Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL DEKOMPOSISI

KAIN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Desain Tekstil

Disusun Oleh :
Nama : Linda Amelia
NRP : 23430050
Grup : 1G3
JURUSAN : Produksi Garmen
Dosen : Nandang S., S.T.,M.Ds.
M. Indra P.,S.ST.
Ria W.,S.ST.

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG


Program Studi Produksi Garmen
2023/2024
BAB I
I. MAKSUD dan TUJUAN

1.1. Maksud
Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman, anyaman polos,
anyaman keper, dan anyaman satin, pada kain contoh, sehingga bisa membedakan
satu anyaman dengan anyaman yang lain..
1.2. Tujuan
 Menentukan selisih berat hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
 Menentukan besar tetal lusi dan pakan pada kain contoh.
 Menentukan nomor benang lusi dan pakan pada kain contoh.
 Besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.
 Untuk mengetahui konstruksi kain contoh.
BAB II
TEORI DASAR

Menurut (Poespa, 2005) Tenunan hampir sama dengan anyaman yang berarti
menyilangkan benang membujur menurut panjang kain (benang lungsi) dengan
isian benang melintang menurut lebar kain (benang pakan). Menurut
Soekarso, R (1974: 25) menganyam adalah benang. benang yang bersilang atau
berpindah tempat dari atas atau dari bawah ke atas. Sedangkan menurut Abbas
dalam Gerbono (2005:47) Menganyam atau membuat anyaman adalah menyusun
lusi dan pakan. Lusi adalah bagian iratan yang disusun membujur, sedangkan
pakan adalah bagian iratan yang disusun melintang. Menganyam merupakan salah
satu teknik kriya tekstil dengan menyilang nyilangkan bahan tekstil antara
bagian lusi (arah vertikal) dengan bagian pakan (arah horizontal) hingga
membentuk suatu pola tertentu (Mila dan Marlina, 2011:29).Jadi dari pendapat
diatas dapat disimpulkan anyaman adalah salah satu teknik kriya tekstil
dengan menyusun lungsi (arah vertikal) dan pakan (arah horizontal)
hingga membentuk suatu pola tertentu dengan menggunakan bahan-bahan alam
maupun bahan tekstil.
Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana dan banyak digunakan
dalam proses produksi kain tenun, diantaranya kain mori, belacu, dan sarung. Pada
prosesnya, pembuatan kain tenun harus mengikuti konstruksi yang sudah
direncanakan pada proses sebelumnya. (Valentina Sri Pertiwi Rumiyati, 2022)
Kain tenun terbentuk dari anyaman tertentu dari benang-benang. Anyaman adalah
silangan antara benang ke arah panjang kain ( benang lusi/warp) dengan ke arah lebar
kain(pakan/weft). Anyaman polos merupakan salah satu jenis anyaman dasar selain
anyamna keper dan anyaman satin. Anyaman polos adalah anyaman yang paling
sederhana, paling tua dan paling banyak digunakan diantara anyaman
lainnya.penyilangan antara benang lusi dan benanga pakan dialkukan secara
bergantiaan ( selang seling, satu naik, satu turun). Nama lain yang biasa digunakan
untuk menyebut anyaman polos adalah; anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, atau plain.
Ciri dan karakteristik anyaman polos :
a. Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman
b. Jumlah benang lusi tiap incinya relatif lebih sedikit daripada anyaman
lain, karena jika benangnya terlalu banyak akan menghasilkan kain yang
kaku.
c. Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik,
1 turun.
d. Merupakan kain dengan anyaman paling kuat dari semua jenis anyaman.
e. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman lain.
f. Menghasilkan kain dengan anyaman paling kuat dengan tata letak
benang tidak mudah berubah tempat.
g. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor
konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
h. Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran
yang lebih besar dari pada anyaman lain. Demikian pula dengan
perpencaran berat kain lebih besar dari pada anyaman lain.
i. Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan
mengadakan perubahan-perubahan desain, baik desain structural maupun
desain permukaan dibandingkan dengan anyaman lain.
j. Sangat baik jika digunakan untuk kain yang jarang dan tipis.
BAB 3
LANGKAH KERJA

A. Alat dan Bahan


 Alat
- Loop untuk melihat tetal/inchi.
- Gunting
- Mistar
- Timbangan
 Bahan
- Kain contoh yang akan diuji.
B. Cara Kerja
 Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi beri tanda panah)
 Hitung tetal lusi dan pakan pada 3 tempat yang berbeda
 Potong kain contoh 10X10 cm, timbang berat kain.
 Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 10
helai. (10 helai lusi dan 10 helai pakan).
 Hitung mengkeret benang lusi dan pakan menggunakan jarum untuk
mempermudah.
 Panjang benang dari kain contoh = Pk
 Panjang benang setelah diluruskan = Pb
Pb − Pk
Meng ker et Benang = M = Χ 100 %
Pb

 Benang lusi dan pakan ditimbang.


 Hitung nomor benang lusi dan pakan.
 Panjang 10 lusi dan pakan setelah diluruskan =……..cm = ……..m
 Berat 10 lusi dan pakan = ……..mg = ……..g

Panjang (m) Ne1= ……….


Nm  Tex= ……….
Berat ( g )
Td= ……….
Untuk benang lusi dan benang pakan.
 Menghitung penomoran benang
panjangbenang lusi ( m )
Nm
berat benang lusi ( gram )
Ne 1=0 , 59 × Nm
1000
Tex
Nm
9000
Td
Nm
 Menghitung gramasi kain
- Cara penimbangan
100× 100
B=Berat contoh uji × …
10× 10
- Cara perhitungan

(1) berat lusi=tetal pakan ( cm11 ) ×100 ×100 × ¿ ¿


(2) Berat pakan = S d a
Berat benang total = (i) + (ii)
= y gram
berat terbesar −berat terkecil
Selisih gramasi = × 100 %
berat terbesar
 Cover factor
Hitung ∅ benang lusi dan pakan
1
dw=
28 √ Ne 1
a. Warp cover (cw) = dw×nw
b. Filling cover (cf) = df × nf
c. Cover factor = { ( cw+cf )−(cw ×cf ) } ×100 %
= ...
BAB 4
DATA PEGAMATAN

tetal Panjang benang

No Lusi Pakan Lusi Pakan

1 113 66 10,8 10,2

2 109 68 10,4 10,1

3 113 68 11,4 10,2

4 112 68 10,5 10,2

5 10,4 10,2

6 10,6 10,2

7 10,6 10,2

8 10,5 10,2

9 10,6 10,3

10 10,5 10,2

Tetal lusi = 447 : 4 = 111,75 : 2,54 = 43,99

Tetal pakan = 270 : 4 = 67,5 : 2,54 = 26,57

Panjang lusi = 10,74

Panjang pakan = 10,21

Berat kain = 0,9529

Berat lusi = 0,101

Berat pakan = 0,139


BAB 6
PENUTUP
DISKUSI

Didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret benang, nomor benang, dan
berat kain. Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling
baik adalah sekecil-kecilnya. Pada percobaan didapat selisih melebihi nilai rata-rata.
Selisih tersebut kemungkinan disebabkan beberapa hal :
 Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat
penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan
terbalik. Untuk itu harus dipahami cara menentukan lusi, lusi rata-rata lebih
banyak dan lebih rapat daripada pakan, dari tekstur permukaan biasanya lusi lebih
kasar dari pakan pada anyaman tertentu, yang lebih mudah apabila ada pinggiran
kain maka lusi searah dengan pinggiran kain..
 Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan
timbangannya kurang akurat, karena terkadang tidak menghasilkan berat tetap
dan ketelitiannya lebih besar. Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-
hati, jangan sampai tidak rata bahkan sedikit pun terpotong, karena itu akan
mempengaruhi penimbangan Selain itu benang yang telah ditiras ada yang tidak
utuh satu tapi terurai yang bisa mempengaruhi berat saat penimbangan.
 Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan.

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

Nm Lusi = 10,63
Nm pakan = 7,34
Berat kain/m2 berdasarkan penimbangan = 95,29 g
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 906,85 g
DAFTAR PUSTAKA

Poespa, G. (2005). Pemilihan Bahan Tekstil: Karakteristik Bahan Tekstil. Pemilihan Bahan
Tekstil: Karakteristik Bahan Tekstil.

Rahmawati. (2013, Mei). Pengaruh Jenis Anyaman Terhadap Hasil Jadi Cape Dengan
Menggunakan Bahan Kulit Imitasi. Pengaruh Jenis Anyaman Terhadap Hasil Jadi
Cape Dengan Menggunakan Bahan Kulit Imitasi, 33-40.

Valentina Sri Pertiwi Rumiyati, A. P. (2022, Juni). Identifikasi Kontruksi dan Kualitas Kain
Mori Sebagai Bahan Baku Pembuatan Batik. Identifikasi Kontruksi dan Kualitas Kain
Mori Sebagai Bahan Baku Pembuatan Batik.

Anda mungkin juga menyukai