapat pada benang single, kringkle tidak terdapat pada
benang gintir dikarenakan benang gintir terdiri dari 2 atau lebih benang dimana twist antara
benang yang satu dengan twist benang yang lain saling meNe1tralkan.
Kringkle ini dapat diukur dengan sebuah alat yaitu Kringkle Factor Meter. Alat ini
terdiri dari sebuah papan dengan penghantar-penghantar benang yang dipasang zig-zag
disisi-sisi atas dan bawah papan. Penghantar-penghantar bagian atas berfungsi sebagai
penahan / penjepit benang. Pada bagian tengah papan terdapat skala-skala untuk mengukur
tinggi kringkleyang terjadi.
Pada benang kringkle dapat dihilangkan dengan proses pemanasan benang atau
disebut dengan Heat Set. Dengan proses tersebut benang-benang dikondisikan dengan panas
sehingga benang tidak akan mengalami kringkle lagi.
III. ALAT & BAHAN
Crinkle faktor meter
Beban 0,5 gram sebanyak 5 buah
IV. CARA KERJA
Memutar tombol pada posisi “FREE”
Mengaitkan benang pada pen atas yang pertama, lalu memutar tombol pada posisi “1
Cramp”
Benang ditarik lalu dikaitkan pada pen bawah yang pertama lalu ditarik kembali dan
dikaitkan pada pen atas yang terakhir, tegangan benangnya jangan terlalu tegang dan
jangan terlalu kendor.
Setelah sampai pada pen atas yang terakhir, memutar tombol pada posisi “1-5 Cramp”
Semua benang yang dikaitkan pada pen bawah, satu per satu dikaitkan oleh beban.
Kemudian pada tekukan bawah diberikan pemberat dan dibiarkan terjadi kringkle
benang. Panjang kringkle diukur dengan skala yang ada.
CRINK 1 2 3 4 5 X (Xi- X )
No. 2
1. 0 0 0 0 0 0 0
2. 0 0 0 0 0 0 0
3. 0 0 0 0 0 0 0
4. 0 0 0 0 0 0 0
5. 0 0 0 0 0 0 0
X =0 ∑=0
Σ x−x¯ 2
SDbenang/helai = = 0 =0
n−1 0
CV benang/helai = SD x 100%
x¯
= 0 x 100%
0
= 0%
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai kringkle adalah 0.
TEBAL BENANG
No. x (Xi- X )
2
1. 17,0 mm 0,04
2. 16,5 mm 0,09
3. 16,5 mm 0,09
4. 17,0 mm 0,04
5. 17,0 mm 0,04
X= 16,8 = 0,3
Σ x−x¯ 2
SD = = 013 = 012ꗠ32
n−1
쳌
CV = SD x 100%
x¯
012ꗠ32
= 1612
x 100%
= 0,0163 %
VII. KESIMPULAN
Setelah mengamati praktikum yang ada dan menghitungny, maka terdapat data yang bisa
diambil yaitu :
SD = 012ꗠ32
CV = 0,0163 %
Pengujian Zipper
Gigi zipper
Serangkaian komponen yang tampak seperti deretan gigi yang akan menyatu dengan posisi
saling mengunci ketika kepala zipper digerakkan. Jika sisi kiri dan kanan digabungkan,
bagian ini akan membentuk rantai.
Kain pita (tape)
Kain yang berbentuk pita yang merupakan tempat gigi zipper dipasangkan. Kain pita dibuat
khusus untuk menjadi bagian dari zipper.
Rantai zipper
Bagian dari zipper yang berbentuk gig-gigi atau elemen yang saling mengait dan mengunci
(interlock)
Penahan bawah
Bagian dari zipper yang terletak pada bagian ujung bawah yang berfungsi untuk membuat
kepala zipper tertahan sehingga tidak lepas dari zipper.
Penahan atas
Bagian dari zipper yang terletak pada bagian ujung atas yang berfungsi untuk membuat
kepala zipper tertahan sehingga tidak lepas dari zipper.
Pengujian kekuatan zipper:
1. Pasangkan risleting/zipper pada klem atas (3 titik pengujian; top stop, slider lock,
bottom stop)
SD
Σ (x1 −x¯)2 n – 1
= CV = SD ×100%
¯
X
= 010 쳌 2 ×100%
= 0103ꗠ 1126
쳌 = 0,82 %
= 0,048
Slider Lock (KgF)
Slider Stop (KgF)
DATA 1 DATA 2 DATA 3 DATA 4 DATA 5
14,5 14 14,25 14,5 14,45
Standar Deviasi
(SD)
Coefisien Variasi (CV)
Σ (x1 −x¯)2 n – 1
SD = CV = SD ×100%
¯
X
011320
=
쳌
= 0,09
Top stop
- SD = 0,048
- CV = 0,82 %
Slider Lock
- SD = 0,108
- CV = 0,754 %
Bottom stop
- SD = 0,09
- CV = 0,97 %
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengujian kekuatan zipper didapatkan hasil sebagai berikut:
TOP STOP SILINDER BOTTOM STOP
LOCK
SD 0,048 0,108 0,09
CV 0,82% 0,754% 0,97 %
PENGUJIAN KEKUATAN KANCING
Kancing adalah alat kecil yang berbentuk pipih dan bundar yang
dipasangkandengan lubang kancing untuk menyatukan dua helai kain yang
bertumpukan, atau sebagai ornamen. Selain berbentuk bundar, juga ada yang
berbentuk bulat, persegi, maupun segitiga.
Bahan yang paling umum digunakan pada kancing adalah dari plastik keras, bahan
lain (sintetik) seluloid, gelas, logam dan bakelit, tanduk, tulang, gading, kerang
dan lain-lain. Lubang pada kancing dibuat dengan melubangi kain dan menjahit
pinggirannya dengan jarum tangan atau mesin pelubang kancing, yang bisa dibuat
secara vertikal maupun horizontal.
b. Jenis kancing
1. Kancing lubang dua atu empat
Permukaan kancing terdapat lubang-lubang tempat lewat jalur
benang jahitan, kancing seperti ini dapat dipasang dengan jahitan tangan
atau mesin.
2. Kancing jepret (kancing tekan atau kancing hak)
Terdiri dari dua bagian cembung dan cekung.Kedua bagian ini
mengunci bila ditekan atau terlepas bila ditarik
3. Kancing Bungkus
Pada kancing bungkus ini kainlah yang digunakan untuk
membungkus kancing. Sedangkan lubang untuk jalur benang berada di
bawah.
4. Kancing Sengkelit
Kain yang dipasangkan dengan rumah kancing berupa sengkelit dari
lipatan kain.
5. Kancing Cina
Kancing dan rumah kancing dibuat dari simpul-simpul tali kor.
Karena kancing merupakan salah satu aksesoris yang sering digunakan dalam
pembuatan garmen
8 x 9,8 = 78,4 N
Standar Deviasi
Coefisien Variasi (CV)
(SD)
CV = SD ×100%
Σ (x1 −x¯)2 n – 1 ¯
X
SD = 0139
= ×100%
2
01621
= = 4,8 %
쳌
= 0,39
Dari ketiga interlining yang uji, didapatkan angka rata-rata yang tidak jauh berbeda
pada setiap percobaan.
Hasil pengujian : ẋ
kekuatan = 9,24 Kg
SD = 0,036
CV = 0,38 %
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengujian daya rekat interlining didapatkan hasil sebagai
berikut:
kekuatan = 9,24 Kg
SD = 0,036
CV = 0,38 %
PENGUJIAN ELASTIK
Jenis elastik bermacam-macam yaitu elastik kepang, elastik rajut, elastik tenun,
elastIk transparan. Elastik kepang biasanya dijahit dengan cara dibungkus karena
jenis elastik ini dapat menyempit saat diregangkan. Jika dijahit langsung dengan
kain, elastik ini tidak mampu mempertahankan peregangan dan bentuknya. Elastik
rajut memiliki sifat yang lembut, ringan, dan kuat. Elastik ini bisa dijahit langsung
dengan kain ataupun dengan cara dibungkus. Jenis elastik ini sesuai untuk semua
jenis elastik.
Elastik tenun memiliki ketebalan dan kekuatan yang lebih dari jenis elastik yang
lain. Ketika dijahit langsung ke kain dapat mempertahankan lebar dan regang.
Elastik transparan, berbentuk pita yang terbuat dari bahan sintetis. Elastik ini dapat
meregang hingga empat kali panjang ukuran biasa dan tidak merusak bentuk dan
ukuran aslinya. Elastik ini terbuat dari bahan poliuretan dan tidak mengandung
karet.
Menghitung pertambahan panjang pita elastik antara pangjang awal dan panjang
akhir contoh uji, setelah diberi beban selama wakt tertentu dan beban tersebut
dilepas kembali. Contoh uji berupa elastik ban pinggang sepanjang 50 cm yang
dibiarkan menggantung beban selama bebarapa detik, 3 x 5 detik; 10 detik; dan 30
detik. Lalu diukur pertambahan panjang dan elastisitasnya. Jika prosentase mulur
lebih dari 7% atau 8% maka elastik tersebut tidak dapat digunakan sebagai ban
pinggang.
Perhitungan 10 detik
Standar Deviasi (SD)
Σ (x1 −x¯)2 n – 1
SD =
2
= 2
=1
Coefisien Variasi (CV)
CV = SD ×100%
¯
X
1
= ×100%
2ꗠ
= 1,1 %
Perhitungan 30 detik
Standar Deviasi (SD)
Σ (x1 −x¯)2 n – 1
SD =
0
= 2
=0
Coefisien Variasi (CV)
CV = SD ×100%
¯
X
0
= ×100%
1ꗠ
=0%
Pada pertambahan panjang, ketiga data didapatkan angka yang sama, sehingga SD
dan CV tidak beragam.
Hasil perhitungan :
Elastik
- SD =1
- CV = 1,1 %
- Perhitungan= 60 %
Pertambahan panjang
- SD =0
- CV =0
- Perhitungan= 0 %
.
VIII.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengujian elastik didapatkan hasil sebagai berikut:
Perhitungan 10 detik = 8 ૠ−5 ૠ x 100 = 60%
10
5 ૠ−5 ૠ
Perhitungan 30 detik = x 100 = 0 %
10
Perhitungan 10 detik
Standar Deviasi (SD) = 1
Coefisien Variasi (CV) = 1,1 %
Perhitungan 30 detik
Standar Deviasi (SD) = 0
Coefisien Variasi (CV) =0%