Anda di halaman 1dari 4

PENGUJIAN CRINKLE BENANG

I. MAKSUD DAN TUJUAN


I.1 Maksud
Melakukan pengujian terhadap benang.
I.2 Tujuan
- Untuk mengetahui berapa crinkle yang terdapat pada benang contoh uji yang diberikan.
- Mengetahui dan melakukan cara pengoprasian alat uji crinkle benang.

II. PRINSIP PENGUJIAN

Menggantungkan benang dengan dua ujung dan panjang tertentu kemudian diberi beban 0,5 gram
untuk memberi tegangan awal, kemudian setelah beban dilepas maka benang tersebut akan melilit dengan
panjang lilitan tertentu. Panjang lilitan ini dapat diukur dengan alat crincle factor.

III. TEORI DASAR


Pentingnya peranan twist pada benang banyak dari sebagian orang telah mengetahui. Demikian
pula pengujian atau pengukuran twist per inch dari benang, apakah benang tunggal, gintir, cable atau
benang dengan kontruksi lain yang dibuat dari serat staple atau filamen adalah penting.

Dalam perdagangan besarnya crinkle dari suatu benang tidak terlalu diperhatikan. Akan tetapi
pengujian atau evaluasi terhadap besarnya crinkle dari suatu benang tetap diperlukan untuk tujuan
pengendalian mutu ataupun proses-proses tekstil lainya. Pemeriksaan terhadap kenampakan benang
meliputi satu atau beberapa hal antara lain:
- Kebersihan yaitu mengenal banyak sedikitnya kotoran (kulit biji, sisa sisa daun dan kotoran
lainnya
- Kerataan benang yaitu meliputi juga banyak sedikitnya nep dan slub, rata tidaknya twist dan
sebagainya
- Berbulu atau tidak.
- Warna
- Kilat
- Regangan
- Cacat
Terjadinya crinkle disebabkan karena pengaruh adanya twist pada benang. Apabila twist pada
benang besar, maka crinkle yang terjadi pun akan semakin besar. Crinkle terjadi atau terdapat pada
benang single, crinkle tidak terdapat pada benang gintir dikarenakan benang gintir terdiri dari 2 atau lebih
benang dimana twist antara benang yang satu dengan twist benang yang lain saling menetralkan.

Crinkle ini dapat diukur dengan sebuah alat yaitu Crinkle Factor Meter. Alat ini terdiri dari
sebuah papan dengan penghantar-penghantar benang yang dipasang zig-zag disisi-sisi atas dan bawah
papan. Penghantar-penghantar bagian atas berfungsi sebagai penahan / penjepit benang. Pada bagian
tengah papan terdapat skala-skala untuk mengukur tinggi crinkle yang terjadi.

Pada benang crinkle dapat dihilangkan dengan proses pemanasan benang atau disebut dengan
Heat Set. Dengan proses tersebut benang-benang dikondisikan dengan panas sehingga benang tidak akan
mengalami crinkle lagi. Seperti yang telah diketahui bahwa adanya crinkle disebabkan oleh adanya
antihan/gintiran yang diberikan kepada benang. Pentingnya peranan twist pada benang banyak dari
sebagian orang telah mengetahui. Demikian pula pengujian atau pengukuran jumlah twist per inchi pada
benang, apakah benang tunggal, gintir ,cable atau benang dengan konstruksi lain yang dibuat dari serat
staple atau filamen adalah penting.

Jumlah twist pada benang adalah jumlah putaran pada benang tersebut per unit panjang dari
benang dalam keadaan ada twistnya. Bagi pengawas produksi mesin pintal memang cukup menggunakan
jumlah twist per inchi untuk menyetel mesinnya, tanpa diperhatikan nomer benangnnya. Cara lain
menyatakan jumlah twist adalah dengan besarnya “ twist factor “ atau “ twist multiplier “yang mungkin
telah menggambarkan karakter benang karena twist meskipun tanpa menyebut nomor benangnya.

Benang gintir yaitu benang yang terdiri dari 2 atau lebih benang tunggal dan digintir satu sama
lainnya. Tujuan pembuatan benang gintir ialah :
- Untuk menguatkan benang supaya lebih kuat sesuai dengan penggunaannya.
- Mendapatkan sifat-sifat tertentu misalnya , lembut, kaku fleksibel dll.
- Mendapatkan benang dengan diameter yang lebih besar.
- Membuat benang hias.
- Mendapatkan benang yang lebih rata.
Factor-faktor yang mempengaruhi sifat benang gintir adalah :
- Jumlah gintiran .
- Arah gintiran benang tunggalnya.
- Kehalusan serat.

IV. ALAT DAN BAHAN


- Crinkle Factor Meter
- Benang
- Pemberat 0,5 gram

V. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan benang contoh uji.
2. Memutar posisi handle pada keadaan free .
3. Melilitkan benang sebanyak 5 gunung dimana untuk gunung ke-1 posisi handle pada posisi
handle crimp 1, dilanjutkan dengan crimp 1 – 5 untuk mengunci semuanya.
4. Melepaskan benang pada bagian lembah kemudian mengaitkan pemberat.
5. Mengamati, dan mencatat angka crinkle yang diperoleh benang contoh uji.
6. Dilakukan sebanyak 5 kali.

VI. DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Sendiri


No N1 N2 N3 N4 N5
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
∑ 0 0 0 0 0
𝐱̅ 0 0 0 0 0

VII. DISKUSI
Dalam percobaan kali ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

- Jumlah gintiran benang yang banyak akan menghasilkan benang yang lebih kuat dengan sifat
yang lebih kaku, dan juga akan mempunyai crinkle yang besar.
- Jumlah crinkle yang terlalu besar tidaklah diharapkan karena akan menggangu pada proses
pertenunan.
- Pada saat melakukan pengujian crinkle, setelah benang bagian bawah diberikan pemberat
maka akan terjadi crinkle pada benang. Diusahakan untuk tidak memberikan gaya tambahan
pada benang seperti memutarkan pemberat atau menggoyangkan pemberat yang akan
mengakibatkan kringkle pada benang bertambah ataupun berkurang dari nilai sebenarnya.

VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

- Twist yang berlebihan akan menyebabkan crinkle pada benang yang akan mengurangi nilai
mutu benang.
- Benang dengan jumlah gintiran yang banyak akan menyebabkan benang memiliki kekuatan
yang tinggi.
- Nilai crinkle benang yang diuji adalah 0

IX. LAMPIRAN CONTOH UJI

Anda mungkin juga menyukai