Disusun oleh
NPM : 20430003
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 2
BAB I PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN.................................................................... 3
BAB II PENGUJIAN KEKUATAN KAIN ..................................................................... 8
2.1 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK ...................................................................... 8
2.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK CARA PITA POTONG ........................ 8
2.1.2 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK CARA PITA TIRAS ........................... 11
2.1.3 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK CARA CEKAU ................................... 15
2.2 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN ........................................................ 18
2.2.1 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA TRAPESIUM .............. 18
2.2.2 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA LIDAH ........................ 21
2.2.3 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA ELMENDORF ............ 24
BAB III PENGUJIAN JEBOL KAIN CARA DIAFRAGMA ....................................... 28
BAB IV PENGUJIAN TAHAN GOSOK KAIN ........................................................... 30
BAB V PENGUJIAN PEGANGAN KAIN ................................................................... 34
5.1 PENGUJIAN KEKAKUAN KAIN ...................................................................... 34
5.2 PENGUJIAN KELANGSAIAN KAIN (DRAPE) ............................................... 38
BAB VI PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN KEMBALI DARI KEKUSUTAN ...... 40
BAB VII PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA KAIN ........................................... 43
LAMPIRAN.................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 62
2
BAB I
PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN
B. Teori Dasar
1. Anyaman adalah silangan antara benang lusi dengan benang pakan sehingga
terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain
tenun dan biasanya digambarkan ke arah vertikal, sedangkan benang pakan adalah
benang yang sejajar dengan lebar kain dan biasanya digambar ke arah horizontal
2. Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam
satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu.
Penomoran benang dibagi dua bagian besar, yaitu :
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
3
3. Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap satuan
panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inci. Ada beberapa cara
menentukan tetal benang, yaitu :
4. Mengkeret benang, apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal
ini karena adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Crimp adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang kain tenun
b. Take up adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang kain tenun
( )
C. Metode Penelitian
1. Menentukan arah lusi dan arah pakan pada kain uji (beri tanda untuk arah lusi);
2. Menimbang kain dalam ukuran 10 cm × 10 cm (luruskan potongan kain dengan
meniras benang pada sisi kain);
3. Menimbang berat 10 helai benang dengan mengambil 5 helai benang dari sisi
kanan dan 5 helai benang dari sisi kiri untuk benang lusi, juga 5 helai benang
dari sisi atas dan 5 helai benang dari sisi bawah kain untuk benang pakan;
4. Mencari panjang benang pakan dengan menggunakan mistar, dan
menuliskannya pada kertas kerja;
4
5. Mencari panjang benang lusi dengan menggunakan mistar, dan menuliskannya
pada kertas kerja
6. Mencari tetal lusi dengan menggunakan lup dengan menghitung benang arah
vertical (arah yang telah ditentukan), catat hasil pada kertas kerja;
7. Mencari tetal pakan dengan menggunakan lup dengan menghitung benang arah
vertikal (arah yang telah ditentukan), catat hasil pada kertas kerja;
8. Membuat gambar anyaman kain sampel di kertas desain, dengan mengamati
anyaman yang terjalin di kain sampel.
a. Tetal Lusi
a. Benang Lusi
5
Tetal lusi (rata-rata) = 81,33 hl/inchi = 32,02 hl/cm
Panjang rata-rata 10 helai benang lusi = 10,23 cm
Berat 10 helai benang = 0,0141 gram
Mengkeret
( )
Nomor Metrik (Nm) ( )
Tex
b. Benang Pakan
Tex
c. Berat Kain
( ) ( ) ( )
Berat lusi per m²
( ) ( ) ( )
Berat pakan per m²
6
Selisih berat
d. Cover Factor
( )
( )
e. Anyaman
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data-data pada kain contoh
yaitu:
7
BAB II
PENGUJIAN KEKUATAN KAIN
Kekuatan Tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu contoh
uji kain hingga kain tersebut putus. Adapula istilah yang berkenaan dengan kekuatan
tarik yaitu mulur. Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat kain putus,
dibandingkan dengan panjang kain semula dinyatakan dalam persen (%). Pengujian
kekuatan tarik digunakan pada kain kain tenun, sedangkan untuk kain rajut
menggunakan pengujian jebol kain. Pengujian kekuatan tarik dapat dilakukan
menggunakan tiga cara yaitu : Pengujian kekuatan tarik cara pita tiras, pengujian
kekuatan tarik cara pita potong, dan pengujian kekuatan tarik cara cekau.
B. Teori Dasar
Pengujian cara pita potong, kain uji tepat dipotong pada ukuran 2,5 cm ×
20 cm. Cara ini umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi kanji tebal yang
sukar atau tidak mungkin untuk diurai. Pemotongan contoh uji harus benar-
benar sejajar dengan arah benang yang memanjang. Untuk menghindari
perbedaan persepsi dari penerimaan hasil pengujian maka setiap pengujian harus
mencantumkan cara yang digunakan.
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan tarik
menggunakan cara pita potong. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Dinamometer, yang dilengkapi dengan :
9
: ̅ kekuatan × 9,8 = 275,6 N
c. Rata-rata mulur lusi (%)
( )
: =
( )
: ̅
: ̅
( )
: =
( )
10
: ̅
: ̅
11
3. Mengetahui kekuatan tarik dari contoh uji menggunakan pengujian kekuatan
tarik cara pita tiras.
B. Teori Dasar
Pengujian kekuatan cara pita tiras dilakukan dengan cara membuat
contoh uji ukuran 3 cm × 20 cm yang kemudian ditiras hingga lebar tepat 2,5
cm. Panjang contoh uji minimal 15 cm dengan lebar 3,125 cm atau 3,75 cm
tergantung pada tetal kain. Jika tetal kain kurang dari 50 helai maka lebar yang
dibuat yaitu 3,75 cm, sedangkan apabila tetal kain 50 atau lebih maka lebar
contoh uji sebesar 3,125 cm.
Pada saat proses penarikan dengan cara pita urai, menggguakan mesin
dinamometer, benang yang terdapat pada bagian tengah kain menderita tarikan,
sedang benang yang terdapat pada bagian kedua sisi jalur hanya menderita
tarikan yang kecil. Karena cotoh uji yang telah diurai tidak memiliki jalinan
yang memegang benang-benang pada sisi contoh, maka pada saat beban
bertambah, benang-benang pada sisi contoh hilang keritingnya saja sehingga
tidak menderita beban. Maka benang pada bagian tengah menderita sebagian
besar beban dan akan putus lebih dulu. Sesudah bagian tengah yang putus
kemudian bagian sisi putus atau slip.
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan tarik
menggunakan cara pita tiras. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Dinamometer, yang dilengkapi dengan :
12
2. Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji;
3. Jalankan mesin dengan mengaktifkan saklar listrik;
4. Atur posisi jarum agar pada posisi nol;
5. Atur jarak jepit dengan memutar handel yang ada pada mesin kea rah
yang berlawanan dengan jarum jam, dan injak pedal untuk menjalankan
mesin;
6. Kain uji dijepit simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian yang
memanjang searah dengan arah tarikan;
7. Ujung bawah kain uji dijepit simetris pada penjepit bawah;
8. Putar handel yang ada pada mesin searah jarum jam dan injak pedal untuk
menjalankan mesin, tunggu hingga contoh uji mengalami tarikan dan putus;
9. Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca skala kekuatan
tarikan (kg) dan mulur (cm).
( )
: =
( )
13
: ̅
( )
: =
( )
: ̅
14
E. Diskusi dan Kesimpulan
Kekuatan tarik cara pita tiras di gunakan untuk bahan yang tipis dan mudah
di tiras. Pada saat praktikum menguji kain terjadi slip kain karena lepasnya jepitan
(kurang kuatnya memutar handel untuk penjepit).
Berikut data perhitungan yang didapat setelah melakukan pengujian :
B. Teori Dasar
Pengujian cara cekau untuk kain yang dapat diurai (kain yang dilapisi
dan tidak dilapisi) pembuatan contoh uji sangat sederhana, kain digunting 10 cm
× 25 cm arah lusi dan pakan dan langsung diuji. Benang-benang yang
berdekatan akan menderita sebagian beban, sehingga mempengaruhi kekuatan
tarik dari yang sebenarnya ditarik yaitu 2,5 cm. Hasil uji kekuatan Tarik
menyerupai pemakaian sehari-hari yang sebenarnya.
15
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan tarik
menggunakan cekau. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Dinamometer, yang dilengkapi dengan :
: ̅
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji daya tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat diperlukan untuk kain-kain militer
seperti kain untuk kapal terbang, paying udara, dan tidak kalah pentingnya juga untuk
kain sandang. Pengujian kekuatan sobek kain dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
pengujian sobek cara trapesium, pengujian sobek cara lidah, dan pengujian sobek cara
elmendorf.
B. Teori Dasar
Pengujian trapesium ini meniru keadaan bila sepotong kain ditarik
dengan gunting pada bagian pinggir kain, dan contoh dipegang dengan kedua
tangan, lalu disobek mulai dari tarikan yang telah dibuat. Beri tanda pada grafik
5 titik puncak tertinggi dan 5 titik puncak terendah, sebagai kekuatan sobek
kain. SNI 08-1269-1989, kain, cara uji kekuatan sobek cara trapesium.
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan sobek
menggunakan cara trapesium. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Alat Uji Tarik Sistem Laju Mulur Tetap (Instron), yang dilengkapi dengan :
Puncak Puncak
Lusi ke- Kekuatan (kg) ( ̅)
tertinggi terendah
1 12 5,90 8,95 0,000278
2 14,30 8,10 11,20 4,987778
3 10,60 2,90 6,75 4,913611
Σ 36,90 16,90 26,90 9,901667
̅ 12,30 5,633 8,967 3,300556
Perhitungan
a. Rata-rata kekuatan sobek lusi = 12,30 kg
b. Standar deviasi kekuatan sobek lusi
( ̅)
: √ √ √
: ̅
20
Faktor yang mempengaruhi alat pada saat pengujian adalah terjadi slip pada
saat proses penarikan di sebabkan penjepit yang tidak kencang pada proses
pemasangankain pada penjepit mesin. Berikut data yang didapat dari pengujian :
B. Teori Dasar
Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting terlebih
dahulu kearah lusi atau pakan, sehingga berbentuk seperti lidah dan ditarik pada
kedua ujung sobekan. Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan
untuk menyobek kain sampai benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah
kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak
seimbang. Kain dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek
pada arah lusi, maka arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kearah
pakan yang lebih lemah. Dengan kata lain, bila kain tidak seimbang, saat
disobek arah sobekan akan segera berubah (pada bagian yang lemah). Beri tanda
pada grafik 5 titik puncak tertinggidan hitung rata-rata 5 titik tertinggi, sebagai
kekuatan sobek kain. SNI 08-0521-2006, kain, cara uji kekuatan sobek kain cara
lidah.
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan sobek
menggunakan cara lidah. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
21
1. Alat uji kekuatan tarik sistem laju mulur tetap (Instron), yang dilengkapi
dengan :
1. Potonglah kain contoh uji dengan panjang 20 cm dan lebar 7,5 cm. Potonglah
ke arah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah-tengah salah satu tepi
yang pendek pada kain contoh uji;
2. Buatlah 1 contoh uji ke arah lusi dan arah pakan;
3. Aturlah kedudukan jarak jepit;
4. Pilihlah beban yang sesuai dengan kekuatan kain yang akan diuji;
5. Alat-alat pencatat pembanan pada kertas grafik supaya pada kedudukan yang
tepat;
6. Pasangkan contoh uji pada penjepit bawah dan atas;
7. Jalankan mesin, serta baca garfik yang dihasilkan.
Puncak
Lusi ke- ( ̅)
tertinggi
1 4,25 0,04
2 3,35 0,49
3 4,55 0,25
Σ 12,15 0,78
̅ 4,05 0,26
Perhitungan
a. Rata-rata kekuatan sobek lusi = 4,05 kg
b. Standar deviasi kekuatan sobek lusi
22
( ̅)
: √ √
Puncak
Lusi ke- ( ̅)
tertinggi
1 2,70 0,01
2 2,75 0,0225
3 2,35 0,0625
Σ 7,8 0,095
̅ 2,6 0,031667
Perhitungan
a. Rata-rata kekuatan sobek pakan = 2,6 kg
b. Standar deviasi kekuatan sobek pakan
( ̅)
: √ √ √
23
2.2.3 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA ELMENDORF
B. Teori Dasar
Metoda pendulum balistik (elmendorf) digunakan untuk penentuan gaya
sobek kain. Metoda ini menetapkan gaya sobek yang diperlukan untuk
meneruskan sobekan pada kain dengan panjang tertentu jika diberi gaya
mendadak. gaya sobek dikualifikasikan sebahai "menyobek lusi" atau
"menyobek pakan". Uji ini khusus digunakan pada kain tenun, bisa juga nir
tenun dengan batasan yang sama seperti kain tenun. Uji sobek ini tidak cocok
untuk kain rajut, kain tenun elastik, kain yang sangat antisotrop atau kain yang
anyamannya jarang yang jika disobek arah sobekan berpindah ke arah yang lain.
Standar yang digunakan yaitu SNI 13937-1:2009 Tekstil - kekuatan sobek kain -
bagian 1: cara uji kekuatan sobek menggunakan metoda pendulum (elemendrof).
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan tarik
menggunakan cara elmendorf. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Pendulum (Elmendorf) pengujian sobek dengan kapasitas alat 1600 gram,
3200 gram dan 6400 gram.
2. Gunting;
3. Contoh uji, kain contoh uji sebanyak masing-masing 3 buah baik untuk arah
pakan maupun arah lusi.
24
1. Kedua pinggir contoh uji/kain, digunting 10% dari lebar kain seluruhnya.
Hal ini untuk menghindari adanya perbedaan tetal, tegangan, kekuatan serta
hal-hal lain pada pinggir kain;
2. Contuh uji harus dalam keadaan mencapai keseimbangan lembab, hal ini
dapat diperoleh bila contoh uji disimpan pada ruangan standar, yang
lamanya disesuaikan dengan kontruksi kain yang akan diuji;
3. Membuat pola pada contoh uji, sesuai dengan kebutuhan alat uji. Pembuatan
pola harus lurus dengan arah benang baik ke arah lusi maupun pakan. Hal
ini dimaksudkan agar pada waktu penyobekan oleh alat uji posisi kain
dalam posisi lurus, sehingga penyobekan dapat berlangsung dengan baik.
Pembuatan pola harus menyebabkan terjadinya pengambilan lusi atau
pakan yang berbeda;
4. Memotong pola yang telah dibentuk, pemotongan ini pun harus sesuai
dengan pola yang telah ada;
5. Pergunakan alat uji yang sesuai dengan kontruksi kain;
6. Alat uji harus diatur sedemikian rupa, sehingga dasar alat terletak datar dan
garis indeks berimpit dengan penunjuk;
7. Contoh uji dipasang pada sepasang terletak di tengah-tengah dan di tepi
bawah contoh uji segaris dengan dasar penjepit. Pada kedudukan ini, tepi
atas contoh uji akan sejajar dengan permukaan atas penjepit dan benang-
benang yang sejajar lebar contoh uji akan tegak lurus padanya. Kedua
penjepit dirapatkan dengan memutar sekrup pengencang, sehingga tegangan
kedua penjepit sama besar;
8. Contoh uji yang telah terpasang pada alat uji di bagian bawahnya diberikan
sobekan awal;
9. Penahan pendulum ditekan sampai pendulum berayun mencapai lintasan
penuh sehingga kain sobek sempurna. Setelah tiga kali ayunan balik,
pendulum ditangkap dengan tangan tanpa mengubah kedudukan jarum
penunjuk;
10. Kekuatan sobek dibaca sampai skala terkecil yang terdekat.
25
Hasil pengujian arah lusi
Kekuatan (g)
Lusi ke- Hasil pengujian [ ( ̅)
1 72 2304 2.844,444
2 76 2432 5.575,111
3 73 2336 455,111
Σ 221 7072 8.874,667
̅ 73,66667 2357,333 2.958,222
Perhitungan
a. Rata-rata kekuatan sobek lusi = 2.357,333 g
b. Standar deviasi kekuatan sobek lusi
( ̅)
: √ √
: ̅
Kekuatan (g)
Pakan ke- Hasil pengujian
[ ( ̅)
1 37 1184 445,1111
2 39 1248 1820,444
3 37 1184 455,1111
Σ 113 3616 2730,667
̅ 37,6667 1205,333 910,2222
Perhitungan
a. Rata-rata kekuatan sobek pakan = 1205,333 g
b. Standar deviasi kekuatan sobek pakan
( ̅)
: √ √ √
: ̅
26
saat yang praktikan bisa saja praktikan kurang telitinya praktikan dalam membaca
skala pada alat.
Pengujian kekekuatan sobek cara elmendorf ini di gunakan beban 3200 gram
karena kain yang di uji merupakan kain sedikit tebal sehingga data yang di hasilkan
cukup besar. Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan elmendorf yaitu
gaya impact rata-rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah diberi
sobekan awal, diperoleh dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan
pada jarak yang sudah ditentukan. Adapun hasil pengujian ini yaitu :
27
BAB III
PENGUJIAN JEBOL KAIN CARA DIAFRAGMA
a. Memahami materi tentang pengujian kekuatan jebol kain rajut dengan cara
difragma;
b. Mengetahui kekuatan jebol kain rajut dengan cara difragma.
B. Teori Dasar
Pengujian kekuatan jebol kain dilakukan pada kain rajut dan beberapa jenis
kain tertentu, misalnya kain-kain untuk militer dan payung terbang, selain itu dipakai
pula untuk kertas. Pengujian tahan jebol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengujian bola penekan dan pengujian dengan diafragma. Pengujian dengan bola
penekan dilakukan dengan alat uji kekuatan tarik yang dilengkapi dengan bola baja
yang mendorong contoh yang dijepit oleh penjepit yang berbentuk cincin untuk
memegang contoh uji. Peralatan terpasang pada alat uji kekuatan tarik sedemikian
rupa, sehingga pada saat berjalan, bola yang berukuran satu inci akan mendorong
kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk memecah kain menunjukan kekuatan
jebol kain tersebut.
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekuatan jebol kain cara
diafragma. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Bursting strength tester;
2. Kain contoh uji.
Berikut merupakan cara pengujian kekuatan jebol kain cara diafragma, yaitu :
Perhitungan
B. Teori Dasar
Kekuatan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai
tidak bisa dipakai lagi, karena suatu sifat penting telah rusak. Misalnya karena warna
sudah berubah, mengkeret atau cembung pada siku atau lutut. Sedangkan keusangan
(wear) adalah jumlah kerusakan kain karena serat-seratnya putus atau lepas.
Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi
sangat bervariasi di samping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh
macam-macam faktor terhadap keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena
adanya “pills”, yaitu gundukan serat-serat yang menggomplok dipermukaan kain
menyebabkan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakain atau dicuci,
karena kekusutan serat-serat lepas yang menonjol dipermukaan kain akibat gosokan.
Alat uji gosok Martindale akan menggosok contoh uji dengan beban tertentu
menggunakan media penggosok (kain standar) mengikuti suatu gerakan yang
membentuk gambar Lissajous. Alat penjepit contoh uji dapat dipasangi contoh uji
atau kain penggosok bergantung pada metoda mana yang digunakan (SNI ISO 12947
bagian 2, 3 dan 4) yang dapat berputar bebas pada porosnya yang tegak lurus
terhadap suatu bidang horizontal. Contoh uji kemudian digosok sesuai dengan
jumlah gosokan yang telah ditentukan. Banyaknya gosokan tiap selang pemeriksaan
bergantung pada jenis produk dan metoda pengujian. Standar Pengujian ini yaitu SNI
ISO 12947-1:2010. Tekstil-Cara uji tahan gosok kain dengan metoda martindale-
Bagian 1 : Alat uji gosok Martindale.
30
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji ketahanan gosok kain. Adapun
alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Contoh uji yang telah berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm, dikondisikan
dalam ruangan standar.
2. Menimbang berat contoh uji tersebut dengan menggunakan neraca analitik. Dan
untuk mengukur ketebalannya, digunakan thickness gauge.
3. Memasang contoh uji pada martindel abrasion tester. Pada peralatan tersebut
distel agar setelah 500 kali putaran alat tersebut berhenti berputar. Alat ini
merupakan jenis alat dengan gosokan datar, yang karakter gerakannnya berputar.
4. Setelah 500 kali putaran, alat akan berhenti. Maka contoh uji dilepaskan darinya,
kemudian contoh uji ditimbang dan diukur kembali tebalnya.
5. Melakukan pengujian untuk 2 contoh uji.
Berat
Kain Uji ke-
Awal Akhir
1 0,120 0,120
2 0,119 0,117
Perhitungan
31
a. Pengurangan berat kain uji 1
32
Kekuatan gosok kain di gunakan untuk mengetahui keawetan kain ketika
mengalami gosokan. Pengujian kekuatan gosok kain menggunakan alat martindale
wear and abrasion tester. Hasil dari pengujian ini yaitu, sebagai berikut:
a. Pengurangan berat kain uji 1=
b. Pengurangan berat kain uji 1
c. Penambahan ketebalan kain uji 1
d. Penambahan ketebalan uji kain 2
33
BAB V
PENGUJIAN PEGANGAN KAIN
Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan
tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada
beberapa sifat kain yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti
kenampakan, kehalusan atau kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan
mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam
pemilihan kain. Menurut Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa
kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar atau halus.
B. Teori Dasar
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain
dengan lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan
lentur dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa
pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi cenderung mempunyai rasa
pegangan kaku.
b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain dalam cm membentuk
lengkungan sampai mencapai sudut 7,1°. Untuk mendapatkan ketelitian yang
baik maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkungan dihitung setelah
panjang kain membentuk lengkungan pada 41,5°.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau lengkungan
yang hanya disebabkan benang lusi.
34
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.
Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah
contoh uji kain dengan ukuran 20 cm × 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar
bertepi. Pita kain tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita melengkung
karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada bidang yang miring
dengan sudut 41,5 o terhadap bidang datar, maka dari panjang kain yang
menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan parameter-parameter :
a. Bending Length ( C ) adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya
sendiri pada suatu pemanjang tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang
menetukan mutu draping.
I adalah panjang pita kain yang menjulur keluar bidang datar. Pada Shirley
Stiftness Tester dipilih sudut 41,5 o, sehingga harga fungsi sudut θ adalah 0,5 dan
harga bending length sama dengan 0,5 l.
b. Flexural Regidity (G) adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan
pegangan. Abott menyarankan bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan
dengan alat menunjukan hubungan yang baik dengan penentuan kekakuan yang
dilakukan oleh orang.
G = 0,1 W C3 ………… mg . cm
W adalah berat kain dalam g/m2
Perhitungan Flexural Regidity (kekakuan) arah lusi (KL) berarti yang panjang
lengkung (bending length/C) yang dipakai adalah panjang lengkung lusi dan
demikian juga kekakuan arah pakan (KP) maka panjang lengkung (C) yang
dipakai adalah panjang lengkung pakan. Untuk menghitung kekakuan total (KT)
dapat digunakan rumus :
KT = …………mg. cm
c. Bending Modulus (Q), nilai ini tergantung pada luas pita dan bisa dianggap
sebagai kekakuan yang sebenarnya. Nilai ini bisa dipakai untuk mebandingkan
kekakuan bahan pada kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tebal kain diukur
dengan tekanan 1 lbs/inci2.
g = tebal kain dalam cm.
35
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kekakuan kain. Adapun alat
dan bahan yang digunakan yaitu :
36
Tebal kain :
1 = 0,215
2 = 0,215
3 = 0,215
Jumlah = 0,640
Rata-rata tebal kain = 0,215
Perhitungan
a. Berat kain 10 cm × 10 cm = 1,051 gram
b. Gramasi (W)
c. Bending lenght lusi (CL) = ̅ Panjang lengkung lusi × 0,5 = 2,48 × 0,5=1,24 cm
d. Bending lenght pakan (CP) = ̅ Panjang lengkung pakan × 0,5 = 1,66 × 0,5
= 0,83 cm
e. Kekuatan lentur lusi (GL) = 0,1×W× = 0,1 × 105,1 × ( ) = 20,03mg.cm
f. Kekuatan lentur pakan (GP) = 0,1 × W × = 0,1 × 105,1 × ( )
= 6,01 mg.cm
g. Kekuatan total =
( )
h. Bending modulus (Q) =
37
5.2 PENGUJIAN KELANGSAIAN KAIN (DRAPE)
B. Teori Dasar
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain
yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagianya
apabila kain digantungkan. Drape factor adalah perbandingan selisih luas proyeksi
vertikal dengan luas landasan contoh uji, terhadap selisih contoh uji dengan luas
landasan contoh uji.
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kelangsaian (drape) kain.
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Drape tester; 2. Gunting;
3. Alat pengukur; 4. Kain contoh uji.
Berikut merupakan cara pengujian kelangsaian (drape) kain, yaitu :
1. Gunting kain dengan diameter 25cm beri tanda untuk muka dan belakang;
2. Nyalakan komputer;
3. Nyalakan drape tester, dan masukan kain;
4. Jalankan alat selama 30 detik;
5. Klik restart tunggu sampai lampu berwarna merah;
6. Klik start untuk mulai pengujian photo sensor bekerja membaca drape;
7. Keluarkan bahan dan ulangi untuk bagian belakang;
38
8. Foto hasil.
Hasil Pengujian
Perhitungan
39
BAB VI
PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN KEMBALI DARI KEKUSUTAN
B. Teori Dasar
Tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain
dan stabilitas dimensi kain. Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka
sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek.
Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain yang
memungkinkannya untuk kembali dari lipatan.
Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan
terhadap kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil jelek
crease resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan kata lain kain
tersebut mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut juga
kenampakan/keindahan suatu kain. Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk
bahan pakaian selain uji kekakuan, kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan
mutu drapernya juga. Sifat-sifat yang disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup
penting untuk suatu pakaian ditinjau dari segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.
a. Pengujian total;
b. Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji dengan suatu
beban tertentu selama waktu tertentu pula sehingga dihasilkan lipatan (dianggap
sebagai kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh uji membentuk huruf (V)
dan diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total yang diukur adalah jarak
antara kedua ujung (V), sedangkan dengan alat Shirley yang diukur adalah besarnya
sudut yang dibentuk oleh pita (V). Yang dipakai dalam praktikum ini adalah dengan
alat Shirley Crease Recovery Tester.
40
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji kemampuan kain kembali dari
kekusutan. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
Lusi Pakan
Depan Belakang Depan Belakang
Kain Uji ke-1 127° 119° 115° 118°
Kain Uji ke-2 124° 122° 119° 112°
̅ 125,5° 120,5° 117° 115°
̅ 123° 116°
Selisih Daya Tahan Sudut Kusut
5° 2°
(Sudut depan – Sudut Belakang)
41
E. Diskusi dan Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain, antara lain
adalah sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut. Sifat serat akan
berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kain-kain yang mempunyai
ketahanan kusut yang jelek dapat diperbaiki dengan melakukan proses
penyempurnaan anti kusut pada kain, sehingga kain yang telah mengalami proses
penyempurnaan anti kusut akan mempunyai ketahanan kusut yang baik. Berikut
merupakan hasil yanng didapat dari pengujian ini, yaitu:
̅ Selisih daya tahan sudut kusut lusi
̅ = 5°
Selisih daya tahan sudut kusut
pakan = 2°
42
BAB VII
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA KAIN
B. Teori Dasar
Ada dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara pada kain:
43
Alat uji daya tembus udara yang digunakan pada praktikum ini ialah buatan
United States Company. Alat ini terdiri dari tabung yang salah satu ujungnya
terdapat klem pemegang contoh kain yang diuji dengan luas tertentu. Juga terdapat
cicin klem dengan beberapa ukuran yang disesuaikan dengan tebal kain yang diuji.
Sisi lain dari tabung dihubungkan dengan kipas penghisap udara yang dapat diatur
kecepatan putarannyaoleh sebuah rheostat. Ditengah tabung diberi sekat yang
berlubang, dimana besar lubang diatur dengan menggunakan mulut (orifice). Ada 8
orifice dari ukuran 2 mm – 16 mm diameternya, disesuaikan dengan besar kecilnya
daya tembus udara dari kain yang diuji.
Kapasitas alat dapat mengukur daya tembus udara 4,0 – 794 ft3/menit/ft2
dengan tekanan udara 15 inchi tinggi air. Alat ini dilengkapi juga dengan dua buah
manometer yaitu:
Manometer tegak (Manometer air) yang berupa pipa gelas yang diberi skala 2 –
15 inchi. Sisi atas dari manometer ini dihubungkan melalui pipa karet atau
plastik diruang tabung dekat kipas, sedang sisi bawah dari manometer
dihubungkan ke reservoir berisi air. Bagian atas reservoir yang berisi udara
dihubungkan ke ruang tabung yang drkat dengan klem contoh, sehingga didalam
keadaan seimbang tekanan udara di ruang ini sama dengan tekanan udara di
dalam reservoir tersebut.
Incline Manometer (Manometer minyak) yang juga berupa pipa gelas yang
diberi skala. Pada ujung atas dihubungkan dengan ruang udara pada reservoir
berisi air, sedang bafian bawah dihubungkan dengan reservoir berisi minyak.
Ruang udara dari reservoir minya tersebut dihubungkan dengan udara keluar.
Tinggi rendahnya minyak menunjukkan besarnya tekanan udara yang melalui
kain dan dapat dilihat pada skala.
44
C. Metode Pengujian
Metode yang digunakan yaitu dengan menguji daya tembus udara. Adapun
alat dan bahan yang digunakan yaitu :
[ ( )]
45
Atau
̅
[ ( ) ]
[ ( ) ]
46
LAMPIRAN
47