Disusun oleh ;
Nama : Mira Nur Latifah
NPM : 20440028
Group : 2G6
Dosen : Wine R., S.ST., M.Ds.
Anyaman dasar:
1. Polos
Karakteristik anyaman polos merupakan anyaman yang paling
sederhana, benang pakan menyilang saling bergantian diatas benang
lusi dan berikutnya dibawah benang lusi begitu berulang seterusnya
2. Keper/Twill
Karakteristik anyaman keper yaitu benang-benang lusinya
menyilang diatas atau dibawah dua benang pakan atau lebih, dengan
silangan benang lusi sebelah kiri atau kanannya bergeser satu benang
pakan atau lebih untuk membentuk garis diagonal atau garis keper
3. Satin
Karakteristik anyaman satin yaitu mempunyai efek-efek yang
panjang baik kea rah lusi maupun pakan yang mengakibatkan kain lebih
mengkilap, menempati sebagian permukaan kain, titik silangan tersebar
merata
Tetal benang merupakan jumlah benang lusi atau benang pakan setiap
satuan panjang tertentu baik dalam satuan inci maupun cm. Cara menentukan
tetal benang dapat menggunakan loupe/Kaca pembesar, densi meter, dengan
mengurai atau meniras benang satu per satu pada kain contoh uji
Crimp merupakan perubahan panjang benang karena adanya silangan-
silangan pada kain tenun. Terdapat dua hal yang berhubungan dengan
perubahan panjang; Crimp (%) yaitu perubahan panjang benang dalam
keadaan lurus menjadi panjang dalam kain, dibandingakan terhadap panjang
kain tenun dan Take Up (%) yaitu perubahan panjang bennag dalam keadaan
lurus menjadi panjang dalam kain dibandingkan terhadap panjang benang
dalam keadaan lurus.
Nomor benang setelah menjadi kain umumnya tidak tepat sama dengan
nomor aslinya. Penentuan nomor benang dari kain tenun dipakai hanya untuk
memperkirakan saja nomor benang yang dipakai pada kain tersebut.
Pengujian nomor benang pada kain contoh uji dengan cara
Alat Bahan
Alat ukur Neraca analitik Contoh uji 10 x 10 cm
Alat ukur penggaris
Jarum
Gunting
Alat tulis dan Kertas
1. Tentukan arah Lusi dan arah Pakan, arah lusi diberi tanda garis/panah.
2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 2 (dua) tempat yang berbeda, cari rata-ratanya
(lusi = 77 helai/inci, pakan = 53 helai/inci).
3. Kain contoh dipotong 10x10 cm, kemudian tibang
4. Ambil benang lusi danpakan dari sisi yang berbeda (kiri-kanan dan atas-
bawah), masing-masing 5 helai sehingga jumlah benang lusi = 10 helai,
benang pakan = 10 helai. Timbang dan ukur masing-masing panjang benang.
5. Hitung mengkeret lusi dan pakan:
- Panjang rata-rata dari kain contoh = PK (10 cm)
- Rata-rata panjang benang setelah diluruskan = PB
𝑷𝑩−𝑷𝑲
Mengkeret benang => 𝑴 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = ⋯ %
𝑷𝑩
Mengkeret benang pakan
𝟏𝟎,48−𝟏𝟎
𝑴= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 4,58 %
𝟏𝟎,,48
▪ Dengan Perhitungan
• Berat Benang Lusi/m2
hl 100
Tetal ( )x 100 (panjang) x 100(lebar) x [ ]
cm 100−ML
= Nm Lusi x 100
100
44 x 100 x 100 x [ ]
100−4,76
= 70 x 100
= 65,37 g/m2
= 36,36 g/m2
65,37 −36,36
= 65,37
x 100% = 44,37 %
▪ Gambar anyaman
1.5 Diskusi
Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan diketahui bahwa kain contoh uji/ sampel yang
diteliti merupakan kain anyaman polos, karena memiliki ciri-ciri hasil anyaman sama
seperti anyaman polos, salah satu ciri-cirinya adalah satu naik satu turun.
2 Kesimpulan
Mengkeret benang
Lusi Pakan
4,76 % 4,58 %
Nomor Benang
Lusi Pakan
Nm = 70 Nm = 75
Ne1 = 41,35 Ne1 = 44,22
Tex = 14,28 Tex = 13,35
Td = 128,51 Td = 120,22
Tetal Benang
Lusi Pakan
44 helai/cm 26 helai/cm
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatantarik dan mulur kain tenun
dengan cara pita potong, pita tiras dan cekau. Sedangkan tujuannya adalah
mendapatkan hasil pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh suatu contoh
uji kain dengan pengukuran terhadap mulur sebelum putusnya serta dapat menilai mutu
atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujian kekuatan tariknya.
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji
kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat
kain putus dibandingkan dengan panjang kain semula, dinyatakan dalam persen.
Suatu gaya atau beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji yang dijepit oleh
dua buah penjepit (clamp) pada alat uji tarik dengan jarak jepit tertentu dan kecepatan
yang konstan hingga contoh uji tersebut putus. Besarnya gaya dan mulur akan terbaca
pada display, kertas grafik atau skala yang tertera pada alat.
Untuk mengetahui kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian yaitu:
Pengujian dengan cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi atau
kain yang dikanji dengan tebal, yang sulit dan tidak mungkin untuk diurai. Dalam
pengujian ini contoh uji harus betul-betul sejajar dengan arah benang yang
memanjang.
Pengujian ini digunakan untuk kain yang tidak memiliki pelapis dan kain
bersifat mudah diurai/ditiras.Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu
menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih tinggi
dari pita potong.
C. Cara cekau
Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang
sebenarnya.Dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung adalah kekuatan
serta mulur dari kain yang diuji.
Alat uji kekuatan tarik (dinamakan “Tensile Strength Tester”) yang dibagi menjadi
tiga :
Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting
B. Langkah Kerja
• Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x
20)cm.
• Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
• Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit
dengan
kuat.
• Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
• Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh
uji
mengalami tarikan dan putus.
• Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan
tarikdalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
• Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah
Lusi dan arah Pakan).
RUMUS
• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan
Perhitungan
3,2
Lusi 2 = 75
x100%
= 4,2 %
7,1
Lusi 3 = x100%
75
= 9,4 %
• Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm)
Mulur (%) = jarak jepit (cm) x100%
2,9
pakan 1 = x100%
75
= 3,8 %
2,5
pakan 2 = 75
x100%
= 3,3 %
8
pakan 3 = x100%
75
= 10%
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 18,5 29,16
2 15 3,61
3 10,5 6,7
∑ 39,5 39,47
𝑥̄ 13,1 13,1
∑(𝑥−𝑥̄ )2 39,47
lusi𝑠 = √ =√ = 4,4
𝑛−1 2
s
Lusi cv = x100 % = 4,4/13,1 x 100%= 33,5%
x
∑(𝑥−𝑥̄ )2 3,11
pakan 𝑠 = √ =√ = 1,2
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 1,2/10,6x 100%= 11,3%
x
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur
Lusi :
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3,2 1,6
2 3,2 1,6
3 7,1 6,7
∑ 13,5 9,9
𝑥̄ 4,5 3,3
∑(𝑥−𝑥̄ )2 9,9
pakan 𝑠 = √ = √ 2 = 2,2
𝑛−1
s
Pakan cv = x100 % = 2,2/4,5x 100%= 48,8%
x
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur
pakan
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 2,9 2,2
2 2,5 3,6
3 8 3,6
∑ 13,4 9,4
𝑥̄ 4,4 3,1
∑(𝑥−𝑥̄ )2 9,4
pakan 𝑠 = √ = √ 2 = 2,1
𝑛−1
s
Pakan cv = x100% = 2,1/4,4x 100%= 47 %
x
B. Langkah Kerja
- Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x
20)cm.
- Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
- Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit dengan
kuat.
- Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
- Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
- Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan tarik
dalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
- Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah
Lusi dan arah Pakan).
RUMUS
• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan
• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan Tarik arah lusi dan
pakan
Perhitungan
3,3
Lusi 2 = 75
x100%
= 4,4 %
3,3
Lusi 3 = 75
x100%
= 4,4 %
• Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm)
Mulur (%) = jarak jepit (cm) x100%
3
pakan 1 = x100%
75
=4%
6,5
pakan 2 = 75
x100%
= 8,6 %
3,2
pakan 3 = 75
x100%
= 4,2 %
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur lusi
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3,3 1
2 3,3 1
3 3,3 1
∑ 9,9 3
𝑥̄ 3,3 1
∑(𝑥−𝑥̄ )2 3
SD lusi= √ 𝑛−1
= √2 = 1,2
s
Lusi cv = x100 % = 1,2/3,3x 100%= 36,36%
x
∑(𝑥−𝑥̄ )2 7,73
SD Pakan = √ =√ = 1,9
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 1,9/4,2x 100%=45,2%
x
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 29,5 2,56
2 25,25 7,02
3 29 1,21
∑ 83,75 10,79
𝑥̄ 27,9 3,59
∑(𝑥−𝑥̄ )2 10,79
SD Pakan = √ =√ = 2,3
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 2,3/27,9x 100%= 8,2%
x
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
𝑥̄ 4,2 2,,57
∑(𝑥−𝑥̄ )2 7,73
SD Pakan = √ =√ = 1,9
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 1,9/4,2x 100%=45,2%
x
Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting
B. Langkah Kerja
Perhitungan
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 32,7 1
2 34 0,09
3 34,5 0,64
∑ 101,2 1,73
𝑥̄ 33,7 0,57
∑(𝑥−𝑥̄ )2 1,73
SD Pakan = √ =√ = 0,92
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 0,92/33,7x 100%= 2,7%
x
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 16 20,25
2 19 2,25
3 26,5 6
∑ 61,5 28,5
𝑥̄ 20,5 9,5
∑(𝑥−𝑥̄ )2 28,5
SD Pakan = √ =√ = 3,7
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 3,7/20,5x 100%= 18 %
x
2.6 Diskusi
➢ Pada pengujian kekuatan tarik dilakukan penarikan yang searah dengan
sumbu benang sehingga semua benang mengalami gaya tarik dan putus.
Pengujian kekuatan tarik cara pita tiras dilakukan dengan dinamometer. Selain
mendapatkan data kekuatan tarik maka dengan alat ini didapat mulur kain
sebelum putus. Pada saat pengujian, semua contoh uji dijepit pada klem atas
sedangkan pada klem bagian bawah dijepit satu persatu sesuai dengan urutan
yang akan diuji. Hal ini menghindari terjadinya slip pada saat penarikan yang
membuat hasil tidak akurat. Pada saat memasang contoh uji pastikan gigi-gigi
penjepit menjepit contoh uji dengan kuat, sehingga kain contoh uji akan putus
dengan baik, dan tidak terjadi selip. Pada hasil pengujian cara pita tiras dengan
pita potong kekuatan yang didapat pada cara pita tiras lebih besar karena
semua benang mengalami gaya tarikan yang sama sehingga gaya tarik
tersebar merata terhadap benang-benangnya.
➢ Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan
tarikan dari suatu beban yang maksimum. pada cara pengujian pita potong ini
umumnya di pakai untuk kain yang berbahan tebal dan sukar untuk di tiras
➢ Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras biasa digunakan untuk kain yang
memiliki bahan yang tipis serta mudah di tiras
➢ Pengujian cara cekau umum dipakai untuk kain baik yang dapat diurai (tidak dilapisi)
maupun kain yang dilapisi
2.7 Kesimpulan
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatan sobek kain tenun dengan
cara Trapesium, cara Lidah dan cara Elmendorf sesuai standar pengujian. Pengujian
ini memiliki tujuan yaitu mendapatkan hasil pengukuran kekuatan sobek kain dan
dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan baik
kearah lusi maupun kearah pakan.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk menyobek
contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja yang
dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji pakan
adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah pengujian
ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk sayap)
2. Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk celana panjang)
3. Pendulum balistik (Uji Trapesium untuk kain yang dilapisi/coating atau kain
berlapis)
Pengujian cara trapezium ini meniru keadaanCara trapesium adalah kekuatan tarik
kain yang telah diberi sobekan awal diantara dua penjepit yang membentuk
bangun trapesium terhadap arah tarikan sedemikian rupa sehingga sobekan awal
terletak ditengah diantara dua penjepit.
4. Cara Lidah/ Sobekan Ganda (dari contoh uji berbentuk lidah)
Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting terlebihdahulu
kearah lusi atau pakan; wale atau course, sehingga berbentuk sepertilidah dan
ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain
sampai benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah kekuatan yang
diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak seimbang. Kain
dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek pada arah lusi, maka
arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kea rah pakan yang lebih lemah.
5. Cara Elmendorf/Pendulum
Kekuatan sobek cara Elmendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan
awal dengan jarak yang telah ditentukan. Metoda pendulum balistik (Elmendorf)
digunakan untuk penentuan gaya sobek kain. Metoda ini menetapkan gaya sobek
yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain dengan panjang tertentu
jika diberi gaya mendadak. Gaya sobek dikualifikasikan sebagai “menyobek lusi”
atau “ menyobek pakan” atau (benang lusi sobek) atau (benang pakan sobek). Uji
ini khusus digunakan pada kain tenun, bisa juga nir tenun dengan batasan yang
sama seperti kain tenun. Penting untuk pengujian bahan pekaian seperti kemeja,
blus, kain lapis, dan kain militer (misalnya parasut).
Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang
sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika disobek
arah sobekan akan berpindah kearah yang lain.
Kekuatan sobek kain merupakan pengukuran terhadap daya tahan kain
terhadap sobekan baik kearah lusi maupun kearah pakan. Panjang sobek adalah
penjang bagian contoh uji yang akan disobek.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk
menyobek contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja
yang dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji
pakan adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah
pengujian ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji dayan tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat diperlukan untuk kain-kain militer
seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan tidak kalah pentingnya juga
untuk kain sandang..
A. Cara Trapesium
Pengujian cara trapesium ini didasarkan dari keadaan apabila sepotong kain
ditarik dengan gunting pada bagian pinggir kain dan contoh dipegang dengan
kedua tangan, lalu disobek mulai dari tarikan yang telah dibuat.Data yang
didapat dari percobaan dengan menggunakan mesin instron akan berupa grafik.
Skala dari grafik tersebut memiliki satuan dalam kilogram dan cm. Untuk
mendapatkan data maka diperlukan membaca grafik dengan cara membaca
setiap 1 cm dan menggunakan rumus :
C. Cara Elmendorf
Cara elmendorf pengujiannya menggunakan sistem balistik yang
menyobek kain sekaligus, cara ini digunakan untuk kain yang relatif kuat.
Kekuatan sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan
awal dengan jarak yang telah ditentukan. Pengujian kekuatan sobek cara
Elmendorf menggunakan alat khusus yaitu Elmendorf, dengan sistem ayunan
pendulum, berbeda dengan cara trapesium dan lidah yang menggunakan alat uji
kekuatan tarik kain untuk mengujinya. Prinsip pengujiannya berapa besar gaya
dorong untuk bisa atau sampai menyobek contoh uji yang telah diberikan
sobekan awal.
Alat Bahan
Pendulum (elemendrof) penguji sobek Kain contoh uji
dengan kapasitas 3200 g
Gunting
Penggaris
B. Langkah Kerja
- Pilih pendulum dengan kapasitas alat yang sesuai dengan contoh uji,
sehingga kekuatan sobek dapat terbaca antara 20 – 65 % dari skala
maksimum.
- Pendulum diposisikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum
penunjuk berimpit dengan garis indeks yang terdapat pada pendulum.
- Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit hingga terletak ditengah-
tengah dan tepi bawah contoh uji segaris dengan dasar penjepit, kedua
penjepit dirapatkan dengan memutar sekrup pengencang sehingga
tekanan jepitan kedua penjepit sama besar.
- Lakukan penyobekan awal pada contoh uji dengan menekan batang pisau.
- Setelah dibuat sobekan awal penahan pendulum ditekan sampai beberapa
kali ayunan, kemudian pendulum ditangkap dengan tangan tanpa
mengubah kedudukan jarum.
- Kekuatan sobek dapat dibaca pada skala dalam satuan persen.
- Catat kedudukan jarum pada skala untuk masing-masing contoh uji (Lusi
dan Pakan).
Perhitungan
• rata- rata sobek lusi dan pakan (°)
lusi
672+ 736 + 768 = 2176 = 725
3 3
Pakan
1216 + 1216 + 1216 = 3648 = 1.216
3 3
• Kekuatan Sobek pakan (gram)
Kain Contoh Uji 1
100
100
100
100
100
100
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 672 2.841
2 763 114,4
3 768 1.823
∑ 2.176 4.778,4
𝑥̄ 725,3 1.593
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1.216 0
2 1.216 0
3 1.216 0
∑ 3.648 0
𝑥̄ 1.216 0
SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √0 = 0 %
(n-1) 2
CV = SD X 100 % = 0 X100 %= 0 %
X 1.216
D. DISKUSI
Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya impact rata-
rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal,
diperoleh dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan pada jarak yang
sudah ditentukan. Alat uji ini terdiri dari pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi
dengan penjepit pada pendulum harus satu garis dengan penjepit yang
kedudukannya tetap. Kedudukan ini mempunyai energi potensial maksimum. Contoh
uji dipasang pada kedua penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua
penjepit tersebut. Pendulum dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada
pendulum bergerak menyobek contoh uji
Pengujian kekekuatan sobek cara elemendorf ini di gunakan beban 3200 gramm
karena kain yang di uji merupakan kain sedikit tebal sehingga data yang di hasilkan
cukup besar
E. KESIMPULAN
Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen
B. Langkah Kerja
• Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut
klem atas dan bawah.
Lusi
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 2,5 0,0004
2 2,52 0
3 2,56 0,0016
∑ 7,58 0,002
𝑥̄ 2,52 0,0006
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1,84 0,0016
2 1,7 0,01
3 1,88 0,0064
∑ 5,42 0,018
𝑥̄ 1,8 0,006
D. DISKUSI
Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara lidah.
Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang baik itu arah lusi dan pakan
yang berbeda jenis seratnya atau misalnya kain yang coating yang tidak dapat
Penjepitan contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar – benar kuat.
Sebab bila terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan menyebabkan
kekuatan sobek contoh uji akan lebih besar dari yang semestinya.Kedudukan alat
pencatat, harus tepat pada grafik skalanya. Hal ini untuk menghindari terbentuknya
kesalahan grafik yang disebabkan oleh labilnya pencatat skalat dilakukan dengan
cara elmendorf.
E. KESIMPULAN
- Rata-rata kekuatan sobek Lusi = 2,52 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Lusi = 0,03%
- Coevisien Variasi (CV) sobek Lusi = 1,1 %
- Rata-rata kekuatan sobek Pakan = 1,8 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Pakan = 0,09 %
- Coevisien Variasi (CV) sobek Pakan = 5 %
Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen
B. Langkah Kerja
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada lusi
= (2,6 + 1,65 + 2,1) : 3 = 2,1
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada lusi
= (1,6 + 1,5 + 1,75) : 3 = 1,6
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 2,1+1,6
= = = 1,,85 kg
2 2
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada pakan
= (1,35 + 1,2 + 0,9) : 3 = 1,15
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada pakan
= (0,9 + 0,7 + 0,65) : 3 = 0,75
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 1,15 + o,75
= = = 0,95 𝑘𝑔
2 2
Lusi
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 2,1 0,09
2 1,57 0,05
3 1,9 13,6
∑ 5,57 13,74
𝑥̄ 1,8 4,5
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1,1 0,04
2 0,9 0
3 0,7 0,04
∑ 2,7 0,08
𝑥̄ 0,9 0,02
D. DISKUSI
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan beban
maksimum yang mengenai kain tersebut.
Factor yang mempengaruhi alat pada saat pengujian adalah terjadi slip pada saat
proses penarikan di sebabkan penjepit yang tidak kencang pada proses
pemasangankain pada penjepit mesin .
Kesalahan Pemasangan pencatatan skala pada kertas grafik akan berpengaruh pada
hasil yang di dapat pada proses pengujian . pada proses pengujian kain slip di
karenakan penjepit yang sudah longar sehingga kain tidak tertatik secara maksimal
E. Kesimpulan
- Rata-rata puncak tertinggi sobek Lusi = 2,1 kg
- Rata-rata puncak terendah sobek Lusi = 1,85 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Lusi = 2,5
- Coevisien Variasi (CV) sobek Lusi = 144 %
- Rata-rata puncak tertinggi sobek Pakan = 1,15 kg
- Rata-rata puncak terendah sobek Lusi = 0,95 kg
- Coevisien Variasi (CV) sobek Paka = 22,2%
- Standar Deviasi (SD) sobek Pakan = 0,2
Contoh Uji Sobek Elemendorf
Contoh Uji Sobek Lidah
Contoh Uji Sobek Trapesium
BAB IV
Alat Bahan
Martindale wear & Abrasion Tester Kain contoh uji
beban 9 -+ 0,2 kPa
Gunting
Neraca dengan ketelitian 1 mg
Ticknes tester
Pelapis contoh uji
Cetakan untuk membuat contoh uji
- Timbang contoh uji dengan neraca analitis dan ukur tebal contoh uji.
- Letakkan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang. Pasang
setiap contoh uji pada cincin dudukan contoh uji dengan bagian permukaan
contoh uji menghadap ke bawah. Pasang secara hati-hati penekan contoh
uji agar kedudukan contoh uji tepat ditengah. Sisipkan alas contoh uji
poliuretan yang berukuran sama dengan contoh uji.
- Pasang badan pemegang contoh uji kencangkan dengan tangan, jaga agar
contoh uji tidak terlipat kemudian kencangkan lagi dengan alat
pengencang.
- Pasang pengencang contoh uji pada meja beban.
- Setelah contoh uji mengalami gosokan ambil contoh uji.
- Timbang contoh uji dengan neraca analitis dan ukur tebal contoh uji.
Bandingkan dengan penimbangan dan pengukuran tebal yang pertama
Perhitungan
Kekuatan gosok kain di gunakan untuk mengetahui keawetan kain ketika mengalami
gosokan , biasanya di gunakan untuk kain karpet
Kekuatan gosok juga bias menentukan mutu kain tersebut
Pengujian kekuatan gosok kain menggunakan alat martindale wear and abrasion
tester Ada beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan, diantaranya
adalah kehilangan berat setelah penggosokan dan perubahan tebal kain. Dari hasil
pengujian tebal berat menjadi bertambah dan berat kain berkurang
Factor factor yang mempegaruhi pada hasil pengujian adalah kundisi suhu ruangan
yang tidak standar atau tidak stabil akan mempegaruhi hasil akhir pengujian yang
tidak berstandar
4.7 KESIMPULAN
Untuk menentukan besarnya kekuatan atau gaya yang diperlukan untuk menjebol
atau membolongkan kain rajut.
Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis kain yang
memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula untuk pengujian tahan
pecah kertas.
Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan dengan alat
yang terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut terdiri dari :
Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada saat
jalan bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol suatu contoh
uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester, pengujian dilakukan
pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan contoh uji pada alat tersebut,
sampai contoh uji tersebut mengalami jebol atau pecah.
Alat Bahan
Bursting Strength Tester, yang Kain contoh uji (rajut)
dilengkapi dengan diafragma dari
karet
Data
KAIN Kg/cm2
1 1,71
2 1,60
3 1,62
4 1,43
5.6 DISKUSI
Uji jebol di lakukan untuk menguji kekekuatan kain rajut Kekuatan jebol merupakan
tekanan yang diperoleh dengan mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol
rata-rata. tekanan diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh
uji,untuk menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari contoh uji. maka
tahan jebol kain menjadi lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya. Jadi
penarikan kain ketika dipasang pada cincin penjepit akan menentukan hasil
pengujian dan koefisien variasi-nya
5.6 KESIMPULAN
PENGUJIAN KEKAKUAN
Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan “Shirley”
Stiffness Tester.
Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang terdiri
dari kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat menilai mutu atau
klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik
kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa
sifat kain yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan,
kehalusan atau kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik
atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang, mencoba,
kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya. Dengan
memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus
secara subjektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup
rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar atau halus.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa
kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi
kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu
diperhatikan :
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain
instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.
Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah ditentukan
dalam angka pada suatu pengujian. Dan definisi tentang kekakuan ada beberapa
macam, yaitu :
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain dengan
lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan lentur
dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa pegangan. Kain
dengan kekakuan lentur tinggi cenderung mempunyai rasa pegangan kaku.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau lengkungan
yang hanya disebabkan benang lusi.
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.
Alat Bahan
Shirley stifness tester Kain contoh uji
Gunting
Penggaris
= GT = √𝐺𝐿 𝑥̅ 𝐺𝑃
= GT = √6,86 x 8,138
= = √55,8
= 7,4 mg.cm Bending
modulus
12 𝐺𝑡 𝑥̅ 10−3
= 𝑔3
−3
= 12 𝑥̅ 7,4 𝑥̅ 10
3
(0,289)
0,888 𝑥̅ 0,01
=
0,024
= 37 km/cm2
6.6 DISKUSI
Dalam pengujian ini diuji 4 kali yaitu pada bagian depan, belakang, atas dan bawah
kain. Hasil tersebut dirata-ratakan untuk hasil pengukurannya. Kekakuan yang baik
ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh
penyusun seratnya serta konstruksi kain yang digunakan. Selain itu kain pun dapat
dibuat menjadi kaku agar lebih mudah rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar
hasil lebih akurat dan tepat, kain harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga
perlu disetrika terlebih dahulu.
6.7 KESIMPULAN
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol
merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari
kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan.
Oleh karena itu, tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat
penyusun kain dan stabilitas dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya
baik maka sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang
stabilitasnya jelek. Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain
yang memungkinkannya untuk kembali dari lipatan.
Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan terhadap
kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil jelek crease
resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan kata lain kain
tersebut mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut juga kenampakan /
keindahan suatu kain.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan,
kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga. Sifat-sifat yang
disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari
segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan
memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut
sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan
kepekaan tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan
sutau standar pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu :
Pengujian total
Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji dengan suatu beban
tertentu selama waktu tertentu pula sehingga dihasilkan lipatan (dianggap sebagai
kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh uji membentuk huruf (V) dan
diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total ynag diukur adalah jarak antara
kedua ujung (V), sedangkan dengan alat Shirley yang diukur adalah besarnya sudut
yang dibentuk oleh pita (V). Yang dipakai dalam praktikum ini adalah dengan alat
Shirley Crease Recovery Tester.
Ketentuan dari sudut kusut :
Sudut kusut Keterangan
x > 135 0 Baik sekali
125–1350 Baik
115–1250 Cukup
x <1150 Kurang
Alat Bahan
Crease recovery tester, dilengkapi Kain contoh uji
dengan :
- Beban penekan 10N
- Busur derajat
- Lempeng pemegang
contoh uji
- Jarum penunjuk skala
Penggaris
Gunting
Pinset
7.6 DSKUSI
faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain, antara lain adalah
sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut. Sifat serat akan
berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kain-kain yang mempunyai
ketahanan kusut yang jelek dapat diperbaiki dengan melakukan proses
penyempurnaan anti kusut pada kain, sehingga kain yang telah mengalami proses
penyempurnaan anti kusut akan mempunyai ketahanan kusut yang baik.
7.7 Kesimpulan
- Rata-rata sudut kembali arah Lusi = 120,25
- Rata-rata sudut kembali arah Pakan = 137
Contoh Uji Kekusutan
BAB VIII
PENGUJIAN KELANGSAIAN (DRAPE)
Untuk mengetahui prinsip praktikum pengujian langsai kain (drape) dan Untuk
menghitung drape terhadap kain.
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain
yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagianya
apabila kain digantungkan . Drape factor adalah perbandingan selisih luas
proyeksi vertical degan luas landasan contoh uji , terhadap selisih contoh uji
dengan luas landasan contoh uji.
Alat Bahan
Drape Tester Kain contoh uji
Gunting
Printer
Muka
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.98 mm2
Luas drape (C) = 31.787.73mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 10059 mm2
Drape % = 50,57 %
Belakang
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468,98 mm2
Luas drape (C) = 33.300,04 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 102,95 mm2
Drape % = 53,54 %
Perhitungan
Dreep % = luas dreep – luas landasan x 100%
Luas sample – luas landasan
Muka
8.6 DISKUSI
Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang dapat
dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain dilakukan
beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya kemampuan kain
untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk pakaian wanita diperlukan
pakaian yang memiliki drape yang bagus( koefisien drape rendah).
8.7 KESIMPULAN
Maksud : Mengukur volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan
luas tertentu dengan tekanan tertentu dengan melihat besarnya udara yang melewati
kain, yang langsung menggerakan manometer air.
Tujuan : Menghitung harga daya tembus udara pada kain contoh dan dapat menilai
mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan nilai daya tembus udaranya.
Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang terdiri dari serat-
serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang udara.Jumlah
ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat kain,seperti
kehangatan dan perlindungan terhadap angin dan hujan serta efisiensi penyaringan
dari kain-kain untuk keperluan industri.
Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin saja
kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih
hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara
pada kain :
Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk menyatakan berapa lama
waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu dengan
tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya misalnya detik/m3/cm2/ I
cm tekanan air.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain adalah alat
elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada dasarnya alat uji
daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting
6.3 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Pemegang contoh uji (luas lubang Kain contoh uji
tertentu)
Kipas penghisap untuk mengalirkan
udara
Manometer tegak (manometer air)
Incline manometer (manometer
minyak)
Pengatue besarnya tekanan udara
Skala untuk mencatat hasil
Orifice sebanyak 8 buah
- Pasang Kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji kemudian jepit
dengan cincin yang sesuai hingga kain cukup tegang dan kemudian
lubang ditutup.
- Pasang orifice terpilih yang cocok untuk kain tersebut sehingga angka
pada manometer air ada diantara 2 sampai 15.
- Jalankan penghisap udara.
- Atur reostart agar tekanan udara sesuai dengan tekanan.
- Catat hasilnya pada skala.
I = 6,9 CM
II = 8.5 CM
Diameter 8 harga minimal 72 dan harga maksimal 197
Perhitungan
X = h {𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑖𝑟 − 2 𝑥 𝐻 − ℎ }
15 – 2
= 72 + 6,1 – 2 x 197 – 72
15-2
= 72+ 6,1 + 322
13
= 30,7 cm/det / cm2
9.6 DISKUSI
Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai diameter
pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan minyak dan air agar tidak
terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat sehingga kenaikannya bisa sejalan. Lubang
orifice yang terlalu kecil dan kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih bising
dibanding lubang yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus diganti
menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang digunakan.
Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara nya pun makin banyak.
Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada kain sangat dipengaruhi oleh konstruksi
kain tersebut. Konstruksi dalam hal ini adalah tetal benang dan jenis anyaman kain
9.7 KESIMPULAN