Anda di halaman 1dari 14

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN POLOS

I. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui arah benang, tetal kain, mengekeret benang, nomor benang,
serta perhitungan berat benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding
berat mutlak kain .

II. Dasar teori


1.Pengertian Anyaman
Anyaman adalah silangan antara benang ke arah panjang kain (benang
lusi/warp) dengan ke arah lebar kain (pakan/weft). Benang lusi adalah
benang yang sejajar dengan panjang kain tenun biasanya digambarkan
kearah vertical, sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar
dengan lebar kain dan biasanya digambarkan kearah horizontal. Anyaman
kain secara sederhana ada 3 macam yaitu anyaman polos, anyaman keper
dan anyaman satin.

2.Dekomposisi Kain
Dekomposisi kain adalah suatu cara menganalisis kain, sehingga dari
hasil analisis tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dipakai untuk
membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh tersebut.
Dalam penetapan dekomposisi kain, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah :
Nomor Benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan
dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat
tertentu. Penomoran benang dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :

3.Penomoran langsung.
Adalah penomoran yang berdasarkan pada berat benang setiap panjang
Penomoran tidak langsung. Adalah penomoran benang berdasarkan pada
panjang benang setiap berat tertentu. Contoh : penomoran cara inggris
(Ne1), penomoran cara metric (Nm).
Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap
satuan panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inchi. Ada
beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu : dengan kaca pembesar,
dengan kaca penghitung secara bergeser, dengan cara urai, dengan
proyektor, dengan parallel line grating dan dengan taper line grating.
Mengkeret Benang
Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena
adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Crimp. Crimp adalah prosentase
perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb) menjadi kain tenun (pk)
terhadap kain tenun. Dan take up. Take up adalah prosentase perubahan
panjang benang dari keadaan lurus (pb) menjadi kain tenun (pk) terhadap
panjang benang dalam keadaan lurus. (hitarati, widayar, & totong, 2005)

4. CARA UJI SNI


Anyaman
Tentukan arah lusi dan pakan dari kain dengan berpedoman pada hal-hal
berikut ini :
a) Arah lusi selalu sejajar dengan pinggiran kain
b) Pada kain biasanya masih bisa dilihat bekas-bekas dari sisir yang
berupa garis lurus.
c) Arah garis-garis bekas sisir ini adalah arah lusi.
d) Bila salah satu arah benang dalam kain adalah benang gintir, maka
benang gintir ini biasanya benang lusi.
e) Untuk kain grey bila kedua benang adalah benang tunggal maka
benang yang akan dikanji biasanya benang lusi.
f) Tetal lusi biasanya lebih tinggi dari tetal pakan.
g) Dengan memakai kaca pembesar dan dibantu dengan jarum amati
lusi pertama dan lihat efek anyamannya. Lakukan secara berulang
sebanyak 5 kali untuk mendapatkan data percobaan, dan
pengambilan data nya dengan cara diagonal pada kain contoh uji.

2.Nomor Benang
a) Contoh uji dipotong-potong sejajar dengan benang-benangnya (lusi
atau pakan) dengan ukuran 10 cm x 10 cm.
Diambil 5 helai benang lusi/pakan masing-masing dari kedua
bagian pinggirnya.
b) Kesepuluh benang lusi/pakan tersebut tersebut diukur panjangnya.
Lalu dengan timbangan ditimbang beratnya. Pada waktu mengukur
panjang benang tadi tegangan benang tidak boleh terlalu besar
tetapi jangan pula terlalu kendor.
c) Dari panjang dan berat benang maka nomornya dapat dihitung
sesuai dengan SNI 08-0268-1989.

3.Tetal Lusi/ Pakan


Dengan kaca pembesar dandibantu jarum jumlah lusi/pakan
dihitung untuk setiap 2,5 cm
a) Pengujian dilakukan paling sedikit pada lima tempat secara merata.
b) Mengkeret Lusi/Pakan
c) Contoh uji dipotong sejajar dengan benang-benang nya
(lusi/pakan) dengan ukuran 10 cm x 10 cm
d) Diambil 10 helai benang lusi atau pakan, masing-masing 5 helai
dari kedua piggirnya
e) Masing-masing benang lusi/pakan diberi pembebanan sesuai
dengan SNI 08-0262-1989. Kondisi contoh uji untuk pengujian
serat benang dan kan kapas panjangnya diukur dan dihitung rata-
ratanya.
f) Mengkeret lusi atau pakan dihitung dengan rumus.
V. Diskusi

Praktikum dekomposisi kain memiliki berbagai pertimbangan yang


perlu diperhatikan. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain:
Melihat kain tenun dan memaparkannya ke cahaya dapat
membantu meminimalkan kesalahan perhitungan saat melakukan
perhitungan tetal secara akurat. Penting untuk menggunakan jarum
untuk menandai hitungan agar tidak terjadi kesalahan.
Memastikan bahwa tidak ada kelebihan benang di sekitar sampel
uji dan ukuran yang benar yaitu 10 cm x 10 cm sangat penting pada
waktu penimbangan. Hasil penimbangan memiliki variasi yang
signifikan tergantung pada berat sampel kain yang diuji.
Menenun membutuhkan pengukuran panjang pakan dan lungsin
yang cermat, dengan hati-hati untuk memastikan keketatan benang
tepat. Ketegangan benang yang kencang atau longgar dapat
mendistorsi perhitungan yang diperlukan untuk menentukan B2
dan B3, yang digabungkan untuk menghasilkan B4, angka kunci
untuk menilai perbedaan bobot hasil.
Selisih berat hasil penimbangan untuk benang lusi yaitu 4%. Hasil
ini dianggap wajar karena masih dibawah 5% untuk standart
dekomposisi kain. Namun, hasil yang mendekati benar yang sesuai
dengan teori adalah 0% atau mendekati 0%. Dapat disimpulkan
bahwa ketelitian pada saat praktikum dikatakan masih kurang
karena hasil yang didapatkan sebesar 4% namun juga tidak dapat
dikatakan adanya kesalahan yang besar karena masih dibawah
standart yaitu 5%.

VI.Kesimpulan

Melihat kain dan memaparkannya ke cahaya dapat membantu


meminimalkan kesalahan perhitungan saat melakukan perhitungan
total yang akurat. Penting untuk menandai hitungan dengan jarum
untuk menghindari kesalahan.
Memastikan bahwa tidak ada kelebihan benang di sekitar sampel
uji dan memastikan dimensi yang benar yaitu 20 cm x 20 cm
sangat penting saat menimbang. Hasil penimbangan sangat
bervariasi tergantung dari berat sampel kain yang diuji.
Menenun membutuhkan pengukuran panjang benang pakan dan
benang lusi dengan hati-hati, berhati-hati untuk memastikan bahwa
keketatan benang sudah benar. Ketegangan benang yang terlalu
kencang atau terlalu longgar dapat mendistorsi perhitungan yang
diperlukan untuk menentukan B2 dan B3, yang digabungkan untuk
menghasilkan B4, data kunci untuk menilai perbedaan bobot hasil.
Selisih berat hasil penimbangan perhitungan sebesar 4%. Selisih
berat hasil penimbangan benang lusi sebesar 4% masih dianggap
wajar dan masih dibawah standar dekomposisi kain sebesar 5%.

DAFTAR PUSTAKA
http://zahrotunnimah.blogspot.com/2018/04/laporan-praktikum-
dekomposisi-kain.html?m=1
https://www.academia.edu/37575878/
LAPORAN_DISTEK_dekomposisi_kain_polos_docx
https://www.slideshare.net/ajiindras1/laporan-1-praktek-evaluasi-
tekstil-i-dekomposisi-kain
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN KEPER

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menguraikan kain dengan ditiras atau dilihat dengan lup
kearah lusi dan pakan untuk mengetahui konstruksi kain tersebut,
kemudian mengukur dan menghitung beratnya.
1. Mengetahui desain dasar struktur kain tenun
2. Mengetahui konstruksi kain meliputi : anyaman, tetal benang
lusi dan pakan, nomer benang lusi dan pakan.
3. Mengetahui kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat kain dengan panjang dan lebar tertentu berdasarkan
konstruksi kain yang mengalami dekomposisi.

II. TEORI DASAR

Secara umum proses dekomposisi kain bermaksud dan bertujuan


untuk mengetahui jenis anyaman yang dipakai atau digunakan pada
suatu jenis kain [kain contoh uji]
Cara Membaca Rumus Anyaman Keper
1.Angka diatas garis horisontal lebih besar daripada angka
dibawah dinamakan anyaman keper lusi
2.Angka diatas garis horisontal lebih kecil dari pada yang ada di
bawah garis dinamakan anyaman keper pakan
Cara menamai efek lusi ataupun efek pakan sebagai
berikut :
1. Misal lebih banyak benang lusi yang diatas benang pakan
disebut efek lusi, biasanya pada jenis keper lusi
2. Misal lebih banyak benang pakan yang diatas benang lusi
disebut efek pakan, biasanya pada jenis keper pakan
Cara menggambar anyaman keeper
1. Kita harus membuat rumusnya dulu, seperti atau
Dimana:
EL : Efek Lusi: Arah Anyaman yang terlihat dari kiti bawah Ke
kanan atas
EP : Efek Pakan : Arah Anyaman yang terlihat dari kanan bawah
Ke kiri atas
2. Lalu kita tentukan bera berapa gunnya, cara pembuatan yang
sederhana itu msal 3 gun. Keper dapat ditulis sebagai berikut .
yaitu angka 2 sebagai lusi yang menyilang diatas 2 pakan,
kemudian menyilang dibawah sebuah benang pakan berikutnya
yang ditunjukkan oleh angka 1 dibawah. Dalam hal ini permukaan
kain menunjukkan permukaan lusi karena lusi menyilang diatas
pakan lebih banyak dari pada menyilang dibawah pakan.
3. Kita tentukan angka loncat
4. Setelah menentukan Gunnya, tinggal kita memilih arah silangan
anyaman, seperti diatas, pada poin ke 1, ada 2 arah.

Menganalisis kain tenun atau biasa disebut dengan “dekomposisi”,


adalah suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil
analisis tersebut dapat diperoleh data – data yang dapat digunakan
untuk membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh yang
dianalisis tadi.
Dekomposisi kain sendiri berprinsip untuk menentukan jenis
anyaman yang dipakai oleh suatu jenis kain berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada anyaman yang digunakan oleh kain yang
diujiakan. Dengan meneliti anyaman yang tergabung oleh benang
pakan dan benang lusi [titik temu antara 2 titik tersebut].
Salah satu cara untuk mengetahui konstruksi kain adalah dengan
dekomposisi kain. Cara ini dilakukan apabila kita akan membuat
kain tanpa disertai dengan catatan tentang konstruksi kain tersebut
yang ada hanya kain contoh dengan ukuran yang tidak sebenarnya.
Dari proses dekomposisi kain tersebut kita akan memperoleh data-
data konstruksi kain
Sehingga dari data tersebut kita dapat membuat rencana tenun,
rencana kebutuhan bahan baku dan proses, atau bahkan
mengembangkan konstruksi kain tersebut.

Langkah-langkah dalam melakukan dekomposis kain adalah :


1. Menentukan arah dan tetal lusi dan pakan
2. Menentukan no. Benang lusi dan pakan
3. Menentukan anyaman kain
4. Menetukan kebutuhan bahan baku

Î Ciri-ciri dan karakteristik anyaman keper:


· Anyaman Keper adalah anyaman dasar yang kedua
· Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring yang
tidak putus – putus
· Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah ke kiri atas,
disebut Keper Kiri.
· Jika arah garis miring berjalan dari kiri bawah ke kanan atas,
disebut Keper Kanan
· Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi, disebut Keper
Efek Lusi atau Keper Lusi
· Garis miring yang dibentuk oleh benang pakan, disebut Keper
Efek Pakan atau Keper Pakan
· Garis miring yang membentuk sudut 45° terhadap garis
horizontal
· Appereance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan
· Jika raport terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai
pakan disebut keper 3 gun
· Anyaman keper diberi nama menurut banyaknya gun minimum,
misalnya : keper 3 gun, keper 4 gun, keper 5 gun dan seterusnya.
· Biasanya dibuat dalam konstruksi padat
· Dalam kondisi yang sama (faktor – faktor yang lain sama),
kekuatan kain dengan dengan anyaman polos lebih besar
daripadakekuatan kain dengan anyaman keper
· Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada
anyaman polos
· Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan
gaaris miring
· Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal
lusi dan tetal pakan
· Garis miring dengan sudut >45° disebut keper curam (steep
twill)

III. LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah
lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda
lalu cari harga rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian
ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-
masing 10 helai ( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang
masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah
diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomor benang lusi dan pakannya
· No. Metrik [Nm]
· No. Inggris [Ne1]
· Tex
· Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
· Berat Percobaan/ m²
· Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan,
jumlahkan].
· Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
· Warp Cover [Cw]
· Filling Cover [Cf]
· CF (%)
11. Mengambar anyaman keper.

IV. DATA PERCOBAAN

V. DISKUSI

Dalam praktikum dekomposisi kain anyaman keper ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi hasil dari praktikum ini, yaitu :

· Selisih berat dari penimbangan dan perhitungan yang


diperoleh praktikan pada praktikum ini sebanyak 6,6 %.
Sedangkan seharusnya selisih berat maksimal hanya
5%. Hal ini terjadi karena kekurang telitian praktikan
saat menentukan tetal lusi dan tetal pakan, mengukur
pajang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan,
berat saat menimbang 20 helai benang lusi dan 20 helai
benang pakan. Maka dari itu untuk kedepannya harus
lebih pasti dalam mengukur panjang dan menimbang,
agar selisih yang diiinginkan dapat tercapai..

· Pada saat pemotongan kain contoh 10 x 10 cm sebisa


mungkin sebelumnya kita menguraikan lusi dan
pakannya sehingga mendekati ukuran 10 x 10 cm
setelah itu diberi batasan dengan ukuran 10 x 10 cm dan
kemudian pakan dan lusinya diurai sampai
mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10 cm. Setelah
itu sisa-sisa benang lusi dan pakan dipotong sesuai
dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari kesalahan pemotongan kain contoh ( kain
contoh terlalu kecil, misalnya ).
VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa


anyaman keper yang diuji memiliki data sebagai
berikut:
- Mengkeret benang
Lusi : 2,24%
Pakan : 3,10%
- No benang
Lusi
Nm : 65,57 m/g
Ne : 38
Tex: 15,25
Td : 137,25

Pakan
Nm: 74,78 m/g
Ne : 44,12
Tex : 13,37
Td : 120,35
- Berat kain
Dengan penimbangan: 100 gr/m²
Selisih : 72,83%
- CF : 82,88%

VII. DAFTAR PUSTAKA


http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-
kain-anyamankeper-i.html?m=1
http://kbbi .web.id/dekomposisi
· wikipedia.anyamankeper.2013
Jumaeri,dkk.Textiledesign.InstitutTeknologi
Tekstil.Bandung.1974
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN SATIN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menguraikan kain dengan ditiras atau dilihat dengan lup
kearah lusi dan pakan untuk mengetahui konstruksi kain
tersebut, kemudian mengukur dan menghitung beratnya.
1. Mengetahui desain dasar struktur kain tenun
2. Mengetahui konstruksi kain meliputi : anyaman, tetal
benang lusi dan pakan, nomer benang lusi dan pakan.
3. Mengetahui kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat kain dengan panjang dan lebar tertentu berdasarkan
konstruksi kain yang mengalami dekomposisi.

II. TEORI DASAR


Anyaman satin atau biasa disebut dengan nama lain mialnya
sateen mempunyai pengertian yang berbeda, kalau satin adalah
merupakan kain dengan anyaman satin yang menonjolkan efek
lusi sedangkan sateen merupakan anyaman satin yang
menonjolkan efek pakan
Ciri dan karaktereistik anyaman satin
a. Kain dengan anyaman satin tidak menonjolkan garis miring
pada permukaannya dengan efek lusi yang menyebar rata dan
tidak bersinggungan seperti halnya pada anyamankeeper,
dibuat dengan menggunakan tetal benang yang tinggi sehingga
mempunyai permukaankain yang rata,padat dan mengkilat
b. Anyaman satin dibagi kedalam 2 jenis, yaitusatin teratur
yang dibuat dengan memenuhi aturan angka loncat (v) dengan
gun minimal 5 gun dan anyaman satin yang tidak memenuhi
aturan angka loncat yaitu satin tidak teratur atau biasa disebut
satinette.

Angka loncat (v) pada anyaman satin:


a. Angka loncat harus lebih besar dari 1 (v>1)
b. Angka loncat tidak sama ddengan jumlah benang lusi/pakan
dalam 1 rapot dikurangi 1
c.Angka loncat tidak sama dengan bilangan pembagi
pesekutuan terhadap bilangan yang menunjukkan jumlah
benang lusi/pakan dalam 1 rapot anyaman atau angka loncat
dan jumlah benang dalam 1 rapot tidak boleh terbagi oleh suatu
angka yang sama
d. Anyaman satin yang tidak memenuhi aturan-aturan angka
loncat diaatas disebut anyaman satin tidak teratur atau biasa
disebut satinetta yaitu amyaman satin 4 gun dan anyaman satin
6 gun
Jenis anyaman satin :
a. Anyaman satin teratur, anyaman satin yang besarnya angka
loncat memenuhi ketentuan diatas a sampai dengan dpada
permukaan kain dengan anyaman satin teratur akan
terbentuk garis-garis miring seperti pada anyaman keper,
tetapi garis tersebutkurang jelas. Sudut yang terbentuk pada
masing-masing satin berlawanan besarnya, tergantung dari
besarnya angka loncat dan tetal benangnya.
Rapot terkecil pada anyaman satin teratur ialaha satin 5 gun,
dan anyamansatin ini paling seringdigunakan, terutama pada
kain-kain damast, kain lapis (voering stotten), dan lain-lain,
baik dalam katun, wol, ulas, maupun sutera dan rayon.
Beberapa kain dalam satin 5 gun, misalnya
· Satinet, untuk kain lapis maupun meubelstoffen
· Satija de chine, untuk kain lapis
· Pnillette, jenis kain satin ringan
· Satija tips, kain satin yang tembbus cahaya
(doorzichtige)
· dll.
b. Anyaman satin tak teratur
Anyaman satin tidak teratur yang terpenting ialah satin 4
gun dan satin6 gun, Hal iini disebabkan keduanya tidak
mempunyai angka loncat yang memnuhi syarat seperti
tercantum pada nomor 3.
Pada anyaman ini letaknyatitik-titik silang tidak termasuk
atau tidak rapi karena angka loncat yang disgunakan lebih
dan satu angka.

Satin tak teratur tidak mempunyai garis miring sama sekali.


Hal ini menguntungkan pada kain-kain yang tidak
diperlukan garis-garis miring padapermukaan kain. Karena
itu satin tak teratur kadang-kadang diterapkan (digunakan)
pda sati 8, 10, 12 gun, dll, satin mana mestinya termasuk
golongan satin teratur
Pada semua anyaman satin (teratur / tidak teratur),
hanya mungkin digunakan benang berwarna secara efisien
hanya pada benang-benang yang nampak pada permukaan
kain misalnya satin lusi, penggunaan benang berwarna
hanya efisien pada benang lusi saja. Jika pada satin (efek)
lusi digunakan benang pakan berwarna, ,maka warna tsb
hanya akan merupakan bintik-bintik kecil yang tersebar
pada permukaan kulit, dimana keadaan demikian jarang
dikehendaki.

III. ALAT DAN BAHAN

Lup
Gunting
Penggaris
Jarum
Timbangan
Kain contoh

IV. LANGKAH KERJA


1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah
pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang
berbeda lalu cari harga rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian
ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda,
masing-masing 10 helai ( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ),
lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah
diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
· No. Metrik [Nm]
· No. Inggris [Ne1]
· Tex
· Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
· Berat Percobaan/ m²
· Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan,
jumlahkan].
· Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
· Warp Cover [Cw]
· Filling Cover [Cf]
· CF (%)
11. Menggambar anyaman satin.

V. DATA PERCOBAAN
VI. DISKUSI

Dalam praktikum dekomposisi kain anyaman Satin ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi hasil dari praktikum ini, yaitu :
· Selisih berat dari penimbangan dan perhitungan yang
diperoleh praktikan pada praktikum ini sebanyak 72,83%. Hal
ini menunjukkan bahwa praktikan dalam melakukan
penimbangan, pengukuran dan perhitungan masih belum cukup
teliti. Baik dalam melakukan penimbangan, menentukan tetal
lusi dan pakan, meupun mengukur 10 helai benang lusi dan
pakan

· Pada saat pemotongan kain contoh 10 x 10 cm sebisa


mungkin sebelumnya kita menguraikan lusi dan pakannya
sehingga mendekati ukuran 10 x 10 cm setelah itu diberi
batasan dengan ukuran 10 x 10 cm dan kemudian pakan dan
lusinya diurai sampai mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10
cm. Setelah itu sisa-sisa benang lusi dan pakan dipotong sesuai
dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kesalahan pemotongan kain contoh ( kain contoh terlalu kecil,
misalnya ).

VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini, disimpulkan bahwa tetal lusi
kain lebih tinggi dari pada tetal pakan. Dan fabric cover
nya didapat sebesar 82,88%

VIII. DAFTAR PUSTAKA


http://kbbi .web.id/dekomposisi
wikipedia.anyamansatin.2013
Jumaeri,dkk.Textiledesign.InstitutTeknologi
Tekstil.Bandung.1974
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-
kain-anyaman-satin-i.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai