Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 2

PENGUJIAN CRINKLE PADA BENANG

I. TEORI DASAR
Benang staple kapas hasil pemintalan mempunyai antihan tertentu. Karena benang hasil
pemintalan tidak mengalami pemantapan twist antihan maka benang tersebut mempunyai
kecenderungan untuk kembali ke bentuk semula (snarling). Besarnya antihan yang kembali ke
bentuk semula ini dapat dihitung dihitung dengan skala pada alat crinkle factor.
Pada prinsipnya pengujian crinkle factor yaitu dengan cara menggantungkan benang
dengan dua ujung dan panjang tertentu kemudian diberi beban 5 gram untuk memberi tegangan
awal, kemudian setelah beban dilepas maka benang tersebut akan melilit dengan panjang lilitan
tertentu. Panjang lilitan ini dapat diukur dengan alat crincle factor.
Crincle factor (kesetimbangan twist) ini berpengaruh pada kelancaran proses persiapan
pertenunan dan proses pertenunan. Kringkle ini akan menyebabkan benang dapat melilit satu sama
lain sehingga pada saat proses penghanian jika benang saling melilit menyebabkan benang tersebut
putus saat di tarik melalui sisir hani. Pada proses pertenunan jika benang lusi saling melilit maka
pada saat pembukaan mulut lusi benang tersebut akan putus.
Didalam pertenunan banyak masalah yang ditemui diantaranya adalah peluncuran benang
pakan, masalah yang ditimbulkan dari peluncuran benang pakan misalnya adalah : crinkle
(snarling), pakan tidak sampai, pakan dobel, terbuka antihan dan putus pakan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah snarling dan antihan terbuka
adalah dengan melakukan proses Steam Setting dengan alat VHS (Vacuum Heat setter) yaitu
pemantapan antihan dengan menggunakan tekanan uap panas. Proses ini terutama ditujukan untuk
benang-benang yang menggunakan serat sintetik seperti poliester, dengan maksud untuk
mendapatkan kestabilan antihan yang baik.
Pembuatan kain georgette pada umumnya menggunakan benang polyester dengan diberi
antihan tinggi. Poliester mempunyai sifat torque, yaitu kemampuan suatu bahan untuk melawan
pemberian antihan yang tinggi. Dengan adanya antihan yang tinggi, torquenya juga semakin tinggi
sehingga benang cenderung membentuk crinkle. Benang yang cenderung membentuk crinkle akan
menyulitkan dalam proses selanjutnya, selain juga akan mengakibatkan cacat pada kain.
Untuk mengetahui apakah benang yang telah diproses steam setting memiliki nilai crinkle
yang sesuai dengan yang dipersyaratkan atau tidak, dapat dilakukan pengujian dengan
menggunakan Cringkle Factor Meter.

Standar crinkle berdasarkan Manual Book Crinkle Factor Meter adalah seperti pada tabel berikut
ini:
Tabel 7.1 Nilai Crinkle

Nomor Benang Jenis Serat Kr


20 Kapas 100% 4,6
28 “ 4,6
34 ” 4,675
34 ” 3,95
34 ” 4,65
28 Campuran kapas 84% 4,425
34 “ 4,3
50 ” 3,925

Dari hasil percobaan nilai crinkle dibawah 4,5 kemungkinan tidak akan ada masalah pada proses
selanjutnya yaitu proses pertenunan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya praktikum pengujian crinkle pada benang ini adalah :
1. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan pengertian crinkle pada benang
dan pengaruhnya pada proses selanjutnya
2. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menguji crinkle pada benang.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian crinkle pada benang ini adalah :
1. Papan berskala yang dilengkapi dengan :
- Klem
- Penjepit benang
- Pin
2. Dudukan benang
3. Pengantar benang
4. Beban

keterangan
A : Tombol pemutar cramp penjepit D : Dudukan pengencang
B : Penjepit No 1, 2 ,3, 4 , 5 E : Beban
C : Pengait benang bagian bawah F : Dudukan tempat benang
G, H : Pengantar benang I : Kunci pas

LANGKAH KERJA
Langkah-langkah dalam praktikumpengujian crinkle pada benang ini adalah antara lain:
 Persiapan Contoh Uji
1. Kondisikan benang yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian sampai mencapai
keseimbangan lembab
 Cara Uji
1. Letakkan benang pada dudukan benang
2. Putar tombol A pada posisi “Free”, Pegang ujung benang dengan tangan kiri dan tarik dari
bobinnya.
3. Jepitkan benang pada penjepit B1 ± 20 cm dari ujung benang. Prosedur ini dilakukan
kerena kemungkinan bagian pinggir benang terbuka antihannya.
4. Putar tombol A pada posisi “1 Cramp”
5. Dengan menggunakan pengantar G, arahkan benang pada pin C1, B2 dan seterusnya.
6. Bila sudah sampai B 6 putar tombol A pada posisi “1~5 Cramp”
7. Gantungkan beban pada benang masing-masing pada pin C1 sampai C5, dan keluarkan
benang dari pinnya dan benang akan melilit.
8. Setelah benang mencapai keseimbangan, baca masing-msasing ketinggian lilitan dari skala
pada papan.
9. Lakukan pengujian ini sebanyak 5 kali.
 Laporan Hasil Uji
1. Standar cara uji
2. Nilai rata-rata crinkle
3. Standar deviasi dan koevisian variasi
IV. PENGOLAHAN DATA DAN PERHITUNGAN
DATA PENGAMATAN

No 1 2 3 4 5 ẍ kr (𝒙𝒊 − 𝒙
̅)2
1 0,7 1,8 2,2 1 1,6 2,6 0,03097
2 2,2 3,0 3,4 2,4 2,2 2,92 0,020736
3 3,4 3,0 3,0 3 2,8 3,16 0,14745
4 3,0 3,6 3,6 2,6 3,8 2,44 0,112896
5 3,7 3,2 3,6 3,2 3,4 2,76 0,000256
∑ 13 14,6 15,8 12,2 13,8 13,88 0,312308
ẍ 2,6 2,92 3,16 2,44 2,76 2,776 0,06246

PERHITUNGAN
Standar Deviasi (S)

∑(𝑥𝑖 −𝑥)2 0,312308


S=√ =√ = 0,2794
𝑛−1 4

Koefisien Variasi (CV)


𝑠 0,2794
CV = x 100 % = x 100 % = 10,06%
𝑥 2,776

V. DISKUSI DAN KESIMPULAN


DISKUSI
Pada praktikum kali ini mengenai pengujian crinkle pada benang. Pengujian
crinkle pada benang berguna untuk mengetahui apakah benang yang diuji memiliki nilai
crinkle yang baik atau tidak. Pada saat pengujian, semakin sedikit twist pada benang maka
semakin stabil benang tersebut di mesin (tidak akan merenkel). Pada benang yang diuji
praktikan twist pada benang cenderung tidak ada twist (crinkle = 0). Selain itu pengujian
harus dilakukan sesuai prosedur agar hasil yang didapatkan juga sesuai.
Pada praktikum ini, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Benang harus tetap dipegang agar benang tidak mengalami pengurangan twist dan
berakibat pada berkurangnya twist.
- Benang jangan sampai melilit sebelum dipasang bandul pemberat
- Berat bandul berbeda sehingga menyebabkan perbedaan krinkle
KESIMPULAN
Semakin banyak jumlah twist pada benang dengan kata lain over twist akan
menyebabkan benang mempunyai nilai kringle pada benang yang besar pula. Benang
dengan jumlah gintiran yang banyak didapatkan benang dengan kualitas benang yang lebih
kuat. Semakin banyak gintirannya diameter benang tersebut menjadi lebih besar. Jumlah
gintiran benang yang banyak menghasilkan benang yang lebih kuat dengan sifat yang lebih
kaku, dan juga akan mempunyai krinkle yang besar.Jumlah krinkle yang terlalu besar
tidaklah diharapkan karena akan menggangu pada proses pertenunan. Kestabilan antihan
berpengaruh pada kelancaran proses selanjutnya yaitu proses persiapan dan pertenunan.
Kestabilan antihan yang rendah menyebabkan kecenderungan benang akan saling melilit
besar. Pada proses penghanian jika benang saling melilit maka pada saat ditarik (digulung
dalam beam) benang tersebut akan putus saat melalui sisir hani.
Pada praktikum pengujian krinkle benang untuk Ne 1 18 diperoleh data :
Krinkle factor rata-rata : 2,776
SD : 0,2794
CV : 10,06 %
Pada pengujian kestabilan antihan didapat CV yang besar hal ini menunjukkan
kestabilan antihan pada panjang tertentu benang tidak sama. Dari hasil percobaan nilai
crinkle diatas 4,5 kemungkinan akan ada masalah pada proses selanjutnya yaitu proses
pertenunan.

VI. LAMPIRAN
VII. DAFTAR PUSTAKA
 Wibowo Moerdoko, Isminingsih, Wagimun dan Suripto, 1973. Evaluasi
Tekstil bagian fisika. Sekolah tinggi Teknologi Tekstil ;Bandung.
 N.M. Susyami Hitariat, Totong, Siti Rohmah, Widayat, 2006. Bahan
Ajar Praktikum Evaluasi Tekstil II (Evaluasi Benang). Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil; Bandung.
 Jurnal Praktikum Pengujian dan Evaluasi Tekstil 2.
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 2
PENGUJIAN GRADE BENANG KAPAS

I. TEORI DASAR
Grade benang adalah kondisi benang pada konstruksi tertentu yang dinilai secara
visual dibandingkan dengan standar yang berlaku pada saat itu. Grade benang yang
dimaksud adalah untuk benang kapas single. Grade benang berupa contoh benang yang
dijajar pada papan hitam dengan kerapatan tertentu.Grade ini mempunyai masa berlaku 5
tahun.
Di dalam perdagangan kenampakan dari benang merupakan faktor yang penting
dalam menentukan mutu maupun harga dari benang. Pemeriksaan kenampakan benang
meliputi antara lain :
− Kebersihan, yaitu mengenai banyak sedikitnya kotoran (kulit biji, sisa-sisa daun dan
kotoran lainnya).
− Kerataan benang, yaitu meliputi banyak sedikitnya nep dan slub, rata tidaknya antihan
atau gintiran dan sebagainya.
− Berbulu atau tidak
− Warna
− Kilau
− Pegangan
− Cacat

Menilai kenampakan benang begitu saja memang sukar kerena sifat penilaian
yang subjektif. Bisa saja terjadi suatu benang dinilai bagus kenampakannya oleh seseorang
tetapi jelek oleh orang lain
Untuk menyeragamkan penilaian biasanya menggunakan alat pembanding.
Dalam hal kenampakan tertentu misalnya nep atau cacat dapat dengan cara menghitung
jumlah nep atau cacat tersebut setiap panjang tertentu.
Grade benang kapas ditentukan dengan cara membandingkan secara visual
dengan foto grade standar. Grade standar benang ini pada mulanya dibuat oleh
Departemen Pertanian USA yang kemudian dipakai dan disebarluaskan oleh American
Society for Testing And Material (ASTM).
Standard ini terdiri dari lima papan yang telah dibalut oleh benang yang memiliki
nomor tertentu dan dengan kerapatan per inci yang tertentu pula. Ketentuan tersebut sesuai
dengan table berikut ini :
Tabel 5.1 Jumlah Benang Per Inci Pada Grading Benang

Kerapatan Benang per


Nomor benang (Ne1)
Inci pada papan
3,0 – 7,0 16
7,0 – 16,5 20
16,5 – 32,0 26
32,0 – 65,0 38
65,0 – 125,0 48

Masing-masing papan tersebut terdiri dari lempat macam standard grade yaitu :
A, B, C, dan D, seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 5.1 Standar Grade
Benang Kapas

Untuk menentukan grade suatu benang, mula-mula benang tersebut digulung


pada papan hitam yang berukuran 5 x 9 inci dengan alat yang biasa disebut Yarn Inspector
atau Seriplane, seperti terlihat dibawah ini :

Gambar 5.2 Alat Penggulung Benang (Yarn Inspector)


Setelah benang digulung dengan kerapatan yang sesuai, kemudian hasil
penggulungan itu dibandingkan dengan standar grade secara visual dan gradenya dicatat
sebagai grade A, B, C, D atau grade pertengahannya yaitu plus atau minus. Pemeriksaan
grade karena dilakukan secara visual maka mengandung banyak kemungkinan variasi
hasilnya. Karena itu agar variasi tersebut dapat diperkecil, maka cara pengamatan
distandardisasi dalam cara membandingkan, misalnya sinar yang dipakai, sudut jatuhnya
sinar ke papan dan sebagainya. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan lebih dari satu orang dan
hasilnya dirata-rata.
Standar kondisi pada saat membandingkan sebagai berikut :
− Warna dasar meja inspeksi adalah gelap atau hitam
− Jarak antara papan inpeksi dengan penguji 300 mm
− Terdapat dua lampu yang menyerupai sinar matahari (day light) dengan daya 150
watt, yang terletak di bagian depan atas dan bagian depan bawah papan grade.

Untuk keperluan analisa data biasanya penilaian grade diatas diberi nilai angka, angka-
angka index yang disarankan untuk masing-masing grade adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Grade Benang dan Index-nya

Grade Penilaian Index


A dan diatasnya Exellent 130
B+ Verry Good 120
B Good 110
C+ Average 100
C Fair 90
D+ Poor 80
D Very Poor 70
BG Below Grade 60

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya praktikum pengujian grade benang kapasini
adalah :
1. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan pengertian grade
benang.
2. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menguji grade benang kapas.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian grade benang kapas ini adalah
:
1. Alat penggulung benang yang dilengkapi dengan:
- Pengatur tegangan
- Traverse yang dihubungkan dengan pengatur kerapatan benang
2. Meja Inspeksi, dengan ketentuan seperti di atas.
3. Papan hitam dengan ukuran (140 x 240) mm atau (5,5 x 9,5) inci
4. Foto grade standar benang

IV. LANGKAH KERJA


Langkah-langkah dalam praktikum pengujian grade benang kapasini adalah antara
lain:
Persiapan Contoh Uji
1. Kondisikan benang yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian sampai
mencapai keseimbangan lembab seperti pada Bab II sub bab II.2.2 Persiapan contoh
uji, butir f.
Cara Uji
1. Pasang papan hitam pada tempatnya, atur letaknya sampai tidak menyentuh rol
pengantar benang.
2. Pasang benang dengan melewatkan pada pengantar benang, lappet, tension dan rol
pengantar, kemudian ikatkan pada papan hitam.
3. Atur kerapatan benang yang akan dipakai.
4. Hidupkan mesin dengan menekan tombol ON.
5. Untuk memulai penggulungan , tarik handle dan pengantar benang akan bergerak ke
sebelah kiri.
6. Bila penggulungan telah selesai, hentikan mesin dengan menekan tombol OFF
7. Lepaskan papan dari tempatnya. Kembalikan pengantar benang ke sebelah kanan
dengan membuka switch pengunci ke posisi kiri, setelah ada di sebelah kanan
kembalikan switch pengunci ke posisi kanan.
8. Bandingkan benang yang tergulung pada papan hitam dengan papan standar grade.
9. Lakukan pengujian sebanyak 5 kali dan benang digolongkan dalam suatu grade
apabila empat dari lima contoh uji tadi sesuai dengan standar dan sisanya, grade tidak
lebih rendah dari grade yang lebih rendah berikutnya.
10. Untuk tujuan pengendalian mutu atau penelitian maka bila suatu contoh ui berada
diantara dua grade standar, maka gradenya adalah grade yang rendah ditambah “plus”.
Pada dasarnya tanda “plus” dapat digunakan untuk suatu contoh uji yang lebih baik
dari grade standar tapi masih jauh dari grade yang lebih tinggi berikutnya. Demikian
pula tanda “minus” untuk contoh uji yang kurang dari grade standar tapi masih jauh
dari grade yang lebih rendah berikutnya.
11. Untuk membandingkan grade dari lot yang berlainan maka dapat ditempuh dengan
menghitung index rata-rata dari masing-masing lot berdasarkan table 5.2
Laporan Hasil Uji
1. Standar yang digunakan
2. Grade yang terendah dari hasil uji
3. Angka index rata-rata berdasarkan yarn appearance bila dibutuhkan
4. Kerapatan benang contoh uji pada papan

V. PENGOLAHAN DATA DAN PERHITUNGAN


DATA PENGAMATAN

No Grade Penilaian Index


1 B Good 110
2 B Good 110
3 B Good 110
4 B Good 110
5 B Good 110
∑ - - 550
𝒙 - - 110

Jadi, grade benang yang diuji adalah B (Good).

VI. DISKUSI DAN KESIMPULAN


DISKUSI
Pada praktikum kali ini mengenai pengujian grade benang kapas.Pengujian grade
benang berguna untuk pengendalian mutu atau perdagangan, selain itu juga untuk
mengetahui apakah grade benang yang diuji sesuai dengan spesifikasi atau tidak.Pada saat
praktikum menggunakan alat penggulung benang, benang harus dipastikan sesuai alur
(dari pengantar benang sampai diikatkan ke papan hitam) dan ketika penggulungan sudah
selesai pengantar benang harus dikembalikan ke sebelah kanan dengan membuka switch
pengunci ke posisi kiri. Kemudian switch pengunci harus dikembalikan ke posisi kanan.
Selain itu pengujian harus dilakukan sesuai prosedur agar hasil yang didapatkan juga
sesuai.
Kesulitan yang dihadapi pada pengujian grade benang kapas adalah
membandingkan atau menentukan termasuk grade mana benang yang diuji. Pada
praktikum ini, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Penyinaran yang cukup haruslah menjadi perhatian agar pada saat membandingkan
grade tidak terlalu jauh perbedaannya,
- Kerapatan harus disesuaikan dengan prosedur alat uji tersebut,
- Pemasangan papan hitam harus tepat agar tidak menyentuh rol pengantar benang,
karena dapat menyebabkan kerapatan berubah dan merusak alat.
- Untuk menyeragamkan penilaian itu biasanya orang menggunakan alat pembanding.
Dalam hal ini kenampakan tertentu misalnya nep atau cacat dapat dengan menghitung
jumlah nep atau cacat tersebut setiap panjang tertentu.

KESIMPULAN
Didalam perdagangan agaknya kenampakan benang merupakan factor yangn
penting dalam penentuan mutu maupun harga dari benang.Grade benang harus dilakukan
sesuai standar (baik cara, ruang, maupun alat). Pengujian grade benang perlu dilakukan
pada ruang khusus yang mempunyai standar penyinaran.Karena penilaian grade
diadasarkan pada pengamatan secara visual.Jika tidak maka hasil pengujian kurang
solid.Selain itu grade benang harus diganti sesuai dengan masa berlakunya. Pada
pengujian yang dilakukan hanya untuk menunjukkan cara pengujian grade benang,
sehingga hasilnya tidak diperhatikan.
Dari praktikum uji grade benang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Grade dari benang contoh uji adalah grade B (good)
- Index rata-rata adalah 110

VII. LAMPIRAN

Standar Grade Benang Kapas

Alat Penggulung Benang (Yarn Inspector)

Benang Pengujian
VIII. DAFTAR PUSTAKA
 Wibowo Moerdoko, Isminingsih, Wagimun dan Suripto, 1973. Evaluasi Tekstil bagian
fisika. Sekolah tinggi Teknologi Tekstil ;Bandung.
 N.M. Susyami Hitariat, Totong, Siti Rohmah, Widayat, 2006. Bahan Ajar Praktikum
Evaluasi Tekstil II (Evaluasi Benang). Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil; Bandung.
 Jurnal Praktikum Pengujian dan Evaluasi Tekstil 2.

Anda mungkin juga menyukai