Anda di halaman 1dari 15

9

JOB SHEET

Nama Sekolah : SMK Negeri 8 Medan

Program Studi Keahlian : Tata Busana

Kelas : XI

Mata Pelajaran : Custom Made

Alokasi Waktu : 2 x @ 45 menit

1. Pengertian Bustier

Bustier merupakan bagian dari pakaian dalam yang terkenal karena variasi

bentuknya sejak awal abad ke-19, sebagai busana berpinggang ramping yang

terinspirasi dari sebuah bra dan yang membungkus tulang iga dan pinggul. Tali

pundaknya terletak terpisah jauh untuk memungkinkan bustier dipakai dengan

bateu necklines ( garis leher lunas perahu). Bustier populer pada tahun 1950-an,

kemudian hidup kembali pada tahun 1980-an dengan bahan- bahan eksotis dan

digunakan sebagai pakaian luar untuk malam hari. Di Indonesia bustier juga

digunakan sebagai istilah pengganti kemben di dalam kebaya.

Bustier populer pada tahun 1950-an, kemudian hidup kembali pada tahun

1980-an dengan bahan-bahan eksotis dan digunakan sebagai pakaian luar untuk

malam hari. Sejak dulu bustier telah dikenal di indonesia dengasn istilah kemben

dan stagen. Kemben berfungsi sebagai kutang wanita dan membungkus dada.

Stagen berfungsi sebagai pembungkus perut. Perubahan bentuk terus terjadi

seiring dengan pesatnya perkembangan mode, terdapat juga pada penggabungan

kemben dan stagen yaitu “long torso”. Longtorso atau korset hampir mirip dengan
10

bustier, yaitu sama-sama merupakan pakaian dalam yang mempunyai fungsi yang

sama, yaitu membentuk tubuh agar lebih proporsional pada saat memakai kebaya.

Bustier adalah pakaian dalam tanpa lengan untuk wanita, biasanya meluas

ke bagian pinggang. Bustier ini biasanya terbuat dari kain satin, nilon, atau katun.

Secara historis, merujuk kepada jaket dari berbagai jenis, termasuk baju atas

(yang dikenakan di bawah doublet atau korset), négligée perempuan, dan lengan

jaket yang dikenakan oleh laki-laki. Bustier biasanya meluas ke bagian pinggang,

tetapi kadang-kadang dipotong untuk mempertontonkan bagian perut, atau

diperluas lagi untuk mencakup seluruh daerah panggul. Bustier diproduksi dari

bahan ringan yang biasanya berasal dari katun, kadang-kadang satin atau sutra,

atau peregangan kain seperti licra, nilon, atau spandeks. Bustier biasanya

memiliki "pengait" tipis dan dapat dipakai di atas bra atau tanpa bra. Dimulai

sekitar tahun 2000-an, bustier l telah dikenal sebagai pakaian luar. Bahan

penunjang untuk bustier antara lain : kain furing, kufner, tricot, ballaine/boning (

tulang ), dan ritsleting .

Ciri- ciri dan kriteria bustier :

 Pakaian dalam yang bisa digunakan juga sebagai pakaian luar untuk pesta

 atau bustier merupakan pelengkap busana

 Bustier atau adalah atasan tanpa tali

Bustier terdiri atas 2 jenis , yaitu :

1. Bustier sebagai pelengkap kebaya yaitu memiliki desain sederhana dengan

pecah pola beberapa bagian pola depan dan pola belakang. Bahan yang

digunakan cenderung polos dan tidak mahal.


11

Gambar 2. 1 Bustier

Sumber: Pinterest

2. Bustier sebagai outwear yaitu memiliki desain lebih bervariasi yang sesuai

untuk pesta malam. Bahan yang digunakan diantaranya bahan ducheess,

organdi, brocade, tafeta, dan lain-lain.

Gambar 2. 2 Bustier Outwear


12

Sumber: Pinterest
13

2. Desain bustier

Gambar 2. 3 Desain Bustier

Sumber : Pembuatan Busana Custom Made (Agustin, 2018)

Analisis Desain Bustier

a. Style : Resmi

b. Detail : Terdiri atas 10 potongan princes . menggnakan rits belakang,

panjang 10 cm dari pangkal leher dan 13 cm dari pingang.

c. Bahan : Satin atau Santung

d. Kesempatan : Busana Pesta

e. Ciri- ciri Model : sebagai pakaian dalam kebaya

3. Ukuran yang diperlukan untuk Bustier


14

1. Lingkar leher (LL)

2. Lingkar Badan (LB)

3. Lingkar Pinggang (LP)

4. Lingkar Panggul (LP)

5. Tinggi Panggul (TPa)

6. Panjang Punggung (PP)

7. Lebar Punggung (LP)

8. Panjang Sisi (PS)

9. Lebar Muka (LM)

10. Panjang Muka (PM)

11. Tinggi Dada (TD)

12. Panjang Bahu (PB)

13. Lebar Dada

1. Alat dan Bahan Pembuatan Pola Bustier

a. Buku Pola

b. Alat Tulis

c. Penggaris

d. Skala

e. Pita U kuran

f. Penghapus

g. Kertas merah dan kertas biru

h. Lem Kertas

i. Gunting Kertas

j. Pensil Merah Biru


15

2. Tanda- tanda Pola

Di bawah ini adalah tanda-tanda pola yang digunakan pada saat

menggambar pola dan merubah pola :

1. garis pensil hitam = Garis pola asli

2. garis merah ( pensil merah) = Garis pola

badan depan

3. garis biru (pensil biru) = Garis pola badan

belakang

4. titik- titik = Garis pertolongan, dengan

warna pemsil menurut bagiannya (depan : merah, biru: belakang)

5. strip titik strip titik = Garis lipatan,

dengan warna pensil menurut bagiannya (depan : merah, biru: belakang)

6. strip strip= Garis rangkapan (belegstuk)

8
= Tanda bagian yang harus dihapus,

dengan warna pensil menurut bagiannya (depan : merah, biru: belakang)

9. = Tanda melebarkan

10. = Tanda lipit/ ploi


35

11. = Setengah lipit (halve plooi), dengan

warna pensil menurut bagiannya (depan : merah, biru: belakang)

13. T.M = Tengah Muka

T.B = Tengah Belakang

Pt = potong

14. tanda panah dua arah = Tanda arah

benang/ serat kain

15. ` = tanda garis siku


36

3. Pola Bustier

Gambar 2. 4 Pola Bustier


( Sumber : Kristi, 2016 )

Keterangan Pola Depan:

A-B = ¼ L. Badan +1
A-A1 = 1/8 x ½ L. Badan +2
A-A2 = 1/8 x ½ L. Badan +1
A-I = Turun 5 cm
A2 – I = P. Bahu
D- H = ½ L. Muka
B-B2 = 1/10 x L. Pinggang
C-E1 = 3 cm ( besar kup)
E-F = ¼ L.Pinggang + 3 cm + 1 – (C-E1)
F-G = C-K = P. Sisi
A2- G1= turun 10 cm
C- T = 15 cm
F- F1 = turun 2 cm
Dari titik M naik 1,5 cm
37

Tarik garis bantu kupnat dari titik O- P


P- Q turun 2,5 cm
Q- Q1 = Q-Q2 = 2 cm
Bentuk lengkungan dari garis H ke titik Q sapai titik F1
O- M bagi 2, tarik garis lurus ke atas

Keterangan Pola belakang:


A-B = ¼ L. Badan -1
A-A1 = Turun 2 cm
A-A2 = 1/8 x ½ L. Badan -1
A-I = Turun 9 cm
A2 – I = P. Bahu
D- H = ½ L. Punggung
B-B2 = 1/10 x L. Pinggang
C-E1 = 3 cm ( besar kup)
E-F = ¼ L.Pinggang + 3 cm - 1 – (C-E1)
F-G = C-K = P. Sisi
M- M1 = naik 1,5 cm

E- E1 = turun 6 cm

F- F1 = turun 2 cm

E1- E2 = masuk 1 cm

M- N bagi 2, tarik garis lurus putus- putus ke atas


4. Uraian Pola Bahan Utama

Urain pola bahan utama ,bahan furing dan bahan interfacing bustier terdiri

atas 3 bagain pola depan dan 3 bagain pola belakang.

Gambar 2. 5 Uraian Pola Bahan Utama Bustier


( Sumber : Kristi, 2016 )
Gambar 2. 6 Uraian Pola Bahan Furing Bustier

( Sumber : Kristi, 2016 )

Gambar 2. 7 Uraian Pola Bahan Interfacing


( Sumber : Kristi, 2016 )
5. Rancangan Bahan Utama

Cara Membuat Rancangan Bahan :

Merancang bahan adalah menghitung banyaknya bahan yang diperlukan untuk

membuat suatu model pakaian/ gaun pesta. Rancangan bahan dibuat dalam ukuran

skala 1:4 dan sesuai dengan pola yang sudah dirubah, Tujuan dari membuat

rancangan bahan ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam

menggunting pola diatas kain yang sebenarnya. Hal-hal yang diperlukan pada

waktu merancang bahan adalah:

1. Sebelum pola diletakkan diatas bahan, harus digambar dahulu arah serat

benang dan tanda-tanda pola lainnya.

2. Meletakkan pola pada bahan harus sehemat mungkin, ditinjau dari segi

ekonomis. Tetapi jangan melupakan segi keindahan dan arah benang.

3. Letakkan pola yang ukurannya besar terlebih dahulu, kemudian letakkan

pola yang ukurannya kecil-kecil.

Rancangan bahan utama ditempel pada kertas coklat dan diberi kampuh 3 cm

untuk sisi dan rits, 2 cm untuk sambungan princes, 2 cm untuk bagian atas, dan 4

cm untuk bagian bawah bustier.

Rancangan bahan furing ditempel pada kertas coklat dan diberi kampuh 3 cm

untuk sisi dan rits, 2 cm untuk sambungan princes, 2 cm untuk bagian atas, dan 3

cm untuk bagian bawah bustier.

Rancangan bahan interfacing ditempel pada kertas coklat tanpa diberi kampuh.
Gambar 2. 8 Rancangan Bahan Utama
( Sumber : Kristi, 2016 )

Rancangan Bahan Furing

Gambar 2. 9 Rancangan Bahan Furing


( Sumber : Kristi, 2016 )
Rancangan Bahan Interfacing

Gambar 2. 10 Rancangan bahan interfacing


( Sumber : Kristi, 2016 )

Anda mungkin juga menyukai