Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL

PENGUJIAN KAIN SECARA FISIKA

Disusun oleh ;
Nama : Mira Nur Latifah
NPM : 20440028
Group : 2G6
Dosen : Wine R., S.ST., M.Ds.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2022
BAB I
EVALUASI KONSTRUKSI KAIN, DIMENSI DAN GRAMASI KAIN

1.1 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kain mulai dari


arah Pakan dan Lusi, tetal Pakan dan Lusi, mengkeret Pakan dan Lusi, nomor
Pakan dan Lusi, serta berat kain per satuan panjang, sampai mengetahui
anyaman pada kain.

1.2 Teori Dasar


Dekomposisi kain merupakan suatu cara menganalisis kain contoh,
sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat
dipakai untuk membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh tersebut

Anyaman kain tenun merupakan silangan antara benang lusi dan


benang pkan sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang
sejajar dengan panjang kain tenun sedangkan benang pakan adalah benang
yang sejajar dengan lebar kain.

Anyaman dasar:
1. Polos
Karakteristik anyaman polos merupakan anyaman yang paling
sederhana, benang pakan menyilang saling bergantian diatas benang
lusi dan berikutnya dibawah benang lusi begitu berulang seterusnya

2. Keper/Twill
Karakteristik anyaman keper yaitu benang-benang lusinya
menyilang diatas atau dibawah dua benang pakan atau lebih, dengan
silangan benang lusi sebelah kiri atau kanannya bergeser satu benang
pakan atau lebih untuk membentuk garis diagonal atau garis keper

3. Satin
Karakteristik anyaman satin yaitu mempunyai efek-efek yang
panjang baik kea rah lusi maupun pakan yang mengakibatkan kain lebih
mengkilap, menempati sebagian permukaan kain, titik silangan tersebar
merata

Tetal benang merupakan jumlah benang lusi atau benang pakan setiap
satuan panjang tertentu baik dalam satuan inci maupun cm. Cara menentukan
tetal benang dapat menggunakan loupe/Kaca pembesar, densi meter, dengan
mengurai atau meniras benang satu per satu pada kain contoh uji
Crimp merupakan perubahan panjang benang karena adanya silangan-
silangan pada kain tenun. Terdapat dua hal yang berhubungan dengan
perubahan panjang; Crimp (%) yaitu perubahan panjang benang dalam
keadaan lurus menjadi panjang dalam kain, dibandingakan terhadap panjang
kain tenun dan Take Up (%) yaitu perubahan panjang bennag dalam keadaan
lurus menjadi panjang dalam kain dibandingkan terhadap panjang benang
dalam keadaan lurus.
Nomor benang setelah menjadi kain umumnya tidak tepat sama dengan
nomor aslinya. Penentuan nomor benang dari kain tenun dipakai hanya untuk
memperkirakan saja nomor benang yang dipakai pada kain tersebut.
Pengujian nomor benang pada kain contoh uji dengan cara

• Potong kain dengan panjang tertentu


• Benang yang akan ditentukan nomornya ditiras
• Ukur panjang benang, kemudian timbang benang, dengan mengetahui
panjang dan berat benang, maka dapat dihitung nomor benangnya

Pengujian berat kain ditimbang pada ukuran (10x10) cm, kemudian


dihitung berat kain per m2 atau setiap yard dengan lebar tertentu. Dalam
perdagangan kain yang ditimbang dalam bentuk gulungan atai piece kain
dengan panjang tertentu.
Dalam pengukuran dimensi kain minimal dilakukan 5 kali pada
tempat/bagian yang berbeda. Dimensi kain terdiri dari:

• Panjang kain: Dengan mengukur panjang kain pada meja datar


• Lebar kain: Mengukur lebar kain pada meja datar
Tebal kain: Menggunakan alat pengukur tebal kain (thickness gauge
1.3 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Alat ukur Neraca analitik Contoh uji 10 x 10 cm
Alat ukur penggaris
Jarum
Gunting
Alat tulis dan Kertas

1.4 Langkah Kerja dan perhitungan

1. Tentukan arah Lusi dan arah Pakan, arah lusi diberi tanda garis/panah.
2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 2 (dua) tempat yang berbeda, cari rata-ratanya
(lusi = 77 helai/inci, pakan = 53 helai/inci).
3. Kain contoh dipotong 10x10 cm, kemudian tibang
4. Ambil benang lusi danpakan dari sisi yang berbeda (kiri-kanan dan atas-
bawah), masing-masing 5 helai sehingga jumlah benang lusi = 10 helai,
benang pakan = 10 helai. Timbang dan ukur masing-masing panjang benang.
5. Hitung mengkeret lusi dan pakan:
- Panjang rata-rata dari kain contoh = PK (10 cm)
- Rata-rata panjang benang setelah diluruskan = PB
𝑷𝑩−𝑷𝑲
Mengkeret benang => 𝑴 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = ⋯ %
𝑷𝑩
Mengkeret benang pakan
𝟏𝟎,48−𝟏𝟎
𝑴= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 4,58 %
𝟏𝟎,,48

Mengkeret benang lusi


10,5-10
𝑴= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 4,76%
𝟏𝟎,,5

6. Hitung nomor benang lusi dan benang pakan


- Jumlah panjang 10 helai lusi setelah diluruskan = 105 cm = 1,05 m
- Berat 10 helai lusi = 0,015 g
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 𝑁𝑒1 = 476,37/11,52
𝑁𝑚 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔)

1,05 𝑚 = 70 NM 𝑁𝑒1 = 41,35


𝑁𝑚 =
0,015 𝑔

1000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔) 9000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔)


𝑇𝑒𝑥 = 𝑇𝑑 =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)

1000 𝑥 0,015 𝑔 9000 𝑥 0,015𝑔


𝑇𝑒𝑥 = = 14,28 𝑇𝑑 = = 128,51
1,05 1,05 𝑚

- Jumlah panjang 10 helai pakan setelah diluruskan = 104,8 cm = 1,048 m


- Berat 10 helai pakan = 0,014g
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 𝑁𝑒1 = 475,46 : 10,75
𝑁𝑚 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔)

1,048 𝑚 = 75 NM 𝑁𝑒1 = 44,22


𝑁𝑚 =
0,014 𝑔

1000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔) 9000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔)


𝑇𝑒𝑥 = 𝑇𝑑 =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
1000 𝑥 0,014 𝑔 9000 𝑥 0,014 𝑔
𝑇𝑒𝑥 = =13,35 Tex 𝑇𝑑 = = 120,22 g
1,048 𝑚 1,048 𝑚

7. Selisih Berat Hasil Perhitungan dan Penimbangan


▪ Dengan Penimbangan
100 cm (panjang) x 100 cm ( lebar)
Berat Kain/m2= 10 cm (panjang) x 10 cm (lebar)
x Berat Contoh
100 x 100
= 10 x 10
x 1,104 = 110,4 g/m2

▪ Dengan Perhitungan
• Berat Benang Lusi/m2
hl 100
Tetal ( )x 100 (panjang) x 100(lebar) x [ ]
cm 100−ML
= Nm Lusi x 100
100
44 x 100 x 100 x [ ]
100−4,76
= 70 x 100

= 65,37 g/m2

• Berat Benang Pakan/m2


hl 100
Tetal ( )x 100 (panjang) x 100 (lebar)[ ]
cm 100−ML
=
Nm Pakan x 100
100
26 x 100 x 100 x [ ]
100−4,58
=
74,85 x 100

= 36,36 g/m2

▪ Berat kain/m2 = 65,37 + 36,36


= 101,73 g/m2

▪ Selisih Berat Hasil Penimbangan (BK) dengan hasil perhitungan


Bb−BK
= Bb
x 100%

65,37 −36,36
= 65,37
x 100% = 44,37 %

▪ Gambar anyaman
1.5 Diskusi

Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan diketahui bahwa kain contoh uji/ sampel yang
diteliti merupakan kain anyaman polos, karena memiliki ciri-ciri hasil anyaman sama
seperti anyaman polos, salah satu ciri-cirinya adalah satu naik satu turun.

2 Kesimpulan

Mengkeret benang
Lusi Pakan
4,76 % 4,58 %

Nomor Benang
Lusi Pakan
Nm = 70 Nm = 75
Ne1 = 41,35 Ne1 = 44,22
Tex = 14,28 Tex = 13,35
Td = 128,51 Td = 120,22

Tetal Benang
Lusi Pakan
44 helai/cm 26 helai/cm

Berat benang keseluruhan secara teoritis


Lusi Pakan
65,37 gr/m2 36,36 gr/m2

Selisih berat kain = 44,37 %


Contoh Uji

Benang Lusi Benang Pakan


BAB II
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK DAN MULUR

2.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatantarik dan mulur kain tenun
dengan cara pita potong, pita tiras dan cekau. Sedangkan tujuannya adalah
mendapatkan hasil pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh suatu contoh
uji kain dengan pengukuran terhadap mulur sebelum putusnya serta dapat menilai mutu
atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujian kekuatan tariknya.

2.2 Teori Dasar

Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji
kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat
kain putus dibandingkan dengan panjang kain semula, dinyatakan dalam persen.

Suatu gaya atau beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji yang dijepit oleh
dua buah penjepit (clamp) pada alat uji tarik dengan jarak jepit tertentu dan kecepatan
yang konstan hingga contoh uji tersebut putus. Besarnya gaya dan mulur akan terbaca
pada display, kertas grafik atau skala yang tertera pada alat.

Untuk mengetahui kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian yaitu:

A. Cara Pita Potong

Pengujian dengan cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi atau
kain yang dikanji dengan tebal, yang sulit dan tidak mungkin untuk diurai. Dalam
pengujian ini contoh uji harus betul-betul sejajar dengan arah benang yang
memanjang.

B. Cara Pita Tiras

Pengujian ini digunakan untuk kain yang tidak memiliki pelapis dan kain
bersifat mudah diurai/ditiras.Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu
menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih tinggi
dari pita potong.

C. Cara cekau

Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang
sebenarnya.Dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung adalah kekuatan
serta mulur dari kain yang diuji.

Alat uji kekuatan tarik (dinamakan “Tensile Strength Tester”) yang dibagi menjadi
tiga :

• Laju tarik tetap : Constant Rate Of Traverse (CRT)


• Laju beban tetap : Constant Rate Of Loading (CRL)
• Laju mulur Tetap: Constant Rate Of Elongation (CRE)
2.3 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA POTONG

A. Alat Dan Bahan

Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting

B. Langkah Kerja

• Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x
20)cm.
• Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
• Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit
dengan
kuat.
• Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
• Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh
uji
mengalami tarikan dan putus.
• Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan
tarikdalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
• Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah
Lusi dan arah Pakan).

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

RUMUS

• rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)


• rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
• rata rata mulur lusi dan pakan
• = rata rata mulur (cm) X 100 %

Jarak jepit (cm)

• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan

Perhitungan

• Rata –rata lusi


18,5 + 15 + 10,5 = 14, 6 kg
3
• Rata-rata pakan
10,5 + 12 + 9,5 = 32 kg
3
• Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 14,6 x 9,8 = 143 N
Pakan (N) = 32 X 9,8 = 314 N

• Rata – rata kekuatan mulur lusi


mulur (cm)
Mulur (%) = jarak jepit (cm) x100%
3,2
Lusi 1 = x100%
75
= 4,2 %

3,2
Lusi 2 = 75
x100%
= 4,2 %
7,1
Lusi 3 = x100%
75
= 9,4 %
• Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm)
Mulur (%) = jarak jepit (cm) x100%
2,9
pakan 1 = x100%
75
= 3,8 %

2,5
pakan 2 = 75
x100%
= 3,3 %
8
pakan 3 = x100%
75
= 10%

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi

No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 18,5 29,16
2 15 3,61
3 10,5 6,7
∑ 39,5 39,47
𝑥̄ 13,1 13,1

∑(𝑥−𝑥̄ )2 39,47
lusi𝑠 = √ =√ = 4,4
𝑛−1 2
s
Lusi cv = x100 % = 4,4/13,1 x 100%= 33,5%
x

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan tarik


pakan
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 10,5 0,01
2 12 1,9
3 9,5 1,2
∑ 32 3,11
𝑥̄ 10,6 1,03

∑(𝑥−𝑥̄ )2 3,11
pakan 𝑠 = √ =√ = 1,2
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 1,2/10,6x 100%= 11,3%
x
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur
Lusi :

No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3,2 1,6
2 3,2 1,6
3 7,1 6,7
∑ 13,5 9,9
𝑥̄ 4,5 3,3

∑(𝑥−𝑥̄ )2 9,9
pakan 𝑠 = √ = √ 2 = 2,2
𝑛−1
s
Pakan cv = x100 % = 2,2/4,5x 100%= 48,8%
x
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur
pakan

No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 2,9 2,2
2 2,5 3,6
3 8 3,6
∑ 13,4 9,4
𝑥̄ 4,4 3,1

∑(𝑥−𝑥̄ )2 9,4
pakan 𝑠 = √ = √ 2 = 2,1
𝑛−1
s
Pakan cv = x100% = 2,1/4,4x 100%= 47 %
x

2.4 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PITA TIRAS

A. Alat dan Bahan


Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting

B. Langkah Kerja

- Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x
20)cm.
- Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
- Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit dengan
kuat.
- Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
- Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
- Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan tarik
dalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
- Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah
Lusi dan arah Pakan).

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

RUMUS

• rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)


• rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
• rata rata mulur lusi dan pakan
• = rata rata mulur (cm) X 100 %

Jarak jepit (cm)

• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan
• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan Tarik arah lusi dan
pakan

Perhitungan

• Rata –rata lusi


3 + 6,5 + 3,2 = 4,23kg
3
• Rata-rata pakan
3,3 + 3,3+ 3,3 = 3,3 kg
3
• Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 28 x 9,8 = 274,4 N
Pakan (N) = 16 X 9,8 = 156,8 N

• Rata – rata kekuatan mulur lusi


mulur (cm)
Mulur (%) = jarak jepit (cm) x100%
3,3
Lusi 1 = x100%
75
= 4,4 %

3,3
Lusi 2 = 75
x100%
= 4,4 %
3,3
Lusi 3 = 75
x100%
= 4,4 %
• Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm)
Mulur (%) = jarak jepit (cm) x100%
3
pakan 1 = x100%
75
=4%

6,5
pakan 2 = 75
x100%
= 8,6 %
3,2
pakan 3 = 75
x100%
= 4,2 %

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur lusi

No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3,3 1
2 3,3 1
3 3,3 1
∑ 9,9 3
𝑥̄ 3,3 1

∑(𝑥−𝑥̄ )2 3
SD lusi= √ 𝑛−1
= √2 = 1,2
s
Lusi cv = x100 % = 1,2/3,3x 100%= 36,36%
x

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur


pakan
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
𝑥̄ 4,2 2,,57

∑(𝑥−𝑥̄ )2 7,73
SD Pakan = √ =√ = 1,9
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 1,9/4,2x 100%=45,2%
x
• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 29,5 2,56
2 25,25 7,02
3 29 1,21
∑ 83,75 10,79
𝑥̄ 27,9 3,59

∑(𝑥−𝑥̄ )2 10,79
SD Pakan = √ =√ = 2,3
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 2,3/27,9x 100%= 8,2%
x

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik


pakan

No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
𝑥̄ 4,2 2,,57
∑(𝑥−𝑥̄ )2 7,73
SD Pakan = √ =√ = 1,9
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 1,9/4,2x 100%=45,2%
x

2.5 Pengujian Kekuatan Tarik Cara Cekau

A. Alat dan Bahan

Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting

B. Langkah Kerja

• Potong kain contoh uji dengan panjang 15 cm dan lebar 10 cm


• Membuat 3 contoh uji ke arah lusi dan pakan
• Mengatur kedudukan jarak jepi 7,5 cm
• Memilih beban yang sesuai
• Memasangkan contoh uji pada penjepit atas dan penjepit bawah
• Mesin dijalankan

C. Hasil Pengujian Dan Perhitungan

• rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)


• rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
• Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan Tarik arah lusi dan
pakan

Perhitungan

• Rata –rata lusi


32,75 + 34 + 34,5 = 33,75 kg
3
• Rata-rata pakan
16 + 19+ 26,5 = 20,5 kg
3
• Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 33,7 x 9,8 = 330,2 N
Pakan (N) = 20,5 X 9,8 = 200,9 N

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 32,7 1
2 34 0,09
3 34,5 0,64
∑ 101,2 1,73
𝑥̄ 33,7 0,57

∑(𝑥−𝑥̄ )2 1,73
SD Pakan = √ =√ = 0,92
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 0,92/33,7x 100%= 2,7%
x

• Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik


pakan

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 16 20,25
2 19 2,25
3 26,5 6
∑ 61,5 28,5
𝑥̄ 20,5 9,5

∑(𝑥−𝑥̄ )2 28,5
SD Pakan = √ =√ = 3,7
𝑛−1 2
s
Pakan cv = x100 % = 3,7/20,5x 100%= 18 %
x
2.6 Diskusi
➢ Pada pengujian kekuatan tarik dilakukan penarikan yang searah dengan
sumbu benang sehingga semua benang mengalami gaya tarik dan putus.
Pengujian kekuatan tarik cara pita tiras dilakukan dengan dinamometer. Selain
mendapatkan data kekuatan tarik maka dengan alat ini didapat mulur kain
sebelum putus. Pada saat pengujian, semua contoh uji dijepit pada klem atas
sedangkan pada klem bagian bawah dijepit satu persatu sesuai dengan urutan
yang akan diuji. Hal ini menghindari terjadinya slip pada saat penarikan yang
membuat hasil tidak akurat. Pada saat memasang contoh uji pastikan gigi-gigi
penjepit menjepit contoh uji dengan kuat, sehingga kain contoh uji akan putus
dengan baik, dan tidak terjadi selip. Pada hasil pengujian cara pita tiras dengan
pita potong kekuatan yang didapat pada cara pita tiras lebih besar karena
semua benang mengalami gaya tarikan yang sama sehingga gaya tarik
tersebar merata terhadap benang-benangnya.
➢ Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan
tarikan dari suatu beban yang maksimum. pada cara pengujian pita potong ini
umumnya di pakai untuk kain yang berbahan tebal dan sukar untuk di tiras
➢ Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras biasa digunakan untuk kain yang
memiliki bahan yang tipis serta mudah di tiras
➢ Pengujian cara cekau umum dipakai untuk kain baik yang dapat diurai (tidak dilapisi)
maupun kain yang dilapisi

2.7 Kesimpulan

a. Pengujian kain Pita Potong


• Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
• Lusi (N) = 143 N
• Pakan (N)= 314 N
• Rata – rata mulur lusi = 5,9 %
• Rata rata mulur pakan = 5,7 %
• Standar deviasi lusi kekuatan tarik = 4,4%
• Kofiensi variasi lusi kekuatan Tarik = 33,5 %
• Standar deviasi pakan kekuatan tarik = 1,2 %
• Kofiensi Variasi Pakan kekuatan tarik = 11,3 %
• Standar deviasi lusi kekuatan mulur = 2,2 %
• Kofiensi variasi lusi kekuatan mulur = 48,8 %
• Standar deviasi pakan kekuatan mulur= 2,1%
• Kofiensi Variasi Pakan kekuatan mulur = 47,7 %

b. Pengujian Kain Pita Tiras


• Rata – rata kekuatan tarik lusi kg = 4,23kg
• Rata- rata kekuatan tarik pakan kg = 3,3 kg
• Rata – rata kekuatan tarik lusi (N) = 274,4 N
• Rata-rata kekuatan tarik pakan (N) = 156,8 N
• Rata- rata mulur lusi dan pakan
Lusi = 4,4 %
Pakan = 5,6 %
• Standar deviasi dan kofiensi variasi kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi
SD= 2,3
CV = 8,2 %
Pakan
SD = 1,9
CV= 45,2 %

• Standar deviasi dan koifiensi variasi mulur lusi dan pakan


Lusi
SD = 1,2
CV= 36,36%
Pakan
SD = 1,9
CV= 45,2 %
c. Pengujian Kain Cara Cekau
• Rata – rata kekuatan tarik lusi kg = 33,,7 kg
• Rata- rata kekuatan tarik pakan kg = 20,5 kg
• Rata – rata kekuatan tarik lusi (N) = 330,2N
• Rata-rata kekuatan tarik pakan (N) = 200,9 N
• Standar deviasi dan kofiensi variasi kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi
SD= 0,92
CV = 2,7%
Pakan
SD = 3,7
CV= 18 %
Contoh Uji Pita Potong
Contoh Uji Pita Tiras
Contoh Uji Cekau
BAB III

PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN

3.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatan sobek kain tenun dengan
cara Trapesium, cara Lidah dan cara Elmendorf sesuai standar pengujian. Pengujian
ini memiliki tujuan yaitu mendapatkan hasil pengukuran kekuatan sobek kain dan
dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.

3.2 Teori Dasar

Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan baik
kearah lusi maupun kearah pakan.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk menyobek
contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja yang
dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji pakan
adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah pengujian
ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk sayap)
2. Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk celana panjang)
3. Pendulum balistik (Uji Trapesium untuk kain yang dilapisi/coating atau kain
berlapis)
Pengujian cara trapezium ini meniru keadaanCara trapesium adalah kekuatan tarik
kain yang telah diberi sobekan awal diantara dua penjepit yang membentuk
bangun trapesium terhadap arah tarikan sedemikian rupa sehingga sobekan awal
terletak ditengah diantara dua penjepit.
4. Cara Lidah/ Sobekan Ganda (dari contoh uji berbentuk lidah)
Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting terlebihdahulu
kearah lusi atau pakan; wale atau course, sehingga berbentuk sepertilidah dan
ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain
sampai benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah kekuatan yang
diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak seimbang. Kain
dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek pada arah lusi, maka
arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kea rah pakan yang lebih lemah.
5. Cara Elmendorf/Pendulum
Kekuatan sobek cara Elmendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan
awal dengan jarak yang telah ditentukan. Metoda pendulum balistik (Elmendorf)
digunakan untuk penentuan gaya sobek kain. Metoda ini menetapkan gaya sobek
yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain dengan panjang tertentu
jika diberi gaya mendadak. Gaya sobek dikualifikasikan sebagai “menyobek lusi”
atau “ menyobek pakan” atau (benang lusi sobek) atau (benang pakan sobek). Uji
ini khusus digunakan pada kain tenun, bisa juga nir tenun dengan batasan yang
sama seperti kain tenun. Penting untuk pengujian bahan pekaian seperti kemeja,
blus, kain lapis, dan kain militer (misalnya parasut).

Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang
sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika disobek
arah sobekan akan berpindah kearah yang lain.
Kekuatan sobek kain merupakan pengukuran terhadap daya tahan kain
terhadap sobekan baik kearah lusi maupun kearah pakan. Panjang sobek adalah
penjang bagian contoh uji yang akan disobek.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk
menyobek contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja
yang dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji
pakan adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah
pengujian ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji dayan tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat diperlukan untuk kain-kain militer
seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan tidak kalah pentingnya juga
untuk kain sandang..

A. Cara Trapesium
Pengujian cara trapesium ini didasarkan dari keadaan apabila sepotong kain
ditarik dengan gunting pada bagian pinggir kain dan contoh dipegang dengan
kedua tangan, lalu disobek mulai dari tarikan yang telah dibuat.Data yang
didapat dari percobaan dengan menggunakan mesin instron akan berupa grafik.
Skala dari grafik tersebut memiliki satuan dalam kilogram dan cm. Untuk
mendapatkan data maka diperlukan membaca grafik dengan cara membaca
setiap 1 cm dan menggunakan rumus :

Titik tertinggi – Titik terendah


2
B. Cara Lidah
Pengujian ini dilakukan dengan dasar apabila sepotong kain digunting menjadi 2
sampai kira-kira setengahnya lalu kain disobek dengan memegang kedua lidah..
Seperti cara trapesium data yang diperolehpun berupa grafik. Tetapi berbeda
dengan cara trapesium, untuk mendapatkan data dalam satuan 1 cm pada skala
grafik hanya berupa titik tertinggi saja.

C. Cara Elmendorf
Cara elmendorf pengujiannya menggunakan sistem balistik yang
menyobek kain sekaligus, cara ini digunakan untuk kain yang relatif kuat.
Kekuatan sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan
awal dengan jarak yang telah ditentukan. Pengujian kekuatan sobek cara
Elmendorf menggunakan alat khusus yaitu Elmendorf, dengan sistem ayunan
pendulum, berbeda dengan cara trapesium dan lidah yang menggunakan alat uji
kekuatan tarik kain untuk mengujinya. Prinsip pengujiannya berapa besar gaya
dorong untuk bisa atau sampai menyobek contoh uji yang telah diberikan
sobekan awal.

3.3 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA ELEMENDOF

A. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Pendulum (elemendrof) penguji sobek Kain contoh uji
dengan kapasitas 3200 g
Gunting
Penggaris

B. Langkah Kerja
- Pilih pendulum dengan kapasitas alat yang sesuai dengan contoh uji,
sehingga kekuatan sobek dapat terbaca antara 20 – 65 % dari skala
maksimum.
- Pendulum diposisikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum
penunjuk berimpit dengan garis indeks yang terdapat pada pendulum.
- Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit hingga terletak ditengah-
tengah dan tepi bawah contoh uji segaris dengan dasar penjepit, kedua
penjepit dirapatkan dengan memutar sekrup pengencang sehingga
tekanan jepitan kedua penjepit sama besar.
- Lakukan penyobekan awal pada contoh uji dengan menekan batang pisau.
- Setelah dibuat sobekan awal penahan pendulum ditekan sampai beberapa
kali ayunan, kemudian pendulum ditangkap dengan tangan tanpa
mengubah kedudukan jarum.
- Kekuatan sobek dapat dibaca pada skala dalam satuan persen.
- Catat kedudukan jarum pada skala untuk masing-masing contoh uji (Lusi
dan Pakan).

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

Beban 3200 gram

Perhitungan
• rata- rata sobek lusi dan pakan (°)
lusi
672+ 736 + 768 = 2176 = 725
3 3
Pakan
1216 + 1216 + 1216 = 3648 = 1.216
3 3
• Kekuatan Sobek pakan (gram)
Kain Contoh Uji 1

38 x 3200 = 1.216 gram

100

Kain Contoh Uji 2

38 x 3200 = 1.216 gram

100

Kain Contoh Uji 3

38 x 3200 = 1.216 gram

100

• Kekuatan Sobek Lusi (Gram)

Kain Contoh Uji 2

21 x 3200 = 672 gram

100

Kain Contoh Uji 2

23 x 3200 = 736 gram

100

Kain Contoh Uji 3

24 x 3200 = 768 gram

100

• standar deviasi dan kofisiensi kekuatan sobek lusi dan pakan


Lusi

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 672 2.841
2 763 114,4
3 768 1.823
∑ 2.176 4.778,4
𝑥̄ 725,3 1.593

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √4778 = 49 %


(n-1) 2

CV = SD x 100 % = 49 x 100 = 6,7 %


X 725
Pakan

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1.216 0
2 1.216 0
3 1.216 0
∑ 3.648 0
𝑥̄ 1.216 0

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √0 = 0 %
(n-1) 2

CV = SD X 100 % = 0 X100 %= 0 %
X 1.216

D. DISKUSI

Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya impact rata-
rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal,
diperoleh dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan pada jarak yang
sudah ditentukan. Alat uji ini terdiri dari pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi
dengan penjepit pada pendulum harus satu garis dengan penjepit yang
kedudukannya tetap. Kedudukan ini mempunyai energi potensial maksimum. Contoh
uji dipasang pada kedua penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua
penjepit tersebut. Pendulum dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada
pendulum bergerak menyobek contoh uji
Pengujian kekekuatan sobek cara elemendorf ini di gunakan beban 3200 gramm
karena kain yang di uji merupakan kain sedikit tebal sehingga data yang di hasilkan
cukup besar

E. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian di dapat hasil sebagai berikut :

Rata rata sobek lusi = 725 gram

Rata rata sobek pakan = 1216 gram

Standar deviasi dan kofisiensi sobek lusi = 49% dan 6,7 %

Standar deviasi dan kofisiensi sobek pakan= 0 dan 0 %

3.4 KEKUATAN SOBEK KAIN LIDAH

A. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen

B. Langkah Kerja

• Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut
klem atas dan bawah.

• Pindahkan swicth pengaturan penarikan dan mulur pada grafik ke posisi


bawah.
• Tekan tombol on maka klem atas akan bergerak naik keatas , perhatikan
data/gambar grafik sampai 5 titik.
• Tekan tombol stop (warna merah).
• Swicth pengatur penarikan dan mulur pada grafik dikembalikan pada posisi
semula (atas).
• Tekan tombol turun agar klem kembali pada posisi awal.
• Catat 5 puncak tertinggi pada grafik

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

• Rata – rata kekuatan sobek lusi pada grafik


No Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 2,8 2,8 2,8
2 2,6 2,6 2,7
3 2,4 2,5 2.5
4 2,4 2,4 2,4
5 2,3 2,3 2,4
∑ 12,5 12,6 12,8
𝑥̅ 2,5 2,52 2,56
• Rata – rata kekuatan sobek pakan pada grafik

No Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


1 2 1,8 2,1
2 1,9 1,8 2
3 1,8 1,7 1,8
4 1,8 1,6 1,8
5 1,7 1,6 1,7
∑ 9,2 8,5 9,4
𝑥̅ 1,84 1,7 1,88

• standar deviasi dan kofisiensi kekuatan sobek lusi dan pakan

Lusi

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 2,5 0,0004
2 2,52 0
3 2,56 0,0016
∑ 7,58 0,002
𝑥̄ 2,52 0,0006

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √0,002 = 0,03 %


(n-1) 2

CV = SD x 100 % = 0,03 x 100 = 1,1 %


X 2,52
Pakan

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1,84 0,0016
2 1,7 0,01
3 1,88 0,0064
∑ 5,42 0,018
𝑥̄ 1,8 0,006

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √0,018 = 0,09%


(n-1) 2
CV = SD X 100 % = 0,09 X100 %= 5 %
X 1,8

D. DISKUSI

Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara lidah.
Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang baik itu arah lusi dan pakan
yang berbeda jenis seratnya atau misalnya kain yang coating yang tidak dapat
Penjepitan contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar – benar kuat.
Sebab bila terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan menyebabkan
kekuatan sobek contoh uji akan lebih besar dari yang semestinya.Kedudukan alat
pencatat, harus tepat pada grafik skalanya. Hal ini untuk menghindari terbentuknya
kesalahan grafik yang disebabkan oleh labilnya pencatat skalat dilakukan dengan
cara elmendorf.

E. KESIMPULAN
- Rata-rata kekuatan sobek Lusi = 2,52 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Lusi = 0,03%
- Coevisien Variasi (CV) sobek Lusi = 1,1 %
- Rata-rata kekuatan sobek Pakan = 1,8 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Pakan = 0,09 %
- Coevisien Variasi (CV) sobek Pakan = 5 %

3.5 KEKUATAN SOBEK KAIN TRAPESIUM

A. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen

B. Langkah Kerja

- Gunting contoh uji sepanjang 1 cm, usahakan agar menggunting tepat


pada bagian tengah contoh uji.
- Tentukan jarak jepit sesuai dengan jenis pengujian.
- Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut
klem atas dan bawah.
- Pindahkan swicth pengaturan penarikan dan mulur pada grafik ke posisi
bawah.
- Tekan tombol “ON” maka klem atas akan bergerak naik keatas , perhatikan
data/gambar grafik sampai 5 titik.
- Tekan tombol stop (warna merah).
- Swicth pengatur penarikan dan mulur pada grafik dikembalikan pada posisi
semula (atas).
- Tekan tombol turun agar klem kembali pada posisi awal.
- Jika penarikan grafik tidak berada pada posisi “O” ( dari grafik) maka swicth
pengatur pena tarik ke bawah lalu dikembalikan lagi.
- Catat 1 puncak tertinggi dan1 puncak terendah pada grafik

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada lusi
= (2,6 + 1,65 + 2,1) : 3 = 2,1
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada lusi
= (1,6 + 1,5 + 1,75) : 3 = 1,6
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 2,1+1,6
= = = 1,,85 kg
2 2

- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada pakan
= (1,35 + 1,2 + 0,9) : 3 = 1,15
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada pakan
= (0,9 + 0,7 + 0,65) : 3 = 0,75
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 1,15 + o,75
= = = 0,95 𝑘𝑔
2 2

- Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) lusi

Lusi

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 2,1 0,09
2 1,57 0,05
3 1,9 13,6
∑ 5,57 13,74
𝑥̄ 1,8 4,5

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √13,74 = 2,6%


(n-1) 2

CV = SD x 100 % = 2,6 x 100 = 144 %


X 1,8
Pakan

No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1,1 0,04
2 0,9 0
3 0,7 0,04
∑ 2,7 0,08
𝑥̄ 0,9 0,02

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 = √0,08 = 0,2%


(n-1) 2

CV = SD X 100 % = 0,2 X100 %= 22,2 %


X 0,9

D. DISKUSI

Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan beban
maksimum yang mengenai kain tersebut.

Factor yang mempengaruhi alat pada saat pengujian adalah terjadi slip pada saat
proses penarikan di sebabkan penjepit yang tidak kencang pada proses
pemasangankain pada penjepit mesin .

Kesalahan Pemasangan pencatatan skala pada kertas grafik akan berpengaruh pada
hasil yang di dapat pada proses pengujian . pada proses pengujian kain slip di
karenakan penjepit yang sudah longar sehingga kain tidak tertatik secara maksimal

E. Kesimpulan
- Rata-rata puncak tertinggi sobek Lusi = 2,1 kg
- Rata-rata puncak terendah sobek Lusi = 1,85 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Lusi = 2,5
- Coevisien Variasi (CV) sobek Lusi = 144 %
- Rata-rata puncak tertinggi sobek Pakan = 1,15 kg
- Rata-rata puncak terendah sobek Lusi = 0,95 kg
- Coevisien Variasi (CV) sobek Paka = 22,2%
- Standar Deviasi (SD) sobek Pakan = 0,2
Contoh Uji Sobek Elemendorf
Contoh Uji Sobek Lidah
Contoh Uji Sobek Trapesium
BAB IV

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOKAN

4.1 Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui ketahanan kain contoh terhadap gosokan yang digunakan


sebagai pembanding dari keadaan sebenarnya sewaktu kain dipakai.

4.2 Teori Dasar


Keawetan kain adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa di pakai lagi
karena suatu sifat penting telah rusak.
Faktor yang menyebabkan kain mengalami keausan adalah :
• Gaya-gaya langsung pada kain, ini bisa terjadi pada keadaan tidak normal
• Pengaruh tumbukan, ini penting pada alas lantai seperti permadani
• Tekukan atau friksi antar serat dengan serat dan antara benang dengan
benang, karena kain sering tertekuk.
• Gosokan friksi antar kain dengan kain, friksi antar kain dengan benda dan
friksi antar serat dengan kotoran, ini menyebabkan putus serat.
Berdasarkan uraian diatas, faktor gosokan dalam banyak hal merupakan
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan keusangan. Pengujian
ketahanan gosok kain hanya merupakan pengujian yang sederhana terhadap mutu
kain. Jadi harus diingat bahwa gosokan bukan hanya satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keusangan atau keawetan.
Beberapa hal yang penting diperhatikan sebelum seseorang akan
melakukan pengujian antara lain :
a. Keadaan contoh
Contoh kain sebaiknya dikondisikan dalam ruang standar atmosfir.
b. Pemilihan alat
Tergantung dari karakter pengujian yang diperlukan,apakah menggunkan
gosokan datar,tekanan dan lain-lain.
c. Karakter gerakan
Apakah arah gerakan bolak-balik,memutar dan lain-lain.
d. Pemilihan bahan penggosok
Mungkin berupa contoh kain itu sendiri,kain standar ,kain pelapis dan lainnya.
e. Arah Gerakan
Arah gerakan apakah searah lusi, pakan atau membentuk sudut terhadap lusi
dan pakan.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengujian ketahanan gosok kain, yaitu :
a. Pelapis contoh
Faktor ini juga dapat mempengaruhi hasil pegujian
b. Kebersihan contoh dan alat
Daerah yang harus digosok dan penggosok harus dicegah dari pengaruh
tegangan dan bersih dari kotoran,hal ini akan sangat berpengaruh juga
pada hasil pengujian.
c. Tegangan pada contoh
d. Tekanan antara penggosok dan contoh

Beberapa cara untuk menilai kerusakan pada kain contoh adalah :


• Kenampakan terhadap bagian contoh yang tidak tergosok.
• Jumlah cycle yang diperlukan untuk mengosok sampai berlobang benang
putus atau contoh yang putus.
• Kehilangan berat setelah penggosokan.
• Perubahan tetal,yaitu karena tinggi bulunya berkurang setelah penggosokan.
• Kehilangan kekuatan.
4.3 Alat Dan Bahan

Alat Bahan
Martindale wear & Abrasion Tester Kain contoh uji
beban 9 -+ 0,2 kPa
Gunting
Neraca dengan ketelitian 1 mg
Ticknes tester
Pelapis contoh uji
Cetakan untuk membuat contoh uji

4.4 Langkah Kerja

- Timbang contoh uji dengan neraca analitis dan ukur tebal contoh uji.
- Letakkan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang. Pasang
setiap contoh uji pada cincin dudukan contoh uji dengan bagian permukaan
contoh uji menghadap ke bawah. Pasang secara hati-hati penekan contoh
uji agar kedudukan contoh uji tepat ditengah. Sisipkan alas contoh uji
poliuretan yang berukuran sama dengan contoh uji.
- Pasang badan pemegang contoh uji kencangkan dengan tangan, jaga agar
contoh uji tidak terlipat kemudian kencangkan lagi dengan alat
pengencang.
- Pasang pengencang contoh uji pada meja beban.
- Setelah contoh uji mengalami gosokan ambil contoh uji.
- Timbang contoh uji dengan neraca analitis dan ukur tebal contoh uji.
Bandingkan dengan penimbangan dan pengukuran tebal yang pertama

4.5 Hasil Pengujian dan Perhitungan

Sample Berat awal Berat akhir Tebal awal Tebal akhir


1 0,105 0,104 0,22 0,21
2 0,116 0,113 0,22 0,20
Rata- rata 0,11 0,1 0,22 0,20

Menggunakan beban 9 kpa


Dengan 500 x gosokan

Perhitungan

Presentase pengurangan berat = x berat awal – berat akhir x 100 %


X berat awal
= 0,11 – 0,1 x 100 % = 9 %
0,11

Presentase pengurangan ketebalan = x tebalawal – tebal akhir x 100 %


Xtebal awal

= 0,22 – 0,20 x 100 % = 9 %


0,22
Presentase pengurangan ketebalan = x tebalawal – tebal akhir x 100 %
X berat awal

= 0,22 – 0,20 x 100 % = 18 %


0,11
4.6 DISKUSI

Kekuatan gosok kain di gunakan untuk mengetahui keawetan kain ketika mengalami
gosokan , biasanya di gunakan untuk kain karpet
Kekuatan gosok juga bias menentukan mutu kain tersebut
Pengujian kekuatan gosok kain menggunakan alat martindale wear and abrasion
tester Ada beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan, diantaranya
adalah kehilangan berat setelah penggosokan dan perubahan tebal kain. Dari hasil
pengujian tebal berat menjadi bertambah dan berat kain berkurang

Factor factor yang mempegaruhi pada hasil pengujian adalah kundisi suhu ruangan
yang tidak standar atau tidak stabil akan mempegaruhi hasil akhir pengujian yang
tidak berstandar

4.7 KESIMPULAN

Presentase pengurangan berat = 9 %

Presentase penambahan tebal kain = 9


Contoh Uji Gosok
BAB V

PENGUJIAN KEKUATAN JEBOL (DIAFRAGMA)

5.1 Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan besarnya kekuatan atau gaya yang diperlukan untuk menjebol
atau membolongkan kain rajut.

5.2 Teori Dasar

Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis kain yang
memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula untuk pengujian tahan
pecah kertas.

Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan dengan alat
yang terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut terdiri dari :

Kain rajut pakan.


Kain rajut lusi
Kain rajut lusi / pakan
Kekuatan jebol adalah tekanan maksimum yang diperlukan untuk menjebol kain rajut
dan dinyatakan dengan Kpa atau Kg/cm2.

Pengujian kekuatan tahan jebol dikenal dengan dua cara, yaitu :

Pengujian dengan penarikan tetap dengan bola penekan

Dilakukan dengan penarikan tetap dengan bola penekan.Pengujian ini dilakukan


dengan tipe pendulum yang dilengkapi dengan bola baja yang mendorong contoh
penjepit yang berbentuk cincin untuk menegengkan contoh uji.

Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada saat
jalan bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol suatu contoh
uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester, pengujian dilakukan
pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan contoh uji pada alat tersebut,
sampai contoh uji tersebut mengalami jebol atau pecah.

- Pengujian dengan diagfragma


Alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi dengan diagframa dari karet dan penunjuk
tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada kain rajut sampai
kain rajut tersebut jebol atau berlubang.Pada alat ini kain contoh dijepit penjepit.
Sedang sebagai pengganti bola baja dipergunakan diagfragma yang terbuat dari
karet, yang ditekan oleh cairan yang digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan
mendorong kain sampai pecah. Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan
pengukur tekanan tabung bourdon. Kapasitas alat ini relative kecil.

5.3 Alat Dan Bahan

Alat Bahan
Bursting Strength Tester, yang Kain contoh uji (rajut)
dilengkapi dengan diafragma dari
karet

5.4 Langkah kerja

⦁ Tekan tombol “ON” pada alat.


⦁ Atur posisi jarum berada pada skala “0”.
⦁ Jepit contoh uji dengan kuat.
⦁ Naikkan tekanan terhadap karet diafragma dengan cara memutar tombol “Oil”
sesuai dengan arah anak panah tunggu hingga kain contoh uji jebol/pecah
⦁ Kekuatan jebol kain rajut dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh jarum
(warna merah) dalam satuan kg/cm2.
⦁ Catat kekuatan jebol tersebut.

5.5 Hasil Pengujian Dan Perhitungan

Data

KAIN Kg/cm2

1 1,71

2 1,60

3 1,62

4 1,43

Rata – rata = 1,71 + 1,60 + 1,62 + 1,43 = 1,59 kg/cm2


4
No X (𝑥 − 𝑥̄ )2
1 1,71 0,014
2 1,60 0,0001
3 1,62 0,0009
4 1,43 0,025
∑ 6,36 0,04
𝑥̄ 1,59 0,01

SD = √∑(𝑥𝑖 − 𝑥 ) = √0,04 = 0,11 %


(n-1) (4-1)
Cv = 0,11 x 100% = 6,9 %
1,59

5.6 DISKUSI

Uji jebol di lakukan untuk menguji kekekuatan kain rajut Kekuatan jebol merupakan
tekanan yang diperoleh dengan mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol
rata-rata. tekanan diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh
uji,untuk menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari contoh uji. maka
tahan jebol kain menjadi lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya. Jadi
penarikan kain ketika dipasang pada cincin penjepit akan menentukan hasil
pengujian dan koefisien variasi-nya

5.6 KESIMPULAN

Rata – rata jebol kain rajut sebesar = 1,59 kg/cm2

Standar defiasi dan kofisiensi sebesar 0,11 % dan 6,9 %


Contoh Uji Jebol
BAB VI

PENGUJIAN KEKAKUAN

6.1 Maksud dan Tujuan

Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan “Shirley”
Stiffness Tester.

Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang terdiri
dari kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat menilai mutu atau
klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.

6.2 Teori Dasar

Kekakuan adalah kemampuan untuk menahan bentuk. Kekuatan lentur


adalah besarnya momen pada kain dengan lebar tertentu, besar kekakuan lentur
dinyatakan dengan mgcm. Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa pegangan.
Kain dengan kekakuan lentur yang tinggi cenderung mempunyai pegangan yang
lembut.

Panjang lengkung ( bending length ) adalah panjang kain dalam cm membentuk


lengkungan sampai mencapai sudut 7,1. Untuk mendaptkan ketelitian yang baik,
maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkung dihitung setelah panjang kain
membentuik lengkungan 41,5. Kekakuan lentur lusi adalah panjang lengkung lusi
atau lenturan yang hanya disebabkan oleh benang lusi. Kekakuan lentur pakan
adalah panjang lengkung atau lenturan yang hanya disebabkab oleh benang pakan
saja.

Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik
kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa
sifat kain yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan,
kehalusan atau kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik
atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.

Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang, mencoba,
kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya. Dengan
memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus
secara subjektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup
rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar atau halus.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa
kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi
kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu
diperhatikan :

Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain
instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.

Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil


pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai.

Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam sasaran


bahwa kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan dan drape.

Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah ditentukan
dalam angka pada suatu pengujian. Dan definisi tentang kekakuan ada beberapa
macam, yaitu :

a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain dengan
lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan lentur
dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa pegangan. Kain
dengan kekakuan lentur tinggi cenderung mempunyai rasa pegangan kaku.

b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm membentuk


lengkungan sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan ketelitian yang baik
maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkungan dihitung setelah panjang
kain membentuk lengkungan pada 41,5o.

c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau lengkungan
yang hanya disebabkan benang lusi.

d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.

6.3 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Shirley stifness tester Kain contoh uji
Gunting
Penggaris

6.4 Langkah Kerja


• Alat stiffness tester diletakkan sejajar dengan penguji.
• Contoh uji diberi tanda pada 4bagian, yaitu bagian depan atas, depan
bawah,belakang atas, dan belakang bawah (masing-masing lusi dan pakan).
• Contoh uji diletakkan pada bidang dengan tepi depan bidang datar.
• Letakkan penggeser (mistar) pada contoh uji sehingga skala nol satu garis
dengan garis petunjuk.
• Dorong penggeser (mistar) kedepan sehingga contoh uji akan menjulur
keluar dari tepi depan bidang datar dan melengkung ke bawah sesuai
dengan beratnya.
• Penggeser terus didorong hingga tepi depan contoh uji sebidang/tepat
dengan garis pada stiffness tester,kita dapat melihatnya pada cermin di
stiffness tester.
• Apabila contoh uji terpuntir, titik tengah tepi depan contoh uji harus sebidang
dengan garis tersebut.
• Setelah tepi depan contoh uji sejajar/sebidang dengan garis, panjang
lengkung dibaca dalam satuan cms.
• Cara pengujian tersebut diatas diulangi untuk masing-masing 4 bagian
contoh uji. Jadi setiap satu contoh uji dilakukan 4 kali pengujian.

6.5 Hasil Pengujian dan Perhitungan

Specimen Posisi Lusi Pakan


1 Muka 1 1,3 1,3
Belakang 1 1,45 1,85
Muka 2 1,3 1,5
Belakang 2 1,3 1,5
2 Muka 1 1,4 1,85
Belakang 1 1,25 1,85
Muka 2 1,3 1,6
Belakang 2 1,5 1,85
3 Muka 1 1,4 1,35
Belakang 1 1,3 1,7
Muka 2 1,4 1,4
Belakang 2 1,35 1,7
Total 16,25 19,45
Rata-rata 1,35 1,6

- Panjang lengkungan rata-rata lusi (Cl) x 0,5


= 1,35 x 0,5 = 0,675
- Panjang lengkung rata-rata pakan (Cp) x 0,5
= 1,6 x 0,5 = 0,8
- Kekuan lentur lusi : (GL = 0,1 W (C𝐿3))
= 0,1 x 101,73 x 0,675
= 6,86
- Kekakua lentur pakan (GP = 0,1 x W x (Cp3))
= 0,1 x 101,73 x 0,8
= 8,138
- Kekakuan total

= GT = √𝐺𝐿 𝑥̅ 𝐺𝑃

= GT = √6,86 x 8,138
= = √55,8
= 7,4 mg.cm Bending
modulus
12 𝐺𝑡 𝑥̅ 10−3
= 𝑔3

−3
= 12 𝑥̅ 7,4 𝑥̅ 10
3
(0,289)
0,888 𝑥̅ 0,01
=
0,024

= 37 km/cm2

6.6 DISKUSI

Dalam pengujian ini diuji 4 kali yaitu pada bagian depan, belakang, atas dan bawah
kain. Hasil tersebut dirata-ratakan untuk hasil pengukurannya. Kekakuan yang baik
ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh
penyusun seratnya serta konstruksi kain yang digunakan. Selain itu kain pun dapat
dibuat menjadi kaku agar lebih mudah rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar
hasil lebih akurat dan tepat, kain harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga
perlu disetrika terlebih dahulu.

6.7 KESIMPULAN

- Panjang lengkung rata-rata Lusi = 1,35cms


- Panjang lengkung rata-rata Pakan = 1,6 cms
- Kekakuan lentur Lusi = 6,86 mg/cm
- Kekakuan lentur Pakan = 8,138mg/cm
- Kekakuan total = 7,4 mg/cm
- Bending modulus = 37 kg/cm2
Contoh Uji Kekakuan
BAB VII

PENGUJIAN KAIN KEMBALI DARI LIPATAN (TAHAN KUSUT)

7.1 Maksud dan Tujuan

Menguji kemampuan kain untuk kembali kebentuk semula setelah mengalami


tekukan yang diuji dengan Shirley Crease Recovery Tester.
Dapat melakukan pengujian untuk mengetahui kemampuan kain untuk kembali dari
sudut kusut.
Dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan sifat kemampuan
kembali dari sudut kusutnya.

7.2 Teori Dasar

Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol
merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari
kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan.
Oleh karena itu, tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat
penyusun kain dan stabilitas dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya
baik maka sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang
stabilitasnya jelek. Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain
yang memungkinkannya untuk kembali dari lipatan.

Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan terhadap
kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil jelek crease
resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan kata lain kain
tersebut mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut juga kenampakan /
keindahan suatu kain.

Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan,
kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga. Sifat-sifat yang
disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari
segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.

Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan
memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut
sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan
kepekaan tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan
sutau standar pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu :
Pengujian total
Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.

Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji dengan suatu beban
tertentu selama waktu tertentu pula sehingga dihasilkan lipatan (dianggap sebagai
kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh uji membentuk huruf (V) dan
diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total ynag diukur adalah jarak antara
kedua ujung (V), sedangkan dengan alat Shirley yang diukur adalah besarnya sudut
yang dibentuk oleh pita (V). Yang dipakai dalam praktikum ini adalah dengan alat
Shirley Crease Recovery Tester.
Ketentuan dari sudut kusut :
Sudut kusut Keterangan
x > 135 0 Baik sekali
125–1350 Baik
115–1250 Cukup
x <1150 Kurang

7.3 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Crease recovery tester, dilengkapi Kain contoh uji
dengan :
- Beban penekan 10N
- Busur derajat
- Lempeng pemegang
contoh uji
- Jarum penunjuk skala
Penggaris
Gunting
Pinset

7.4 Langkah Kerja

- Lipat contoh uji menjadi 2 bagian kearah panjang(masing-masing contoh


uji lusi dan pakan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian muka dan bagian
belakang) kemudian letakkan dibawah beban seberat 500 gram dan
diamkan selama 5 menit. Jika menggunakan beban seberat 800 gram,
diamkan selama 3 menit.
- Setelah 5 menit atau 3 menit(jika menggunakan beban 800 gram) ambil
salah satu ujung contoh uji kemudian ujung yang lainnya masukkan pada
penjepit yang ada pada alat. Dengan posisi bagian lipatan menempel tepat
pada ujung penjepit dan ujung lainnya yang menjuntai segaris dengan
penunjuk horizontal. Diamkan selama 5 menit atau 3 menit (jika
menggunakan beban 800 gram).
- Setelah itu contoh uji yang menjuntai diatur kembali posisinya agar segaris
dengan garis penunjuk horizontal, baca sudut kembali sampai derajat
terdekat dari busur derajat.
- Catat besarnya sudut kembali dengan satuan derajat.
- Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang pada contoh uji
yang berbeda.

7.5 Hasil pengujian Dan perhitungan

Arah lusi Arah pakan


Bagian Harga Juml Bagian Harga Jumla
ah h
sudut sudut
kembali kembali
Muka 1 120 Muka 1 128
Muka 2 129 124,5 Muka 2 165 146,5
Belakang 1 117 Belakang 1 135
Belakang 2 115 116 Belakang 2 120 127,5
• Arah Lusi = 120 + 129+ 117+115 / 4 = 120,25
• Arah Pakan = 128 +165 + 135 + 120 / 4 = 137

7.6 DSKUSI

faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain, antara lain adalah
sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut. Sifat serat akan
berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kain-kain yang mempunyai
ketahanan kusut yang jelek dapat diperbaiki dengan melakukan proses
penyempurnaan anti kusut pada kain, sehingga kain yang telah mengalami proses
penyempurnaan anti kusut akan mempunyai ketahanan kusut yang baik.
7.7 Kesimpulan
- Rata-rata sudut kembali arah Lusi = 120,25
- Rata-rata sudut kembali arah Pakan = 137
Contoh Uji Kekusutan
BAB VIII
PENGUJIAN KELANGSAIAN (DRAPE)

8.1 Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui prinsip praktikum pengujian langsai kain (drape) dan Untuk
menghitung drape terhadap kain.

8.2 Teori Dasar

Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain
yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagianya
apabila kain digantungkan . Drape factor adalah perbandingan selisih luas
proyeksi vertical degan luas landasan contoh uji , terhadap selisih contoh uji
dengan luas landasan contoh uji.

The Fabric research laboratories of USA telah mengembangkan suatu metode


untuk mengukur drape , hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan
karakteristik lusi dan pakan menghasilkan suatu lekukan seperti terlihat ditoko
apabila suatu kain digantungkan pada gantungan bulat.

8.3 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Drape Tester Kain contoh uji
Gunting
Printer

8.4 Langkah Kerja

- Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan standar diameter 25 cm


sebanyak 5 lembar. Beri tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada
titik pusat lingkaran diameter 3 mm, kondisikan dalam ruang standar
pengujian.
- Nyalakan komputer
- Nyalakan Drape Tester, dengan cara membuka kaca, kemudian tekan saklar
kanan bawah alat sampai lampunya menyala.
- Klik icon Drape Tester, sampai keluar menu Drape Tester.
- Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada pada titik
tengah landasan uji.
- Jalankan alat sehingga contoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran.
Biarkan beberapa saat.
- Klik reset, tunggu sampai lampu merah pada alat menyala.
- Beri nama operator dan nama kain.
- Klik Start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape
kain, biarkan sampai pengujian selesai.
- Klik print untuk mencetak hasil pengujian. Hasil pengujian dapat dibaca pada
layar monitor komputer dan atau pada kertas hasil print.

8.5 Hasil Pengujian dan Perhitungan

Muka
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.98 mm2
Luas drape (C) = 31.787.73mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 10059 mm2
Drape % = 50,57 %

Belakang
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468,98 mm2
Luas drape (C) = 33.300,04 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 102,95 mm2
Drape % = 53,54 %

Perhitungan
Dreep % = luas dreep – luas landasan x 100%
Luas sample – luas landasan
Muka

= 31.787 – 12.468 x 100 %


50.670 -- 12.468
= 50,5%
Belakang
= 33.300 – 12.468 x 100 %
50.670 -- 12.468
= 54,5%

8.6 DISKUSI

Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang dapat
dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain dilakukan
beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya kemampuan kain
untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk pakaian wanita diperlukan
pakaian yang memiliki drape yang bagus( koefisien drape rendah).

8.7 KESIMPULAN

Jumlah dreep % muka 50,5%


Jumlah dreep % belakang 54,5 %
Contoh Uji kelangsaian
BAB IX
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA

9.1 Maksud dan Tujuan

Maksud : Mengukur volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan
luas tertentu dengan tekanan tertentu dengan melihat besarnya udara yang melewati
kain, yang langsung menggerakan manometer air.

Tujuan : Menghitung harga daya tembus udara pada kain contoh dan dapat menilai
mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan nilai daya tembus udaranya.

9.2 Teori Dasar

Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang terdiri dari serat-
serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang udara.Jumlah
ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat kain,seperti
kehangatan dan perlindungan terhadap angin dan hujan serta efisiensi penyaringan
dari kain-kain untuk keperluan industri.

Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin saja
kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih
hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara
pada kain :

Daya Tembus Udara (Air Permeability)


Laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan pada ke dua permukaan
kain berbeda. Daya Tembus Udara (Air Permeability) yaitu untuk menyatakan berapa
volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan
tekanan tertentu, satuan misalnya cm3/detik/cm2/I cm tekanan air.

Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk menyatakan berapa lama
waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu dengan
tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya misalnya detik/m3/cm2/ I
cm tekanan air.

Rongga Udara (Air porosity)


Rongga Udara (Air Porosity) adalah untuk menyatakan berapa persentase volume
udara dalam kain terhadap volume keseluruhan air tersebut.

Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain adalah alat
elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada dasarnya alat uji
daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting
6.3 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Pemegang contoh uji (luas lubang Kain contoh uji
tertentu)
Kipas penghisap untuk mengalirkan
udara
Manometer tegak (manometer air)
Incline manometer (manometer
minyak)
Pengatue besarnya tekanan udara
Skala untuk mencatat hasil
Orifice sebanyak 8 buah

9.4 Langkah Kerja

- Pasang Kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji kemudian jepit
dengan cincin yang sesuai hingga kain cukup tegang dan kemudian
lubang ditutup.
- Pasang orifice terpilih yang cocok untuk kain tersebut sehingga angka
pada manometer air ada diantara 2 sampai 15.
- Jalankan penghisap udara.
- Atur reostart agar tekanan udara sesuai dengan tekanan.
- Catat hasilnya pada skala.

9.5 Hasil Pengujian Dan Perhitungan

I = 6,9 CM
II = 8.5 CM
Diameter 8 harga minimal 72 dan harga maksimal 197
Perhitungan
X = h {𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑖𝑟 − 2 𝑥 𝐻 − ℎ }
15 – 2
= 72 + 6,1 – 2 x 197 – 72
15-2
= 72+ 6,1 + 322
13
= 30,7 cm/det / cm2

9.6 DISKUSI

Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai diameter
pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan minyak dan air agar tidak
terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat sehingga kenaikannya bisa sejalan. Lubang
orifice yang terlalu kecil dan kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih bising
dibanding lubang yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus diganti
menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang digunakan.
Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara nya pun makin banyak.
Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada kain sangat dipengaruhi oleh konstruksi
kain tersebut. Konstruksi dalam hal ini adalah tetal benang dan jenis anyaman kain

9.7 KESIMPULAN

Nilai daya tembus udara sebesar 30,7 cm/det / cm2


Contoh Uji DTU

Anda mungkin juga menyukai