DEKOMPOSISI KAIN
Anyaman Polos
Disusun Oleh :
Nama : Khansa Angel Muthahhari
NPM : 21410035
Grup : 2T2
Jurusan : Teknik Tekstil
Dosen : Siti R., A.T,.M.T
2021
BAB I
TEORI DASAR
Dekomposisi kain merupakan suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari
hasil analisis tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dikapai untuk membuat
kembali kain yang sesuai dengan contoh tersebut
Dalam dekomposisi kain hal utama yang harus diketahui terlebih dahulu adalah
anyaman kain tersebut. Anyaman kain secara sederhana ada 3 macam yaitu anyaman
polos, anyaman keper, dan anyaman satin. Secara umum anyaman kain tenun adalah
silangan antara benang lusi dengan benang pakan sehingga terbentuk kain tenun.
Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain tenun biasanya
digambarkan ke arah vertikal, sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar
dengan lebar kain dan biasanya digambarkan ke arah horizontal.
Anyaman polos merupakan salah satu jenis anyaman dasar selain anyamna
keper dan anyaman satin. Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana,
paling tua dan paling banyak digunakan diantara anyaman lainnya. Penyilangan antara
benang lusi dan benanga pakan dialkukan secara bergantiaan ( selang seling, satu
naik, satu turun). Nama lain yang biasa digunakan untuk menyebut anyaman polos
adalah; anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, atau plain.
Anyaman keper adalah jenis anyaman dimana benang lusi dan pakan naik dan
turun secara bergantian tetapi titik pertemuan antara lusi dan pakan berjalan miring
atau membentuk irisan. Repeat anyaman keper minimal dapat dibentuk pada 3 benang
lusi atau 3 gun.
Terakhir ada anyaman satin, titik temu antara benang lusi dan pakan dibuat sedikit
mungkin sehingga seolah-olah hanya benang lusi saja atau benang pakan saja yang
mengapung diatas permukaan kain. Repeat anyaman satin minimal dapat dibentuk
pada 5 benang lusi atau 5 gun.
Anyaman pada kain mampu mmeberikan efek yang bebeda antara kain sau engan
kain yang lain. Tidak hanya mengenai motif atau tekstur yang akan nampak, namun
juga pada kekuatan kain tersebut.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman, anyaman polos,
anyaman keper, dan anyaman satin pada kain contoh, sehingga bisa membedakan
satu anyaman dengan anyaman yang lain..
1.2. Tujuan
Menentukan besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi beri tanda panah)
2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 3 tempat yang berbeda
3. Potong kain contoh 10X10 cm, timbang berat kain.
4. Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 10 helai.
(10 helai lusi dan 10 helai pakan).
5. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan.
6. Rata-rata panjang benang = P1
7. Panjang benang kain contoh 10x10 cm = P2
P1 − P2
Meng keret Benang = M = Χ 100 %
P1
Panjang seluruh benang lusi atau pakan dalam 1 m 2 kain, dibagi dengan Nm lusi
atau pakan:
100
Tetal (helai/cm) Χ 100 Χ Χ 100
100 − mL
= B2
Nm lusi / pakan Χ 100
Berat kain/m2 = B2 + B3 = B4
14. Hitung selisih berat hasil penimbangan (B1) dengan hasil perhitungan (B4).
15. Menggambar anyaman.
B4 − B1
Χ 100 %
B4
BAB IV
DATA PRAKTIKUM
P 1−P 2 10,23−10
Pakan = x 100 %= x 100 %=2,2%
P1 10,23
b. Nomor Benang
Lusi
P 1,025
Nm = = =45,35
B 0,0226
Ne = Nm x 0,59=45,35 x 0,59=26,75
1000 1000
Tex= = =22,05
Nm 45,35
9000 9000
dtex= = =198,45
Nm 45,35
Pakan
P 1,023
Nm = = =68,2
B 0,0150
Ne = Nm x 0,59=68,2 x 0,59=40,23
1000 1000
Tex= = =14,66
Nm 68,2
9000 9000
dtex= = =131,96
Nm 68,2
¿ 79,51 x 1,024=81,41
tetal x l x p 100
Pakan= x
Nm x 100 100−Ml
24,52 x 100 x 100 100
¿ x
68,2 x 100 100−2,2
¿ 35,95 x 1,022=36,74
Berat kain= A+ B=81,41+36,74=118,15
cf =( cf + cw−cf x cw ) x 100 %
¿ ( 0,2562+0,220−0,2562 x 0,22 ) x 100 %
¿ ( 0,4762−0,056 ) x 100 %
¿ 0,42 x 100 %
¿ 42 %
f. Gambar Ayaman
Kain Contoh
5.2. Perhitungan Anyaman Keper
a. Mengkeret
P 1−P 2 10,23−10
Lusi = x 100 %= ×100 %=2,2%
P1 10,23
P 1−P 2 10,21−10
Pakan = x 100 %= x 100 %=2 %
P1 10,21
b. Nomor Benang
Lusi
P 1,023
Nm = = =47,58
B 0,0215
Ne = Nm x 0,59=47,58 x 0,59=28,07
1000 1000
Tex= = =21,01
Nm 47,58
9000 9000
dtex= = =189,15
Nm 47,58
Pakan
P 1,021
Nm = = =48,16
B 0,0212
Ne = Nm x 0,59=48,16 x 0,59=28,41
1000 1000
Tex= = =20,76
Nm 48,16
9000 9000
dtex= = =186,87
Nm 48,16
Pakan
1 1 1
dw= = = =0,0067
28 √ Ne 28 √28,41 28 x 5,3
cw=Nf x df =29,5 x 0,0067=0,1976
cf =( cf + cw−cf x cw ) x 100 %
¿ ( 0,3529+0,1976−0,3529 x 0,1976 ) x 100 %
¿ ( 0,5505−0,0697 ) x 100 %
¿ 0,48 x 100 %
¿ 48 %
f. Gambar Ayaman
Kain Contoh
5.3. Perhitungan Anyaman Satin
g. Mengkeret
P 1−P 2 10,28−10
Lusi = x 100 %= × 100 %=2,7 %
P1 10,28
P 1−P 2 10,13−10
Pakan = x 100 %= x 100 %=1,2 %
P1 10,13
h. Nomor Benang
Lusi
P 1,028
Nm = = =98,8
B 0,0104
Ne = Nm x 0,59=98,8 x 0,59=58,29
1000 1000
Tex= = =10,12
Nm 98,8
9000 9000
dtex= = =91,09
Nm 98,8
Pakan
P 1,013
Nm = = =55,05
B 0,0184
Ne = Nm x 0,59=55,05 x 0,59=32,47
1000 1000
Tex= = =18,16
Nm 55,05
9000 9000
dtex= = =163,48
Nm 55,05
Pakan
1 1 1
dw= = = =0,0063
28 √ Ne 28 √ 32 28 x 5,6
cw=Nf x df =25,2 x 0,0063=0,1587
cf =( cf + cw−cf x cw ) x 100 %
¿ ( 0,2553+0,1587−0,2553 x 0,1587 ) x 100 %
¿ ( 0,414−0,0405 ) x 100 %
¿ 0,37 x 100 %
¿ 37 %
l. Gambar Ayaman
Kain Contoh
BAB VI
DISKUSI DAN ANALISA
4.1. DISKUSI
Didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret benang, nomor benang, dan
berat kain. Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling
baik adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata ≤ 5%. Pada percobaan didapat selisih
melebihi nilai rata-rata. Selisih tersebut kemungkinan disebabkan beberapa hal :
Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat
penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan
terbalik. Untuk itu harus dipahami cara menentukan lusi, lusi rata-rata lebih
banyak dan lebih rapat daripada pakan, dari tekstur permukaan biasanya lusi lebih
kasar dari pakan pada anyaman tertentu, yang lebih mudah apabila ada pinggiran
kain maka lusi searah dengan pinggiran kain..
Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan
timbangannya kurang akurat, karena terkadang tidak menghasilkan berat tetap
dan ketelitiannya lebih besar. Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-
hati, jangan sampai tidak rata bahkan sedikit pun terpotong, karena itu akan
mempengaruhi penimbangan Selain itu benang yang telah ditiras ada yang tidak
utuh satu tapi terurai yang bisa mempengaruhi berat saat penimbangan.
Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan.
‘’/
DAFTAR PUSTAKA