(Kekuatan Perhelai)
V. Perhitungan
Dik :
Jarak jepit = 50 cm
Kecepatan penarikan = 500 mm/menit
Beban = 500 gr
Kapasitas beban = 2000 gr
∑ (𝑥−𝑥̅ )2
SD = √
𝑛−1
SD (kekuatan) SD (Mulur)
19840 4289
SD = √ SD = √
10−1 10−1
= √2204,44 = √476,56
= 46,95 = 21,83
Koefisien variasi (CV)
𝑆𝐷
CV = ̅ × 100 %
𝑋
CV (kekuatan) CV (Mulur)
46,95 21,83
CV = ̅̅̅̅̅̅̅ × 100 % CV = × 100 %
1984 0,4289
= 2,37 % = 50,9 %
VI. Diskusi
Kekuatan benang adalah daya tahan benang terhadap gaya yang bekerja pada
benang secara maksimal sehingga benang putus, Pada saat pengujian kekuatan
Tarik biasanya sering dilakukan pengujian mulur juga.
Setelah melakukan pengujian maka didapatkan hasil sebagai berikut, nomor
benang uji memiliki nilai 31,58 tex dan Ne 19 maka didapat standar nilai
maksimal untuk CV adalah 9 % sedangkan nilai hasil uji adalah 2,37 % adapun
nilai maksimal standar mulur yang terdapat dalam SNI adalah 17 % dan nilai
mulur hasil uji adalah 17,91 % maka pengujian mulur yang dilakukan nilainya
tidak sesuai dengan nilai standar pada SNI hal ini diakibatkan karena beberapa
masalah terkait teknis pengujian seperti mesin yang sudah mulai menurun
fungsinya akibat sudah terlalu lama dan sering dipakai maka akan
mengakibatkan penjepit benang yang sudah longgar sehingga nilai mulur pada
mesin yang didapatkan kurang akurat. Meskipun nilai uji mulur tidak sesuai
dengan standar yang ada namun hasil uji kekuatannya sudah memiliki nilai uji
lebih dari nilai SNI, yaitu nilai kekuatan tarik per helai menurut SNI adalah 966
gr dan hasil ujinya memiliki kekuatan tarik per helai sebesar 1.076 gr. Maka
nilai kekuatan tariknya telah memenuhi SNI
VII. Kesimpulan
Hasil pengujian mulur tidak sesuai dengan SNI karena beberapa factor
kesalahan pada teknis pengujian seperti penguji yang kurang teliti saat melihat
hasil uji pada skala Asanometer yang ada atau juga mesing yang fungsinya
mulai berkurang. Maka solusinya praktikan harus lebih teliti pada saat melihat
skala pada mesin dan perlunya perawatan secara rutin terhadap mesin untuk
menghindari kesalahan nilai hasil uji. Pengujian kekuatan tarik dan mulur kain
terdapat pada SNI 7650.
Lampiran
Pengujian Mutu Benang
Jahit (Crincle)
V. Perhitungan
Hasil Uji
Benang C1 C2 C3 C4 C5
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
𝒙̅ 0 0 0 0 0
Crinkle rata- rata = 0
Standar Deviasi (SD) = 0
Koefisien Variasi (CV) = 0
VIII. Diskusi
pengertian dari benang jahit menurut SNI tekstil – benang jahit. Benag jahit
yaitu benang dengan antihan dan gintiran yang seimbang, yang umumnya diberi
zat pelumas pada permukaan untuk membantu meningkatkan efisiensi proses
penjahitan. Sehingga nilai crincle yang didapat hasilnya 0 karena crinkle dapat
menggangu pada proses penjahitan seperti benang yang menggumpal akibat
benangnya melintir, hasil jahitan yang tidak rapih, dan lainnya. Pada pengujian
benang jahit yang dilakukan praktikan, nilai crinkle nya adalah 0. Maka benang
uji dapat memenuhi SNI sehingga benang tersebut layak untuk dijadikan
benang jahit.
IX. Kesimpulan
Nilai Crincle yang harus dimiliki oleh benang jahit adalah 0 seperti yang
tertera dalam SNI 08-0360-2000, Mutu Benang Jahit.
Lampiran
Pengujian Mutu Benang Jahit
(Twist / Antihan )
Hasil uji
pengujian Jumlah twist
1 470
2 390
3 401
̅
𝒙 420,3
= 802
Twist Per Inch (TPI)
Benang Gintir Benang Single
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑇𝑃𝐼𝑏1 = ′′
𝑇𝑃𝐼𝑏1 = ′′
10 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 2 𝑥 10 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡
470 470
= =
(10′′ ∶ 2.54) (2𝑥: 3,94)
= 119,28 = 79,93
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 390
𝑇𝑃𝐼𝑏2 = ′′
𝑇𝑃𝐼𝑏2 =
10 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 5,88
390
= = 66,32
3,94
= 96,45
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 401
𝑇𝑃𝐼𝑏2 = ′′ 𝑇𝑃𝐼𝑏3 =
10 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 5,88
401
= = 68,2
3,94
= 101,78
𝑇𝑃𝑀
TPI =
39,37
420,3
=
39,37
= 10,68
Standar deviasi
x (𝒙 − 𝒙̅ )𝟐
940 9866,44
780 3680,85
802 1495,36
∑ 15042,65
= 86,73 = 10,32 %
VI. Diskusi
Data yang didapat dari hasil pengujian CV dari benang adalah10,32 % .
menurut SNI pengertian dari benang jagit adalah benanng yang diberi gintiran
secara seimbang. Dan hasil dari perhitungan yang dilakukan berdasarkan TPM
dan TPI setiap putarannya memiliki selisih yang berbeda sehingga gintiran
yang di berikan sudah cukup seimbang
VII. Kesimpulan
SNI 8213 : 2016 Teksti - Benang Jahit bagian 3 istilah dan definisi “Benang
jahit adalah benang dengan antihan atau gintiran yang seombang,…”
Lampiran
Pengujian Mutu Benang Jahit
(Nomor Benang)
Tex
Menyatakan berat benang setiap panjang 1.000 meter
1𝑜𝑜𝑜 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)
Tex =
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
Panjang benang : 50 cm
: 0,5 m x 10 (helai)
:5m
Benang 1
Penomeran tidak langsung Penomeran Langsung
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 9𝑜𝑜𝑜 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)
𝑁𝑀 = TD =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
5𝑚 9𝑜𝑜𝑜 𝑥 0,15723
= =
0,15723 𝑔𝑟 5
= 31,801 = 283,01
0,0065
= = 31,446
0,00035
= 18,57
Benang 2
Penomeran tidak langsung Penomeran Langsung
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 9𝑜𝑜𝑜 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)
𝑁𝑀 = TD =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
5𝑚 9𝑜𝑜𝑜 𝑥 0,15798
= =
0,15798 𝑔𝑟 5
= 31,65 = 284,364
0,0065
= = 31,6
0,00038
= 17,1
Benang 3
Penomeran tidak langsung Penomeran Langsung
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 9𝑜𝑜𝑜 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)
𝑁𝑀 = TD =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
5𝑚 9𝑜𝑜𝑜 𝑥 0,15979
= =
0,15979 𝑔𝑟 5
= 31,29 = 287,22
0,0065
= = 31,96
0,00035
= 18,57
Rata - Rata Nomor Benang
Benang NM 𝑵𝒆𝟏 Tex TD
1 31,80 18,57 31,45 283,010
2 31,65 17,1 31,60 284,364
3 31,29 18,57 31,96 287,220
̅
𝒙 31,58 18,08 31,67 284,865
SD dan CV
𝑵𝒆𝟏 (𝒙 − 𝒙̅ )𝟐
18,57 0,1225
17,1 1,2544
18,57 0,1225
̅ = 18,08 ∑ = 1,4991
𝒙
= √0,7497 = 4,789 %
= 0,8659
VI. Diskusi
Penomeran benang dibagi menjadi 2 metode yaitu penomeran langsung dan
tidak langsung, pada pengujian nomer benang ni data yang dibutuhkan adalah
panjang dan berat benang. Pada pengujian nomor benang kali hanya menghitung
SD dan CV untuk penomeran benang Ne1 dikarenakan data yang dibutuhkan
hanyalah data tersebut untuk di proses pada beberapa pengujian setelahnya.
Didapatkan data SD benang yaitu 0,8659 dan CV benang yaitu 4,789 %.
VII. Kesimpulan
Data yang didapatkan oleh praktikan sesuai SNI ISO 2060, Tekstil-
benang dari gulungan – Cara uji nomor benang (berat per satuan
panjang ) dengan metode untaian.
Lampiran
Pengujian Mutu Benang Jahit
(Tebal Benang)
V. Perhitungan
= 0,0055 = 2,81 %
VI. Diskusi
Ketebalan benang jahit akan berpengaruh pada saat proses penjahitan,.hasil
ketebalan yang sama akan menghasilkan benang yang rata yang bergerak
dengan lancer dan cepat. Benang yang tidak rata dapat menjadikan benang
mudah putus dan macet. Data yang didapat prektikan dilihat dari ukuran tebal
rata rata benang sudah relative sama. Sehingga benang layak untuk dijadikan
benang jahit
VII. Kesimpulan
Bennag memiliki ketebalan yang relative rata sehingga sudah layak dijadikan
benang jahit.
Lampiran