Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian


1) Memahami jenis, model, bagian-bagian pita ukur dan pemilihan pita ukur yang sesuai
dan terstandardisasi.
2) Memahami cara penggunaan pita ukur dengan benar berikut poin-poin pengukuran
produk garmen.
3) Mengetahui kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi pada proses pengukuran.
4) Mengenal ketentuan pembuatan size spesifikasi, grading dan toleransi ukuran.
5) Mengenal klasifikasi fitting pada spesifikasi ukuran yang ada.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Proses untuk mengambil/mengetahui panjang, jarak, dimensi dan ukuran dari satu titik ke
titik lain pada bagian tertentu atau keseluruhan benda tersebut dengan satuan pengukuran
tertentu.
Tujuan pengukuran :
1. Mendapat data hasil pengukuran
2. Memperbandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi yang diminta
3. Memastikan bahwa produk mempunyai keseragaman dimensi untuk teraan ukuran
yang sama.
4. Mengetahui besarnya penyimpangan ukuran produk dibandingkan dengan spesifikasi
5. Mengambil keputusan atas kualitas produk dari segi size spesifikasinya.

2.2 Size Specifications / Sizing


Angka/Ukuran/Huruf yang menunjukkan spesifikasi besaran dimensi bagian‐bagian
tertentu sebuah garmen / fesyen yang didasarkan pada proporsi tubuh standar secara
umum, keadaan umum konsumen, kenyamanan pakai ataupun merupakan standar
produksi.

Tujuan sizing adalah membuat garmen / fesyen yang dapat memberikan rasa nyaman
(comfort) ketika dipakai dengan memberikan arahan bentuk dan dimensi bagian tertentu,
penyesuaian dengan fungsi tertentu dan untuk menciptakan standardisasi ukuran pada
produk untuk merek yang sama sehingga memberikan kemudahan dan pilihan bagi
konsumen dalam melakukan pemilihan ukuran garmen / fesyen untuk dikenakan.

2.3 Teraan Size


Teraan size dalam angka (12‐13‐14 atau 30‐32‐34) dicantumkan lebih didasarkan atas
besaran ukuran bagian tubuh tertentu dari orang/pemakainya. Sedangkan teraan size

2
dengan huruf (S‐M‐L‐XL) tidak secara langsung berhubungan dengan ukuran tubuh tetapi
lebih kepada kelas atau pangsa konsumen yang dituju.

Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa produk garmen / fesyen merek apapun juga yang
ukurannya diterakan dengan angka akan memberikan dimensi yang sama pada acuan
ukuran bagian tertentu dari produknya. Sedangkan teraan dengan huruf memungkinkan
adanya perbedaan dimensi bagian tertentu yang sama, tidak hanya untuk merek yang
berbeda namun berlaku juga untuk merek yang sama jika pangsa pasarnya berbeda
walaupun misalnya sama‐ sama menerakan ukuran “M” pada labelnya.

2.4 Grading
Perubahan atau geseran angka/besaran dimensi secara proporsional dan konsisten baik
bertambah maupun berkurang sesuai dengan perubahan teraan ukuran, proporsi tubuh dan
perubahan size range apparel‐nya. Grading memberikan ketersediaan rentang ukuran
produk yang beragam sehingga memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi konsumen
untuk memilih produk yang sesuai dengan proporsi tubuhnya.

2.5 Pita Ukur


Adalah alat yang dipergunakan untuk mengambil data ukuran dari benda tertentu dalam
satuan ukuran tertentu yang berbentuk pita atau batang.
2.5.1 Bahan pembuatan pita ukur
1. Kayu
2. Plastik
3. Logam
4. Kain Woven dengan lapisan karet atau plastik
5. Kain Non Woven dengan lapisan karet atau plastik
6. Plastik lentur dengan lapisan serat kaca (fiberglass) di dalamnya.

3
Gambar 2.5.1.1 Pita Ukur

2.5.2 Bagian pita ukur


1. Kepala pita ukur
2. Badan pita ukur
3. Garis‐garis ukuran ke arah lebar pita dengan satuan ukuran tertentu
4. Ujung pita ukur.

Gambar 2.5.1.2 Bagian Pita Ukur

2.5.3 Jenis pita ukur


1. Pita ukur dengan satu satuan ukuran saja dalam centimeter atau inch
2. Pita ukur dengan dua satuan ukuran dalam centimeter dan inch
3. Pita ukur dengan titik awal pengukuran (0) pada kedua ujungnya.

4
Gambar 2.5.1.3 Jenis Pita Ukur

2.5.4 Pemilihan Pita Ukur


1. Pergunakan pita ukur sesuai dengan kegunaannya
2. Pilih pita dengan stabilitas dimensi bahan yang cukup baik
3. Pilih pita ukur mempunyai bagian yang memakai bahan berbeda dengan badan
pita ukur pada ujung‐ujungnya
4. Pilih pita ukur yang mudah dibaca dan memiliki satuan ukuran sesuai dengan
kebutuhan
5. Pilih pita ukur dengan garis‐garis ukuran yang berwarna kontras dengan warna
dasar badan pita
6. Pilih pita ukur yang tidak terpelintir ketika di‐juntai‐kan
7. Ganti pita ukur secara berkala atau sudah tidak layak untuk digunakan lagi.

Gambar 2.5.1.4 Pemilihan Pita Ukur

2.5.5 Satuan Ukur


 1 meter = 100 centimeter
 1 centimeter = 10 millimeter
 1 inch = 2.54 centimeter
 1 yard = 36 inch
 1 yard = 91.44 centimeter
5
 1 yard = 3 feet
 1 feet = 12 inch

Gambar 2.5.1.5 Satuan Ukur

2.5.6 Cara Melakukan Pengukuran


1. Lakukan pengukuran dengan posisi berdiri
2. Letakkan posisi 0 (nol) pita ukuran disebelah kiri
3. Ujung kepala pita ukuran diposisikan sejajar dengan bagian awal dari bagian
yang akan diambil ukurannya
4. Biarkan pita ukuran bergerak bebas diantara jari sampai ke ujung bagian yang
akan diambil ukurannya
5. Jepit dan tegangkan bagian yang akan diambil ukurannya dengan jari telunjuk
dan jari tengah
6. Tegangkan bagian garmen / fesyen yang diukur dengan jari tengah sekiranya
bagian yang akan diukur berbentuk lingkaran
7. Tekan bagian pita ukuran dengan ibu jari untuk melakukan pembacaan nilai
hasil pengukuran
8. Baca ukuran yang ditunjukkan garis ukuran dengan posisi mata tegak lurus pita
ukuran
9. Posisi pita ukuran harus tetap berada di depan pengukur dengan posisi
horizontal. Putarkan garmen yang diukur sesuai keperluan pengambilan ukuran
bagian tertentu
10. Ambil ukuran‐ukuran sesuai dengan pola dan posisi ketika garmen tersebut
dikenakan.

6
2.6 Poin - Poin Pengukuran
2.6.1 Contoh poin yang diukur
1. T-shirt – Set in Sleeves

Gambar 2.6.1.1 T-shirt – set in sleeves

A. Lebar pundak (Full shoulder width)


B. Lebar dada (Chest/bush width)
E. Lebar bawah (Bottom width)
F. Panjang badan (Body length)
I. Lebar lingkar lengan (Armhole width)
L. Lebar bukaan lengan (Sleeves/cuffs opening)
L1.Lebar lipatan lengan (Sleeves/cuffs hemming)
N. Panjang lengan (Sleeves length)
O. Lebar leher (Neck width)
P. Turun leher depan (Front neck drop)
P1.Turun leher belakang (Back neck drop)
R1.Tinggi rib leher (Neck rib height)
T. Lebar lipatan bawah (Bottom hemming width)

7
2. Polo Shirt – Set in Sleeves

Gambar 2.6.1.2 Polo Shirt – set in sleeves

A. Lebar pundak (Shoulder width)


B. Lebar dada (Chest/Bush width)
C. Posisi pinggang (Waist position)
D. Lebar pinggang (Waist width)
E. Lebar bawah (Bottom width)
F. Panjang badan (Body length)
I. Lebar lingkar lengan (Armhole width)
L. Lebar bukaan lengan (Sleeves/cuffs opening)
L1. Lebar lipatan lengan (Sleeves/cuffs hemming)
N. Panjang lengan (Sleeves length)
O. Lebar leher (Neck width)
P. Turun leher depan (Front neck drop)
P1. urun leher belakang (Back neck drop)
R. Tinggi kerah (Collar height)
R2. Lebar kerah depan (Collar point width)
T. Tinggi lipatan bawah (Bottom hemming width)
Y. Tinggi bukaan samping (Sides slit/vent)
Za. Lebar kombinasi samping (Sides comb./cut & sewn width)

8
3. Polo Shirt – Raglan Sleeves

Gambar 2.6.1.3 Polo Shirt – Raglan sleeves


B. Lebar dada (Chest/bush width)
E. Lebar bawah (Bottom width)
F. Panjang badan (Body length)
I. Lebar lingkar lengan atas (Upperarm width)
L. Lebar bukaan lengan (Sleeves/Cuffs opening)
L1. Lebar lipatan lengan (Sleeves/Cuffs hemming)
N1. Panjang lengan (Sleeves length)
O. Lebar leher (Neck width)
P. Turun leher depan (Front neck drop)
P1. Turun leher belakang (Back neck drop)
R3. Tinggi kerah (Collar height)
S. Panjang placket (Placket length)
S1. Lebar placket (Placket width)
T. Tinggi lipatan bawah (Bottom hemming width)
Y. Tinggi bukaan bawah (Sides slit/Vent)
ZA. Lebar kombinasi samping (Sides comb./ cut & sewn width)

9
4. Shirt

Gambar 2.6.1.4 Shirt


A. Lebar pundak (Shoulder width)
B. Lebar dada (Chest / Bust width)
C. Panjang badan (Body length)
D. Lebar bawah (Bottom width)
E. Panjang lengan (sleeves length)
F. Lebar lingkar lengan (Armhole width)
G. Lebar lengan atas (Upper arm width)
H. Lebar kerah (Collar band width)
J. Lebar kaki kerah (Collar band width)
K. Ukuran kantong (Pocket Dimension)
L. Lebar bukaan lengan (Sleeves / Cuffs opening)
M. Lebar lipatan lengan (Cuffs hemming)
N. Lebar lipatan bawah (Bottom hemming)
O. Lebar leher (Neck width)
P. Turun leher depan (Front neck drop)
P1. Turun leher belakang (Back neck drop)
Q. Lebar bukaan depan (Closure width)

10
5. Long Pants

Gambar 2.6.1.5 Long Pants

C. Lebar pinggang relax (Waist width relax)


C1. Lebar pinggang ditarik (Waist width stretched)
D. Lebar ban pinggang (Waistband width)
F. Posisi pinggul (Hip position)
F1. Lebar pinggul (Hip width)
G. Panjang selangkang depan (Front rise length)
G1. Panjang selangkang belakang (Back rise length)
H. Lebar paha (Thigh width)
I. Poisisi lutut (Knee position)
I1. Lebar lutut (Knee width)
J. Lebar bukaan kaki (Leg opening width)
J1. Lebar lipatan kaki (Leg hemming width)
K. Panjang luar celana (Outseam length)

6. Caps

Gambar 2.6.1.6 Caps


11
A. Lingkar dalam topi (Caps circumference)
B. Lingkar mahkota (Crown circumference)
C. Lebar visor (Visor width)
D. Panjang visor (Visor length)
E. Lebar bukaan belakang (Back slit width)
F. Lebar ban belakang (Back slit straps width)
G. Lebar ban dalam (Sweatband width)
H. Tinggi bukaan belakang (Back slit height)

7. Socks

Gambar 2.6.1.7 Socks

12
8. Bags

Gambar 2.6.1.8 Bags

2.6.2 Beberapa Titik / Cara Pengukuran Garmen


1. Lebar Pundak (Shoulder width)
Ada beberapa cara pengukuran lebar pundak pada sebuah baju. Pengukuran dapat
dilakukan secara penuh dari titik terendah pundak (low point shoulder/LPS) kiri ke titik
terendah pundak kanan (spread). Pengukuran dapat juga dilakukan antara titik tertinggi
pundak (high point shoulder/HPS) ke LPS. Cara ketiga walaupun tidak terlalu umum,
dilakukan dari titik tengah belakang (centre back/CB) atau titik tengah leher ke titik
terendah pundak.

Pemilihan cara pengukuran ini lebih dipengaruhi oleh toleransi penyimpangan ukuran
yang diizinkan. Jika pengukuran dilakukan secara spread, maka penyimpangan ukuran
pada lebar leher tidak akan berpengaruh pada ukuran lebar pundak secara keseluruhan,
jadi ketika dikenakan posisi pundak baju tersebut tidak akan bergeser kalaupun lebar
lehernya berlebih atau berkurang dari spesifikasi. Sedangkan dengan dua cara
pengukuran lainnya, posisi pundak ketika baju tersebut digunakan dapat bergeser jika
ada penyimpangan pada ukuran lebar leher walaupun ukuran pundaknya sendiri dengan
cara‐cara tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang diminta.

13
2. Lebar Dada (Chest width)
Secara umum dikenal dua cara atau titik pengukuran lebar dada ini. Pertama
pengukuran dilakukan dari titik ketiak (armpit) kanan ke titik ketiak kiri. Cara kedua
pengukuran dilakukan dibawah armpit (biasanya 1 inchi) dari sisi kanan ke sisi kiri dari
bajunya. Kalau kita perhatikan, sisi baju yang tersambung dengan lingkar lengan
membentuk garis lengkung (curved) tidak lurus. Ketika sebuah baju dipakai, bagian
yang akan mengenai badan adalah bagian yang lurus ini bukan bagian yang
melengkung, sehingga untuk melakukan pengukuran lebar dada ini sebaiknya
dilakukan dengan cara kedua karena hasil ukur cara ini lah yang akan mempengaruhi
kenyamanan pakai dari baju tersebut.

3. Panjang Lengan (Sleeve length)


Cara pertama pengukuran panjang lengan dilakukan dengan mengukur jarak titik
terendah pundak (LPS) ke ujung lengan. Cara kedua, pengukuran dilakukan dari titik
tertinggi pundak (HPS) ke ujung lengan lurus langsung. Cara ketiga, ukuran diambil
dari titik tengah belakang (CB) ke LPS sampai ujung lengan dengan titik belok ukuran
di LPS atau dikenal dengan istilah cara ukur 3 poin (3 points system). Ketiga cara ini
lazim dilakukan. Cara pertama mengacu pada pola yang dibuat, cara kedua biasa
dilakukan untuk mengukur baju dengan jenis tangan raglan yang tidak mempunyai titik
LPS dan cara ketiga dilakukan dengan mempertimbangkan toleransi ukuran yang
diizinkan dan posisi lengan ketika dikenakan seperti halnya pengukuran lebar pundak
tadi.

4. Lebar Lengan (Armholes dan Upper arm width)


Pengukuran lebar lengan (armholes) dilakukan dengan dua cara. Cara pertama
dilakukan dengan mengikuti lengkungan lingkar lengannya dari LPS ke Armpit.
Pengukuran ini dilakukan sesuai dengan bentuk pola yang dibuat. Cara kedua
dilakukan dengan mengukur lurus dari LPS ke armpit tanpa mengikuti kontur bentukan
lingkar lengan. Cara pertama akan ‘mematok’ bentuk lingkar lengan karena perubahan
lengkungan akan mengakibatkan perubahan ukuran sedangkan cara kedua memberi
keleluasaan dalam pembuatan lengkungan lingkar lengan agar menghasilkan

14
kenyamanan ketika baju tersebut dikenakan, karena seperti diketahui bentuk lengan,
kemiringan pundak dan kontur dada orang tidak lah sama.

Pada cara pengukuran lebar lengan ini dikenal juga istilah lebar lengan atas (upper arm
width/UAW). Pengukuran lebar lengan cara ini dilakukan untuk baju‐baju yang model
tangannya adalah raglan bukan set in sleeves. Pengukuran cara ini dilakukan karena
pada bentuk lengan raglan tidak ditemukan adanya lengkungan tangan dari LPS ke
Armpit. Pengukuran cara ini dilakukan dengan mengukur lebar atau jarak antara armpit
dengan garis lengan atas dari baju, namun harus diperhatikan bahwa posisi ujung pita
ukur harus sejajar dan sama dengan garis lengan atas agar dihasilkan hasil ukur yang
benar.

5. Lebar Pinggang (Waist width)


Lebar pinggang (waist width) diukur di tengah‐tengah ban pinggang (waistband)
dengan merentangkan dan meluruskan ban pinggangnya terlebih dahulu. Pengukuran
cara ini dilakukan pada celana‐celana ‘normal’ (mid waist pants). Jika celana yang
diukur adalah model celana ‘pinggul’ (hipster pants), maka pengukuran dilakukan di
dua poin dari ban pinggang, yaitu di bagian atas ban pinggang dan bagian bawah ban
pinggang (sambungan dengan bagian celana), hal ini dilakukan karena pada keadaan
sebenarnya bagian pinggang orang itu melebar pada bagian atasnya dibandingkan
bagian bawahnya sehingga diperlukan dua spesifikasi ukuran.

6. Lebar Pinggul (Hip width)


Pengukuran lebar pinggul (hip width) harus dilakukan di posisi pinggul yang benar
yaitu dibagian belakang tubuh. Hal ini selain memang posisi pinggul adalah disitu, hal
lain adalah untuk menghindari adanya lipatan‐lipatan pada bagian belakang celana
(rok) yang tidak terlihat dan tidak terukur kalau kita melakukannya di bagian depan
sehingga dikhawatirkan ukuran yang dihasilkan bukan lah ukuran yang sebenarnya.
Pengukuran dilakukan dengan sistim 3 poin (3 points system) dengan mengambil tiga
titik di samping kiri, samping kanan dan tengah belakang (rises) dengan jarak titik‐titik
tersebut yang sama dari ban pinggang (waistband) sesuai dengan spesifikasi atau posisi
pinggul yang benar.

15
7. Panjang Celana (Outseam dan Inseam length)
Dikenal 3 cara pengukuran panjang celana. Yaitu pada sisi luar celana (outseam) dari
atas ban pinggang (waistband) sampai bagian bawah celana, pada sisi luar celana dari
bawah ban pinggang sampai bagian bawah dan pengukuran pada sisi dalam celana
(inseam) dari titik pertemuan selangkangan (crotch) sampai bagian bawah celana.
Ketiganya dapat dilakukan walaupun tidak dianjurkan untuk memberikan ukuran
outseam dan inseam bersamaan dalam penyajian spesifikasi ukuran.

Itu adalah sebagian dari beberapa cara yang lazim dilakukan untuk melakukan pengukuran
pada apparel, cara mana pun yang dilakukan adalah baik asalkan kita mengetahui alasan
pemilihan cara tersebut berikut konsekwensinya.

2.7 Kesalahan Umum dalam Pelaksanaan Pengukuran


1. Terjadi geseran pembacaan hasil pengukuran
2. Kepala pita ukuran tidak sejajar dengan bagian awal titik bagian yang akan diukur.
3. Posisi kepala pita ukuran tidak membentuk sudut yang seharusnya dengan bagian yang
akan diukur.
4. Adanya bagian pita ukuran yang bergelombang, terpelintir dan tidak sejajar dengan
bagian yang diukur.
5. Tegangan pita ukuran ketika dilakukan pembacaan tidak tepat.
6.
2.8 Toleransi
Adalah penyimpangan ukuran produk dibandingkan dengan ukuran standar yang
ditetapkan.
Penyimpangan dapat terjadi dikarenakan :
1. Adanya geseran kain ketika dilakukan proses pemotongan (cutting)
2. Adanya bagian tepi potongan (cutting panel) yang terbuang ketika dilakukan proses
penggabungan (asembling)
3. Terjadinya susut kain setelah mengalami proses pemotongan
4. Terjadinya perubahan dimensi potongan setelah mengalami proses printing,
embroidery ataupun proses penambahan aplikasi lainnya.

16
Melihat poin‐poin di atas, maka diberikan toleransi atas hasil ukuran dibandingkan dengan
spesifikasi yang seharusnya. Dalam penentuan besaran toleransi ukuran dikenal beberapa
aturan :

1. Setengah dari besaran grading antara indikasi size dengan size sebelumnya atau
berikutnya. Toleransi ini diberikan dengan maksud agar sekiranya terjadi penyimpangan
dimensi yang membesar pada ukuran yang lebih kecil (misalnya size S) dan terjadi
penyimpangan dimensi pada ukuran yang lebih besar (misalnya size M) maka, kedua
size tersebut tidak akan bertukar posisi. Ukuran S tidak akan menjadi lebih besar
dibandingkan dengan ukuran M namun maksimal dimensi ukurannya sama untuk poin‐
poin ukuran tertentu namun tetap ada poin‐poin ukuran yang menunjukkan adanya
grading‐an.
2. Maksimal 3 % bagi spesifikasi ukuran lebih dari 20 cm dan kurang dari 3 % bagi
spesifikasi ukuran yang kurang dari 20 cm. Angka ini diambil dari besaran susutan kain
yang dianggap wajar terjadi pada proses pembuatan kain sehingga penyimpangan ini
diharapkan tidak akan mengubah bentuk dari apparel secara signifikan karena semuanya
akan tetap teratur dan terukur.
3. Tidak adanya toleransi penyimpangan ukuran ‘minus’ untuk poin‐poin pengukuran
tertentu. Untuk bagian‐bagian tertentu, misalnya lingkar leher ditarik (neck stretch)
ditentukan standar ukuran yang tidak boleh kurang, karena dikhawatirkan ukuran yang
mengecil dapat mengakibatkan baju atau t‐shirt tersebut tidak bisa melalui lingkar
kepala ketika akan dikenakan. Demikian juga dengan standar lingkar pinggul
dibandingkan dengan lingkar pinggangnya.

Besaran toleransi ini lebih dipertimbangan terhadap kenyamanan pakai, kenampakan,


keseragaman dan stardardisasi produk.

2.9 Fitting
Adalah kenampakan, penampilan dan kenyamanan pakai sebuah garmen / fesyen ketika
dikenakan. Selain ukuran‐ukuran dimensi, kenyamanan pakai juga dipengaruhi oleh
bentukan‐bentukan tertentu dari bagian‐bagian apparelnya.
Penggolongan fitting secara umum adalah :

17
1. Body Fit (Pas Badan)
Garmen dibuat dengan size spesifikasi yang pas dengan
ukuran tubuh pemakai, sehingga memberikan kesan
“menempel” pada tubuh pemakainya. Contohnya :
Pakaian senam, fitness, renang, ski, dll.

Gambar 2.9.1 Body Fit

2. Semi/Slim Fit (Ramping)


Garmen dibuat dengan size spesifikasi yang mendekati
ukuran tubuh pemakai namun sedikit lebih longgar
untuk memberikan kesan ramping ketika dikenakan.
Contohnya : Kemeja resmi, Jas. dll.

Gambar 2.9.2 Slim Fit

3. Loose Fit (Longgar)


Garmen dibuat dengan size spesifikasi yang lebih besar
dari ukuran tubuh pemakai, sehingga memberikan
kesan longgar ketika dipakai. Contoh : T‐ Shirt, Polo
Shirt, Jacket, Sweatshirt

Gambar 2.9.3 Loose Fit

18
2.10 Acuan Penentuan Teraan Ukuran / Size Labeling
Acuan pembuatan teraan ukuran didasarkan pada :
1. Ukuran atau dimensi yang mengacu pada ukuran bagian tubuh tertentu manusia
pada umumnya secara langsung. Satu poin ukuran berhubungan dengan poin
ukuran lain. Labeling dengan teraan angka ini biasa diterapkan pada garmen /
fesyen untuk dewasa.
 Labeling size berdasarkan panjang lingkar leher
12 ‐ 12 1⁄2 : 12 – 12 1⁄2 inch
13 ‐ 13 1⁄2 : 13 – 13 1⁄2 inch
14 ‐ 14 1⁄2 : 14 – 14 1⁄2 inch
15 ‐ 15 1⁄2 : 15 – 15 1⁄2 inch
 Labeling size berdasarkan panjang lingkar pinggang
28 : 27 1⁄2 ‐ 28 1⁄2 inch
29 : 28 1⁄2 ‐ 29 1⁄2 inch
30 : 29 1⁄2 ‐ 30 1⁄2 inch
32 : 31 1⁄2 ‐ 32 1⁄2 inch

2. Ukuran proporsi tubuh yang mengacu pada usia, tinggi badan konsumen secara
umum yang berhubungan dengan perkembangan proporsi tubuh normal. Satu poin
ukuran berhubungan dengan poin ukuran lain. Labeling dengan teraan angka ini
biasanya diterapkan pada garmen untuk anak‐anak hingga remaja.
 Labeling size berdasarkan usia konsumen
1 m : 1 month 1 T : 1 Taille 6 : 6 Years
3 m : 3 months 2 T : 2 Taille 8 : 8 Years
6 m : 6 months 3 T : 3 Taille 12 : 12 Years
12 m : 12 months 4 T : 4 Taille 14 : 14 Years
12 m : 12 months 5 T : 5 Taille 16 : 16 Years
 Labeling size berdasarkan tinggi pemakai
128 : 128 centimeter
140 : 140 centimeter
152 : 152 centimeter
19
164 : 164 centimeter
176 : 176 centimeter

3. Ukuran standar produksi mengacu pada rata‐rata proporsi tubuh konsumen dan
pasar yang dituju. Besaran standar ukuran apparel dengan teraan huruf yang sama
untuk fitting atau merek yang berbeda bisa saja mempunyai besaran yan berbeda,
namun diharapkan besaran yang distandarkan untuk satu merek dan klasifikasi
fitting yang sama tetap konsisten. Labeling dengan teraan huruf dapa diterapkan
pada garmen / fesyen untuk anak‐anak, remaja hingga dewasa.
 Labeling size berdasarkan standar produksi / pasar yang dituju
XXS : Extra Extra Small
XS : Extra Small
S : Small
M : Medium
L : Large
XL : Extra Large
XXL : Extra Extra Large

Contoh spesifikasi ukuran, grading dan toleransi pada Men’s t‐shirt (dalam cm) :

20
Tabel 2.10.1 Spesifikasi ukuran, grading, toleransi

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Subjek Penelitian


Mengisi beberapa pertanyaan yang ada dengan mengukur kaos dengan berdiskusi sesama
anggota kelompok.
1. Kaos polo ukuran 8, 10 dan 12
2. Kaos polos ukuran S dan M

21
Gambar 3.1.1 Gambar Produk

3.2 Jenis Data


1. Buat kolom pengukuran untuk size : 8 – 10 – 12 – 14 – 16 – 18 – 20 pada form yang
disediakan.
2. Tuliskan poin-poin pengukuran pada baris form sesuai dengan contoh.
3. Ambil poin-poin ukuran dari sampel yang saudara pegang berdasarkan teraan size-nya.
4. Ambil point-point ukuran dari sampel lain dengan size yang berbeda hingga didapat
hasil ukur semua size di atas.
5. Hitung grading dari hasil pengukuran size-size tersebut.
6. Lakukan pengukuran atas dua sample T-shirt yang saudara miliki dengan mengacu
pada poin pengukuran yang ada.
7. Buatlah size spesifications lain berdasarkan gradingan sample saudara sehingga
diperoleh spec lengkap untuk size S – M – L – XL
8. Buatlah size spesifikasi baru berdasarkan spec tersebut jika teraan sizenya menjadi S/M
dan L/XL.
9. Lakukan fitting atas T-shirt tersebut, menurut saudara berdasarkan pengamatan saudara
termasuk kategori mana T-shirt berdasarkan size spec tersebut.
10. Lakukan pemeriksaan hasil ukur atas sampel-sampel tersebut dengan perhitungan
tertentu.
11. Analisa penyebab sekiranya ada perbedaan atau penyimpangan (discrepancies) antara
hasil ukur dengan hasil perhitungan tersebut.
12. Buka jahitan-jahitan yang ada, ukur seam allowance untuk jenis jahitan tersebut.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

23
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

24

Anda mungkin juga menyukai