PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
Proses untuk mengambil/mengetahui panjang, jarak, dimensi dan ukuran dari satu titik ke
titik lain pada bagian tertentu atau keseluruhan benda tersebut dengan satuan pengukuran
tertentu.
Tujuan pengukuran :
1. Mendapat data hasil pengukuran
2. Memperbandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi yang diminta
3. Memastikan bahwa produk mempunyai keseragaman dimensi untuk teraan ukuran
yang sama.
4. Mengetahui besarnya penyimpangan ukuran produk dibandingkan dengan spesifikasi
5. Mengambil keputusan atas kualitas produk dari segi size spesifikasinya.
Tujuan sizing adalah membuat garmen / fesyen yang dapat memberikan rasa nyaman
(comfort) ketika dipakai dengan memberikan arahan bentuk dan dimensi bagian tertentu,
penyesuaian dengan fungsi tertentu dan untuk menciptakan standardisasi ukuran pada
produk untuk merek yang sama sehingga memberikan kemudahan dan pilihan bagi
konsumen dalam melakukan pemilihan ukuran garmen / fesyen untuk dikenakan.
2
dengan huruf (S‐M‐L‐XL) tidak secara langsung berhubungan dengan ukuran tubuh tetapi
lebih kepada kelas atau pangsa konsumen yang dituju.
Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa produk garmen / fesyen merek apapun juga yang
ukurannya diterakan dengan angka akan memberikan dimensi yang sama pada acuan
ukuran bagian tertentu dari produknya. Sedangkan teraan dengan huruf memungkinkan
adanya perbedaan dimensi bagian tertentu yang sama, tidak hanya untuk merek yang
berbeda namun berlaku juga untuk merek yang sama jika pangsa pasarnya berbeda
walaupun misalnya sama‐ sama menerakan ukuran “M” pada labelnya.
2.4 Grading
Perubahan atau geseran angka/besaran dimensi secara proporsional dan konsisten baik
bertambah maupun berkurang sesuai dengan perubahan teraan ukuran, proporsi tubuh dan
perubahan size range apparel‐nya. Grading memberikan ketersediaan rentang ukuran
produk yang beragam sehingga memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi konsumen
untuk memilih produk yang sesuai dengan proporsi tubuhnya.
3
Gambar 2.5.1.1 Pita Ukur
4
Gambar 2.5.1.3 Jenis Pita Ukur
6
2.6 Poin - Poin Pengukuran
2.6.1 Contoh poin yang diukur
1. T-shirt – Set in Sleeves
7
2. Polo Shirt – Set in Sleeves
8
3. Polo Shirt – Raglan Sleeves
9
4. Shirt
10
5. Long Pants
6. Caps
7. Socks
12
8. Bags
Pemilihan cara pengukuran ini lebih dipengaruhi oleh toleransi penyimpangan ukuran
yang diizinkan. Jika pengukuran dilakukan secara spread, maka penyimpangan ukuran
pada lebar leher tidak akan berpengaruh pada ukuran lebar pundak secara keseluruhan,
jadi ketika dikenakan posisi pundak baju tersebut tidak akan bergeser kalaupun lebar
lehernya berlebih atau berkurang dari spesifikasi. Sedangkan dengan dua cara
pengukuran lainnya, posisi pundak ketika baju tersebut digunakan dapat bergeser jika
ada penyimpangan pada ukuran lebar leher walaupun ukuran pundaknya sendiri dengan
cara‐cara tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang diminta.
13
2. Lebar Dada (Chest width)
Secara umum dikenal dua cara atau titik pengukuran lebar dada ini. Pertama
pengukuran dilakukan dari titik ketiak (armpit) kanan ke titik ketiak kiri. Cara kedua
pengukuran dilakukan dibawah armpit (biasanya 1 inchi) dari sisi kanan ke sisi kiri dari
bajunya. Kalau kita perhatikan, sisi baju yang tersambung dengan lingkar lengan
membentuk garis lengkung (curved) tidak lurus. Ketika sebuah baju dipakai, bagian
yang akan mengenai badan adalah bagian yang lurus ini bukan bagian yang
melengkung, sehingga untuk melakukan pengukuran lebar dada ini sebaiknya
dilakukan dengan cara kedua karena hasil ukur cara ini lah yang akan mempengaruhi
kenyamanan pakai dari baju tersebut.
14
kenyamanan ketika baju tersebut dikenakan, karena seperti diketahui bentuk lengan,
kemiringan pundak dan kontur dada orang tidak lah sama.
Pada cara pengukuran lebar lengan ini dikenal juga istilah lebar lengan atas (upper arm
width/UAW). Pengukuran lebar lengan cara ini dilakukan untuk baju‐baju yang model
tangannya adalah raglan bukan set in sleeves. Pengukuran cara ini dilakukan karena
pada bentuk lengan raglan tidak ditemukan adanya lengkungan tangan dari LPS ke
Armpit. Pengukuran cara ini dilakukan dengan mengukur lebar atau jarak antara armpit
dengan garis lengan atas dari baju, namun harus diperhatikan bahwa posisi ujung pita
ukur harus sejajar dan sama dengan garis lengan atas agar dihasilkan hasil ukur yang
benar.
15
7. Panjang Celana (Outseam dan Inseam length)
Dikenal 3 cara pengukuran panjang celana. Yaitu pada sisi luar celana (outseam) dari
atas ban pinggang (waistband) sampai bagian bawah celana, pada sisi luar celana dari
bawah ban pinggang sampai bagian bawah dan pengukuran pada sisi dalam celana
(inseam) dari titik pertemuan selangkangan (crotch) sampai bagian bawah celana.
Ketiganya dapat dilakukan walaupun tidak dianjurkan untuk memberikan ukuran
outseam dan inseam bersamaan dalam penyajian spesifikasi ukuran.
Itu adalah sebagian dari beberapa cara yang lazim dilakukan untuk melakukan pengukuran
pada apparel, cara mana pun yang dilakukan adalah baik asalkan kita mengetahui alasan
pemilihan cara tersebut berikut konsekwensinya.
16
Melihat poin‐poin di atas, maka diberikan toleransi atas hasil ukuran dibandingkan dengan
spesifikasi yang seharusnya. Dalam penentuan besaran toleransi ukuran dikenal beberapa
aturan :
1. Setengah dari besaran grading antara indikasi size dengan size sebelumnya atau
berikutnya. Toleransi ini diberikan dengan maksud agar sekiranya terjadi penyimpangan
dimensi yang membesar pada ukuran yang lebih kecil (misalnya size S) dan terjadi
penyimpangan dimensi pada ukuran yang lebih besar (misalnya size M) maka, kedua
size tersebut tidak akan bertukar posisi. Ukuran S tidak akan menjadi lebih besar
dibandingkan dengan ukuran M namun maksimal dimensi ukurannya sama untuk poin‐
poin ukuran tertentu namun tetap ada poin‐poin ukuran yang menunjukkan adanya
grading‐an.
2. Maksimal 3 % bagi spesifikasi ukuran lebih dari 20 cm dan kurang dari 3 % bagi
spesifikasi ukuran yang kurang dari 20 cm. Angka ini diambil dari besaran susutan kain
yang dianggap wajar terjadi pada proses pembuatan kain sehingga penyimpangan ini
diharapkan tidak akan mengubah bentuk dari apparel secara signifikan karena semuanya
akan tetap teratur dan terukur.
3. Tidak adanya toleransi penyimpangan ukuran ‘minus’ untuk poin‐poin pengukuran
tertentu. Untuk bagian‐bagian tertentu, misalnya lingkar leher ditarik (neck stretch)
ditentukan standar ukuran yang tidak boleh kurang, karena dikhawatirkan ukuran yang
mengecil dapat mengakibatkan baju atau t‐shirt tersebut tidak bisa melalui lingkar
kepala ketika akan dikenakan. Demikian juga dengan standar lingkar pinggul
dibandingkan dengan lingkar pinggangnya.
2.9 Fitting
Adalah kenampakan, penampilan dan kenyamanan pakai sebuah garmen / fesyen ketika
dikenakan. Selain ukuran‐ukuran dimensi, kenyamanan pakai juga dipengaruhi oleh
bentukan‐bentukan tertentu dari bagian‐bagian apparelnya.
Penggolongan fitting secara umum adalah :
17
1. Body Fit (Pas Badan)
Garmen dibuat dengan size spesifikasi yang pas dengan
ukuran tubuh pemakai, sehingga memberikan kesan
“menempel” pada tubuh pemakainya. Contohnya :
Pakaian senam, fitness, renang, ski, dll.
18
2.10 Acuan Penentuan Teraan Ukuran / Size Labeling
Acuan pembuatan teraan ukuran didasarkan pada :
1. Ukuran atau dimensi yang mengacu pada ukuran bagian tubuh tertentu manusia
pada umumnya secara langsung. Satu poin ukuran berhubungan dengan poin
ukuran lain. Labeling dengan teraan angka ini biasa diterapkan pada garmen /
fesyen untuk dewasa.
Labeling size berdasarkan panjang lingkar leher
12 ‐ 12 1⁄2 : 12 – 12 1⁄2 inch
13 ‐ 13 1⁄2 : 13 – 13 1⁄2 inch
14 ‐ 14 1⁄2 : 14 – 14 1⁄2 inch
15 ‐ 15 1⁄2 : 15 – 15 1⁄2 inch
Labeling size berdasarkan panjang lingkar pinggang
28 : 27 1⁄2 ‐ 28 1⁄2 inch
29 : 28 1⁄2 ‐ 29 1⁄2 inch
30 : 29 1⁄2 ‐ 30 1⁄2 inch
32 : 31 1⁄2 ‐ 32 1⁄2 inch
2. Ukuran proporsi tubuh yang mengacu pada usia, tinggi badan konsumen secara
umum yang berhubungan dengan perkembangan proporsi tubuh normal. Satu poin
ukuran berhubungan dengan poin ukuran lain. Labeling dengan teraan angka ini
biasanya diterapkan pada garmen untuk anak‐anak hingga remaja.
Labeling size berdasarkan usia konsumen
1 m : 1 month 1 T : 1 Taille 6 : 6 Years
3 m : 3 months 2 T : 2 Taille 8 : 8 Years
6 m : 6 months 3 T : 3 Taille 12 : 12 Years
12 m : 12 months 4 T : 4 Taille 14 : 14 Years
12 m : 12 months 5 T : 5 Taille 16 : 16 Years
Labeling size berdasarkan tinggi pemakai
128 : 128 centimeter
140 : 140 centimeter
152 : 152 centimeter
19
164 : 164 centimeter
176 : 176 centimeter
3. Ukuran standar produksi mengacu pada rata‐rata proporsi tubuh konsumen dan
pasar yang dituju. Besaran standar ukuran apparel dengan teraan huruf yang sama
untuk fitting atau merek yang berbeda bisa saja mempunyai besaran yan berbeda,
namun diharapkan besaran yang distandarkan untuk satu merek dan klasifikasi
fitting yang sama tetap konsisten. Labeling dengan teraan huruf dapa diterapkan
pada garmen / fesyen untuk anak‐anak, remaja hingga dewasa.
Labeling size berdasarkan standar produksi / pasar yang dituju
XXS : Extra Extra Small
XS : Extra Small
S : Small
M : Medium
L : Large
XL : Extra Large
XXL : Extra Extra Large
Contoh spesifikasi ukuran, grading dan toleransi pada Men’s t‐shirt (dalam cm) :
20
Tabel 2.10.1 Spesifikasi ukuran, grading, toleransi
BAB III
METODE PENELITIAN
21
Gambar 3.1.1 Gambar Produk
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
24