POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN POLOS
I. Maksud dan Tujuan
Maksud
Untuk mengetahui dekomposisi kain anyaman tertentu dan mengidentifikasi jenis-jenis
anyaman dasar yang terdiri dari anyaman polos, anyaman keper, dana anyaman satin.
Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, tetal kain, mengkeret benang, nomor
benang, perhitungan berat benang lusi dan benang pakan dibandingkan berat mutlak kain
pada kain anyaman polos.
Perhitungan
1. Mengkeret Lusi dan Pakan
Nm Lusi = = = 76.20
Td Lusi = = = 118.11
Nm Pakan = = = 62.85
Td Pakan = = = 143.19
3. Berat Kain/m2
= 3.56 x x
= 89 gram
B2 (Berat lusi/m2) =
= 49.125 gram/m2
B3 (Berat pakan/m2 ) =
= 32.20 gram/m2
= x100%
= 8.62%
VI. Diskusi
Praktikum dekomposisi kain anyaman polos dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
dekomposisi dan konstruksi anyaman kain polos.
Pada praktikum ini, dapat dilihat bahwa pada kain yang digunakan, benang lusi dan
benang pakan bekerja satu naik dan satu turun. Hal tersebut menunjukan bahwa kain
yang digunakan merupakan kain dengan anyaman polos.
Dalam tiga rapot yang berbeda didapatkan tetal lusi sebanyak 88. 98, dan 89. Sementara
tetal pakan sebanyak 58, 56, dan 56. Tetal tersebut dihitung dengan tujuan untuk
mengetahui banyaknya lusi dan pakan yang digunakan dalam proses pertenunan.
Pada praktikum ini, benang lusi memiliki nomor benang Nm, dan Ne yang lebih tinggi
dibandingkan benang pakan. Sementara benang pakan memiliki nomor benang Tex dan
Td yang lebih tinggi dibandingkan benang lusi.
Mulur benang lusi juga lebih besar dibandingkan dengan benang pakan. Hal tersebut
dapat dibuktikan saat meluruskan benang sehelai demi sehelai, benang lusi memiliki
panjang yang lebih panjang dibandingkan benang pakan.
Sementara pada penimbangan, benang lusi memiliki berat yang lebih rendah
dibandingkan benang pakan. Padahal, berdasarkan literature, berat benang lusi
seharusnya lebih besar dari berat benang pakan karena benang lusi dilapisi kanji sebelum
proses pertenunan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh benang lusi yang digunakan lebih
halus dibandingkan benang pakan, meskipun memiliki jumlah yang lebih banyak saat
digunakan dalam proses pertenunan.
Besarnya selisih berat hasil penimbangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
kesalahan. Faktor kesalahan tersebut antara lain :
1. Kesalahan saat memotong kain 20 x 20 cm sehingga kain ukuran kain tidak sesuai.
2. Kesalahan dalam menghitung tetal lusi dan pakan.
3. Kesalahan saat membaca skala timbangan.
4. Kesalahan saat mengukur panjang lusi dan pakan.
5. Kesalahan saat melakukan perhitungan.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek yang telah dilakukan didapatkan :
1. Benang Lusi
a. Mengkeret = 3.68%
b. Nm = 76.20
c. Ne = 44.95
d. Tex = 13.12
e. Td = 118.11
2
f. Berat lusi/m = 49.125 gram/m2
2. Benang Pakan
a. Mengkeret = 2.84%
b. Nm = 62.85
c. Ne = 37.08
d. Tex = 15.41
e. Td = 143.19
f. Berat pakan/m2 = 32.20 gram/m2
3. Berat kain/m2 hasil penimbangan = 89 gram
4. Berat kain/m2 hasil perhitungan = 81.325 gram/m2
5. Selisih berat kain hasil perhitungan dan penimbangan = 8.62%
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN KEPER
I. Maksud dan Tujuan
Maksud
Untuk mengetahui dekomposisi kain anyaman tertentu dan mengidentifikasi jenis-jenis
anyaman dasar yang terdiri dari anyaman polos, anyaman keper, dana anyaman satin.
Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, tetal kain, mengkeret benang, nomor
benang, perhitungan berat benang lusi dan benang pakan dibandingkan berat mutlak kain
pada kain anyaman keper.
Perhitungan
1. Mengkeret Lusi dan Pakan
Nm Lusi = = = 29.448
Td Lusi = = = 305.62
Nm Pakan = = = 21.139
Td Pakan = = = 425.75
3. Berat Kain/m2
= 12 x x
= 300 gram
B2 (Berat lusi/m2) =
= 171.65 gram/m2
B3 (Berat pakan/m2 ) =
= 121.35 gram/m2
= x100%
= 2.33%
VI. Diskusi
Praktikum dekomposisi kain anyaman keper dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
dekomposisi dan konstruksi anyaman kain keper.
Pada praktikum ini, dapat dilihat bahwa pada kain terdapat garis keper yang membentuk
diagonal. Tesktur kain juga relatif kasar. Hal tersebut menunjukan bahwa kain yang
digunakan merupakan kain dengan anyaman keper.
Dalam tiga rapot yang berbeda didapatkan tetal lusi sebanyak 117, 115, dan 116.
Sementara tetal pakan sebanyak 61, 63, dan 61. Tetal tersebut dihitung dengan tujuan
untuk mengetahui banyaknya lusi dan pakan yang digunakan dalam proses pertenunan.
Pada praktikum ini, benang lusi memiliki nomor benang Nm, dan Ne yang lebih tinggi
dibandingkan benang pakan. Sementara benang pakan memiliki nomor benang Tex dan
Td yang lebih tinggi dibandingkan benang lusi.
Mulur benang lusi juga lebih besar dibandingkan dengan benang pakan. Hal tersebut
dapat dibuktikan saat meluruskan benang sehelai demi sehelai, benang lusi memiliki
panjang yang lebih panjang dibandingkan benang pakan.
Sementara pada penimbangan, benang lusi memiliki berat yang lebih rendah
dibandingkan benang pakan. Padahal, berdasarkan literature, berat benang lusi
seharusnya lebih besar dari berat benang pakan karena benang lusi dilapisi kanji sebelum
proses pertenunan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh benang lusi yang digunakan lebih
halus dibandingkan benang pakan, meskipun memiliki jumlah yang lebih banyak saat
digunakan dalam proses pertenunan.
Besarnya selisih berat hasil penimbangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
kesalahan. Faktor kesalahan tersebut antara lain :
1. Kesalahan saat memotong kain 20 x 20 cm sehingga kain ukuran kain tidak
sesuai.
2. Kesalahan dalam menghitung tetal lusi dan pakan.
3. Kesalahan saat membaca skala timbangan.
4. Kesalahan saat mengukur panjang lusi dan pakan.
5. Kesalahan saat melakukan perhitungan.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek yang telah dilakukan didapatkan :
1. Benang Lusi
a. Mengkeret = 9.68%
b. Nm = 29.448
c. Ne = 17.374
d. Tex = 33.95
e. Td = 305.62
2
f. Berat lusi/m = 171.65 gram/m2
2. Benang Pakan
a. Mengkeret = 5.43%
b. Nm = 21.139
c. Ne = 12.472
d. Tex = 47.30
e. Td = 425.75
f. Berat pakan/m2 = 121.35 gram/m2
Perhitungan
1. Mengkeret Lusi dan Pakan
Nm Lusi = = = 103.34
Td Lusi = = = 87.09
Nm Pakan = = = 58.41
Td Pakan = = = 154.08
3. Berat Kain/m2
= 3.85 x x
= 96.25 gram
B2 (Berat lusi/m2) =
= 52.01 gram/m2
B3 (Berat pakan/m2 ) =
= 36.89 gram/m2
= x100%
= 7.63%
VI. Diskusi
Praktikum dekomposisi kain anyaman satin dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
dekomposisi dan konstruksi anyaman kain satin.
Pada praktikum ini, dapat dilihat bahwa pada kain yang digunakan memiliki kelangsaian
yang baik dan salah satu permukaannya mengkilau. Hal tersebut menunjukan bahwa kain
yang digunakan merupakan kain dengan anyaman satin.
Dalam tiga rapot yang berbeda didapatkan tetal lusi sebanyak 120, 150, dan 132.
Sementara tetal pakan sebanyak 56, 56, dan 50. Tetal tersebut dihitung dengan tujuan
untuk mengetahui banyaknya lusi dan pakan yang digunakan dalam proses pertenunan.
Pada praktikum ini, benang lusi memiliki nomor benang Nm, dan Ne yang lebih tinggi
dibandingkan benang pakan. Sementara benang pakan memiliki nomor benang Tex dan
Td yang lebih tinggi dibandingkan benang lusi.
Mulur benang lusi juga lebih besar dibandingkan dengan benang pakan. Hal tersebut
dapat dibuktikan saat meluruskan benang sehelai demi sehelai, benang lusi memiliki
panjang yang lebih panjang dibandingkan benang pakan.
Sementara pada penimbangan, benang lusi memiliki berat yang lebih rendah
dibandingkan benang pakan. Padahal, berdasarkan literature, berat benang lusi
seharusnya lebih besar dari berat benang pakan karena benang lusi dilapisi kanji sebelum
proses pertenunan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh benang lusi yang digunakan lebih
halus dibandingkan benang pakan, meskipun memiliki jumlah yang lebih banyak saat
digunakan dalam proses pertenunan.
Besarnya selisih berat hasil penimbangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
kesalahan. Faktor kesalahan tersebut antara lain :
1. Kesalahan saat memotong kain 20 x 20 cm sehingga kain ukuran kain tidak sesuai.
2. Kesalahan dalam menghitung tetal lusi dan pakan.
3. Kesalahan saat membaca skala timbangan.
4. Kesalahan saat mengukur panjang lusi dan pakan.
5. Kesalahan saat melakukan perhitungan.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek yang telah dilakukan didapatkan :
1. Benang Lusi
a. Mengkeret = 1.96%
b. Nm = 103.34
c. Ne = 60.97
d. Tex = 9.67
e. Td = 87.09
2
f. Berat lusi/m = 52.01 gram/m2
2. Benang Pakan
a. Mengkeret = 1.47%
b. Nm = 58.41
c. Ne = 34.46
d. Tex = 17.12
e. Td = 154.08
f. Berat pakan/m2 = 36.89 gram/m2
3. Berat kain/m2 hasil penimbangan = 96.25 gram
4. Berat kain/m2 hasil perhitungan = 88.9 gram/m2
5. Selisih berat kain hasil perhitungan dan penimbangan = 7.63%
DAFTAR PUSTAKA
1. Jaya Permana, Ariska. Laporan Praktikum Disain Tekstil I. 15 November 2015.
http://gubukkunci.blogspot.co.id/2014/10/laporan-praktikum-disain-tekstil-1.html
2. Lestari, Nadia. Anyaman Tekstil. 15 November 2015.
http://nadyalestari.blogspot.co.id/2011/04/anyaman-tekstil.html
3. Widodo, Sugeng dan Wiah Wardiningsih. Disain Tekstil. 2005. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.