Disusun oleh
- Engkon
BANDUNG
2016
PENGUJIAN KONTRUKSI KAIN
I. TUJUAN
Memiliki kemampuan menggambar anyaman kain, menghitung nomor
benang, menghitung tetal benang, menghitung mengkeret benang dari kain.
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝑐𝑟𝑖𝑚𝑝© = 𝑥 100%
𝑃𝑘
2. Take up
Adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang kain tenun
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝑇𝑎𝑘𝑒 𝑢𝑝 (𝑇) = 𝑥 100%
𝑃𝑏
Meteran skala mm
Kaca pembesar
Jarum Kaca pembesar skala Meteran skala
Gunting
Gunting inci mm
Jarum
Timbangan Jarum
Kertas desain Gunting
Pensil
BAHAN
Kain contoh uji Kain contoh uji
Kain contoh uji Kain contoh uji
IV. CARA KERJA
a. Pengujian anyaman
- Tentukan arah lusi dan pakan
- Tentukan pada kertas desain mewakili lusi dan pakan
- Ambil acuan sebagai lusi dan pakan pertama
- Dibantu dengan loop untuk mengamati efek anyaman
- Tarik lusi dan pakan kedua dan amati
- Apabila efek anyaman sudah berulang berarti sudah satu rapot
- Gambar dalam kertas desain satu rapot
b. Pengujian nomor benang
- Potong kain CU sejajar dengan benang lusi dan pakan ukuran 20x20
cm
- Ambil 20 helai lusi/pakan, masing-masing 10 helai dari pinggirnya
- Timbang 20 helai lusi dan pakan
- Hitung nomor benang Ne1, Nm, Td, dan Tex
c. Pengujian tetal lusi dan pakan
- Ratakan kain tanpa tegangan
- Hitung jumlah lusi dan pakan menggunakan loop
- Uji pada 5 titik yang berbeda
- Hitung rata-rata tetal lusi dan tetal pakan
d. Pengujian mengkeret lusi dan pakan
- Potong kain CU sejajar dengan benang lusi dan pakan ukuran 20x20
cm
- Ambil 20 helai lusi/pakan, masing-masing 10 helai dari pinggirnya
- Ukur panjang 20 helai lusi dan pakan
- Hitung dan rata-ratakan
- Hitung mengkeret benang lusi dan pakan dengan rumus
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 = 𝑥 100%
𝑃𝑏
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘 𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝑚= 𝑥 100% 𝑚= 𝑥 100%
𝑃𝑏 𝑃𝑏
20,08 − 20 21,21 − 20
𝑚= 𝑥 100% 𝑚= 𝑥 100%
20,08 21,21
= 0,40 % = 5,7 %
b. Nm lusi Nm pakan
2,008 2,121
𝑁𝑚 = 𝑁𝑚 =
0,037 0,04
= 54,27 = 53,03
c. Ne1 lusi Ne1 pakan
𝑁𝑒1 = 0,59 𝑥 𝑁𝑚 𝑁𝑒1 = 0,59 𝑥 𝑁𝑚
= 0,59 𝑥 54,27 = 0,59 𝑥 53,03
= 32,02 = 31,29
333 360
= =
2,008 2,121
= 165,84 = 169,73
= 32,48 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚
VII. KESIMPULAN
= Td 165,84 = Td 169,73
I. TUJUAN
Memiliki kemampuan menguji kekuatan tarik kain, sobek kain, jebol kain,
jahitan dan slip jahitan
BAHAN
Kain contoh uji Kain contoh uji Kain contoh uji
Kain contoh uji
BAHAN
Kain contoh uji Kain contoh uji Kain contoh uji
Kain contoh uji
KEKUATAN JAHITAN
Dinamometer
Gunting
Jarum
BAHAN
- Aturlah jarak jepit sehingga 7,5 cm. Pasangkan beban sesuai dengan
contoh uji.
- Skala mulur harus dinolkan.
- Aturlah jarum skala kekuatan pada titik nol.
- Pasangkanlah kain contoh uji pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh
uji, pada penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal
ini agar tidak terlalu berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit.
Pemasangan contoh uji yang sekaligus mengakibatkan mengecilnya
kemungkinan contoh uji untuk slip dari penjepit atas. Namun demikian
bila pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
- Pasangkanlah contoh uji bagian bawah, pada penjepit bawah. Namun,
pemberian tegangan awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi.
Adapun batas toleransinya yaitu sebesar 6 ons atau kira – kira 3 kg.
- Jalankan motor dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
- Putar tombol penarik penjepit bawah ke bawah. Injak pedal motor, maka
penjepit bergerak ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal
motor dilepas.
- Amati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian.
Pada saat putus kedudukan ayunan terletak diantara 9 – 45o terhadap garis
tegak lurus.
- Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya
100 kg.
- Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara
memutar tombol penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
- Lakukan pengujian untuk 3 contoh uji. Masing – masing untuk arah lusi
dan pakan.
2. Pita tiras
- Gunting contoh uji dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang
kain, hingga lebar kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir
hendaknya sama. Hasil tirasan tidak digunting.
- Aturlah jarak jepit sehingga 7,5 cm. Pasangkan beban sesuai dengan
contoh uji.
- Skala mulur harus dinolkan.
- Aturlah jarum skala kekuatan pada titik nol.
- Pasangkanlah kain contoh uji pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh
uji, pada penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal
ini agar tidak terlalu berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit.
Pemasangan contoh uji yang sekaligus mengakibatkan mengecilnya
kemungkinan contoh uji untuk slip dari penjepit atas. Namun demikian
bila pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
- Pasangkanlah contoh uji bagian bawah, pada penjepit bawah. Namun,
pemberian tegangan awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi.
Adapun batas toleransinya yaitu sebesar 6 ons atau kira – kira 3 kg.
- Jalankan motor dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
- Putar tombol penarik penjepit bawah ke bawah. Injak pedal motor, maka
penjepit bergerak ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal
motor dilepas.
- Amati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian.
Pada saat putus kedudukan ayunan terletak diantara 9 – 45o terhadap garis
tegak lurus.
- Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya
100 kg.
- Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara
memutar tombol penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
- Lakukan pengujian untuk 3 contoh uji. Masing – masing untuk arah lusi
dan pakan.
3. Cekau
- Kain digunting dengan ukuran 10x25 cm
- Jumlah contoh uji 1 contoh uji untuk pengujian ke arah lusi dan pakan.
- Pilihlah beban yang sesuai dengan contoh uji sehingga pada saat kain
sobek, beban terdapat pada kedudukan seperempat atau sepertiga dari
kekuatan mesin, untuk kain terpal beban yang dipergunakan sekitar 20 kg.
- Dalam pembacaan skala, perlu diperhatikan skala terkecil dari grafik yaitu
0,5 kg
4. Trapesium
- Jumlah contoh uji 1 contoh uji untuk pengujian ke arah lusi dan pakan.
- Pilihlah beban yang sesuai dengan contoh uji sehingga pada saat kain
sobek, beban terdapat pada kedudukan seperempat atau sepertiga dari
kekuatan mesin, untuk kain terpal beban yang dipergunakan sekitar 20 kg.
- Jepitlah contoh uji sepanjang garis yang tidak sejajar dari trapesium,
sehingga potongan terdapat di tengah-tengah antara kedua penjepit dan
tepi yang pendek tegang sedangkan yang panjang dibiarkan terlipat.
- Dalam pembacaan skala, perlu diperhatikan skala terkecil dari grafik yaitu
0,5 kg.
5. Lidah
- Potonglah kain contoh uji dengan panjang 20 cm dan lebar 7,5 cm.
6. Elemendrof
- Kedua pinggir contoh uji / kain, digunting 10% dari lebar kain seluruhnya.
Hal ini untuk menghindari adanya perbedaan tetal, tegangan, kekuatan
serta hal-hal lain pada pinggir kain.
- Contuh uji harus dalam keadaan mencapai keseimbangan lembab, hal ini
dapat diperoleh bila contoh uji disimpan pada ruangan standar, yang
lamanya disesuaikan dengan kontruksi kain yang akan diuji.
- Membuat pola pada contoh uji, sesuai dengan kebutuhan alat uji.
Pembuatan pola harus lurus dengan arah benang baik ke arah lusi maupun
pakan. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu penyobekan oleh alat uji
posisi kain dalam posisi lurus, sehingga penyobekan dapat berlangsung
dengan baik. Pembuatan pola harus menyebabkan terjadinya pengambilan
lusi atau pakan yang berbeda.
- Memotong pola yang telah dibentuk, pemotongan ini pun harus sesuai
dengan pola yang telah ada.
- Pergunakan alat uji yang sesuai dengan kontruksi kain. Hal ini dapat
diketahui dengan cara, kain diuji terlebih dahulu pada alat yang
mempunyai kapasitas yang lebih kecil. Bila kain tersebut tidak sobek
seluruhnya (kekuatan sobek harus terbaca antara 20 – 60 % dari kekuatan
maksimum), maka kain tersebut harus diuji dengan menggunakan alat
yang mempunyai kapasitas yang lebih besar. Atau dengan memperkirakan
ketebalan kain dan disesuaikan dengan penggunaan alat uji.
- Alat uji harus diatur sedemikian rupa, sehingga dasar alat terletak datar
dan garis indeks berimpit dengan penunjuk.
7. Jebol
8. Slip jahitan
- Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas
- Pasang contoh uji tersisa 15cm yang tidak terlipat dan tidak ada jahitan
pada klem atas dan bawah
- Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi grafik
pada pengujian pertama
- Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah
a. Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5kg (5N) yang merupakan
tegangan awal dari contoh uji yang dijahit
d. Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg(N) pada sumbu kurva
kekuatan sampai 2N terdekat
9. Kekuatan jahitan
- Contoh uji dipotong (175 x 50) mm. Contoh uji tersebut dilipat, pada
bagian 12 mm dari ujung lipatan dijahit. Gunting contoh uji seperti huruf T
dengan ukuran (25 x 15) mm.
- Jepit ujung contoh uji pada penjepit atas sedemikian rupa, sehingga jahitan
sejajar dengan tepi bawah penjepit dan jahian terletak di tengah – tengah
antara penjepit atas dan penjepit bawah.
- Amati dan catat penyebab putus yang disebabkan oleh kain putus, benang
jahit putus, benang – benang tergelincir atau gabungan dua / tiga penyebab
di atas.
V. DATA PERCOBAAN
1. Pita potong
1 28 2 4
2 24 -2 4
3 26 0 0
𝑥̅ = 26 =8
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
8 2
=√ = 𝑥100%
2 26
=2 = 7,7%
𝑥̅ = 59,7 = 737,9
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
737,9 19,2
=√ = 𝑥100%
2 59,7
= 19,2 = 32,1%
Kekuatan Tarik pakan
1 19 -0,7 0,49
2 20 0,3 0,09
3 20 0,3 0,09
𝑥̅ = 19,7 = 0,67
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
0,67 0,58
=√ = 𝑥100%
2 19,7
= 0,58 = 2,9%
𝑥̅ = 63,1 = 149,9
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
149,9 8,66
=√ = 𝑥100%
2 63,1
= 8,66 = 13,7%
2. Pita tiras
1 36 2 4
2 32 -2 4
3 34 0 0
𝑥̅ = 34 =8
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
8 2
=√ = 𝑥100%
2 34
=2 5,9%
1 6 80 12,9 166,41
2 3,9 52 15 225
𝑥̅ = 67,1 = 396,3
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
396,3 11,49
=√ = 𝑥100%
2 67,1
= 11,49 = 17,12%
Kekuatan Tarik pakan
1 25 -3 9
2 24 -4 16
3 35 7 49
𝑥̅ = 28 = 74
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
74 4,9
=√ = 𝑥100%
2 28
= 4,9 = 17,5%
𝑥̅ = 52,9 = 57,6
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
57,6 5,37
=√ = 𝑥100%
2 52,9
= 5,37 = 10,15%
3. Cekau
1 47,5 6 36
2 39 -2,5 6,25
3 38 -3,5 12,25
𝑥̅ = 41,5 = 54,5
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
54,5 5,22
=√ = 𝑥100%
2 41,5
= 5,22 = 12,58 %
1 30 1,83 3,35
𝑥̅ = 28,17 = 12,25
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
12,25 2,47
=√ = 𝑥100%
2 28,17
= 2,47 = 8,77 %
4. Trapesium
Sobek pakan
𝑥̅ = 4,28 = 0,188
( x − 𝑥̅̅ )2 𝑆𝐷
𝑆𝐷 = √ 𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑛−1 𝑥̅
0,069
0,0188 = 𝑥100%
4,28
=√
4
= 1,61%
= 0,069
Sobek lusi
𝑥̅ = 5,43 = 2,258
( x − 𝑥̅̅ )2 𝑆𝐷
𝑆𝐷 = √ 𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑛−1 𝑥̅
0,672
2,258 = 𝑥100%
5,43
=√
4
= 12,37%
= 0,672
5. Lidah
Sobek pakan
Tinggi ( x − 𝑥̅̅ )2
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
3,4 0,1936 𝑛−1
3 0,0016
0,352
=√
3 0,0016 4
2,6 0,1296
𝑥̅ = 2,96 = 0,352
𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
0,297
= 𝑥100%
2,96
= 10,03%
Sobek lusi
Tinggi ( x − 𝑥̅̅ )2
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
4 0,2034 𝑛−1
3,4 0,0144
0,4256
=√
3,4 0,0144 4
3,6 0,064
𝑥̅ = 3,52 = 0,4256
𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
0,326
= 𝑥100%
3,52
= 9,26%
6. Elemendrof
56 32
a. 𝑥3200 = 1792 a. 𝑥3200 = 1024
100 100
59 36
b. 𝑥3200 = 1888 b. 𝑥3200 = 1152
100 100
54 34
c. 𝑥3200 = 1728 c. 𝑥3200 = 1088
100 100
𝑥̅ = 2293,3 = 1237674,7
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
1237674,7 786,66
=√ = 𝑥100%
2 2293,3
= 786,66 = 34,3 %
Kekuatan sobek pakan
2 1152 64 4096
3 1088 0 0
𝑥̅ = 1088 = 8192
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1 𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
8192 64
=√ = 𝑥100%
2 1088
= 64 = 5,88 %
7. Jebol
𝑥̅ = 10,5 =1
( x − 𝑥̅̅ )2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1
1
=√
3
= 0,58
𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑥̅
0,58
= 𝑥100%
10,5
= 5,52%
8. Slip jahitan
9. Kekuatan jahitan
Lusi
𝑥̅ = 11,5 = 13,5
( x − 𝑥̅̅ )2 𝑆𝐷
𝑆𝐷 = √ 𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑛−1 𝑥̅
2,598
13,5 = 𝑥100%
11,5
=√
2
= 22,6 %
= 2,598
pakan
𝑥̅ = 9,33 = 16,67
( x − 𝑥̅̅ )2 𝑆𝐷
𝑆𝐷 = √ 𝐶𝑉 = 𝑥100%
𝑛−1 𝑥̅
2,887
16,67 = 𝑥100%
9,33
=√
2
= 30,94%
= 2,887
VI. DISKUSI
Dalam memperoleh hasil pengujian faktor manusia merupakan hal yang
penting, sebab faktor manusia mempunyai kecendrungan untuk melakukan
kesalahan yang relatif tinggi. Pada praktikum kekuatan kain ini dibagi beberapa
bagian, yaitu :
1. kekuatan Tarik
kekuatan Tarik dilakukan untuk mendapatkan data berat yang dapat ditahan
untuk suatu kain hingga kain itu putus, dan juga dapat mengetahui mulur suatu
kain. Cara untuk menguji kekuatan Tarik, yaitu :
a. Cekau
Cekau dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada kain bagian sikut,
karna disitu kain akan menderita sebagian beban. Sehingga jarak yang
digunakan 2,5 cm jika jarak terlalu besar tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Dan saat perhitungan standar deviasi harus akurat dan teliti
karena kesalahan pada perhitungan akan berakibat fatal saat diberikan
pada costumer.
b. pita tiras
pita tiras dilakukan untuk kain yang mudah terurai. Pembacaan skala pada
awal dan penempatan skala harus seuai karena sangat mempengaruhi pada
hasil. Penjepitan contoh uji harus benar – benar kuat, sebab bila hal ini
diabaikan akan menimbulkan slip pada contoh uji yang sedang diuji. Bila
terjadi slip, maka kekuatan tarik dari kain tersebut akan bertambah besar.
c. pita potong
pita potong dilakukan untuk kain yang tidak terurai. Pada pita potong
tegangan yang diberikan harus seuai dengan kain hal ini akan
menyebabkan hasil pengujian yang dihasilkan menjadi bertambah lebih
besar, skala yang digunakan harus sesuai dengan standar karena
berpengaruh untuk keakuratan hasil pengukuran untuk masing-masing
beban tertentu.
2. kekuatan sobek
kekuatan sobek sangat diperlukan untuk kain militer, seperti pada kapal
terbang, paying udara dan juga penting untuk kehidupan sehari-hari. Cara
untuk menguji kekuatan sobek, yaitu :
a. elemendrof
elemendrof dilakukan dengan menyobek kain menggunakan pendulum.
Skala yang digunakan harus sesuai dan tepat supaya hasil akurat dalam
pembacaan skalapun harus benar supaya hasil akurat.pemasangan contoh
uji harus benar supaya saat penyobekan tidak terjadi pengerutan yang
menghasilkan data menjadi tidak akurat. Arah sobekanpun tak boleh
menyimpang supaya pengujian dapat diterima dan sobek sempurna.
b. Trapesium
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan
beban maksimum yang mengenai kain tersebut. Bila saat pemasangan
contoh uji kurang kencang akan mennyebabkan kain slip pada saat
penarikan. Pemasangan pencatat skala dan kertas grafik yang kurang tepat
akan berpengaruh pada grafik yang terbentuk. Dan juga pada pembacaan
skala pada grafik dan pembuatan contoh uji merupakan faktor yang
mempengaruhi hasil dari pengujian yang akan menjadi nilai suatu kain.
c. Lidah
Cara lidah adalah kekutan tarik kain yang telah digunting terlebih dahulu
ke arah lusi ataupun pakan sehingga berbentuk seperti lidah dan ditarik
pada kedua ujung sobekan. Penjepitan contoh uji harus kuat supaya tidak
terjadi slip. Pembacaan grafik harus benar karena mempengaruhi hasil
pengujian yang akan menjadi nilai suatu kain.
3. kekuatan jebol
kekuatan jebol menggunakan diagfragma yang terbuat dari karet sehingga
karet mendorong kain hingga pecah. Kecepatan pemompaan glycerine, akan
menetukan kecepatan memuainya diafragma. Hal ini kan menentukan
ketahanan jebol kain rajut tersebut. Diafragma yang digunakan tidak boleh
berulang kali karena akan mempengaruhi tekanan pada contoh uji.
4. kekuatan jahitan
kekuatan jahitan adalah kemampuan suatu jahitan untuk menahan beban
maksimum. Pada jahitan yang dilakukan kebanyakan jahitan dengan jeratan
kunci (lock stich). Sehingga harus dapat mengamati penarikan yang terjadi,
kain yang diuji tidak boleh slip dan pada saat membaca grafik harus benar
supaya hasil yang didapatkan akurat.
5. kekuatan slip jahitan
kekuatan slip jahitan dilihat antara kain dan jahitan terjadi bukaan pada
grafiknya atau tidak, pemasangan contoh uji harus benar jika terjadi slip akan
mempengaruhi hasil pada grafik. Pembacaan grafik harus tepat dan akurat
karena mempengaruhi hasil dari suatu kain.
VII. KESIMPULAN
Kekuatan Tarik
a. Pita potong
SD kekuatan Tarik lusi :2
CV kekuatan tarik lusi : 7,7%
SD kekuatan mulur lusi : 19,2
CV kekuatan mulur lusi : 32,1%
SD kekuatan Tarik pakan : 0,58
CV kekuatan tarik pakan : 2,9%
SD kekuatan mulur pakan : 8,66
CV kekuatan mulur pakan : 13,7%
b. Pita tiras
SD kekuatan Tarik lusi :2
CV kekuatan tarik lusi : 5,9%
SD kekuatan mulur lusi : 11,49
CV kekuatan mulur lusi : 17,12%
SD kekuatan Tarik pakan : 4,9
CV kekuatan tarik pakan : 17,5%
SD kekuatan mulur pakan : 5,37
CV kekuatan mulur pakan : 10,15%
c. Cekau
SD kekuatan Tarik lusi : 5,22
CV kekuatan tarik lusi : 12,58%
SD kekuatan Tarik pakan : 2,47
CV kekuatan Tarik pakan : 8,77%
Kekuatan sobek
a. Elemendrof
SD kekuatan sobek lusi : 786,66
CV kekuatan sobek lusi : 34,3 %
SD kekuatan sobek pakan : 64
CV kekuatan sobek pakan : 5,88 %
b. Trapesium
SD kekuatan sobek lusi : 0,672
CV kekuatan sobek lusi : 12,37 %
SD kekuatan sobek pakan : 0,069
CV kekuatan sobek pakan : 1,61 %
c. Lidah
SD kekuatan sobek lusi : 0,326
CV kekuatan sobek lusi : 9,26 %
SD kekuatan sobek pakan : 0,297
CV kekuatan sobek pakan : 10,03 %
Kekuatan jebol
SD kekuatan jebol : 0,58
CV kekuatan jebol : 5,52%
Kekuatan jahitan
SD kekuatan jahit lusi : 2,598
CV kekuatan jahit lusi : 22,6%
SD kekuatan jahit pakan : 2,887
CV kekuatan jahit pakan : 30,94%
Kekuatan slip jahitan
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN
I. TUJUAN
Memiliki kemampuan menguji sifat atau keadaan kain akibat gosokan, dan
kemampuan menguji piling kain
Bahan
Kain contoh uji
Kain contoh uji
𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ̅
̅ 𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
%𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = 𝑥 100%
̅𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥
0,1795 − 0,1795
= 𝑥 100%
0,1795
= 0%
̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑥
𝑥 ̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
%𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 = 𝑥 100%
̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥
0,73 − 0,705
= 𝑥 100%
0,705
= 3,55%
Pilling kain
Kain contoh uji dibandingkan dengan foto standar termasuk pada bagian nomer 3.
VI. DISKUSI
- Gosok cara martindale
Pengujian gosokan ini biasanya digunakan untuk kain karpet. Pada pengujian
ketahanan gosok cara Martindale dihitung dari persentase pengurangan berat kain
antara kain yang belum digosok dengan kain yang sudah mengalami gosokan
dengan alat Martindale.Kemungkinan pengurangan berat bahan, dipengaruhi friksi
antara kain dengan kain, kain dengan benda lain atau dengan kotoran yang
menyebabkan seratnya menjadi putus, sehingga menyebabkan pengurangan berat
pada bahan. Pada hasil praktikum ini ketebalan maupun berat kain berkurang
setelah mengalami gosokan karena adanya kerusakan kain dan perubahan
ketebalan akibat gosokan. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi hasil dari
pengujian antara lain pada waktu pengujian suhu dan kelembaban udara pada
ruang pengujian.
- Piling kain
Pengujian piling kain digunakan untuk mengetahui bagaimana sifat suatu kain.
Pada pengujian pilling ketika menilai harus dengan teliti dan pencahayaan yang
pas karena menentukan hasil dari pengujian kain.
VII. KESIMPULAN
- Gosok martindale
Rata-rata hilangnya berat kain : 0 %
Rata-rata bertambah tabal kain : 3,55 %
- Piling kain
Berada pada gambar nomer 3
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PENGUJIAN PEGANGAN KAIN
I. TUJUAN
Memiliki kemampuan menguji kekakuan kain, memiliki kemampuan menguji
langsai (drape) kain.
Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah ditentukan
dalam angka pada suatu pengujian. Dan definisi tentang kekakuan ada beberapa
macam, yaitu :
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain
dengan lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan
lentur dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa
pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi cenderung mempunyai rasa
pegangan kaku.
b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm membentuk
lengkungan sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan ketelitian yang
baik maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkungan dihitung setelah
panjang kain membentuk lengkungan pada 41,5o.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang lusi.
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.
1. Kekakuan kain
Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah
contoh uji kain dengan ukuran 20 X 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar
bertepi. Pita kain tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita melengkung
karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada bidang yang miring
dengan sudut 41,5 o terhadap bidang datar, maka dari panjang kain yang
menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan parameter-parameter :
a. Bending Length ( C )
Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu
pemanjang tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menetukan
mutu draping.
I adalah panjang pita kain yang menjulur keluar bidang datar. Pada Shirley
Stiftness Tester dipilih sudut 41,5 o, sehingga harga fungsi sudut θ adalah
0,5 dan harga bending length sama dengan 0,5 l.
b. Flexural Regidity (G)
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abott
menyarankan bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan dengan alat
menunjukan hubungan yang baik dengan penentuan kekakuan yang
dilakukan oleh orang.
G = 0,1 W C3 ………… mg . cm
W adalah berat kain dalam g/m2
Perhitungan Flexural Regidity (kekakuan) arah lusi (KL) berarti yang
panjang lengkung (bending length/C) yang dipakai adalah panjang
lengkung lusi dan demikian juga kekakuan arah pakan (KP) maka panjang
lengkung (C) yang dipakai adalah panjang lengkung pakan. Untuk
menghitung kekakuan total (KT) dapat digunakan rumus :
KT = …………mg. cm
Bahan
Kain contoh uji
Kain contoh uji
IV. CARA KERJA
Langsai drape kain
- Gunting kain dengan diameter 25cm beri tanda untuk muka dan belakang
- Nyalakan computer
- Nyalakan drape tester, dan masukan kain
- Jalankan alat selama 30 detik
- Klik restart tunggu sampai lampu berwarna merah
- Klik start untuk mulai pengujian photo sensor bekerja membaca drape
- Keluarkan bahan dan ulangi untuk bagian belakang
- Foto hasil
Kekauan kain
- Mempersiapkan bahan contoh uji dengan ukuran 20 x 2,5 cm sebanyak 3 buah
untuk masing-masing arah benang (lusi dan pakan)
- Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya
dilakukan).
- Melakukan pengujian dengan meletakkan contoh uji pada bidang datar pada alat.
- Mengatur posisi contoh uji agar ujungnya berhimpit dengan tepi skala yang ada
pada alat, lalu menghimpitkan bidang geser pada contoh uji yang telah siap.
- Kemudian menggeserkannya hingga contoh uji menjulur dan kedua ujungnya
berhimpit pada kedua garis yang ada.
- Dan membaca skala kekakuan.
- Melakukan pengujian lagi untuk 3 buah contoh uji untuk masing-masing arah
benang (lusi dan pakan) dan tiap contoh uji bagian yang diuji adalah ujung bagian
depan, belakang, bawah, atas, sehingga dari satu contoh uji mendapatkan 4 data
sekaligus
V. DATA PERCOBAAN
Drape
Bagian depan
bagian belakang
Kekakuan
Pakan
1 2 3 4
2,4 2,45 2,4 = 9,7
2,45
2,55 2,7 2,55 = 10,5
2,7
2,35 2,5 2,35 = 9,7
2,5
= 29,9
𝑥̅ = 2,5
Lusi
1 2 3 4
2,15 2,2 2,15 = 8,7
2,2
1,9 1,9 1,9 = 7,6
1,9
2 2 2 =8
2
= 24,3
𝑥̅ = 2,02
1,618
= 13486 𝑚𝑔𝐶𝑚 =
0,021
= 29,43
VI. DIISKUSI
Drape
Drape tester mengalami kesalahan pada pembacaan skala, karena alat
digunakan dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan kesalahan
dalam pembacaan skala. Hal itu berakibat pada %kelangsaiannya .
Kekakuan
Kekakuan yang baik ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil.
Hal ini biasanya dipengaruhi oleh penyusun seratnya serta konstruksi kain
yang digunakan. Selain itu kain pun dapat dibuat menjadi kaku agar lebih
mudah rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar hasil lebih akurat dan
tepat, kain harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga perlu
disetrika terlebih dahulu.
VII. KESIMPULAN
Drape
Depan(muka) = 42,50%
Belakang = 49,76%
Kekakuan
Kekuatan lentur pakan = 185,7 mgCm
Kekuatan lentur lusi = 97,94 mgCm
Kekuatan total = 13486 mgCm
Bending modulus = 29,43
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN UNTUK KEMBALI
DARI KEKUSUTAN
I. TUJUAN
Agar dapat menguji kemampuan kain untuk kembali dari kekusutan atau
lipatan.
II. TEORI DASAR
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha
untuk memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses
penyempurnaan. Wol merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik,
sehingga mudah pulih dari kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk
mengukur sudut kembali dari kekusutan. Oleh karena itu, tahan kusut kain
dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain dan stabilitas
dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka
sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang
stabilitasnya jelek. Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat
dari kain yang memungkinkannya untuk kembali dari lipatan.
Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan
terhadap kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil
jelek crease resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau
dengan kata lain kain tersebut mudah kusut. Masalah ini penting karena
menyangkut juga kenampakan / keindahan suatu kain.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain
uji kekakuan, kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu
drapernya juga. Sifat-sifat yang disebutkan tadi merupakan sifat yang
cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari segi kenyamanan tujuan
akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum
dilakukan dengan memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan
memegang kain tersebut sebenarnya sedang menilai beberapa sifat
sekaligus secara subjektif berdasarkan kepekaan tangan si pemegang.
Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan sutau standar pengukuran
termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu :
a. Pengujian total
b. Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji
dengan suatu beban tertentu selama waktu tertentu pula sehingga
dihasilkan lipatan (dianggap sebagai kusut) kemudian beban dilepaskan
sehingga contoh uji membentuk huruf (V) dan diukur berapa besar
pemulihannya. Untuk cara total ynag diukur adalah jarak antara kedua
ujung (V), sedangkan dengan alat Shirley yang diukur adalah besarnya
sudut yang dibentuk oleh pita (V). Yang dipakai dalam praktikum ini
adalah dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Bahan
VI. DISKUSI
faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain,
antara lain adalah sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain
tersebut. Sifat serat akan berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya.
Pada kain-kain yang mempunyai ketahanan kusut yang jelek dapat
diperbaiki dengan melakukan proses penyempurnaan anti kusut pada kain,
sehingga kain yang telah mengalami proses penyempurnaan anti kusut
akan mempunyai ketahanan kusut yang baik.
VII. KESIMPULAN
Rata-rata muka lusi = 145o
Rata-rata belakang lusi = 143,5 o
Rata-rata muka pakan = 161,5 o
Rata-rata belakang pakan = 158,5 o
LAMPIRAN
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA
I. TUJUAN
Memiliki kemampuan menguji daya tembus udara pada kain (air
permeability)
II. TEORI DASAR
Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang
terdiri dari serat-serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri
dari ruang udara.Jumlah ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat
mempengaruhi sifat-sifat kain,seperti kehangatan dan perlindungan
terhadap angin dan hujan serta efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk
keperluan industri.
Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi
mungkin saja kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang
lain,oleh karena itu lebih hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang
berhubungan dengan ruang udara pada kain :
1. Daya Tembus Udara (Air Permeability)
Laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan
pada ke dua permukaan kain berbeda. Daya Tembus Udara (Air
Permeability) yaitu untuk menyatakan berapa volume udara yang dapat
melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu,
satuan misalnya cm3/detik/cm2/I cm tekanan air.
Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk
menyatakan berapa lama waktu tiap volume udara tertentu dapat
melalui kain tiap satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu pada
tekanan udara tertentu, satuannya misalnya detik/m3/cm2/ I cm tekanan
air.
2. Rongga Udara (Air porosity)
Rongga Udara (Air Porosity) adalah untuk menyatakan berapa
persentase volume udara dalam kain terhadap volume keseluruhan air
tersebut.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus
udara kain adalah alat elison incline draft gage (buatan United States
Testing Co.). Pada dasarnya alat uji daya tembus udara mempunyai
bagian-bagian penting yaitu :\
Pemegang contoh dengan luas lubang tertentu.
Alat penghisap udara.
Pengatur tekanan udara.
Skala untuk memcatat hasil uji.
Alat uji daya tembus udara yang digunakan pada praktikum ini
ialah buatan United States Company. Alat ini terdiri dari tabung yang
salah satu ujungnya terdapat klem pemegang contoh kain yang diuji
dengan luas tertentu. Juga terdapat cicin klem dengan beberapa ukuran
yang disesuaikan dengan tebal kain yang diuji. Sisi lain dari tabung
dihubungkan dengan kipas penghisap udara yang dapat diatur
kecepatan putarannyaoleh sebuah rheostat. Ditengah tabung diberi
sekat yang berlubang, dimana besar lubang diatur dengan
menggunakan mulut (orifice). Ada 8 orifice dari ukuran 2 mm – 16
mm diameternya, disesuaikan dengan besar kecilnya daya tembus
udara dari kain yang diuji.
Manometer tegak (Manometer air) yang berupa pipa gelas yang diberi
skala 2 – 15 inchi. Sisi atas dari manometer ini dihubungkan melalui
pipa karet atau plastik diruang tabung dekat kipas, sedang sisi bawah
dari manometer dihubungkan ke reservoir berisi air. Bagian atas
reservoir yang berisi udara dihubungkan ke ruang tabung yang drkat
dengan klem contoh, sehingga didalam keadaan seimbang tekanan
udara di ruang ini sama dengan tekanan udara di dalam reservoir
tersebut.
Incline Manometer (Manometer minyak) yang juga berupa pipa gelas
yang diberi skala. Pada ujung atas dihubungkan dengan ruang udara
pada reservoir berisi air, sedang bafian bawah dihubungkan dengan
reservoir berisi minyak. Ruang udara dari reservoir minya tersebut
dihubungkan dengan udara keluar. Tinggi rendahnya minyak
menunjukkan besarnya tekanan udara yang melalui kain dan dapat
dilihat pada skala.
16
14
12
10
0
137 167.94 375