Anda di halaman 1dari 6

Nama: Sarah Sanzilah

Npm: 15030037

Grup: 2G2

DEKOMPOSISI KAIN (ANYAMAN DASAR)


1. Maksud dan tujuan
Maksud: Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan
mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman polos,
anyaman keper, dan anyaman satin.
Tujuan: Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal kain,
mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari benang lusi dan
benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain, pada jenis kain dengan
anyaman polos.
2. Teori Dasar (Anyaman Polos dan Karakteristiknya)
Anyaman ini paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai orang.
Penyilangan yang terjadi antara benang lusi dan pakan dilakukan secara bergantian
(Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu: 1-naik, 1-turun).
Anyaman ini juga Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman,
selain itu anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak bila dibandingkan dengan
jenis anyaman-anyaman lainnya, karena itu anyaman ini relative paling kokoh dan
tidak mudah berubah tempat. Hanya pada kain ini, kemungkinan jumlah benang setiap
inchinya relatif lebih sedikit dari pada anyaman lain, karena apabila benang yang
digunakannya terlalu banyak, maka akan menghasilkan kain yang kaku. Namun
anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang
memuaskan daripada menggunakkan anyaman yang lain.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain (dekomposisi kain
pada anyaman polos) yang digunakan untuk membantu kelancaran percobaan, dapat
dilakukan dengan melihat ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman polos tersebut, yaitu:
- Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2
helai pakan. Ke arah vertical (panjang kain) atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai
lusi.
- Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor konstruksi kain
yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
- Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (range)
yang lebih besar daripada anyaman lain, yaitu berkisar antara 10-200 helai/inchi.
Demikian pula dengan perpencaran berat kain pada anyaman polos yang lebih besar
daripada jenis anyaman lain, yaitu berkisar antara 0,25 oz/yds2-52 oz/yds2.
- Anyaman polos lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance) yang lain
dengan jalan mengadakan ubah-ubah design, baik structural design maupun surface
design apabila dibandingkan dengan anyaman lain.
- Pada umumnya kain dengan anyaman polos, daya penutupan kainnya (fabric cover)
berkisar antara 25% - 75%.
- Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2 gun, tetapi untuk
tetal lusi yang tinggi, maka digunakkan 4 gun atau lebih.
- Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi medium, dengan fabric
cover 51%-75%. Penutupan lusi dan pakan berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya
: kain yang diprint, sheetings, dll.
- Anyaman polos untuk kain padat (close construction), biasanya menggunakan
benang pakan yang lebih kasar daripada benang lusi.
Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman polos adalah
anyaman yang memiliki raport terkecil yang terdiri dari satu kali lusi naik dan satu kali
lusi turun pada jajaran lusi pertama dan sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.

3. Alat dan Bahan


 Loupe (Kaca Pembesar)
 Gunting
 Jarum
 Penggaris
 Kertas Disain
 Timbangan dengan skala gram dan milligram
 Pensil
 Kain Contoh Uji (Anyaman polos)

4. Cara Kerja
1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi tanda
panah), dimana lusi dicari dengan merasakan benang yang kaku dan keras
karena telah diberi kanji. Dapat juga dengan melihatnya ke arah cahaya. Yang
terlihat lurus-lurus (dan ada bagian-bagian yang tebal) adalah benang lusi.
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang berbeda
dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.
3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian catat
beratnya.
4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain contoh uji
tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga total benang yang
diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu menimbangnya. Demikian pula untuk
benang pakannya.
5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan (diluruskan),
lalu mencatat panjang dari masing-masing benang tersebut. Demikian pula
untuk benang pakannya, lalu nilai yang telah diperoleh dari 10 (sepuluh)
benang tersebut dirata-ratakan. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung
mengkeret lusi dan pakan.
6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari data
yang sudah diperoleh.
7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk memperoleh
selisih berat.
8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).

5. Data Pengamatan
Berat kain 10cm x 10cm = 1,26g
Berat 10 helai benang lusi = 20,5mg
Berat 10 helai benang pakan = 20mg
Tetal (helai/inchi) Panjang (cm)
No.
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 82 67 10,6 10,5
2 81 68 10,5 10,6
3 80 69 10,6 10,4
4 10,6 10,5
5 10,7 10,5
6 10,6 10,5
7 10,7 10,5
8 10,6 10,5
9 10,6 10,4
10 10,6 10,6
∑ 243 204 106,1 105
𝑥̅ 81 68 10,61 10,5
∑Jumlah panjang 10 helai lusi = 106,1cm = 1,061m
∑Jumlah panjang 10 helai pakan = 105cm = 1,05m
Berat 10 helai benang lusi = 20,5mg = 0,0205g
Berat 10 helai benang pakan = 20mg = 0,02g
Rata-rata tetal lusi = 81hl/inchi = 31,8hl/cm
Rata-rata tetal pakan = 68hl/inchi = 26,7hl/cm

1 2 3 4

gambar anyaman polos

6. Perhitungan
a. Mengkeret
𝑥̅ 𝑃𝐵−𝑃𝐾
𝑀= 𝑥100% = ⋯ % PB= panjang benang (cm)
𝑥̅ 𝑃𝐵
PK = panjang kain
10,61−10
 Lusi = 𝑥100% = 5,7%
10,61
10,5−10
 Pakan= 𝑥100% = 4,7%
10,5
b. Nomer Benang
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 1000
𝑁𝑚 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑡𝑒𝑥 = 𝑁𝑚
9000
𝑁𝑒1 = 0,59 𝑥 𝑁𝑚 𝑡𝑑 = 𝑁𝑚
 Lusi
1,062 1000
𝑁𝑚 = 0,0205 = 51,75 𝑡𝑒𝑥 = 51,75 = 19,32𝑡𝑒𝑥
9000
𝑁𝑒1 = 0,59 𝑥 51,75 = 30,5 𝑇𝑑 = 51,75 = 173,91𝑇𝑑
 Pakan
1,05 1000
𝑁𝑚 = 0,02 = 52,5 𝑡𝑒𝑥 = = 19,04𝑡𝑒𝑥
52,5
9000
𝑁𝑒1 = 0,59 𝑥 52,5 = 30,97 𝑡𝑑 = = 171,42𝑇𝑑
52,5
c. Berat Kain dalam 1𝑚2 (gramasi)
1) Dengan cara penimbangan
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑖𝑛
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑥
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
100𝑐𝑚 𝑥 100𝑐𝑚
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑥
10𝑐𝑚 𝑥 10𝑐𝑚
= 1,26𝑔 𝑥 100
𝑔
= 126 ⁄𝑚2

2) Dengan cara perhitungan


𝑃 𝑃
𝑁𝑚 =
→𝐵=
𝐵 𝑁𝑚
𝑇𝐿 𝑥 𝑃𝐾 𝑥 𝐿𝐾 100
 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑁𝑚 𝑥 (100−𝑀 )
𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑙𝑢𝑠𝑖
𝑇𝐿(ℎ𝑙⁄𝑐𝑚)𝑥 100𝑐𝑚 𝑥 100𝑐𝑚 100
= 𝑥(100−𝑀 )
𝑁𝑚(𝑚⁄𝑔)𝑥 100𝑐𝑚⁄𝑚 𝑙𝑢𝑠𝑖

31,8 𝑥 100 𝑥 100 100


= 𝑥 (100−5,7) = 65,13𝑔
51,75 𝑥 100

𝑇𝑃 𝑥 𝑃𝐾 𝑥 𝐿𝐾 100
 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 (100−𝑀 )
𝑁𝑚𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑃(ℎ𝑙⁄𝑐𝑚)𝑥 100𝑐𝑚 𝑥 100𝑐𝑚 100
= 𝑚 𝑐𝑚 𝑥( )
𝑁𝑚( ⁄𝑔)𝑥 100 ⁄𝑚 100−𝑀𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

26,7 𝑥 100 𝑥 100 100


= 𝑥( ) = 52,89𝑔
52,5 𝑥 100 100−4,7

 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝐵𝐿 + 𝐵𝑃
= 65,13 + 52,89 = 118,02𝑔
𝐵𝐵−𝐵𝐾
d. 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = 𝑥100% = ⋯ %
𝐵𝐵

126 − 118,02
= 𝑥100% = 6,3%
126
e. Fabric Cover Factor (CF%)
 Lusi
𝐶𝑤 = 𝑛𝑤 𝑥 𝑑𝑤

𝑛𝑤 = 𝑥̅ 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑙⁄𝑖𝑛𝑐ℎ)

𝑑𝑤 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑠𝑖


1
= 28√𝑁𝑒
1
1
𝐶𝑤 = 81 𝑥 ( ) = 0,51
28√30,5
 Pakan
𝐶𝑓 = 𝑛𝑓 𝑥 𝑑𝑓

𝑛𝑓 = 𝑥̅ 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑙⁄𝑖𝑛𝑐ℎ)

𝑑𝑓 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑠𝑖


1
= 28√𝑁𝑒
1

1
𝐶𝑓 = 68 𝑥 ( ) = 0,43
28√30,97

𝐶𝐹% = {(𝐶𝑤 + 𝐶𝑓) − (𝐶𝑤 𝑥 𝐶𝑓)} 𝑥 100%


𝐶𝐹% = {(0,51 + 0,43) − (0,51 𝑥 0,43)} 𝑥 100%
= {0,91 − 0,21} 𝑥 100%
= 0,73 𝑥 100%
= 73%

7. Diskusi
Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan adalah 6,3%,
mungkin dalam praktikum ini dianggap kurang effisien. Karena pada saat
menimbang berat kain, berat benang , perhitungan panjang benang per helai
kurang teliti. Selisih berat tersebut dapat berubah menjadi lebih tepat/efisien
lagi jika pengamatan dilakukan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan
benang; serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan.
Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti:
1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata saat menentukan tetal kain.
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,terlalu cepat mengambil
kesimpulan dalam membaca timbangan.
3. Pada saat meniras kain kurang teliti mengakibatkan hasil tirasan melebihi
ukuran yang telah ditentukan atau hasil tirasan terbuang.
4. Pada saat memakai loupe untuk menghitung tetal benang, pinggiran kain
dan loupe tidak sesuai(tidak pas antara batasan tiap benangnya) sehingga
pada saat perhitungan tetal benang menjadi berkurang.

8. Kesimpulan
Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari
contoh uji kain polos, diperoleh:
 Rata-rata dari tetal lusi dan tetal pakan inchi/cm adalah
31,8hl/inchi dan 26,7hl/inchi
 Rata-rata panjang benang lusi dan benang pakan saat diluruskan
adalah 10,61cm dan 10,5cm
 Mengkeret benang lusi= 5,7%, dan mengkeret benang pakan=
4,7%
 Nomer benang (Nm) lusi dan pakan adalah 51,75 dan 52,5
 Berat kain dengan cara penimbangan adalah 126𝑔/𝑚2
 Berat kain dengan cara perhitungan adalah 118,02𝑔/𝑚2
 Selisih dari berat kain dengan cara penimbangan dan dengan
cara perhitungan adalah 6,3%
 Fabric Cover Factor (CF%) atau kerapatan kain adalah 73%

9. Daftar Pustaka
- Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, 1973.
- Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
- Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung,
l974.
- Jurnal Praktikum, 2014.

10. Lampiran
Benang lusi benang pakan

Contoh kain

Anda mungkin juga menyukai