Anda di halaman 1dari 42

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1.

PENGUKURAN TUBUH PELANGGAN SESUAI DESAIN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari unit kompetensi ini peserta diklat menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam mengukur tubuh pelanggan sesuai dengan desain di
lingkungan pembuatan busana wanita yang meliputi:
Elemen 1. Menganalisa Desain
Elemen 2. Menganalisa Bentuk Tubuh dan
Elemen 3. Mengukur

B. Kriteria Unjuk Kerja


Kriteria Unjuk Kerja dalam unit kompetensi ini adalah :
1.1 Deskripsi desain dibuat berdasarkan analisis desain dan garis desain sesuai SOP
bahan dan alat desain
1.2 Deskripsi desain dibuat berdasarkan perbandingan desain sesuai SOP
perbandingan tubuh
2.1 Posisi titik dan garis tubuh yang akan diukur ditentukan berdasarkan anatomi
tubuh sesuai dengan standar yang berlaku di industry
2.2 Posisi titik dan garis tubuh yang akan diukur ditentukan berdasarkan kebiasaan
berpakaian
3.1. Akun Pemesan diukur sesuai hasil analisis bentuk tubuh dengan menggunakan
alat-alat ukur yang standar
3.2. Pengukuran tubuh dilakukan secara sistematis sesuai standar yang berlaku di
industry
3.3. Hasil ukuran dicek apakah sesuai dengan batas kewajaran bentuk tubuh
pelanggan

C. Aktivitas Pembelajaran
Elemen 1. Menganalisa Desain
a. Analisis Desain
Pengertian analisis sangat banyak kita temukan di berbagai literatur, beberapa
diantaranya adalah :
• usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara
menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun
komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.
• aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti, mengurai,
membedakan, memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut
kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan
maknanya.
Sedangkan pengertian desain adalah rancangan dari suatu produk atau benda
yang akan dibuat. Desain dapat berupa sketsa gambar atau model.
Mengacu pada pengertian di atas menganalisa desain (busana) dapat diartikan
sebagai usaha dalam menguraikan bagian-bagian model busana, bagaimana
style, detail dari busana, baik bentuk dari masing-masing bagian, motif, warna,
ukuran, pemakaian dan lainnya yang dapat memberikan informasi atau
penjelasan dari model yang ditampilkan
Di bawah ini ditampilkan contoh desain blus dan analisisnya
Contoh gambar desain/rancangan Blus

Gambar 2.1 Desain/Rancangan Busana

Analisis desain blus sesuai gambar di atas adalah :

Bagian depan:

- Kerah board menggunakan kancing hias


- Pembuka blus bagian tengan muka dengan lima buah kancing
- Menggunakan lipit pantas depan dan sisi
- Panjang blus di atas panggul
- Lengan licin dan kerutan di bagian bawah dengan panjang ¾
- Ujung lengan bermanset dengan pembuka dua buah kancing hias

Bagian belakang :

- lipit pantas pada bagian belakang

b. Garis Desain/Siluet
Pengertian Siluet :
• Bentuk luar atau bayangan suatu benda, setiap benda memiliki siluet
yang berbeda (kamus);
• Garis dasar bagian luar yang membentuk pakaian ( Morton Grace
Margaret);
• Unsur terpenting yang membentuk pakaian / bayangan garis liar dari
suatu objek yang memberi jarak dengan penglihatan. (Pankowski);
• Bagian luar suatu garmen yang di pengaruhi oleh penggunaan tekstur (
Sharon Lee Tate);
• Garis luar / bentuk dasar pakaian yang membedakan satu model dengan
model lainya.

Penggolongan siluet

1) Siluet berdasarkan bentuk dasar (Mrs. Young)


• Siluet lurus
Bentuknya lurus menyerupai pipa serta terlihat kaku. Siluet sangat
sederhana, tanpa memperlihatkan bentuk tubuh, dapat dibuat sangat
longgar atau tidak terlalu longgar. Siluet ini sebaiknya di pakai oleh
orang dengan bentuk tubuh kurus sehingga terkesan menambah
volume tubuh.
Gambar 2.2 Siluet lurus

• Siluet lonceng
Disebut juga siluet penuh karena memperlihatkan bentuk yang berisi,
lebar dan melengkung menyerupai lonceng

Gambar 2.3 Siluet lonceng


• Siluet bustle
Siluet yang mempunyai bentuk tonjolan atau busung.

Gambar 2.4. Siluet bustle

2) Siluet berdasarkan tekstur


• Siluet tailor
Menggunakan tekstur yang tebal dan begat (formal dan semi tailor)

Gambar 2.5 Siluet Tailor


• Siluet darper
Menggunakan tekstur yang tipis, teknik penyelesaian sistem
dressmaking (lurus, miring, atau kaku)

Gambar 2.6 Siluet draper

3) Siluet berdasarkan kesan usia


• Gadis moderen atau flapper

Gambar 2.7 Siluet gadis modern atau flapper


• Dewasa atau mature

Gambar 2.8 Siluet dewasa atau mature

4) Siluet berdasarkan bentuk huruf


• Siluet A Menunjukan garis sempit di atas dan mengembang di bawah;

Gambar 2.9 Siluet A


• Siluet H, menunjukan garis isi lurus dari atas ke bawah;

Gambar 2.10 Siluet H

• Siluet I, besar di atas dan di bawah, bagian tengah lurus;

Gambar 2.11 Siluet I


• Siluet Y, besar di atas dan mengecil di bawah;

Gambar 2.12 Siluet Y

• Siluet T, besar di atas dan lurus ke bawah;

Gambar 2.13 Siluet T


• Siluet X, besar di atas, pas di pinggang dan besar di bawah;

Gambar 2.14 Siluet X

• Siluet O, siluet ini menyerupai bentuk bola atau bulat;

Gambar 2.15 Siluet O


• Siluet L, bagian belakang ada ekornya.

Gambar 2.16 Siluet L

5) Siluet berdasarkan bentuk alam


• Hourglass silhouette, adalah siluet pakaian yang membentuk tubuh;
• Pegged skirt / venus, siluet dengan bentuk lebar di atas, kecil
dipinggang, besar di panggul dan mengecil di bagian bawah;
• Natural silhouette, adalah siluet yang bagian atas membentuk kutang /
camisol, membentuk pinggang dan melebar dibagian rok;
• Flare silhouette, adalah besar di atas, kecil di pinggang dan melebar
dibagian rok;
• Wide bodice silhouette, adalah siluet yang memberi kesan tubuh
bagian atas menjadi lebar, misalnya penggunaan garis horizontal (
motif / garis hias ) dan model lengan lebar yaitu kimono dan dolman;
• Geometric silhouette adalah siluet dengan bentuk-bentuk geometric,
(1) Rectangel / chemise, bentuk lurus persegi panjang (siluet H)
(2) Tent / trapeze, bentuk tenda / segitiga (siluet A)
(3) Wedge / taji, lebar di atas, kecil di pinggang dan mengecil ke
bagian rok (siluet Y)
(4) Tunic / T shape, lebar di atas dan tunic ke bagian bawah (siluet
T)
• Bustle silhouette adalah siluet yang membentuk tubuh dan di beri
tonjolan pada bagian tertentu;
• Pants silhouett

c. Perbandingan Desain dan Perbandingan Tubuh


Desain yang baik adalah desain yang menampilkan keseimbangan atau
perbandingan yang pas dengan perbandingan tubuh pemakainya, sehingga enak
dan nyaman bagi pemakai maupun yang melihat atau menikmatinya.
Dapatkah Saudara menampilkan perbandingan yang harmonis antara desain dan
pemakainya?
Dalam pembuatan busana/pakaian terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan, salah satunya adalah pengukuran tubuh model. Menganalisa desain
adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum mengukur model. Dengan
mengalisa desain yang tepat, akan didapatkan detail desain dengan rinci sehingga
akan dilakukan keperluan ukuran yang dibutuhkan terhadap model. Dengan
mendapatkan ukuran yang rinci pada diri model diharapkan akan dapat memandu
dalam pembuatan pola, sehingga pola yang tepat sesuai desain akan kita dapatkan.

Elemen 2 : Analisa Bentuk Tubuh


a. Analisa Bentuk Tubuh
Macam-macam Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh adalah karakteristik dan ukuran badan seseorang, padanan
katanya adalah perawakan/bodi atau postur tubuh seseorang. Bentuk tubuh ideal
dari abad ke abad berbeda. Bentuk tubuh seseorang dalam busana akan
mempengaruhi pada pembuatan pola dasar yang digunakan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi tampilan kelemahan dari tubuh seseorang tersebut agar terlihat
ideal. Dengan mengetahui dari macam-macam bentuk tubuh, kita akan dapat
mengetahui lebih banyak saat memilih jenis pakaian yang seseuai untuk tubuh kita
terutama bagi para wanita, dengan mengetahui bentuk tubuh maka kita akan dapat
menyembunyikan kekurangan dan menutupinya sehingga akan tampak lebih baik.
Setiap bentuk tubuh wanita berbeda dan ada banyak model bentuk yang membuat
kita unik untuk kita tampil berbeda. Pada kenyataannya manusia memiliki bentuk
tubuh yang bermacam-macam, sebagian orang berpendapat bahwa bentuk tubuh
manusia dikelompokkan ada yang bentuk tubuhnya ideal atau seimbang antara
tinggi dan berat badannya, ada yang pendek gemuk, tinggi gemuk, pendek kurus,
dan tinggi kurus. Ada pula yang berpendapat bahwa bentuk tubuh dapat diibaratkan
seperti bentuk buah seperti buah apel dan pear. Selain bentuk-bentuk tubuh di atas
ada pula yang menyebutkan bahwa bentuk tubuh itu seperti bentuk-bentuk dasar
geometrik seperti sebagai berikut:
1) Bentuk Geometrik tubuh

Gambar 2.17 Bentuk tubuh

a) Bentuk tubuh segitiga


Buah apel biasanya berbentuk kecil di atas, serta melebar di bawah. Ciri fisik
yang menonjol ialah bagian bahu sempit, pinggang lebar, mambesar di bagian
pinggul.
b) Bentuk tubuh segitiga terbalik
Bentuk tubuh segitiga terbalik menonjolkan ciri fisik yang lebar di atas dan
sempit di bawah. Pemilik tubuh bentuk segitiga terbalik ini umumnya berbahu
lebar, bisa melebihi lebar pinggulnya dengan ukuran dada yang tidak terlalu
besar. Bagian bawah lebih besar daripada bagian atasnya, bahu tidak lebar,
pinggang kecil, dan paha serta panggul yang berisi/besar.
c) Bentuk tubuh persegi (Rectangle) Bentuk tubuh persegi dapat dikenali dari
proporsi tubuhnya yang tampak sama dari bagian atas hingga bawah. Hal ini
dikarenakan lebar pinggang yang nyaris sama dengan lebar pinggul. Lebar
bahunya pun hamper sama atau sama dengan lebar pinggang dan pinggul,
sehingga dapat dikatakan bentuk tubuh persegi ini tidak memiliki lekuk tubuh
yang signifikan.
d) Bentuk tubuh jam pasir (hourglas) Bentuk tubuh jam pasir ini adalah bentuk
tubuh ideal, yang dapat dikenali dari proporsi antara tubuh bagian atas dan
bawah yang seimbang. Biasanya dalam dunia dressmaking, bentuk tubuh jam
pasir ini dapat dikenali dari ukuran lingkar badan yang sama atau hampir sama
dengan lingkar panggul, serta ukuran lingkar pinggang yang kecil.
e) Bentu Berlian (Diamond) Bentuk tubuh diamond atau berlian cenderung ke
arah gemuk, tapi dengan cara berdandan yang tepat, akan dapat terlihat cantik
dan seksi.
f) Bentuk tubuh oval Bentuk tubuh oval pada bagian payudara lebih besar
daripada bagian tubuh lain. Pinggul akan sempit dan bagian tengah tubuh akan
terlihat penuh. Wanita dengan bentuk tubuh ini cenderung menambah berat
badan di perut mereka sebelum di tempat lain

2) Bentuk Perut dan Punggung

Gambar 2.18 Bentuk Perut dan Punggung


3) Bentuk Bahu

Gambar 2.19 Bentuk Bahu

4) Bentuk Dada dan Perut

Gambar 2.20 Bentuk Dada dan Perut


5) Bentuk Punggung

Gambar 2.21 Bentuk Punggung


Sumber: Bunka Publishing Bureau

Keterangan:

1. Bentuk punggung sedikit menonjol keluar (Round)


2. Bentuk punggung melandai (Ideal)
3. Bentuk punggung datar/rata (Flat)
Apabila kita perhatikan dan analisa ketiga gambar di atas, ada beberapa hal yang
dapat kita analisa dari masing-masing bentuk tubuh tersebut. Pada gambar di atas
kita fokuskan analisa kita hanya pada bentuk punggung saja. Perhatikan warna yang
dibedakan pada bagian sisi sampai pada batas punggung.

Sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya, bahwa tidak ada bentuk tubuh
manusia yang sama. Oleh sebab itu untuk mengetahui bentuk tubuh seseorang,
harus melakukan analisa bentuk tubuh. Seseorang yang menekuni ilmu di bidang
fashion, harus mampu dan terampil menganalisa bermacam macam bentuk tubuh.
Sebelum merancang desain dan pola haruslah diawali dengan menganalisa bentuk
tubuh, agar dapat di identifikasi lebih detail sehingga mendapatkan gambaran
bentuk tubuh yang akan memudahkan para perancang atau pembuat pola dalam
menciptakan pola yang sesuai dengan membentuk tubuh model. Pembuatan busana
yang tidak diawali dengan analisa bentuk tubuh, mungkin saja bisa dipakai tetapi
tidak akan nyaman dipakai, akibatnya sipemakai menjadi tidak percaya diri dan
pada akhirnya busana tersebut jarang bahkan mungkin juga tidak akan di pakai.
Bentuk tubuh kita dapat dianalisa oleh diri sendiri dan dapat juga dianalisa oleh
orang lain. Apabila menganalisis bentuk tubuh sendiri, dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu cermin yang dapat melihat keseluruhan tubuh kita dari kaki
sampai ke kepala, dengan cara berdiri di depan cermin. Sebaiknya cermin a
diletakkan pada bagian depan dan juga ada pada bagian belakang tubuh kita,
sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.22 Analisa diri sendiri


Sumber: Pattern Making for Fashion Design

1. Pola pada Bentuk punggung sedikit menonjol keluar (Round)


Model atau orang yang mempunyai bentuk punggung sedikit menonjol keluar,
apabila kita tarik atau buat garis sisi, kemudian di bawah ketiak dibuat garis tegak
lurus dari garis sisi menuju batas garis punggung, maka terlihat lebar garisnya
lebih panjang dari bentuk punggung melandai (Ideal) dan bentuk punggung
datar/rata (Flat). Hal ini akan mempengaruhi pada saat pembuatan pola busana.
Bentuk punggung yang menonjol kalau dibuat pola busana dengan teknik
konstruksi atau pembuatan pola sesuai dengan ukuran model, dengan tidak
memperhatikan bentuk tubuh model dalam hal ini bentuk punggung, akibatnya
setelah dibuatkan busana, garis pinggang busana pada bagian belakang akan
menjadi naik atau berada di atas garis asli pinggang belakang, karena tertarik oleh
punggung yang menonjol. Tetapi kalau kita sudah melakukan analisa bentuk
punggung model sebelum membuat pola maka pola akan bisa disesuaikan dengan
bentuk punggung tersebut dengan cara diantaranya adalah: membuat atau member
kupnat/lipit pantas pada bagian bahu belakang, menambah panjang punggung dari
ukuran yang diambil atau dengan cara melakukan uji coba pola dasar sebelum
dirubah menjadi pola yang sesuai dengan desain. Sehingga dengan demikian
busana yang dibuat akan sesuai dengan bentuk tubuh model, pada akhirnya
busana yang dibuat akan menjadi busana yang nyaman dan enak dipakai.
2. Pola pada Bentuk punggung melandai (Ideal)
Bentuk punggung melandai (Ideal) adalah bentuk punggung yang tidak begitu
bermasalah apabila dibuatkan pola busana untuk model yang mempunyai
punggung ideal ini. Dengan demikian pembuatan polanya pada bagian belakang
tidak ada kesulitan. Namun demikian karena bentuk punggung tidak rata, maka
sebaiknya perlu ada kupnat atau lipit pantas pada bagian bahu belakang.
3. Pola pada Bentuk punggung datar/rata (Flat)
Bentuk punggung datar/rata adalah bentuk punggung yang dimiliki oleh sebagian
orang/manusia, jadi untuk membuatkan pola busana bagi model yang mempunyai
bentuk punggung datar/rata harus ada perlakuan khusus untuk pola bagian
belakang, karena sistem pembuatan pola konstruksi adalah menggunakan ukuran
bentuk tubuh yang ideal, sehingga apabila ada bentuk tubuh yang tidak lazim,
diperlukan perlakuan khusus atau sentuhan khusus pada garis pola tertentu agar
busana yang dibuat sesuai dengan bentuk tubuh model tersebut. Untuk bentuk
punggung yang rata seperti pada gambar di atas, kupnat atau lipit pantas pada
garis bahu dapat dihilangkan, karena punggungnya rata, namun tetap dibuktikan
terlebih dahulu dengan cara melakukan uji coba pola dasar. Untuk lebih jelasnya,
mengapa pada bagian bahu perlu ada kupnat atau lipit pantas, mari kita amati
gambar berikut ini.
Gambar 2.23 Pengakomodasian Kupnat pada Tubuh dan Pola (punggung)
Sumber: Fundamentals Of Garment Design

Keterangan:

Pada gambar di atas memperlihatkan bahwa apabila tubuh kita diberi sarung
dengan kain yang dibuat kaku dan berbentuk lurus, segi empat panjang dari atas
sampai pada betis, maka agar bahan tersebut rapi dan rata jatuhnya pada badan,
apabila ditarik garis lurus dari bagian leher muka, maka ada beberapa tempat yang
perlu dipatahkan atau dilipat sehingga membentuk kupnat. Sekarang fokuskan
pembahasan kita pada bagian punggung persisnya pada bagian bahu. Agar bahan
lengket pada bagian punggung maka kita harus melipat atau membuang daerah
yang berbentuk segitiga siku sebagaimana yang terlihat pada gambar yang ada
tanda panah berwarna merah (panah 1). Kelonggaran inilah nantinya yang bakal
menjadi kupnat pada bagian bahu belakang, sebagai mana terlihat pada gambar
pola disampingnya (panah 2)

Gambar 2.24 Pengakomodasian Kupnat pada Tubuh dan Pola (pinggang)


Sumber: Fundamentals of Garment Design

Keterangan:

Bentuk pinggul dan perut akan berpengaruh pada garis pola yaitu pada letak
kupnat dan garis yang ada tanda panah warna merah. Semakin jauh jarak antara
garis tegak lurus (horizontal) dengan titik pertemuan garis lebar(fertikal) pada
bagian pinggang, semakain lebar kupnat yang dibutuhkan, sebagaimana terlihat
pada gambar pola yang ditunjuk oleh anak panah merah. Demikian juga
sebaliknya, semakin dekat jarak garisnya semakin kecil lebar kupnat yang
diperlukan.

Dalam menentukan letak titik dan garis tubuh pada model/pelanggan yang akan
di ukur, maka perlu diperhatikan :
1. Memahami macam-macam bentuk tubuh model/pelanggan;
2. Memahami titik point atau titik fokus garis batas ukuran untuk tiap-tiap
bagian tubuh;
3. Melakukan praktik pengukuran yang dibutuhkan sesuai desain dan ukuran
tubuh model/pelanggan;
4. Membuat catatan ukuran dan catatan lain yang dibutuhkan dalam
pengukuran;
5. Membuat catatan dari hasil analisa dari hasil pengukuran dengan bentuk
tubuh dan desain model/pelanggan.

Dalam menentukan letak titik dan garis tubuh berdasarkan kebiasaan berpakaian,
yang perlu diperhatikan adalah :
1. Menentukan teknik dan melakukan analisis sesuai letak titik dan garis
tubuh berdasarkan kebiasaan berpakaian;
2. Menyesuaikan ukuran dan model/desain dengan kebiasaan berpakaian
pada model/pelanggan
3. Kekurangan dari bentuk tubuh yang disebabkan karena kebiasaan
berpakaian hendaknya dapat ditutupi dengan pemilihan model busana
yang tepat.
Sikap kerja yang diperlukan dalam menganalisa bentuk tubuh
Harus bersikap:
1. Teliti dalam menganalisa bentuk tubuh
2. Memperlihatkan sikap sopan dan santun dalam menganalisa bentuk tubuh
model, baik bahasa, tutur kata maupun perlakuan
3. Percaya diri dan fokus pada saat menganalisa bentuk tubuh model
d. Anatomi dan Titik Tubuh
Menentukan titik tubuh adalah langkah awal untuk menentukan garis tubuh
dalam pengambilan ukuran. Sebelum melakukan pengukuran dan pembuatan
pola busana, kita perlu mempelajari dimana letak titik tubuh yang akan di ukur,
agar pada saat menganalisa bentuk tubuh dan pada saat mengukur tubuh, kita
akan tau dimana garis tubuh tersebut dimulai dan dimana garis tubuh itu
berakhir, disamping itu dengan mempelajari titik tubuh, kita akan mampu
mengidentifikasi tentang dimulai dari mana dan berakhir dimana suatu ukuran
yang kita ambil. Diawali dengan mengenal titik tubuh pada boneka, kemudian
kita akan lebih mudah mencoba menentukan titik-titik tubuh tersebut pada tubuh
manusia atau model yang akan kita buatkan pola busananya. Apabila kita akan
melakukan pemberian tanda titik tubuh pada model atau dummy, kita dapat
membubuhkan tanda dengan menggunakan alat bantu seperti spidol tekstil,
kertas berwarna yang ada perekat atau lemnya, atau alat bantu lain yang dapat
digunakan untuk memberi tanda yang dapat dilihat dengan jelas pada saat
memasang bodi line/garis tubuh. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 2.25 Anatomi dan titik tubuh
Sumber: Fundamentals of Garment Design

Keterangan:
a. Titik puncak kepala.
b. Titik dahi.
c. Titik Tulang punggung belakang.
d. Titik leher pada bahu.
e. Titik leher muka.
f. Titik bahu.
g. Titik bawah lengan bagian muka.
h. Titik bawah lengan bagian belakang.
i. Titik puncak(payudara).
j. Titik siku.
k. Titik pegelangan tangan.
l. Titik tinggi pinggul.
m. Titik lutut.

Gambar: 2.26 Pemberian Tanda pada Titik Tubuh


Sumber: Patternmaking for Fashion Design

Dalam menentukan letak titik dan garis tubuh yang akan di ukur, maka
keterampilan yang diperlukan oleh seorang guru adalah :

1. Memahami macam-macam bentuk tubuh model/pelanggan;


2. Memahami titik point atau titik fokus garis batas ukuran untuk tiap-tiap
bagian tubuh;
3. Melakukan praktik pengukuran yang dibutuhkan sesuai desain dan ukuran
tubuh model/pelanggan;
4. Membuat catatan ukuran dan catatan lain yang dibutuhkan dalam
pengukuran;
5. Membuat catatan dari hasil analisa dari hasil pengukuran dengan bentuk
tubuh dan desain model/pelanggan.
e. Garis Tubuh
Untuk membuat garis tubuh, maka harus berpedoman pada titik tubuh, yang
sudah ditentukan, dari titik-titik tersebut kemudian dihubungkan sehingga
berbentuk garis, dan garis yang terbentuk inilah yang menjadi garis tubuh.
Menentukan titik dan letak garis tubuh harus sesuai dengan perspektif tubuh.
Untuk memudahkan mengukur dan untuk mengetahui dengan pasti letak titik-
titik dan garis tubuh yang akan di ukur, perlu dibuat garis tubuh dengan
menggunakan pita kecil atau pita body line pada tubuh yang akan di ukur. Fungsi
dari memberi tanda garis tubuh dengan pita body line tersebut adalah untuk
mengetahui:
1. Letak bagian–bagian tubuh.
2. Letak titik (point) dan garis tubuh, yang diperlukan untuk pengambilan
ukuran dan pembuatan pola pakaian dengan teknik konstruksi.

Gambar 2.27 Pemasangan body line/garis tubuh pada dummy

Cara menentukan letak titik dan garis tubuh sesuai dengan anatomi tubuh
1) Alat dan Bahan yang diperlukan untuk pembuatan garis tubuh pada
boneka jahit (dress form):
• Boneka jahit (dress form/dummy)
Gambar 2.28 Boneka jahit

• Kapur jahit
Digunakan untuk memberikan tanda/ menandai

Gambar 2.29 Kapur jahit

• Body line type (pita dari bahan saten lebar 0,3 – 0,5 cm), yaitu pita
berperekat yang dapat digunakan langsung menempel, atau dapat
menggunakan pita biasa dan jarum pentul sebagai penyematnya.
Cara meletakan body line adalah dengan cara ditempelkan dengan
bantuan jarum pentul yang tidak berkepala dan pendek dengan ukuran
2 cm sampai 2,5 cm. Hindari penggunaan jarum pentul yang
berlebihan, karena akan mengganggu kelenturan jatuhnya pita pada
body dummy. Urutan kerja pemasangan body line dapat diikuti materi
sebagaimana yang dipaparkan berikut ini.
Gambar 2.30 Pemasangan body line type pada boneka jahit

• Jarum pentul tanpa kepala


Digunakan untuk menyematkan pita yang tidak mempunyai perekat

Gambar 2.31 jarum pentul tanpa kepala

Cara meletakan pita pada body line adalah dengan cara ditempelkan
langsung (body line type) pada dress form yang menghubungkan titik
point yang telah dibuat. Sedangkan pita yang tidak berperekat dapat
ditempelkan dengan bantuan jarum pentul yang tidak berkepala (2 cm
sampai 2,5 cm) sebagai penyematnya. Hindari penggunaan jarum pentul
yang berlebihan, karena akan mengganggu kelenturan jatuhnya pita pada
body dress form / dummy. Urutan kerja pemasangan body line dapat diikuti
materi sebagaimana yang dipaparkan di bawah ini.
2) Urutan Kerja Meletakkan Garis Tubuh (Body Line) pada boneka
jahit (Dummy)
1. Menentukan Titik (poin) pada tubuh yang akan di ukur dan di
pasang body line.
2. Garis tengah muka (TM) atau centre front line (CF).
3. Garis tengah belakang (TB) atau centre back line (CB).
4. Garis lingkar badan atau bust line.
5. Garis lingkar pinggang atau waist line.
6. Garis lingkar panggul atau hip line.
7. Garis lingkar leher atau neck line.
8. Garis kerung lengan atau arm hole.
9. Garis bahu dan garis sisi atau shoulder line and side line.
10. Garis prinses bagian muka atau front princes line.
11. Garis prinses bagian belakang back princes line.
Sebelum meletakkan body line pada dummy, yakinkan titik-titik (poin) yang
akan di ukur sudah di beri tanda dengan benar sebab tanda ini nantinya yang
akan dijadikan sebagai patokan dalam pemasangan body line. Untuk melihat
ketepatan letak garis atau titik yang telah di pasang, lihatlah dari jarak jauh
kira-kira 2 meter sampai 2,5 meter.

3) Kriteria Pemasangan Body Line.


1. Ikuti urutan kerja pemasangan body line yang sudah di tulis
sebelumnya, apa bila tidak sesuai urutan, akan ada bagian pita yang
terganggu oleh pita yang lain.
2. Garis lingkar harus rata apa bila dilihat dari muka sisi dan belakang.
3. Garis prinses dimulai dari pertengahan bahu melalui titik puncak
payudara dan lurus ke bawah.
4. Garis bahu haruslah terlihat segaris, yang dapat di lihat dari bagian
muka dan dari bagian belakang. Apa bila garis bahu hanya dapat di lihat
dari bagian depan saja, berarti letak garis bahu belum benar, artinya
terlalu maju ke depan. Apa bila garis atau pita hanya terlihat dari
belakang saja berarti pemasangan garis bahu belum benar, artinya
terlalu ke belakang. Seharusnya dapat dilihat dari muka dan dari
belakang.
5. Garis sisi harus lurus dan segaris dengan garis bahu.
6. Kerung lengan mengikuti bentuk lengan.
Perlu diperhatikan sebelum melakukan pengukuran, dalam menentukan letak titik
dan garis tubuh harus berdasarkan kebiasaan berpakaian, maka yang adaharus
dilakukan adalah posisi titik dan garis tubuh dibuat tidak berpedoman pada bentuk
tubuh normal, tetapi disesuaikan dengan kebiasaan model dalam berpakaian,
misalnya model yang tubuhnya terbiasa miring ke kiri atau ke kanan, sehingga
letak garis tengah belakang dan garis lingkar badan, maka dalam mengukur harus
disesuaikan dengan bentuk tubuh model, tentunya tidak sama dengan bentuk tubuh
normal, karena salah satu tujuan berpakaian adalah menutupi kekurangan si
pemakai sehingga membuat nyaman pemakainya.

Elemen 3 : Pengukuran
a. Alat Ukur
Sebelum mengukur tubuh, kita perlu menyiapkan alat yang dibutuhkan, antara lain
:
1. Buku catatan ukuran
2. Alat-tulis (pulpen/pensil)
3. Peterban (pita kecil, untuk mengikat pinggang sebagai tanda letak
pinggang, dan lainnya)
4. Pita ukuran (meteran)
5. Penggaris (kalau diperlukan)
6. Daftar jenis ukuran atau daftar macam-macam ukuran yang akan
diambil.
7. Model/orang yang akan diukur atau pakaian jadi, yang dijadikan
pedoman untuk ukuran.
8. Kertas karton atau sejenisnya untuk alat bantu pada saat mengukur
lingkar pinggul.

f. Pengukuran Pelanggan
Pengertian Ukuran pada pembuatan pola busana, adalah bilangan yang
menunjukkan besar kecilnya satuan ukuran atau satuan suatu benda. Dalam
pembuatan busana ukuran sangat diperlukan, dengan tujuan untuk pembuatan pola
dan untuk melakukan penilaian hasil akhir dari busana yang di buat supaya dapat di
ketahui hubungan antara ukuran pola, bentuk badan dan bentuk pakaian. Fungsi
ukuran adalah:
➢ Sebagai data dalam pembuatan pola dasar, baik pola dasar flat pattern (pola
datar) maupun pola pulir (drapping)
➢ Sebagai dasar untuk pengembangan desain-desain baru
➢ Merupakan referensi didalam pengecekan pola
➢ Membantu didalam pengepasan

Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mengambil ukuran tubuh.
Lakukanlah persiapan sebelum melakukan pengukuran, jagalah etika dalam
mengukut pelanggan

1. Persiapan Mengukur
• Buku cacatan ukuran.
• Alat-tulis (pulpen/pensil).
• Peterban /pita kecil, untuk mengikat pinggang sebagai tanda letak
pinggang).
• Pita ukuran(meteran).
• Penggaris (kalau diperlukan).
• Daftar jenis ukuran atau daftar macam-macam ukuran yang akan di
ambil.
• Model/orang yang akan di ukur atau pakaian jadi, yang dijadikan
pedoman untuk ukuran.
• Kertas karton atau sejenisnya untuk alat bantu pada saat mengukur
lingkar pinggul.
Untuk mendapatkan ukuran yang tepat, ada beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian, sebagaimana yang tercantum di bawah ini:

1) Model atau peraga wati yang akan di ukur sebaiknya memakai busana
yang pas badan seperti baju senam atau baju renang atau memakai
kamisol.
2) Sebelum mengambil ukuran, pastikan model berdiri dengan posisi yang
benar yaitu:
• badan tegak dan lurus (tidak memiringkan badan, tidak
menundukkan kepala, tidak membesarkan dada dan juga tidak
membungkuk;
• garis pandang sejajar dengan letak tinggi mata;
• kedua kaki rapat;
• tangan lurus pada sisi.
Untuk mempermudah dan menghemat waktu dalam bekerja, siapkan daftar
ukuran tubuh yang diperlukan.

2. Etika Mengukur
• Posisi di depan sebelah kanan model yang di ukur;
• Ujung pita ukuran yang ber angka kecil ada di tangan kiri
• bila pita ukuran di lingkarkan atau di gantung pada leher, maka pita ukuran
yang ber angka kecil, ada di tangan kanan;
• Pastikan pita ukuran tidak terlipat atau tidak melintir;
• Mulailah mengukur dengan sopan dan teliti;
• Usahakan model tidak berpindah tempat atau berputar mengikuti
keinginan yang mengukur;
• Jangan memasang pita ukuran di sekeliling tubuh dengan ketat, sehingga
menekan otot;
• Sebaiknya letakkan pita ukuran dengan tekanan yang ringan dan merata,
untuk mendapatkan ukuran yang benar;
• Akan lebih lengkap lagi apabila kita juga mengetahui berat badan model,
supaya dapat diketahui apakah model mempunyai tubuh yang seimbang
antara berat badan dengan tinggi badan;
Gambar 2.32 Posisi tubuh pada saat diukur
Sumber: Pattern Making For Fashion Design

3. Latihan Mengukur Tubuh


Agar Saudara terampil dalam mengukur tubuh, sebelum mengukur tubuh
model atau mengukur tubuh manusia sebaiknya lakukan latihan sesering
mungkin tentang bagai mana cara mengukur dan dimana letak atau tempat-
tempat yang perlu di ukur. Untuk itu lakukan lah latihan mengukur dengan
menggunakan boneka jahit atau dummy sebagaimana terlihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.33 Macam-macam dummy


Sumber: Fundamentals Of Garment Design
4. Persiapan Mengukur
Pemasangan tali

Tampak depan Tampak belakang


Gambar 2.34 Pemasangan tali sebelum pengukuran

5. Meletakkan Pita Ukur


Perhatikan letak pita ukuran atau garis tubuh yang akan di ukur. Pita ukuran
haruslah dipasang atau diletakkan rata dari muka sampai ke belakang. Berikut
ini adalah gambar tentang cara mengambil ukuran.

Keterangan:
1. Lingkar Badan 1
2. Lingkar Badan 2
3. Lingkar Pinggang
4. Lingkar panggul 1
5. Lingkar panggul 2

Gambar 2.35 Ukuran Lingkar


Sumber : Fundamental of Garment Design
Keterangan :
6. Lingkar kerung
lengan
7. Lingkar puncak
lengan
8. Lingkar siku
9. Lingkar
pergelangan
tangan

Gambar 2.36 Ukuran Lingkar


Sumber: Fundamentals Of Garment Design
10

Keterangan:
10. Lingkar
tangan
11. Lingkar
Kepala
12. Lingkar leher

Keterangan:
13. Lingkar paha
14. Lingkar betis (lingkar
bawah kaki)
Gambar 2.37 Ukuran Lingkar dan lebar
Sumber: Fundamentals Of Garment Design

Keterangan:
15. Lebar punggung dan lebar bahu belakang
16. Lebar punggung belakang di bawah titik lengan
belakang
17. Lebar muka dari titik lengan muka
18. Jarak antara titik puncak
19. Tinggi Tubuh
20. Panjang tubuh
Keterangan:
21. Panjang Punggung(dari tulang leher belakang)
22. Panjang punggung dari titik bahu pada leher belakang)
23. Panjang muka dari titik leher muka sampai titik puncak.
24. Panjang muka dari titik leher muka sampai garis pinggang

Gambar 2.38 Ukuran Panjang


Sumber: Fundamentals Of Garment Design

Tabel 2. 1: Jenis Ukuran


NO BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS

Ukuran Lingkar

1 Lingkar leher Neck line

2 Lingkar badan Bust line

3 Lingkar pinggang Waist line

4 Lingkar panggul Hip line

5 Lingkar kerung lengan Arm hole

6 Lingkar lutut Knee line

7 Lingkar ujung lengan/pergelangan Wrist

8 Lingkar siku Around the elbow

9 Lingkar tangan Around the hand


10 Lingkar kepala Around the head

11 Lingkar paha Around the thigh

12 Lingkar betis Around the lower leg

Ukuran Lebar

13 Lebar bahu Shoulder line

14 Lebar punggung Across back

15 Lebar muka atau lebar dada Across front

Ukuran Panjang

16 Panjang punggung Back length


17 Panjang muka Front length

18 Panjang lengan Sleeve length

19 Panjang blus/gaun/blazer Dress length


20 Panjang Rok Skirt length

Ukuran Tinggi

21 Tinggi panggul Hip length

22 Tinggi dada/tinggi puncak Bust point

Ukuran Berat

23 Berat badan Weight

24 Tinggi badan Tall

g. Pengukuran Tubuh secara Sistematis


Ukuran tubuh secara sistematis yang dimaksud adalah ukuran tubuh yang sudah
ditetapkan sebagai ukuran tubuh manusia secara standar, yang biasa disebut dengan
ukuran standar. Ukuran standar tidak terlalu detail, pada umumnya hanya terdiri dari
beberapa ukuran saja, seperti:
1. Lingkar badan
2. Lingkar pinggang
3. Lingkar panggul
4. Panjang busana/celana/rok
Ukuran tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:

1. Ukuran kecil atau smal disingkat dengan “S”


2. Ukuran sedang atau medium disingkat dengan “M”
3. Ukuran besar atau large disingkat dengan “L”
4. Ukuran yang lebih besar atau extra disingkat dengan “X”
Dari ketiga golongan di atas para produsen pakaian jadi dikembangkan lagi menjadi
berbagai ukuran seperti: SM. ML, XL, XXL dan lain-lain

Tabel 2.2 Ukuran Standar Wanita Dewasa (Indonesia)


Tabel 2.39 JIS (Japanese Industrial Standards)/Ukuran Standar Japan

Gambar 2.40 JIS (Japanese Industrial Standards)/Ukuran Standar Japan


h. Quality Control Ukuran
Untuk mengevaluasi ukuran yang sudah di ambil adalah dengan cara memeriksa
kembali catatan ukuran yang sudah di ambil. Apabila terjadi keraguan lakukan
pengambilan ukuran kembali sampai saudara yakin kalau ukuran tersebut sudah
benar, namun akan lebih baik apabila pada saat memeriksa ukuran berkoordinasi
dengan teman yang lebih profesional atau dengan orang lain yang sudah
berpengalaman, sehingga saudara tidak ada keraguan lagi tentang hasil ukuran
yang di ambil

D. Rangkuman
Mengukur merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan busana. Mengukur
dilakukan pada model/pelanggan, dapat pula dilakukan pengukuran pada contoh
busana. Pada saat melakukan pengukuran pada model atau pelanggan, jagalah dan
terapkan etika dalam mengukur. Berkomunikasilah dengan pelanggan dengan sopan,
ramah dan menghargai, buatlah suasana yang nyaman. Persiapkan alat ukur, gunakan
dengan tepat. Lakukan pengukuran dengan cermat dan teliti! Hasil dari mengukur
itulah yang kemudian digunakan sebagai patokan dalam pembuatan pola. Periksa
kembali ukuran yang telah diambil, apakah sudah sesuai dengan desain? Adakah yang
perlu diperhatikan, bentuk tubuh pelanggan merupakan hal yang sangat diperhatikan
dalam pembuatan pola, karena salah atau kurang cermat dan teliti akan berakibat
fatal, pakaian menjadi kurang bahkan tidak nyaman dikenakan pelanggan. Demikian
pula pengukuran yang dilakukan pada contoh busana yang dipesan pelanggan, harus
memperhatikan kaidah-kaidah pengukuran, lakukan pengukuran dengan teliti, cermat
dan perhatikan pesan tambahan dari pelanggan, apakah ada penambahan ukuran,
perubahan desain dan lainnya. Sehingga kita tidak harus melakukan perbaikan. Oleh
karena itu cermat, dan teliti harus selalu diperhatikan dan diterapkan dalam
pengukuran. Terakhir yang diperhatikan adalah memastikan/mengecek hasil ukuran
apakah sesuai dengan batas kewajaran bentuk tubuh pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai