DESAIN TEKSTIL 1
DEKOMPOSISI ANYAMAN KEPER
NPM : 16010033
Group : 2T2
2017
I. JUDUL PRAKTIKUM
Dekomposisi Anyaman Keper
Keterangan :
a. Frame, terbuat dari metal.
b. Kaca pembesar.
c. Lubang pemeriksa / pengamatan dengan ukuran tertentu,
misalnya 1 inchi, 1/2 inchi 3/4 dan 1 cm.
d. Engsel.
Pensil, untuk menunjukkan arah lusi dan pakan pada kain yang di uji.
B. Cara Kerja
1. Menentukan arah lusi dan pakan. Kemudian arah lusi di beri tanda panah.
2. Kain contoh dipotong (10 x 10) cm, kemudian ditimbang.
3. Mengambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing
lusi dan pakan 10 helai, dan menimbang keduanya.
4. Setelah menimbang benang lusi dan benang pakan, lalu benang tersebut di
ukur dengan menggunakan penggaris agar dapat menghitung mengkeret
benang lusi dan mengkeret benang pakan setelah diketahui masing masing
panjang nya.
5. Menghitung tetal lusi dan pakan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda
(diagonal) sebesar 1 inch kemudian menirasnya lalu menghitung rata
ratanya.
6. Menghitung mengkeret benang lusi dan pakan, nomor benang dan selisih
berat dengan cara penimbangan dan perhitungan.
7. Melihat anyaman kain dengan menggunakan loop dan jarum layar.
C. Data Praktikum
Setelah praktikum, didapatkan data dari kain contoh sebagai berikut:
No. Tetal Lusi Tetal Pakan
1. 97 50
2. 98 49
3. 98 51
Rata-rata = 97,67 Rata-rata = 50
IV. PERHITUNGAN
1. Menghitung mengkeret benang lusi dan pakan.
Panjang benang dari kain contoh = Pk
Panjang benang setelah diluruskan = Pb
rata−rata panjang lusi/ pakan− panjang kain
Mengkeret benang (M) =
rata−rata panjang lusi / pakan
10,44−10
Mlusi = ×100% = 4,21%
10,44
10,50−10
Mpakan = ×100% = 4,76%
10,50
2. Menghitung Nomer benang lusi dan benang pakan
Panjang (meter )
Nm =
Berat (gram )
Ne1 = Nm × 0,59
1000
Tex =
Nm
9000
Td =
Nm
1,044 1,050
Nmlusi = = 32,12 Nmpakan = = 30,13
0,03250 0,03485
9000 9000
Td lusi = = 280,20 Td pakan = = 298,71
32,12 30,13
(BB)
……………….…(B1)
4. Hitung selisih berat hasil penimbangan (B1) dengan hasil perhitungan (BK)
BK −BB
Selisih = × 100 %
BK
193,58−192,4
= ×100 % = 0,61 %
193,58
Kemudian membuat ukuran kain sebesar 10cm × 10cm tetapi harus dilebihkan 0,5
cm agar tidak terdapat kecacatan kain karena terpotongnya benang secara tidak
merata dan ditimbang. Setelah ditimbang berat kain sample, kita meniras benang
lusi dan pakan dari kain sample tersebut sebanyak 10 helai dan timbang berat 10
helai pakan dan 10 helai lusi. Setelah 10 helai pakan ditimbang, benang tersebut
diukur panjangnya menggunakan penggaris satu persatu kemudian dijumlahkan dan
dirata-rata panjangnya. Begitu pula dengan 10 helai lusi yang telah ditimbang
kemudian diukur panjangnya menggunakan penggaris satu persatu lalu dijumlahkan
dan dirata-rata panjang benangnya.
Apabila telah melakukan semua tahap pengerjaan lalu ditulis data pengamatannya
dan menggambar anyaman kainnya. Anyaman kain didapatkan dengan
menggunakan loop dam jarum layar melihat bagaimana efek pakan dan efek lusinya
seperti pada anyaman pertama yg terlihat efek lusi yaitu benang lusi diatas benang
pakan dan sebelahnya efek pakan yaitu benang pakan diatas lusi. Didapatkan
hasilnya setelah benang lusi naik 1 kemudian tetap naik 1 membentuk garis diagonal
yaitu anyaman keper. Bisa dipastikan pada percobaan ini arah garis miring yang
dibentuk oleh anyaman dari kiri bawah ke kanan atas disebut keper kanan.
Sedangkan untuk garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper efek lusi
atau keper lusi, dan garis yang dibentuk oleh benang pakan disebut keper pakan
atau keper efek pakan.
Pada saat mengukur benang lusi dan pakan dari kain sample didapatkan berat
kain/m2 secara teori (perhitungan) = 193,58 g/m2 dan berat nyatanya saat
penimbangan = 192,4 g/m2, selisih berat penimbangannya adalah 0,61%, dari data
tersebut dapat dilihat bahwa selisih dari berat secara teori (perhitungan) dan berat
yang diperoleh dengan cara di uji hanya 0,61% itu menandakan ketelitian yang baik
saat pengujian benang. Apabila selisih yang di peroleh lebih dari 5% itu menandakan
kurang teliti saat pengujian, karena pada dasarnya perbedaan berat (g/m2) dari
sebuah kain yang di uji dan di hitung secara teori tidaklah jauh berbeda. Apabila
perbedaan tersebut lebih besar dari 5% biasanya terjadi kesalahan pada
pengukuran panjang benang pakan atau benang lusi. Idealnya kain yang di ukur
10x10 apabila benang pakan dan benang lusi nya di tiras, panjang benangnya tidak
akan lebih dari 11cm saat diluruskan. Oleh Karena itu, pengukuran panjang benang
harus diperhatikan demi mendapatkan ketelitian yang baik. Ada pun hal yang
mempengaruhi selisih berat kain tersebut adalah tetal pakan dan lusi. Untuk
mengatasi hal tesebut sebaiknya menghitung tetal pakan dan tetal lusi dengan cara
penirasan agar lebih akurat. Dalam penimbangan kain saat pertama kali di potong
menjadi 10x10 cm pun akan berpengaruh, oleh karena itu harus berhati-hati dalam
penimbangan kain dan pada saat pemotongan kain. Pada praktikum dekomposisi
kain ini, ada beberapa factor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengamatan, seperti: 1. Adanya keterbatasan daya penglihatan mata pada saat
menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan), 2. Kurang teliti dalam melakukan
penimbangan, menggunting kain dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk
setiap benang lusi dan pakan, 3. Kurang teliti dalam menghitung pakan dan lusi
Karena pada Dekomposisi Keeper mencari tetal /inchi dengan cara membuka satu
persatu benang pada kain keeper.
VI. Kesimpulan
Setelah melakukan semua tahap praktikum, mendapatkan data pengamatan serta
pengolahan data ataupun perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Mengkeret benang lusi = 4,21%
2. Mengkeret benang pakan = 4,76%
3. No. benang lusi Nm = 32,12
Ne1 = 18,95
Tex = 31,13
Td = 280,20
4. No. benang pakan Nm = 30,13
Ne1 = 17,78
Tex = 33,19
Td = 298,71
gram
5. Berat kain dengan cara penimbangan = 192,4
m2
gram
6. Berat kain dengan cara perhitungan = 193,58 2
m
7. Selisih berat kain = 0,61 %
VII. Lampiran