Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1

“PENYEMPURNAAN LIPATAN PERMANEN


PADA KAIN KAPAS, POLIESTER DAN T/C
MENGGUNAKAN RESIN REAKTAN”

Grup : 2K1
Kelompok :2
Anggota : Wahyu Robi’ah N. (16020009)
Sunandita Fadilah (16020012)
Hafilda Narulita (16020014)
Nabila Ainaya (16020022)
Dosen : Wulan S., S.ST., M.T.
Asisten : Desti M., S.ST.
Sukirman, S.ST., MIL.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2018
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Mendapatkan lipatan permanen pada bahan tekstil untuk keperluan
tertentu dengan menggunakan resin reaktan pada kain kapas, poliester dan T/C
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh proses penyempurnaan lipatan permanen menggunakan
resin reaktan pada kain kapas, poliester dan T/C terhadap kekauan kain.

II. DASAR TEORI


2.1 Penyempurnaan Resin Lipatan Permanen
Penyempurnaan lipatan pemanen merupakan jenis penyempurnaan resin,
yang dimana tujuan dari penyempurnaan resin adalah untuk memperbaiki
kekurangan dari serat-serat yang memiliki sifat mudah kusut seperti halnya
selulosa. Selain akan memberikan kestabilan dimensi pada kain, anti mengkeret
dalam pencucian dan sifat-sifat tetentu lainnya.Penyempurnaan resin termasuk
penyempurnaan secara kimia, dimana digunakan resin sintetik.
Penyempurnaan lipat permanen merupakan proses penyempurnaan kimia,
karena didalamnya dipergunakan zat-zat kimia. Sifat yang dihasilkan ada yan
bersifat sementara, ada yang bersifat permanen. Bersifat sementara apabila
hasilnya hanya bertahan beberapa kali pencucian, yakni kurang dari 4 kali
pencucian, bersifat semi permanen apabila hasinya tahan 4-10 kali pencucian, dan
bersifat permanen apabila hasilnya tahan lebih dari 10 kali pencucian.
Penyempurnaan lipat permanen; ini bertujuan untuk mendapatkan efek
bentuk permanen dengan bantuan resin dan dimasukkan pada mesin pelipit
sekaligus pemanas untuk setting bentuknya. Secara manual, biasanya lipat dibuat
terlebih dahulu baru disapukan resin dan dimantapkan dengan setrika. Kain yang
dilipit permanen contohnya gorden, rok, kerah jas, sudut celana, dsb.
Penyempurnaan lipatan permanen merupakan suatu proses pemberian lipatan yang
bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses lipatan
permanen merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin
yang juga memberikan sifat tahan kusut, kestabilan dimensi,dan lain sebagainya.

2.2 Resin Reaktan (KNITTEX CHN)


Resin sintetik adalah salah satu zat yang mampu diaplikasikan pada serat
untuk pertama kali dari larutan atau dispersi. Resin yang berbahan dasar
formaldehida dan urea melamin adalah yang paling banyak dipanaskan oleh
perusahaan pembuat zat pembantu tekstil. Formaldehida dan melamin sering
disebut sebagai pra-kondesat yang akan berubah menjadi resin yang tidak larut
(stabil) jika dipanaskan pada suhu yang sesuai. Ukuran partikel pra-kondesat harus
cukup besar untuk menjamin dapat tersebar di permukaan serat dan tidak
berpenetrasi ke serat.
Resin golongan reaktan akan membentuk polimer-polimer pendek tetapi
banyak berikatan silang dengan molekul selulosa, contohnya dimetiloletilena urea
(DMEU) dan dimetiloldihidroksietilena urea (DMDHEU).
Resin yang masuk kedalam serat akan berpolimer menghasilkan molekul
resin yang kompleks dengan membentuk ikatan silang sehingga resin tidak dapat
bermigrasi kembali keluar dari serat. Selain itu resin akan mengikat susunan bagian
molekul serat satu sama lain sehingga serat menjadi lebih terikat yang akan
mencegah kecenderungan rantai molekul selulosa untuk saling menggelincir akibat
tekanan mekanik yang diberikan sehingga serat tidak berubah bentuk dan tahan
kusut.

2.3 Serat Kapas


Serat yang digunakan pada penyempurnaan kreping ini adalah serat kapas,
yang merupakan serat selulosa. Serat selulosa bila dilihat dalam struktur secara
kimia memiliki kelarutan terhadap air karena memiliki gugusan hidroksil.
Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000.
Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus sekunder.
Selulosa terdapat pada dinding primer dan dinding sekunder.
1) Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan mempunyai struktur
molekul seperti selulosa. Terutama terdiri dari susunan linier asam d-
galakturonat dalam garam-garam kalsium dan besi yang tidak larut. Selulosa
pecah menjadi glukosa, tetapi pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam
poligalakturonat, dan metil alkohol.
2) Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang tertinggal
di dalam lumen setelah selnya mati ketika buah membuka.
3) Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas
mentah. Lilin seluruhnya melelh pada dinding primer.
4) Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah, dan
kotoran-kotoran yang menempel pada serat. Abu tersebut mengandung
magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau klorida, dan garam-
garam karbonat yang merupakan bagian terbesar.
Serat kapas mempunyai karakter-karakter sebagai berikut :
1) Morfologi serat
a. Penampang Membujur
Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita terpilin. Terdiri dari
bagian-bagian :
 Dasar
Berbentuk kerucut yang selama masa pertumbuhan serat, tertanam di
antara sel-sel epidermis.
 Badan
Merupakan bagian utama serat kapas yang mempunyai diameter sama,
berdinding tebal, dan mempunyai lumen.
 Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mengecil, dengan sedikit
konvolusi dan juga memiliki lumen.

b. Penampang Melintang

 Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin, dan
protein, yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
 Dinding primer
Merupakan dinding sela yang asli yang mengandung selulosa, pektin,
protein, dan zat yang mengandung lilin. Selulosa ini berbentuk benang-
benang yang sangat halus ataau fibril yang susunannya membentuk spiral
dengan sudut 65-70O mengelilingi sumbu serat.
 Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer maupun sekunder.
 Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa yaitu fibril-fibril yang membentuk
spiral dengan sudut 20-30o mengelilingi sumbu serat.
 Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat yang bentuk dan ukurannya
berbeda untuk tiap serat. Lumen berisi zat-zat pada sisa protoplasma yang
sudah kering dengan komposisi terbesarnya adalah nitrogen.

2) Dimensi serat
a. Panjang
Perbandingan panjang dan diameter serat kapas pada umumnya bervariasi
dari 1000:1 sampai 5000:1

b. Diameter
Diameter asli serat kapas yang masih hidup relatif konstan. Tetapi tebal
dinding sel sangat bervariasi dan hal ini menimbulkan variasi yang besar
dalam hal ukuran dan bentuk karakteristik irisan melintang.

3) Sifat Fisika
a. Warna
Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat menyebabkan warna
keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt mengakibatkan warna puih kebiru-
biruan yang tidak hilang dalam pemutihan.
b. Kekuatan
Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci
persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
c. Mulur
Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%
d. Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja.
e. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau perbandingan
kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
f. Moisture Regain (MR)
MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%
g. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56
h. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang tegak
lurus adalah 1,53

4) Sifat Kimia
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
 Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
 Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
 Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
 Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang
menyebabkan penggelembungan serat.
 Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
 Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.

Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik


gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus hidroksil
akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-molekul
air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat oksidasi atau
penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan.
Kerusakan dengan oksidasi karena terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi
dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau
pemanasan yang lama dalam suhu diatas 1400 C. Asam-asam menyebabkan
hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa.
Asam kuat menyebabkan degradasi cepat. Alkali mempunyai sedikit pengaruh
pada kapas kecuali alkali kuat akan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan
penggelembungan yang besar pada serat.
Penampang melintang dari serat berbahan kapas ini yang merupakan salah
satu serat alam yang paling banyak digunakan, memiliki bentuk yang tidak
beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat
hasil pencelupannya memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti
itu memberikan daya penutup kain yang lebih besar.

Gambar skema dari struktur molekul serat selulosa

Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan


pengulangan dari 𝛽-anhidroglukosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang memberikan sifat kelarutan didalam air. Meskipun demikian,
selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut
didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang sangat
besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang
mempersukar kelarutan selulosa didalam air.
Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari molekul
lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut membuat serat yang
mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat
tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air
terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah dicelup. Pereaksi-pereaksi
oksidasi, asam dan alkali kuat dengan disertai oksigen dari udara pada umumnya
akan menyerang bagian atom oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang
molekulnya lebih pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya.
2.4 Serat Poliester

Poliester memiliki senyawa kimia pembentuk yang sama yaitu etilena


tereftalat. Proses polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol dilakukan dalam
kondisi suhu tinggi dan ruang hampa

Penampang serat poliester

Susunan rantai molekul Poliester terbentuk secara kondensasi


menghasilkan polietena tereftalat yang merupakan satu ester dari komponen
dasar asam dan alkohol, yaitu asam tereftalat dan etilena glikol. Ini merupakan
pengembangan pembuatan poliester yang pada mulanya terbuat dari dimetil
teraftalat sebagai asamnya dan etilena glikol sebagai alkoholnya dan dikenal
dengan nama Terylene
Penggunaan asam tereftalat sebagai bahan baku poliester menyebabkan
beberapa perbedaan sifat poliester, diantaranya titik leleh poliester yang dihasilkan
lebih tinggi dan hampir larut dalam glikol. Pembuatan poliester dari asam tereftalat
lebih menguntungkan dibandingkan poliester dari metil tereftalat.
Sifat kimia poliester adalah sebagai berikut :

1. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifluoro asetat-orto-klorofenol.


2. Tahan terhadap zat-zat oksidator, alkohol, keton dan sabun dan zat – zat
pencucian kering.
3. Tahan terhadap asam lemah, meskipun pada suhu didih dan tahan terhadap
asam kuat dalam keadaan dingin.
4. Tahan terhadap alkali lemah, tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat.
5. Mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak
mengandung gugus – gugus aktif sehingga sukar untuk dicelup.

Sifat fisika merupakan sifat yang berhubungan dengan kukuatan, sifat fisika
poliester meliputi :
1. Kekuatan dan mulur
Serat poliester mempunyai kekuatan dan mulur yang tinggi, yang dalam
keadaan kering dan basah tidak mengalami perubahan. Kekuatan serat poliester
sebesar 4,0 – 6,9 g/d dan mulur poliester sebesar 11 – 20%
2. Elastisitas
Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester bersifat anti kusut.
3. Moisture regain

Moisture regain poliester pada kondisi standar (27oC dan RH 65%) sebesar
0,4%. Dalam RH 100% moisture regainnya hanya 0,6 – 0,8%.
4. Berat jenis

Berat jenis poliester adalah 1,38 gram/cm3.


5. Titik leleh
Poliester tidak akan menguning pada suhu tinggi. Poliester mulai meleleh pada suhu

250 - 290oC dan terbakar, namun tidak meneruskan nyala api.


6. Ketahanan sinar
Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang cukup lama, tetapi
ketahanan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat lain.
7. Mengkeret
Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.
Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan
mengakibatkan serat poliester mengkeret.
8. Morfologi
Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat
bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit
yang tebal
9. Pembakaran
Poliester meskipun dapat dibakar tetapi nyala api tidak dapat menjalar karena serat
yang terbakar akan meleleh sehingga tidak meneruskan pembakaran.

2.5 Kain T/C


Tetron Cotton (TC) atau biasa disebut katun TC adalah kain yang terbuat
dari dua bahan yang berbeda: Tetron (65%) dan Cotton (35%). Tetron merupakan
bahan turunan dari poliester, bahan dasar dari material ini adalah biji plastik, bukan
kapas seperti pada katun. Baju yang terbuat dari bahan TC tidak akan menyusut
jika dibandingkan dengan bahan kaos yang terbuat dari 100% katun. Namun,
karena poliester kurang bisa menyerap kelembaban atau keringat, akibatnya adalah
kaos bahan TC akan terasa sedikit lebih panas saat dikenakan. Jika dibandingkan
dengan kaos bahan katun, keunggulan kaos bahan TC adalah dari segi ekonomis.
Karena harga poliester lebih murah dari pada harga katun, maka bahan kaos TC
harganya relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan katun. Keunggulan
lainnya adalah, sifat poliester lebih tahan lama dibandingkan kapas. Jadi, kaos
bahan TC dapat tahan lebih lama atau awet dan juga lebih tahan terhadap kotoran.
Perkembangan terkini dari kaos polos bahan TC adalah munculnya bahan
TC yang bisa menyamai kelembutan katun. Cara pembuatannya adalah kaos bahan
TC diolah lebih lanjut dengan menggunakan bahan kimia pelembut kaos. Hasilnya
adalah meskipun bahan TC tidak 100% katun, kelembutannya tidak kalah dengan
bahan katun murni. Beberapa kalangan pedagang kain menyebut bahan jenis ini
dengan nama TC SOFT (singkatan dari SOFTener) atau TC halus. Bagi kalangan
pembeli yang awam dengan bahan kaos, mungkin akan sulit membedakan kualitas
antara bahan TC Soft dengan katun. Satu-satunya cara untuk membedakan adalah
dengan mengenakan kaos tersebut dan merasakannya dengan kulit anda dibawah
sinar matahari. Jika terasa lebih panas, kemungkinan bahan tersebut adalah bukan
100% katun

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat :
- Neraca digital
- Gelas piala 500ml
- Nampan plastik
- Batang Pengaduk
- Setrika
- Mesin padder
- Mesin stenter
- Mesin heating press
 Bahan :
- Kain Kapas
- Kain Poliester
- Kain T/C
- Resin Reaktan “KNITTEX CHN”
- Katalis “KNITTEX CATALYST MO”
IV. DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan

Lipat kain menggunakan penggaris dari alat pengukur panjang


lengkung

Setrika kain

Membuat larutan resin lipatan permanen

Rendam kain yang telah dilipat dalam larutan

Padding

Pengeringan

Heating Press

Evaluasi

V. SKEMA PROSES

Padding Dry Heating


Setrika kain Rendam press
Lipat yang telah kain dengan
kain dilipat larutan resin
VI. RESEP
Resin Reaktan “Knittex CHN” : 80 g/L
Katalis “Knittex Catalyst MO” : 20% dari jumlah resin
Dry : 100 OC, 2’
Heating Press : 170 OC, 1’

VII. FUNGSI ZAT


 Resin Reaktan “KNITTEX CHN” berfungsi sebagai resin yang akan mengisi pori-
pori serat pada saat berpolimerisasi sehingga setelah diresin dapat memperkuat
lipatan permanen
 Katalis “KNITTEX CATALYST MO” berfungsi untuk mempercepat reaksi, katalis
dari garam asam yang banyakm digunakan pada penyempurnaan resin,
menghasilkan HCl untuk memberi suasana asam dalam polimesisasi resin

VIII. DATA HASIL PERCOBAAN


Perhitungan Resep
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (3 𝑘𝑎𝑖𝑛) = 150 𝑚𝑙
80
𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 = × 150 𝑚𝑙 = 12 𝑔
100
20
𝐾𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠 = × 12 𝑔 = 2,4 𝑚𝑙
100

Data Pengamatan
𝒈
 GRAMASI KAIN ( ⁄ 𝟐 )
𝒎
100 x 100
𝐺𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 = ( ) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑖𝑛 (10𝑥10) 𝑐𝑚
10 x 10

1) Kapas
100 x 100
𝐺𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠 = 𝑥 (1,19 𝑔𝑟) = 119 𝑔/𝑚2
10 𝑥 10
2) Poliester
100 x 100
𝐺𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖𝑝𝑜𝑙𝑖𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 = 𝑥 (1,55 𝑔𝑟) = 155 𝑔/𝑚2
10 𝑥 10
3) T/C
100 x 100
𝐺𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑇/𝐶 = 𝑥 (0,89𝑔𝑟) = 89 𝑔/𝑚2
10 𝑥 10
 PANJANG LENGKUNG (cms)

Depan Depan Belakang Belakang Rata -


Jenis Kain Rata
Atas Bawah Atas Bawah

Kapas 2,5 2,5 2,25 2,2 2,3625

Poliester 3,75 3,9 3,4 4 3,7625

T/C 5,7 5,2 5,1 5,1 5,275

𝒈
 KEKAKUAN ( ⁄ 𝟐 )
𝒎

𝐾𝑒𝑘𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 0,1 𝑥 𝐺𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑥 (𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔)3

1) Kapas
𝑔
𝐾𝑒𝑘𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠 = 0,1 𝑥 119 𝑥 (2,3625)3 = 156,91426 ⁄𝑚2

2) Poliester
𝑔
𝐾𝑒𝑘𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛𝑝𝑜𝑙𝑖𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 = 0,1 𝑥 155 𝑥 (3,7625)3 = 825,583917 ⁄𝑚2

3) T/C
𝑔
𝐾𝑒𝑘𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 𝑇/𝐶 = 0,1 𝑥 89 𝑥 (5,275)3 = 1306,34353 ⁄𝑚2
IX. DISKUSI
Pada praktikum ini, praktikan telah melakukan praktikum penyempurnaan
lipatan permanen. Penyempurnaan lipatan permanen adalah proses penyempurnaan
yang dilakukan untuk mendapatkan lipatan permanen pada bahan tekstil untuk
keperluan tertentu. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resin reaktan
“Knittex CHN” pada kain kapas, poliester dan T/C dalam penyempurnaan lipatan
permanen.
Penyempurnaan resin ini termasuk penyempurnaan secara kimia, pada
penyempurnaan ini digunakan resin sintetik, yaitu senyawa organik rumit dan
mempunyai berat molekul yang tinggi. Dengan menggunakan resin ini bukan hanya
dapat membuat kain menjadi kaku secara permanen namun dapat pula memberikan sifat
termoplastik yang diperoleh efek penyempurnaan yang lebih awet pada proses
penyempurnaan mekanik seperti luster, calendering, embossing, dll.
Serat selulosa memiliki ikatan hidrogen antar seratnya yang lemah sehingga
struktur serat mudah bergerak. Untuk membuat lipatan yang permanen maka ikatan
hidrogen antar serat harus diblok agar seratnya tidak mudah berubah bentuk.
Resin reaktan akan berikatan dengan serat selolusa sehingga akan menjadi bagian
dari serat itu sendiri sehingga gugus yang berikatan hidrogen akan berkurang karena
digantikan dengan resin. Resin yang bereaksi dengan serat menyebabkan kekakuan
bahan yang tinggi pada permukaan serat. Resin membentuk ikatan bila sejumlah
molekul-molekul sederhana dengan berat molekul rendah bergabung dengan yang lebih
jauh lebih panjang, baik linier maupun siklik. Pada saat berlangsungnya reaksi antara
serat dengan struktur serat kapas ini merupakan reaksi penggabungan (polimerisasi) dan
membentuk cabang-cabang atau ikatan-ikatan.
Resin reaktan yang berikatan dengan serat selulosa tidak dapat berikatan dengan
serat poliester karena serat poliester merupakan serat yang tidak dapat berikatan dengan
molekul lain sehingga resinnya tidak akan berikatan dengan serat poliester. Tetapi,
struktur serat poliester akan berubah apabila dilewati pada suhu transisi gelas serat
poliester, suhu pada heat press yang digunakan pada penyempurnaan ini adalah 170oC
yang merupakan suhu yang dapat memutus ikatan serat poliester dan akan membuat
ikatan yang baru sesuai dengan lipatan yang diinginkan.
Kekakuan Kain
1400

1200

1000

800

600

400

200

0
kapas poliester T/C
kekakuan 156,91426 825,583917 1306,34353

Berdasarkan hasil praktikum, nilai kekakuan kain terbesar ditunjukkan oleh kain
T/C. Hal ini dikarenakan kapas dalam kain T/C berikatan dengan resin reaktan, begitu
juga serat poliester yang telah mengalami proses heating press (suhu 170OC) dan dapat
membuat ikatan dengan resin. Kedua serat dalam kain T/C dapat berikatan baik dengan
resin.

X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kain T/C adalah jenis kain
paling baik untuk jenis resin reaktan “Knittex CHN” karena mempunyai nilai kekakuan
paling besar.
DAFTAR PUSTAKA

Soeprijono, P., Poerwati, Widayat & Jumaeri. 1974. Serat-Serat Tekstil. Bandung:
Institut Teknologi Tekstil.
Ichwan, Muhammad, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. 2005. Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin, dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung: Institut
Teknologi Tekstil.
Soeparman, dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung: Institut
Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai