Anda di halaman 1dari 12

RANCANGAN BOLERO / ROMPI

Bolero merupakan semacam jaket yang pas di badan dengan ukuran

setengah dada dan terbuka di bagian depan, bisa lengan pendek maupun

panjang. Kata bolero memiliki berasal dari tarian Spanyol yang memiliki

langkah dan dan berhenti yang dramatis. Jika dilihat dari bentuknya jenis

pakaian yang satu ini terlihat seperti pakaian anak kecil yang dipakai oleh

orang dewasa tampak kekecilan. namun begitulah design bolero

sebenarnya.

Rompi ialah baju yang dipakai di atas blus yang panjangnya sampai pinggang

tanpa lengan, dibuka bagian tengah muka, tidak berkancing atau dimasukkan

dari kepala seperti yang dibuat dari rajutan.


Modul Dasar Busana.
6. Vest ialah sejenis jas pendek, panjang sampai pinggang, tanpa lengan,

belahan di muka, berkancing, dipakai di atas pakaian lain (blus, kemeja, bebe).

Oleh kaum pria biasanya dipakai dengan jas, jadi ada di bawah jas, terutama

dipakai di daerah/negara yang sedang bermusim dingin.

Bolero/ rompi merupakan busana luar, yang dikenakan di atas baju lain.

Bolero memiliki panjang sampai diatas pinggang dengan lengan bisa panjang

atau pendek, sedangkan rompi merupakan busana luar yang tidak memiliki lengan.

Berdasarkan pengertian diatas maka rompi dan bolero sama – sama pakaian luar ( outer ). Bisa
dibedakan antara rompi dan bolero:

a. Rompi memiliki banyak variasi mode, panjang dan pilihan bahan disesuaikan dengan kesempatan
pemakaian, baik untuk kesempatan kerja

maupun pesta. Rompi merupakan outfit unisex yang bisa dikenakan pria atau wanita.

b. Bolero umumnya dikenakan wanita dengan ciri panjang sampai dada atau
pinggang, memiliki belahan bundar ( membulat ) pada badan muka,berkerah atau garis leher, dan
berlengan.

1. Desain Bolero/ Rompi


Perbedaan ciri antara bolero dan rompi, maka desainnya pun juga berbeda-beda.

a. Desain bolero

Bentuk garis dada bolero terbuka atau tanpa bukaan, sedangkan kerah yang bisa di gunakan
adalah kerah setali baik yang tegak saja maupun kerah sawl, atau setali yang digulung, selain itu
juga dapat menggunakan variasi kerah sanghai, rebah dsb.

Bolero menggunakan lapisan mengikuti bentuk, serip mengelilingi leher melalui belahan TM sampai
kelim maupun berbagai variasi kerah baik

tegak seperti kerah sanghai, kerah setengah tegak atau setali seperti kerah selendang ( SAWL ) ataupun
kerah rebah.

b. Desain rompi

Rompi atau vest

1. Panjang sampai pinggang atau saku di bawah pinggang. Seiring perkembangan jaman
panjang bisa sampai lutut. 2. Menggunakan sederet kancing.
3. Menggunakan saku dalam atau saku tempel.

4. Tanpa lengan
Bolero

1. Panjang sampai dada atau saku di atas pinggang.

2. Tanpa menggunakan kancing, memiliki ciri belahan bundar pada dada (TM)

3. Menggunakan berbagai variasi kerah

4. Menggunakan lengan.

2. Pola Bolero/ Rompi

Pembuatan Busana selalu dimulai dari analisa desain dan dilanjutkan dengan

pengambilan ukuran sebagai acuan membuat pola sesuai sistem yang akan

dibuat. Pengambilan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan pola

dasar dan merubah pola sesuai desain. Pembuatan Busana secara Custom

Made merupakan pembuatan busana untuk perorangan (bukan Masal) maka

dari itu diperlukan mengukur setiap customer yang datang. Terdapat berbagai teknik pembuatan pola
dasar badan, hal ini
mempengaruhi jumlah bagian badan yang diukur maupun cara pengambilan
ukurannya. Semakin banyak bagian badan yang diukur akan mempermudah

dalam pembuatan pola, Akan tetapi semakin banyak ukuran tentu semakin lama
proses pengambilan ukurannya. Hal ini terkadang membuat pelanggan atau

customer kita tidak nyaman. sedangkan semakin sedikit ukuran yang diambil

akan lebih akurat hasilnya dilakukan sesuai urutan sistem yang diacu.

Pengambilan ukuran yang tepat dapat membantu dan mempermudah untuk

pembuatan pola dan hasilnya akan sesuai dengan keinginan, namun bila terjadi

kesalahan dalam pengambilan ukuran akan berakibat fatal pada hasil busana

yang dibuat.

a. Mengambil Ukuran

Persiapkan alat dan bahan mengambil ukuran yang terdiri atas, Pita ukur,

Pita/ Veterban, buku ukuran, pena/ atau alat tulis lain, dan penggaris siku
apabila diperlukan. Sebelum mengambil ukuran berikan tanda dengan mengikatkan pita pada garis
pinggang terkecil, atau bisa juga ditambah

dengan memberikan tanda lingkar badan dan lingkar panggul. Daftar Ukuran yang diperlukan pada

pembuatan pola dasar adalah

sebagai berikut:

1) Lingkar leher

2) Lingkar Badan

3) Lingkar Pinggang

4) Lingkar Panggul

5) Panjang Muka

6) Panjang Punggung

7) Lebar Muka/ dada

8) Lebar Punggung

9) Panjang/ lebar bahu Bahu

10) Panjang sisi

11) Tinggi dada

12) Kontrol bahu

13) Ukuran uji muka

14) Ukuran Uji Belakang


15) Tinggi Panggul
16) Lingkar Kerung Lengan

17) Panjang lengan

18) Panjang sampai siku

19) Besar lengan

20) lingkar siku

21) lingkar pergelangan

b. Langkah mengambil ukuran

1) Persiapkan alat dan tempat yang

nyaman untuk mengambil

ukuran.

2) Analisa tipe tubuh yang akan diukur.

3) Tentukan titik – titik badan ( Body Line ) yang akan diukur sesuai teknik

4) Cermati desain rompi atau bolero yang akan dibuat. 5) Lakukan pengukuran dari sisi kanan
pelanggan ( model ) Ketidaknyamanan pelanggan dapat kita antisipasi dengan

melakukan pengambilan ukuran dengan teknik dan etika yang baik. Etika

pengambilan ukuran antara lain; 1) pilih tempat yang agak luas sehingga petugas dapat berputar
mengelilingi
pelanggan

2) Posisi petugas sebaiknya berada di samping kanan pelanggan.

Tujuannya adalah agar tidak menutupi arah pandang pelanggan. selain

itu juga kecenderungan manusia melakukan berbagai kegiatan dengan

menggunakan tangan kanan, membuat ukuran badan bagian kanan

cenderung lebih besar dari sebelah kiri.

3) Urutkan dan kelompokkan daftar ukuran yang ingin diambil.

4) Ukuran yang diambil secara melingkar diukur terlebih dahulu, lalu ukuran

pada bagian muka, ukuran bagian sisi dan lengan, dan terakhir ukuran

bagian belakang. hal ini bertujuan agar kita tidak sering bergerak dan

berpindah-pindah tempat dan bolak-balik mengitari pelanggan.

5) pada bagian-bagian sensitif, hindari kontak fisik dengan pelanggan,


misalkan Bagian Dada (saat mengukur tinggi puncak dada dan jarak dada.
6) Tanyakan juga bagaimana kebiasaan pelanggan anda berpakaian.

7) Selalu tersenyum dan konsentrasi saat mengukur.

8) Catat ukuran dengan tepat. atau minta bantuan rekan kerja yang lain agar

lebih mudah.

Mengenali bentuk tubuh pelanggan dilakukan untuk dapat

mengadaptasi pola busana agar pas dikenakan oleh pelanggan. Bentuk

tubuh pada umumnya terdiri atas ideal, tinggi kurus, tinggi gemuk, pendek

kurus, dan pendek gemuk. Selain lima kelompok tersebut analisa bentuk

tubuh juga dapat dilakukan lebih spesifik lagi yaitu berdasarkan proporsi

tinggi badan dengan tinggi kepala, bentuk badan atas, bentuk panggul garis

lekuk pinggang dan belakang bentuk punggung dan lain sebagainya. Membuat Pola bolero/
rompi

Proses membuat Pola bolero / rompi dimulai dari persiapan alat dan bahan,
pembuatan pola dasar dan pembuatan pecah pola sesuai desain busana.

Pembuatan pola busana pada materi ini menggunakan teknik konstruksi.

Proses pembuatan Pola adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan alat dan bahan
pembuatan Pola yaitu: a) pensil hitam 2 B (untuk membuat garis bantu), b) pita ukur,
c) penggaris pola (siku dan lengkung),

d) Busur, penghapus,

e) Pensil Merah Biru, gunting kertas,dan isolasi/lem, f) bahannya menggunakan kertas.


2) Pembuatan Pola dasar

Pembuatan Pola Bolero dimulai dari pembuatan Pola dasar badan

wanita. Pola dasar yang disajikan pada buku ini menggunakan pola

sistem Dressmaking. Ukuran yang digunakan untuk pembuatan pola dasar Pecah pola merupakan
proses merubah pola dasar menjadi pola sesuai

desain. perubahan-perubahan itu terdiri atas;

a) Kup/Lipit Pantas
Pemindahan lipit pantas dilakukan agar busana yang dibuat memiliki

bentuk yang baik, sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuh pelanggan,

akan tetapi kup atau garis hias (princess, yoke, empire) disesuaikan
dengan desain. Pemindahan lipit pantas dilakukan dengan memutar

bagian pola tertentu untuk menutup bagian lainnya. Perputaran itu

berpusat pada puncak dada untuk pola muka dan pada ujung kup

untuk pola belakang.

Kupnat pada pola dasar teknik bunka relatif lebar, maka pada

pembuatan vest atau rompi sebagian lebar kup perlu dilakukan

pemindahan pada bahu dan bentuk mode yang menggunakan princes.

b) garis leher

Garis leher merupakan salah satu bagian dari busana, yang harus

dirubah sesuai desain yang direncanakan. Dimulai dengan memberi


tanda pada tengah muka dimana titik terendah leher yang terbuka,

lalu di bagian pangkal bahu setelah itu baru tentu bentuk sesuai

desain.

c) kerah

Kerah dibuat setelah menentukan bentuk garis leher atau bisa juga

dilakukan secara bersamaan. Menurut jatuhnya kerah pada badan

kerah dapat digolongkan 3 macam yaitu kerah rebah, kerah

setengah tegak dan kerah tegak. Kerah rebah merupakan kerah

yang posisinya sejajar dengan bahu, Kerah setengah tegak posisinya

agak miring antara bahu dan leher, sedangkan kerah tegak, jatuhnya

sejajar dengan garis leher. pembuatan Pola kerah dapat dilakukan

dengan dibuat terpisah dengan badan atau dibuat diatas pola badan.

d) bentuk muka / belahan dan opening


Menentukan bentuk muka/ opening dilakukan dengan menentukan

lebar lidah kancing yaitu untuk opening dengan menggunakan

resleting tidak perlu di tambahkan lidah kancing, sedangkan untuk

busana dengan bukaan yang melampaui tengah muka, di tambahkan

sesuai dengan di mana jatuhnya garis ujung openingnya. e) bentuk bawah


Menentukan bentuk kelim bagian bawah perlu kepekaan terhadap
perbandingan bentuk pada desain, ujung blus yang bagian tengah

mukanya agak terbuka sebaiknya di buat mundur dari tengah muka.

begitu pula bentuk yang melengkung harus diperhatikan tingkat ketumpulannya.

f) Lengan

Pembuatan pola lengan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

membuat pola dasar terlebih dahulu atau juga membuat pola lengan

setelah pecah pola/ pola sesuai desain selesai. Lazimnya untuk


memudahkan pola lengan dibuat setelah pecah pola badan selesai

dibuat, karena untuk mengantisipasi perubahan besarnya kerung

lengan pada badan. perubahan kerung ke]]lengan ini dikarenakan

penyesuaian dengan desain yaitu apakah lengan akan dibuat ketat,

agak longgar atau longgar sekali.

d. Pemilihan Bahan Bolero/ Rompi

Bahan pembuatan Bolero terdiri atas dua kelompok yaitu bahan utama dan

bahan pelengkap. Desain bolero/ rompi tertentu harus menggunakan bahan

pelapis sedang bahan yang lain tidak. oleh karena itu analisa desain yang

tepat akan memandu kita untuk dapat membuat daftar bahan yang harus kita siapkan.

1) Bahan Utama

Bahan utama dipilih berdasarkan desain, kesempatan penggunaan, dan corak yang diinginkan. Bahan
Jenis Apapun sebenarnya dapat
digunakan sebagai bolero atau rompi, akan tetapi ada jenis bahan bahan tertentu yang memang
lazim digunakan. Bahan utama untuk

bolero dapat menggunakan bahan duches, satin, brokat ataupun

katun. sedangkan bahan pembuatan rompi bisanya hampir sama

dengan bahan pembuatan jaket, antara lain woll, drill, gabardin dan lain

sebagainya. Berikut ini berbagai contoh bahan utama beserta namanya


Kulit

Satin

Sutra Katun

2) Bahan Pelengkap

Di samping bahan utama kita harus memilih bahan pelengkap untuk

pembuatan yang terdiri atas. Bahan pelengkap busana dipilih sebagai

untuk memenuhi kebutuhan informasi, penunjang, fungsi, dan estetika

(pemanis).

a) Informasi

Label berisi informasi yang menerangkan segala sesuatu tentang


produk. Label busana/pakaian ada yang menempel dan
menggantung. Label yang menempel pada pakaian terbuat dari bahan

tekstil atau bahan lain yang tahan cuci seperti halnya busananya.

Label tersebut berisi nama merk dan negara produsen dan keterangan

cara pemeliharaan busana. Label yang digantung pada busana

terbuat dari kertas, yang berisi tentang keterangan tambahan misalkan

harga jual, jenis produk, tanggal produksi, nama pemesan, jenis/

contoh bahan, dan lain sebagainya.

b) Penunjang

Bahan penunjang merupakan bahan yang digunakan untuk membantu

bentuk dan jatuhnya bahan pada badan seseorang. c) Benang jahit


Benang jahit sebagai bahan utama untuk menjahit busana, sebaiknya

dipilih sesuai dengan warna bahan atau satu tingkat lebih tua dari

warna bahan. Apabila bahan dan benang berbeda warnanya maka


busana akan tampak kurang bersih dan rapi. Benang warna lain dapat

dipilih sebagai benang hias, misalkan untuk top stitch. Besar pilinan

benang sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang akan dijahit

semakin tebal bahan maka sebaiknya dipilih benang dengan pilinan

tebih tebal agar setelah dijahit setikannya kuat. d) Bahan Pelapis

Bolero/ Rompi biasanya di buat berfuring. hal ini dikarenakan rompi

dibuat berdasarkan konstruksi jas (jacket). Seperti halnya jas maka

bolero dan rompi juga menggunakan bahan pelapis yang terdiri atas:

underlining, interfacing, Interlining, dan lining. Bahan Pelapis

umumnya dibuat tidak ditenun ( non woven ), namun ada yang dibuat

dari bahan tenunan misalnya kufner agar mudah di pressing pada

bahan utama, bahan pelapis juga diberi lapisan perekat ( fusi )


contohnya viselin, tricot, kodok. Ada pula bahan pelapis tanpa perekat,contoh bahan pelapis yang tidak
berperekat adalah bubat/rambut kuda. Khusus untuk membuat busana dari bahan tertentu misalkan

brokat dan organza, maka bahan pelapis yang disebut diatas tidak

semua digunakan karena kesan transparannya akan tidak nampak.


maka bahan pelapis yang dipilih pun jenisnya berbeda dengan bahan

pelapis pada bolero atau rompi dengan bahan yang tebal. e) Fungsi

Bahan Pelengkap yang dipilih karena fungsinya adalah kancing dan

resleting. Kancing dan resleting berfungsi sebagai bahan untuk

memudahkan saat memakai pakaian, yaitu sebagai opening. perhatikan gambar berikut ini:
f) Estetika (Pemanis)

Bahan ini disebut juga garnitur, yaitu bahan yang digunakan sebagai

bahan untuk hiasan dan melekat pada busana. Perkembangan


industri kreatif saat ini menunjukkan bahwa bahan apapun dapat

digunakan sebagai garnitur. dulu garniture identik dengan renda, payet

dan lain sebagainya. Saat ini pemanfaatan kain perca, dengan teknik

tertentu lebih memberikan nilai jual daripada menggunakan bahan

yang telah tersedia di toko. kancing dengan desain tertentu juga dapat

digunakan sebagai hiasan, serta resleting dan benang tindas juga

dapat dimanfaatkan.

3) Membuat rancangan bahan dan harga

Membuat rancangan bahan dan harga terdiri atas 2 yaitu: a) Merancang Bahan Utama

Proses Merancang bahan utama baik bahan pelapis antara, dan lining

( furing ) merupakan penentuan jumlah kebutuhan bahan utama yang

digunakan sebagai pedoman belanja bahan dan menentukan harga


jua sebuah busana. Tujuan pembuatan rancangan bahan selain untuk

mengetahui jumlah bahan yang diperlukan untuk membuat busana

juga agar bahan yang kita siapkan tidak kurang maupun lebih ( efisien

bahan dan waktu ) serta untuk mengetahui bagaimana letak pola yang

terbaik saat akan menggunting. Walaupun demikian pada saat membeli bahan sebaiknya tetap ditambah
sedikit untuk

mengantisipasi penyusutan bahan, dan guntingan bahan yang tidak

lurus arah serat dan lain sebagainya.


Merancang bahan utama dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

merancang pola diatas bahan secara utuh sesuai lebar kain yang ada

pasar merancang bahan utama sebaiknya dilakukan dengan cara diatas

bahan peletakan pola karena perlu ketelitian lebih serta pemilihan

bahan bisa lebih tepat dan efisien waktu saat proses menggunting dan
merancang secara global. Merancang pola diatas bahan atau Marker

Layout dapat dilakukan dengan menggunakan pola besar ataupun

pola dengan ukuran skala yang lebih kecil misalkan 1:4 atau 1:6.

Peletakan Pola harus dimulai dari pola yang paling besar terlebih

dahulu, pola yang kecil diletakkan di sela-sela pola besar. Peletakan

pola pada bahan harus mempertimbangkan berbagai hal berikut ini:

(1) Desain busana

Desain busana dapat dijadikan pedoman berapa jumlah komponen

pola dan bagaimana arah serat atau motif busana yang diinginkan

Bahan tekstil dibuat dengan bermacam-macam lebar yaitu 90 cm,

2. Lebar bahan 110 cm, 115 cm, 140 cm, 140 cm, 150 cm, 240 cm, dan ada yang

lebarnya 3 m

(3) Konstruksi Bahan


Jenis anyaman/ konstruksi bahan tekstil dapat menimbulkan kesan

berkilau, anyaman ini adalah anyaman kepar, satin, ataupun bahan

berbulu. Bahan yang berkilau tersebut apabila dilihat dari arah

berlawanan tampak berbeda yaitu ada yang gelap ada yang

terang. Oleh karena itu untuk bahan yang berkilau sebaiknya pola

ditata ke satu arah saja. Macam-macam Konstruksi bahan: 1. konstruksi polos

Peletakan pola pada bahan konstruksi polos dapat diletakkan secara 2 arah bolak-balik.

2. Konstruksi satin dan kepar

Peletakan pola pada bahan konstruksi polos dapat diletakkan 1 arah.

b) Merancang harga sesuai desain

Merancang harga merupakan menentukan biaya produksi


berdasarkan kebutuhan bahan, baik bahan utama maupun bahan

tambahan sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai