Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL

DEKOMPOSISI KAIN TENUN


Tanggal Praktikum : 19 September 2017

Oleh :
Nama : Ririn Anjasni Surya Dewi
Npm : 16020015
Grup : 2-K1
Dosen : Dra. Ae Khusna
Asisten : A.I. Makki
Desti M., S.ST

KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2017
I. Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui cara pengujian dekomposisi kain yang sesuai dengan SNI
serta dapat mengetahui jenis anyaman, mengkeret benang, nomor benang, gramasi
serta selisih berat pada kain contoh uji.

II. Cara Kerja

 Tentukan arah lusi dan arah pakan sesuai dengan ketentuan SNI

(arah lusi beri tanda panah)

 Hitung tetal lusi dan pakan pada 5 tempat yang berbeda

 Potong kain contoh (10x10) cm lalu timbang

 Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 5
helai (10 helai lusi dan 10 helai pakan)

 Timbang 10 helai lusi dan pakan

 Ukur panjang tiap benang lalu hitung serta rata-ratakan

 Lakukan perhitungan mengkeret, nomor dan gramasi masing-masing lusi


dengan pakan serta selisih berat penimbangan dan perhitungan gramasi

 Gambar anyaman

III. Data Percobaan

3.1 Tetal (helai/inch)

No Tetal Lusi Tetal Pakan

1 165 54

2 166 57

3 168 52
4 163 51

5 167 55

∑ 825 280

X 65 56

Tetal lusi = 166 : 2,54 = 65 helai/cm

Tetal pakan = 56 : 2,54 = 22,1 helai/cm

3.2 Gramasi

Berat kain (10 x 10) cm = 1,01 gram/m

3.3 Berat Benang (10 helai)

Lusi = 15 mg = 33 g

Pakan = 15 mg = 34 g

3.4 Panjang Benang (10 helai)

No Benang Lusi Benang Pakan


1 10 10

2 10 10,1

3 10,3 10,1

4 10,2 10,1

5 10,2 10

6 10 10,3

7 10,2 10,2

8 10,1 10,3

9 10,2 10,3

10 10,3 10,5

∑ 101,2 101,5

X 10,12 10,15

3.5 Kain Contoh Uji


3.6 Anyaman

3
X X X X X X X X

X X X X X X X X
\
X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

IV. Perhitungan

4.1 Mengkeret Benang


ML = Pb (panjang benang rata-rata) – Pk (Panjang Kain) x 100 %
Pb
= 10,12– 10 x 100 % = 1,19 %
10,12
MP = Pb (panjang benang rata-rata) – Pk (Panjang Kain) x 100 %
Pb
= 10,15 – 10 x 100 % = 1,48 %
10,15

4.2 Nomor Benang

 Lusi

Nm = Panjang (m)
Berat (g)
= 1,102 = 30,61
0,01
Ne1 = 0,59 x Nm
= 0,59 x 10,2 = 6,018
Tex = 1000 = 1000 = 98
Nm 10,2
Td = 9000 = 9000 = 1495
Nm 10,2

 Pakan
Nm = Panjang (m)
Berat (g)
= 1,1015 = 5,075
0,02
Ne1 = 0,59 x Nm
= 0,59 x 5,075= 2,994
Tex = 1000 = 1000 = 197
Nm 5,075
Td = 9000 = 9000 = 1773
Nm 5,075

4.3 Gramasi

 Penimbangan

Kain (10 x 10) cm = 1,01 g/m = 101 gram/m2


 Perhitungan

Lusi = tetal (helai/cm) x LK x PK x (100 / (100– ML)) x 100


Nm lusi x 100
= 65 x 100 x 100 x (100 / (100 – 1,19))
10,21x 100
= 637 gram
Pakan = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 –Mp))x 100
Nm pakan x 100
= 22,1x 100 x (100 / (100 – 1,48)) x 100
5,075x 100
= 43 gram
Berat total = 637 + 43 = 680 gram

4.4 Selisih Berat

Selisih Berat = BBesar– BKecil x 100 %


BBesar
= 637 - 101 x 100 % = 84%
637

V. Diskusi
Uji dekomposisi kain tenun yang sesuai dengan SNI dilakukan praktikan
untuk mengetahui jenis anyaman, tetal benang pakan dan lusi, nomor benang
serta gramasi kain secara penimbangan maupun perhitungan. Sama seperti
pengujian sebelumnya pada anyaman polos maupun keper, praktikan menentukan
arah lusi dan pakan. Praktikan dapat menentukan arah lusi dan pakan dengan
menyentuhnya kearah yang berbeda. Arah lusi bertekstur halus ketika disentuh,
amun sebaliknya pada benang pakan.
Berbeda dengan anyaman sebelumnya, anyaman kain pada pengujian ini
merupakan anyaman satin. Kain pada anyaman ini memiliki kilau yang tinggi
sserta tekstur yang sangat lembut pada permukaannya. Anyaman satin contoh uji
ini merupakan satin 5 gun v 2. Penggambaran anyaman dilakukan secara hati-hati
dan diamati melalui luope, lalu dengan diurai satu persatu benang sedikit dan
perlahan. Setelah 1 benang selesai diidentifikasi anyamannya, tarik benang dan
lanjutkan pada benang selanjutnya, minimal 10 benang atau 10 kotak anyaman.
Selanjutnya, praktikan menghitung banyaknya tetal/jumlah lusi serta pakan
dalam satuan panjang per inch. Karena lusi yang sangat rapat, praktikan kesulitan
dalam menghitung tetal. Dilakukan alternatif yakni memotong kain 1x1 inch
sebanyak 5 kali pemotongan. Pemotongan ini dilakukan pada lima tempat
berbeda secara diagonal terhadap arah lusi maupun pakan agar tidak diperoleh
hasil yang sama.
Tetal benang lusi lebih banyak daripada benang pakan. Hasil pengujian
rata-rata tetal lusi adalah 65 helai/cm dan tetal pakan 22,08 helai/cm. Selanjutnya,
praktikan memotong contoh uji menjadi (10x10) cm untuk mengatahui gramasi
atau berat persatuan luas. Diperlukan kehati-hatian serta ketelitian dalam
pemotongan kain. Mula-mula, kain diukur tiap sisi 10,5 cm lalu dirawis hingga ±
10 cm. Hasil rawis pada pinggir kain dipotong perlahan. Kain contoh uji (10x10)
cm ditimbang memiliki berat 1,01 gram/m.
Setelah kain uji (10x10) cm ditimbang, masing masing benang pakan dan lusi
dirawis untuk diambil lima helai pada bagian kanan maupun kiri. Benang
ditimbang dan diukur panjangnya untuk mengetahui mengkeret pada benang.
Pengukuran panjang masing-masing benang dilakukan menggunakan penggaris.
Pada pengujian ini, benang tidak boleh terlalu kendur maupun kencang karena
berpengaruh pada perhitungan. Benang yang diukur dan ditimbang tidak boleh
memiliki panjang ˂10 cm. Apabila pada saat pengukuran salah satu benang
berukuran ˂10 cm praktikan harus mengganti benang tersebut dan melakukan
penimbangan ulang. Hasil pengukuran pada 10 benang kemudian
dirata-ratakan.Penimbangan benang dilakukan menggunakan torsen balance
dengan interval 0,5 pada satuan miligram. Berat pakan adalah 20 mg dan lusi 10
mg.
Setelah semua data diperoleh, praktikan melalukan perhitungan mengkeret
benang, nomor benang, gramasi dan selisih berat. Hasil perhitungan mengkeret
dapat dikatakan akurat karena diperoleh hasil masing-masing lusi dan pakan ˂5%.
Tetapi, hasil perhitungan dan penimbangan gramasi memiliki selisih yang sangat
jauh yakni sebanyak 84%. hal ini dikarenakan, lebih banyaknya tetal lusi dari
pada pakan. Lebih banyak tetal lusi ± 3 kali lipat. Namun, tidak menutup
kemungkinan terdapat kesalahan pada praktikum ini. Seperti kurangnya ketelitian
praktikan pada saat melihat dan menghitung tetal,seperti pada pengukuran kain
1x1 inch, megidentifikasi anyaman maupun pada saat pengguntingan kain
sehingga tidak semua benang yang dirawis serta diukur memiliki panjang tepat 10
cm, juga nomor benang setelah menjadi kain. Terdapat banyak proses yang
mempengaruhi berat benang dengan panjang yang sama misalnya pada saat
pre-treatment, pertenunan, finishing sehingga nomor benag hasil perhitungan
tidak tepat sama dengan nomor benang asli.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan data pengamatan serta diskusi diatas, diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :

1. Mengkeret Benang

Lusi = 1,19 %

Pakan = 1,48%

2. Nomor Benang

Penomoran Lusi Pakan

Nm 10,2 5,075

Ne1 6,018 2,994

Td 1495 1773

Tex 98 197

3. Gramasi
Penimbangan = 101 gram/m2
Perhitungan = 680 gram/m2
4. Selisih berat = 84 %

Anda mungkin juga menyukai