Anda di halaman 1dari 2

Dekomposisi kain ialah Suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat

diperoleh data-data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh
tersebut Proses praktik dekomposisi yang telah dilakukan untuk pengujian komposisi pada kain contoh
tetal , berat panjang , nomor benang , jenis anyaman dan lain lain.

Dekomposisi kain ditunjukan agar bisa membuat kain dengan ukuran ataupun berat yang sama dengan
kain contoh, dan memiliki bebrapa tujuan

Tujuan dekomposisi kain

Tujuan Ekonomis

Untuk menghitung biaya atau harga pokok pembuatan kain yang seperti kain contoh.

Tujuan Pengawasan Mutu

Untuk dipakai sebagai alat guna menentukan mutu kain jadi maupun untuk pengawasan mutu kain yang
sedang dibuat berkenaan dengan suatu kontrak (pesanan).

Tujuan Teknis

Untuk memperoleh data-data guna pembuatan kembali (meniru dengan tepat) kain yang sesuai dengan
contoh. Bahkan bila perlu membuat kain yang lebih baik daripada kain contoh.

ini paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai orang. Penyilangan yang terjadi antara
benang lusi dan pakan dilakukan secara bergantian (selang-seling ~ Bekerjanya benang-benang lusi dan
pakan paling sederhana, yaitu: 1-naik, 1-turun). Anyaman ini juga Mempunyai rapot yang paling kecil dari
semua jenis anyaman, selain itu anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak bila dibandingkan
dengan jenis anyaman-anyaman lainnya, karena itu anyaman ini relative paling kokoh dan tidak mudah
berubah tempat. Hanya pada kain ini, kemungkinan jumlah benang setiap inchinya relatif lebih sedikit
dari pada anyaman lain, karena apabila benang yang digunakannya terlalu banyak, maka akan
menghasilkan kain yang kaku. Namun anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis
dengan hasil yang memuaskan daripada menggunakkan anyaman yang lain.

Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain (dekomposisi kain pada anyaman polos)
yang digunakan untuk membantu kelancaran percobaan, dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dan
karakteristik dari anyaman polos tersebut, yaitu:

- Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan. Ke
arah vertical (panjang kain) atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.

- Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor konstruksi kain yang lain dari pada
jenis anyaman yang lainnya.
- Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (range) yang lebih besar
daripada anyaman lain, yaitu berkisar antara 10-200 helai/inchi. Demikian pula dengan perpencaran
berat kain pada anyaman polos yang lebih besar daripada jenis anyaman lain, yaitu berkisar antara 0,25
oz/yds2-52 oz/yds2.

- Anyaman polos lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance) yang lain dengan jalan
mengadakan ubah-ubah design, baik structural design maupun surface design apabila dibandingkan
dengan anyaman lain.

- Pada umumnya kain dengan anyaman polos, daya penutupan kainnya (fabric cover) berkisar antara 25%
- 75%.

- Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi,
maka digunakkan 4 gun atau lebih.

- Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi medium, dengan fabric cover 51%-75%.
Penutupan lusi dan pakan berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya : kain yang diprint, sheetings, dll.

- Anyaman polos untuk kain padat (close construction), biasanya menggunakan benang pakan yang lebih
kasar daripada benang lusi.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman polos adalah anyaman yang memiliki
raport terkecil yang terdiri dari satu kali lusi naik dan satu kali lusi turun pada jajaran lusi pertama dan
sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai