Anda di halaman 1dari 44

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2.

PEMBUATAN POLA BUSANA DENGAN TEKNIK KONSTRUKSI

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, peserta diharapkan mampu menguasai
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk membuat pola blus
sesuai dengan desain, kompetensi yang terangkum dalam pembuatan pola secara
teknik konstruksi adalah :
Elemen 1. Menggambar Pola Dasar
Elemen 2. Mengubah Pola Dasar sesuai Desain
Elemen 3. Memeriksa Pola
Elemen 4. Menggunting Pola
Elemen 5. Melakukan Uji Coba
Elemen 6. Menyimpan Pola

B. Kriteria Unjuk Kerja


1.1 Alat gambar pola dan tempat kerja disiapkan sesuai dengan standar ergonomic
1.2 Pola dibuat sesuai ukuran badan dengan menggunakan alat gambar pola yang
tepat sesuai standar yang berlaku di industry
1.3 Merancang tata letak agar efektif
1.4 Mempersiapkan bahan untuk layak potong
2.1 Pola dasar diubah sesuai desain dan ukuran pemesan dengan diberikan
sentuhan estetik sesuai SOP pembuatan pola di industri setempat
2.2 Pola dilengkapi tanda-tanda pola sesuai SOP yang digunakan oleh industry
setempat
1.1 Ukuran bagian-bagian pola diperiksa sesuai ukuran pemesan dan diperbaiki
bila perlu
1.2 Garis dan bentuk pola diperiksa sesuai dengan desain
1.3 Tanda-tanda keterangan pola diperiksa sesuai dengan kebutuhan
1.1 Pola digunting tepat pada garis pola sesuai prosedur kesehatan dan keselamatan
kerja
1.2 Alat dipilih dengan tepat sesuai kebutuhan
5.1 Pola diuji coba dengan menggunakan bahan blacu atau bahan sesungguhnya
pada dress form atau langsung pada tubuh pemesan sesuai SOP yang berlaku
5.2 Pola diperbaiki sesuai dengan perubahan ketepatan letak bagian-bagian dan
desain busana dilengkapi dengan tanda-tanda pola
1.1 Jumlah pola diperiksa berdasarkan desain
1.2 Pola dikemas, dilengkapi dengan identitas model
1.3 Pola disimpan sesuai standar yang berlaku
1.4 Jumlah pola diperiksa berdasarkan desain

C. Aktivitas Pembelajaran
Elemen 1. Gambar Pola Dasar
a. Alat Gambar Pola
1. Alat ukur
• Pita ukuran
• Macam-macam penggaris pola
• Penggaris lurus
• Penggaris siku
• Penggaris panggul
• Penggaris bentuk (lengan, kerung lengan, pesak dan lain-lain)
2. Macam-macam pensil (pensil 2B atau pensil mekanik dengan berbagai
ukuran). Pensil mekanik tersedia dalam berbagai ukuran seperti: 0,2
mm, 0,3 mm, 0,5 mm, 0,8 mm
• Balpoin/pulpen/drawing pen
• Penghapus
• Pemberat pola
• Spidol/pensil warna
• Gunting kertas
3. Bahan Pembuatan Pola Konstruksi
Bahan untuk pembuata pola adalah bahan yang nantinya akan menjadi
sebuah pola dasar atau pola jadi. Untuk pola konstruksi biasanya
digunakan macam-macam kertas pola dan kalau untuk pembuatan pola
dengan system drapping atau memulir, biasanya digunakan bahan dari
blacu atau kaliko atau sejenisnya. Pemilihan bahan untuk membuat pola
tergantung pada kualitas pola yang ingin kita hasilkan dan tergantung
pada kesanggupan kita dalam pengadaan bahan untuk membuat pola.
Sebab semakin bagus bahan yang kita pakai atau gunakan, tentu harga
atau biayanya juga lebih tinggi atau mahal. Oleh sebab itu kita dapat
memilih bahan untuk pembuatan pola sesuai dengan kesanggupan kita.
Sebagai contoh bahan/macam-macam kertas pola yang dapat digunakan
untuk membuat pola adalah :
Macam-macam kertas pola
• Kertas HVS ukuran 100 cm X 65 cm atau lebih dengan berat 60
grm atau 70 gram
• Kertas koran polos dengan ukuran dan berat sama dengan kertas
HVS
• Kertas payung atau kertas coklat
Berikut ini dapat dilihat gambar macam-macam alat menggambar pola

Gambar. 3.1 Macam-macam alat menggambar


Sumber : Bunka Publishing Breau

b. Standar Ergonomic Tempat Kerja


Menggambar pola juga perlu menyiapkan areal kerja atau tempat kerja yang
representatif atau yang memenuhi syarat argonomik, agar pada saat
menggambar pola tidak terjadi efek samping yang berakibat buruk bagi
kesehatan tubuh, misalnya meja gambar yang terlalu tinggi akan menyulitkan
kita dalam bekerja sehingga efisien dan efektifitas tidak tercapai, Atau terlalu
rendah akan mengakibatkan kita bekerja membungkuk sehingga tidak baik
untuk kesehatan tubuh. Demikian juga meja gambar yang terlalu kecil akan
mengakibatkan kertas kerja rusak. Ruang kerja juga harus memperhatikan
penerangan atau cahaya. Ruang kerja yang gelap akan mengakibatkan
gangguan pada mata. Jadi areal kerja untuk menggambar busana harus
memperhatikan hal-hal yang tidak mengganggu kesehatan tubuh. Meja kerja
sebaiknya tidak memakai roda, karena akan mengganggu kenyaman dalam
menggambar pola. Berikut ini adalah salah satu contoh meja menggambar pola
yang memenuhi sarat ergonomik.
• Tinggi meja = 72 cm sampai 75 cm
• Lebar meja = 90 cm sampai dengan 115 cm
• Panjang meja = 180 cm sampai dengan 200 cm

Gambar 3.2 Meja menggambar pola

c. Pembuatan Pola sesuai Ukuran


Pembuatan pola konstruksi diawali dengan mengukur tubuh model dan
selanjutnya menganalisa desain. Dua poin ini yaitu ukuran dan hasil analisis desain
adalah menjadi pedoman utama dalam menggambar pola busana. Selanjutnya
sebelum memulai aktifitas menggambar pola, siapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk menggambar pola. Semua alat dan bahan haruslah dalam
keadaan siap pakai dan bersih. Areal kerja juga harus sudah dalam keadaan bersih.
Pensil yang digunakan harus sering di raut agar goresan garis yang dihasilkan tidak
tebal. Garis garis awal pola haruslah halus dan tipis, sehingga pada saat pola sudah
selesai, ditebalkan dengan menggunakan drawing pen dengan ukuran 0,5 mm.
Pada saat melakukan aktifitas menggambar, peserta juga harus memakai baju kerja
yang sesuai, agar terhindar dari kotoran yang mungkin dapat menempel pada
busana yang kita pakai. Bagi peserta yang tidak menggunakan hijab usahakan
rambut tidak mengganggu pada saat menggambar, oleh sebab itu apabila
rambutnya panjang, haruslah di ikat ke belakang agar tidak mengganggu.
Apabila semua persiapan menggambar pola sudah dilakukan, selanjutnya adalah
memulai menggambar pola. Cara menggambar pola adalah dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencatat hasil ukuran tubuh, contoh ukuran yaitu:
• Panjang punggung = 37,5 cm
• Lingkar badan = 86 cm
• Lingkar pinggang = 64 cm
2. Menghitung semua ukuran yang dibutuhkan pada saat menggambar pola.
Seperti lebar muka, lebar bahu, panjang sisi, lingkar leher dan lain-lain.
Semua ukuran yang dibutuhkan tersebut bersumber dari hasil ukuran lingkar
badan. Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan ketentuan yang
sudah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya cara menghitungnya adalah sebagai
mana diuraikan berikut ini
Dari ukuran di atas akan diperoleh beberapa ukuran yaitu:

86
▪ + 4 = 43 + 4 = 47 adalah untuk mendapatkan garis pinggang muka
2
dan belakang atau lebar pola
▪ Untuk mendapatkan tinggi pola adalah dengan menggunakan ukuran panjang
punggung. Ukuran panjang punggung di ambil utuh atau sesuai ukuran panjang
punggung

86
▪ 6 + 7 = 14,33 + 7 = 21,33 → 21,3 adalah untuk mendapatkan batas
garis ketiak
86

▪ 6 + 4 = 14,33 + 4 = 18,33 → 18,3 adalah untuk mendapatkan batas lebar

muka

86
▪ 6 + 2,5 = 14,33 + 2,5 = 16,83 → 16,8 adalah untuk mendapatkan batas lebar
punggung
86

20
▪ + 2,9 = 4,3 + 2,9 = 7,2 adalah untuk mendapatkan lebar garis leher.
▪ Hasil 7,2 ini ( 86 : 20 + 2,9 = 7,2 ). supaya di bagi 3
(7,2 : 3 = 2,4). Hasil bagi ini (2,4) adalah menjadi patokan untuk mendapatkan
tinggi leher belakang, turun bahu belakang dan turun bahu muka.
Apabila saudara merasa kesulitan atau merasa terlalu lama menghitung beberapa
ukuran di atas, maka daftar kalkulasi hitung cepat berikut ini dapat membantu
saudara dalam menentukan ukuran yang dibutuhkan.

TABEL 3.1 REFERENSI KALKULASI HITUNG CEPAT


Lingkar Lebar. Pola Batas Batas Batas Krg Leher
Badan(B) belakang
Ketiak Lb. Lb. Muka
Punggung
B:2+4 B:6+7 B:6+4 B : 6 + 2,5 B : 20 + 2,9
77 42,5 19,83 16,83 15,33 6,75
78 43 20 17 15,5 6,8
79 43,5 20,17 17,17 15,67 6,85
80 44 20,33 17,33 15,83 6,9
81 44,5 20,5 17,5 16 6,95
82 45 20,67 17,67 16,17 7
83 45,5 20,83 17,83 16,33 7,05
84 46 21 18 16,5 7,1
85 46,5 21,17 18,17 16,67 7,15
86 47 21,33 18,33 16,83 7,2
87 47,5 21,5 18,5 17 7,25
88 48 21,67 18,67 17,17 7,3
89 48,5 21,83 18,83 17,33 7,35
90 49 22 19 17,5 7,4
91 49,5 22,17 19,17 17,67 7,45
92 50 22,33 19,33 17,83 7,5
93 50,5 22,5 19,5 18 7,55
94 51 22,67 19,67 18,17 7,6
95 51,5 22,83 19,83 18,33 7,65
96 52 23 20 18,5 7,7
97 52,5 23,17 20,17 18,67 7,75
98 53 23,33 20,33 18,83 7,8
99 53,5 23,5 20,5 19 7,85
100 54 23,67 20,67 19,17 7,9
101 54,5 23,83 20,83 19,33 7,95
102 55 24 21 19,5 8
103 55,5 24,17 21,17 19,67 8,05
104 56 24.33 21.33 19,83 8,1
105 56,5 24,5 21,5 20 8,15
106 57 24,67 21,67 20,17 8,2
107 57,5 24,83 21,83 20,33 8,25
108 58 25 22 20,5 8,3
109 58,5 25,17 22,17 20,67 8,35
110 59 25,33 22,33 20,83 8,4

Catatan: Tinggi atau panjang pola adalah ukuran panjang punggung asli
(tidak ditambah dan tidak pula dikurangi)

1. Cara Pembuatan Pola Dasar Badan Atas


Setelah hitung-hitungan dilakukan dengan cermat atau dengan menggunanakan
tabel hitung cepat sebagaimana yang sudah di bahas pada materi cara membuat
pola di atas, sekarang berdasarkan ukuran tersebut kita memulai membuat pola
dasar. Urutan cara kerja membuat pola dasar, adalah dengan mengikuti nomor
urut yang sudah ditulis pada gambar pola. Untuk lebih jelasnya ikuti alur atau
urutan gambar pola beserta keterangan berikut ini.
1. Pola Dasar Badan Bagian Atas

Gambar 3.3 Pola Dasar Badan Bagian Atas

Keterangan Cara Membuat Pola :

Gambar 1 : Garis Pola adalah garis merah dan bagian dalam dari garis merah
sedangkan yang di luar garis merah adalah garis keterangan. Pembuatan Pola
dasar di pecah menjadi tiga langkah agar langkah-langkah cara pembuatan
pola lebih rijit dan lebih jelas.

Apabila Saudara teliti mempelajari gambar pola dasar di atas, sebetulnya


walaupun tidak membaca keterangan, Saudara akan dapat mengerti dengan
mengikuti cara kerja sesuai dengan nomor urut yang sudah tertera pada
gambar. Tetapi apabila Saudara tidak mengerti silakan dibaca keterangan
berikut ini :

▪ Panjang punggung disingkat Pj.Pu = 37,5


▪ Lingkar badan disingkat LB = 86
1) Panjang punggung = 37,5
LB
2) Lebar pola bagian bawah = + 4 = 47
2
3) Lebar pola bagian atas adalah sama dengan lebar pola bagian
bawah (urutan nomor 2 sama dengan urutan nomor 3)
4) Nomr 4 sama dengan nomor 1 yaitu = panjang punggung
LB
5) Batas ketiak adalah /lingkar badan adalah : + 7 = 21,3
6
6) Batas sisi bagian muka sama dengan batas sisi bagian belakang
7) Nomor 7 adalah batas awal garis sisi
LB
8) Batas lebar muka adalah = + 2,5 = 16,8
6
9) Batas lebar punggung adalah = LB + 4 = 18,3
6

1. Pola Dasar Bagian Atas Menggunakan Bunka

Gambar 3.4 Langkah ke-2 cara pembuatan pola dasar Bunka


Sumber: Bunka Publishing Bureau

Keterangan Gambar 2 :
LB
1) Kerung leher belakang adalah = 20+ 2,9 = 7,2.
Garis tegak lurus ke atas adalah ⅓ dari 7,2 = 2,4.
2) Panjang bahu belakang diperoleh dengan cara :
▪ Garis batas lebar muka diturunkan ⅓ dari lebar leher belakang (⅓
X 7,2 = 2,4)
▪ Dari titik yang turun 2 cm tersebut ke kanan dibuat garis tegak
lurus ke kanan = 2 cm
▪ Hubungkan titik ujung leher ke titik ujung bahu yang 2 cm
▪ Jadi garis nomor 11 adalah panjang bahu belakang. Bahu belakang
lebih panjang dari bahu muka, karena bahu belakang
menggunakan kupnat.
3) Membentuk kerung lengan bagian belakang
• Dari batas titik bahu yng turun ⅓ leher belakang, garis tegak
lurus dibagi dua sama panjang
• Dari titik tengah tersebut beri tanda turun 2 cm. Tanda turun 2
cm ini adalah tanda awal untuk memulai membentuk kerung
lengan menuju ketiak.
4) Garis sisi belakang dan muka, diperoleh dengan cara :
• Batas garis sisi (nomor 7) pada bagian pinggang digeser ke kiri
= 2 cm
• Hubungkan titik ketiak ke titik yang digeser 2 cm tadi
5) Garis leher muka bagian atas diperoleh dengan cara :
• Dari titik atas garis tengah muka ukur ke kiri = lebar leher
belakang dikurangi 0,2 (7,2 – 0,2 = 7,0 cm)
• Dari titik 7 cm diturunkan 0,5 cm
6) Garis leher muka bagian bawah diperoleh dengan cara :
• Dari titik atas garis tengah muka ukur ke kiri = lebar leher
belakang + 1 (7,2 + 1 = 8,2 cm)
• Dibuat garis membentuk segi empat menuju titik leher bagian
atas yang turun 0,5 cm
7) Kerung leher muka dibentuk dengan cara :
• Dari sudut segi empat dibuat garis diagonal dengan panjang
setengah dari lebar leher
• Bentuk garis leher mulai dari bagian atas yang turun 0,5 cm
menuju garis diagonal dan sampai pada titik tengah muka.
8) Panjang bahu bagian muka diperoleh dengan cara :
• Garis batas lebar punggung dari atas diukur turun dua kali, turun
bahu belakang (2,4 X 2 = 4,8) jadi turun 4,8 cm.
• Dari batas turun 4,8 cm dibuat garis tegak lurus ke kiri tanpa
diukur (tidak diukur)
• Dari titik leher yang turun 0,5 cm dibuat garis bahu bagian muka
dengan ukuran adalah panjang bahu belakang dikurangi 1,8 cm
Contoh :
Panjang bahu belakang = 14, maka panjang bahu bagian muka
adalah 14 – 1,8 = 12,2 cm.
Bahu belakang lebih panjang dari bahu muka, karena bahu
belakang menggunakan kupnat, berarti lebar kupnat bahu
belakang = 1,8 cm.
9) Kerung lengan bagian muka dibentuk dengan cara :
• Garis tegak lurus (batas lebar muka) dibagi dua sama panjang
dari titik ujung bahu menuju garis batas ketiak
• Dari titik pertengahan beri tanda turun 2 cm, tujuannya adalah
dari titik turun 2 cm ini kita mulai membentuk kerung lengan
menuju ketiak.
10) Turun tengah muka
• Garis pinggang pola dasar bagian muka tidak rata seperti garis
pinggang pola bagian belakang, karena badan bagian belakang
agak rata, jadi garis pinggang dapat dibuat rata, tetapi badan
atau tubuh bagian muka perempuan tidak rata
11) Garis pinggang bagian muka
Untuk membentuk garis pinggang baru pada pola bagian muka
diperlukan menentukan garis tinggi puncak/dada dengan cara :
• Garis batas lebar muka dibagi 2 sama panjang
• Dari titik tengah digeser ke sisi atau ke kiri = 0,7 cm
• Dari titik yang digeser 0,7 cm dibuat garis tegak lurus ke bawah
atau ke garis pinggang
• Garis pinggang bagian muka dibentuk sebagaimana terlihat
pada gambar
2. Pola Dasar Badan Bagian Atas Menggunakan Kupnat

Gambar 3.5 Langkah ke-3 cara pembuatan pola dasar Bunka


Sumber: Bunka Publishing Bureau

Keterangan Gambar 3 :

a. Batas tinggi puncak dada


Untuk menentukan batas tinggi puncak adalah garis tinggi puncak
diturunkan dari garis batas ketiak = 4 cm, kemudian titik yang turun 4 cm
diberi tanda silang.
Apabila Saudara menginginkan menentukan letak dan lebar kupnat atau
lipit pantas pada pola dasar, Saudara dapat mengikuti keterangan berikut
ini.
Keterangan cara menentukan letak dan lebar kupnat :
• Untuk menentukan lebar kupnat diperlukan ukuran lingkar
pinggang. Untuk memudahkan Saudara dalam berlatih atau
mencoba membuat pola dasar yang dilengkapi dengan kupnat,
maka gambar pola berikut ini diberikan sebagai contoh ukuran
lingkar pinggang = 64 cm.

Urutan keterangan cara membuat pola meneruskan urutan nomor yang


sudah dijelaskan sebelumnya.

b. Garis sisi bagian muka


Garis sisi pola dasar menjadi dirubah dengan cara :
• Dari garis sisi pola dasar digeser ke kiri 1 cm dan ke kanan 1 cm
menjadi garis sisi baru bagian muka dan bagian belakang.
c. Garis sisi bagian belakang
d. Menentukan lebar kupnat bagian belakang
• Ukur dari garis tengah belakang batas dari garis pinggang
belakang yaitu ¼ lingkar pinggang + 0,5 – 1 (¼ X 64 + 0,5 – 1 =
15,5 cm)
• Dari batas 15,5 cm ukur sisa garis ke sisi
• Sisa garis adalah menjadi lebar kupnat
e. Lebar kupnat/ lipit pantas bagian belakang
• Lebar kupnat/lipit pantas adalah sisa garis pinggang setelah
dikurangi ¼ l.pi + 0,5 - 1
f. Membentuk kupnat/ lipit pantas bagian belakang
• Garis tengah kupnat adalah garis pertengahan batas lebar
punggung dibagi dua (lbr. Pu : 2)
• Dari titik tengah dibuat garis tegak lurus ke bawah (ke garis
pinggang
• Lebar kupnat sama dengan lebar sisa garis pada bagian garis
pinggang
• Panjang kupnat adalah 2 cm naik dari garis batas ketiak
g. Batas garis pinggang bagian muka
• Batas garis pinggang adalah ¼ lingkar pinggang + 0,5 + 1 (¼ X
64 + 0,5 + 1 = 17,5 cm)
h. Lebar kupnat bagian muka
Sisa garis pinggang adalah menjadi lebar kupnat bagian muka cara
menentukan lebar kupnat bagian muka adalah : panjang garis pinggang
pola dikurangi garis pinggang asli ( ¼ l.pi + 0,5 + 1 = 17,5 cm)
Contoh :
• Panjang garis pinggang = 22,5
• Lingkar pinggang = 64
• ¼ X 64 + 0,5 + 1 = 17,5
• Lebar kupnat adalah panjang garis pinggang dikurangi ¼ l.pi + 0,5
+ 1 = 5 ( 22,5 – 17,5 = 5 cm)
i. Membentuk kupnat bagian muka dengan cara
• Dari garis tinggi puncak pada bagian pinggang, digeser ke kanan
atau ke tengah muka = 1,5 cm
• Dari titik 1,5 cm diukur lebar kupnat ke sisi atau ke kiri = 5 cm
(lihat gambar)
• Jadi bentuk kupnat bagian muka tidak seimbang seperti kupnat
bagian belakang
j. Kupnat bahu dibentuk dengan cara :
• Dari titik leher belakang diukur ke kanan = 4 cm
• Dari titik 4 cm dibuat garis sejajar dengan garis tengah belakang
• Panjang kupnat bahu = 6 atau 7 cm
• Lebar kupnat = 1,8 cm dari titik batas 4 cm
• Ujung kupnat adalah miring ke kiri atau ke tengah belakang = 05
cm
• Garis kupnat dibentuk
1) Memindahkan Lipit Pantas
a. Cara memindahkan lipit pantas pada garis sisi

Gambar. 3.6 Cara memindahkan lipit pantas pada garis sisi

b. Cara memindahkan lipit pantas pada garis hias (garis princess)

Gambar. 3.7 Cara memindahkan lipit pantas pada garis hias (garis princess)
c. Cara memindahkan lipit pantas dalam bentuk lipit (lipit kerut)

Gambar. 3.8 Cara memindahkan lipit pantas dalam bentuk lipit (lipit kerut)

2) Macam-macam garis hias

Gambar 3.9 Macam-macam garis hias


3) Macam-macam bentuk dan pola garis leher

Gambar 3.10 Macam-macam bentuk dan pola garis leher


4) Pola kerah
Gambar 3.12 Macam-macam pola kerah
2. Pola dasar lengan
Cara pembuatan pola lengan dapat dipahami dan dimengerti dengan cara
mempelajari keterangan yang sudah ditulis langsung pada gambar pola. Cara kerja
pembuatan pola lengan adalah dengan mengikuti nomor urut yang tertulis pada
gambar seperti (1, 2, 3 dan seterusnya). Yang perlu dipahami adalah pola lengan
baru dapat dibuat setelah pola badan atas selesai, sebab pola lengan dibuat
berdasarkan lingkar lengan pada pola badan bagian atas. Untuk lebih jelasnya cara
membuat pola lengan dapat dilihat dan dibaca keterangan berikut ini.

Gambar 3.13
Pola dasar lengan panjang dan lengan pendek
Sumber: Bunka Publishing Bureau
Keterangan :

Gambar pola dasar lengan belakang yang digabung dengan bagian muka adalah
memperlihatkan kerung lengan yang akan diukur. Seperti terlihat pada gambar huruf
“ABC” adalah kerung lengan yang akan diukur. Berdasarkan ukuran kerung lengan
tersebut dibuat pola lengan dengan keterangan sebagai berikut :

1. Garis besar lengan dibuat hanya dengan menarik garis lurus mendatar atau
horizontal tanpa ukuran (tidakdiukur)
2. Garis tinggi puncak ditentukan dengan cara
• Ukur kerung lengan muka ditambah kerung lengan belakang (ABC)
ABC
• Hitung tinggi garis puncak + 2,5
4 44
• Contoh ABC = 44 maka tinggi puncaknya + 2,5 = 13,5 cm
4

3. Kerung lengan bagian belakang adalah garis sisi segi tiga bagian kiri dengan
ukuran kerung lengan bagian belakang ditambah 1 cm (AB + 1) (lihat gambar)
4. Kerung lengan bagian muka adalah garis sisi segitiga bagian kanan dengan
ukuran sama dengan kerung lengan bagian muka (BC) (lihat gambar)
5. Panjang lengan diukur dari tinggi puncak sampai panjang yang diinginkan
6. Sisi lengan bagian belakang sama dengan sisi lengan bagian muka
7. Sisi lengan bagian muka panjang nya sama dengan sisi lengan bagian belakang
8. Garis batas panjang lengan, di ukur dari batas puncak lengan sampai panjang
yang diinginkan
9. Membentuk kerung lengan bagian belakang dengan cara :
• Garis sisi segitiga bagian kiri dibagi 3
• Pada titik 1/3 pertama dari titik puncak lengan, buat garis tegak lurus = 1,5
cm
• Bentuk kerung lengan bagian belakang (lihat gambar)
10. Membentuk kerung lengan bagian belakang (lihat gambar)
• Garis sisi segitiga bagian kanan di bagi 4
• Pada titik ¼ pertama dari titik puncak lengan, buat garis tegak lurus ke atas
= 1,8
• Pada titik ¼ yang ke tiga buat garis tegak lurus ke bawah = 1,3
• Bentuk kerung lengan bagian muka (lihat gambar)
11. Membentuk garis sisi lengan bagian kiri adalah dari garis lurus, masuk ke dalam
= 1 cm
12. Membentuk garis sisi lengan bagian kanan adalah dari garis lurus masuk ke
dalam = 1 cm
Pola dasar lengan selesai dengan keterangan bagian kiri adalah pola belakang dan
bagian kanan adalah pola muka

Macam-macam pola lengan :


Gambar 3.14 Macam-macam pola lengan

Gambar 3.15 Pola lengan kop dengan lajur (strook) dikembangkan


Gambar 3.16 Pola lengan setali

Gambar 3.17 Pola Lengan Reglan


d. Tata Letak Pola
Cara merancang tata letak pola agar efektif dilakukan dengan cara menata/menyusun
lembaran pola sedemikian rupa di atas kertas dengan ukuran yang sama dengan lebar
bahan yang akan di pakai atau menggunakan bahan yang sesungguhnya, agar
pemakaian bahan lebih efisien. Merencanakan tata letak pola, di industri garmen
dikenal dengan marker layout / lay planning yaitu susunan pola dari suatu desain
busana yang dikutip / digambar dari pola aslinya diatas kertas marker.

Tujuan utama dari penyusunan tata letak pola / marker lay out antara lain :

1. Sebagai pedoman pekerjaan bagian potong (Cutting Room), sehingga


mempermudah dan mempercepat pekerjaan (efektifitas) hal ini dapat
mempengaruhi biaya tenaga yang dapat ditekan lebih murah
2. Untuk mengetahui kebutuhan bahan tekstil yang diperlukan sesuai dengan
pesanan/order yang akan dibuat/diproduksi
3. Untuk menghemat bahan tekstil (efesiensi) sehingga biaya produksi dapat
diperkecil tanpa harus mengabaikan karakteristik bahan tekstil seperti, sifat bahan
tekstil, corak / motifnya, permukaan bahan tekstil (Tekstur) dan yang lainnya.
4. Untuk mengetahui berapa banyak bahan yang diperlukan untuk
membuat/memproduksi, baik untuk per orangan maupun dalam jumlah banyak /
masal.
Gambar 3.18
Merancang/menata
pola di atas bahan
Sumber: Dokumen
pribadi

e. Persiapan Bahan
Apabila pola sudah selesai dan sudah di evaluasi, serta sudah yakin tidak ada
kesalahan, maka selanjutnya pola tersebut siap untuk digunakan dan di gunting untuk
di tata di atas bahan. Sebelum menata pola di atas bahan, bahan terlebih dahulu perlu
dipersiapkan agar layak untuk di potong atau di gunting. Cara menyiapkan bahan
adalah:
1. Menganalisis jenis bahan dan asal serat secara kasat mata atau secara umum
Agar dapat diketahui apakah bahan tersebut perlu disusutkan atau tidak dan
agar dapat diketahui apakah bahan tersebut tahan panas atau tidak, sehingga
pada saat menyeterika kita dapat mengatur suhu seterika sesuai dengan
sifat/kondisi bahan
2. Merapikan tepi kain dengan cara mencabut benang lungsin/lusi
3. Menyusutkan bahan (bila diperlukan) dengan cara bahan di lembabkan atau di
rendam (tergantung jenis bahan)
4. Bahan yang sudah di rendam/di lembabkan di seterika dengan panas yang
sesuai
5. Mengecek cacat bahan
6. Memberi tanda pada bagian bahan yang ada cacatnya(bila ada)
7. Bahan siap untuk di gunting/di potong

Elemen 2. Pengubahan Pola Dasar sesuai Desain


a. Pembuatan Pola Jadi
Merubah pola dasar badan atas menjadi pola blus yang sesuai denga ukuran dan
desain, ada beberapa langkah atau kegiatan yang harus dilakukan, yaitu sebagaimana
yang diuraikan berikut ini.
1) Desain Blus
Langkah awal adalah saudara harus mempelajari desain atau model blus yang
akan dibuat. Desain tersebut dapat diperoleh dari konsumen atau pelanggan
yang akan membuat blus atau dapat juga saudara sendiri yang membuat
gambarnya berdasarkan masukkan atau permintaan dari pelanggan. Sebagai
contoh desain atau gambar model blus yang akan di buat adalah sebagai
berikut.

Desain Blus

Gambar. 3.19 Desain blus

2) Analisa Desain
Apabila model atau desain blus sudah ada, maka selanjutnya adalah saudara
harus menganalisa gambar tersebut secara detail. Poin yang perlu dijelaskan
dalam menganalisa desain adalah sebagai berikut:
Analisa desain
Style : Style dari gambar sketsa ini adalah blus dengan model
menggunakan lipit pantas
Detail Blus :

Bagian depan:

- Kerah board menggunakan kancing hias


- Pembuka blus bagian tengan muka dengan lima buah
kancing
- Menggunakan lipit pinggang depan, belakang dan sisi
- Panjang blus di atas panggul
- Lengan licin dan kerutan di bagian bawah dengan
panjang ¾
- Ujung lengan bermanset dengan pembuka 1 (satu) buah
kancing hias

Bagian belakang :

- lipit pantas pada bagian belakang


Tekstil yang sesuai adalah dari bahan katun atau poliester dan bertekstur halus

Kesempatan: Baik untuk busana kuliah, bekerja maupun santai

12) Ukuran model


Setelah melakukan analisa desain, langkah selanjutnya adalah mengambil
ukuran model. Ukuran di ambil sesuai dengan kebutuhan ukuran blus yang
akan dibuat. Jumlah ukuran yang perlu di ambil tergantung kepada model blus
yang akan di buat. Sebagai contoh ukuran model untuk pola blus adalah:
Panjang punggung = 37 cm

Lingkar badan = 80 cm

Lingkar pinggang = 70 cm

Lingkar panggul = 92 cm

Tinggi panggul = 18 cm

Panjang blus dari pinggang = 18 cm


Setelah selesai menganalisa desain dan mengambil ukuran, selanjutnya barulah
saudara memulai membuat pola blus sesuai dengan desain dan sesuai dengan
ukuran model. Membuat pola blus yang disesuaikan dengan desain, atau
dengan model apapun, semuanya adalah dengan cara berpedoman atau
mengacu kepada pola dasar badan atas. Dari pola dasar, dapat dikembangkan
menjadi berbagai macam model blus yang di inginkan. Berikut ini adalah salah
satu cara merubah pola blus yang disesuaikan dengan ukuran dan desain.
Model atau desain blus adalah sebagaimana yang sudah ditampilkan pada
desain sebelumnya, demikian juga analisa desainnya juga sudah di bahas
sebelumnya.

13) Cara merubah pola blus sesuai dengan desain di atas adalah dengan cara
mengikuti urutan langkah kerja berikut ini:
a) Copy atau kutip pola dasar bagian belakang dan bagian depan

Gambar. 3.20 Pola dasar blus

Cara merubah pola dasar sesuai desain adalah dengan cara mengikuti keterangan
lansung yang sudah ada pada gambar pola. Untuk lebih jelasnya pelajari gambar
merubah pola blus berikut ini:
1. Menggambar Pola Blus bagian belakang dan bagian depan
Keterangan: garis putus-putus adalah garis bantu. Garis utuh adalah garis pola
blus
Gambar. 3.21 Pola badan blus

2. Menggambar pola kerah


Keterangan: Pola kerah dibuat berdasarkan ukuran lingkar leher belakang di
tambah lingkar leher depan. Lingkar leher yang di ukur adalah lingkar leher
pola blus yang sudah di rubah. Garis AB adalah garis leher belakang. Garis BD
adalah garis leher depan.

Gambar 3.22 Pola Kerah B


3. Menggambar Pola lengan
Pola lengan dibuat berdasarkan ukuran lingkar kerung lengan belakang di
tambah kerung lengan depan, seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar. 3.23 Pola lengan blus model

Gambar 3.24 Gambar lengan bermanset


Pola manset

Gambar 3.25 Pola manset lengan

b. Tanda-tanda Pola
Tanda pola diantaranya seperti:
F = Front, kode pola untuk pola bagian muka, jika jumlah pola muka lebih dari 1,
maka di tulis F1, F2 dst. begitu pula dengan yang lainnya.
B = Back, kode pola untuk pola bagian belakang
S = Sleeve, kode pola untuk pola lengan
C = Collar, kode pola untuk pola kerah
Green line = tanda arah serat bahan dengan tanda panah yang panjang
Penerapan tanda-tanda pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini

1. Pola bagian belakang

Gambar 3.26 Pola bagian belakang


2. Pola bagian depan

Gambar 3.27 Gambar Pola bagian depan

Elemen 3. Pemeriksaan Pola


Pada saat memeriksa pola secara keseluruhan hal utama yang di periksa adalah kesesuain garis
dan bentuk pola blus dengan desain. Selanjutnya tampilan garis-garis pola harus dibuat lues
atau tidak kaku. Disampingitu, garis pola tidak boleh terlalu tebal, oleh sebab itu pensil yang
digunakan harus sering-sering diraut atau di runcingkan. Kalau diperlukan ada bagian-bagian
garis pola yang perlu diberikan sentuhan estetis, misalnya pada bagian garis hias, bentuk
saku,bagian yang lengkung dan lain-lain, sehingga semua garis pola terlihat rapi dan sesuai
dengan desainnya. Apabila pola akan di perjelas dengan drawing pen, gunakan ukuran
drawing pen yang 0,2 mm atau maksimal 0,5 mm, sehingga sesuai dengan lebar garis pola
yang dibuat dengan pensil yang digunakan pada saat menggambar pola
a. Pemeriksaan Pola sesuai Ukuran
Setelah pola selesai di buat, ukuran setiap bagian pola diperiksa agar sesuai dengan
ukuran model yang sudah di ambil. Bagian-bagian pola diperiksa baik jumlah maupun
ukurannya dengan berpedoman pada desain yang digunakan pada saat membuat pola.
Dari sekian banyak ukuran pola blus yang sudah di ambil yang paling utama diperiksa
diantaranya adalah ukuran:
• Lebar muka
• Panjang blus
• Lebar punggung
• Lebar kerah
• Panjang lengan
• Posisi letak garis hias/lipit/saku(kalau ada)
• Dll
b. Pemeriksaan Garis dan Bentuk Pola
Pemeriksaan terhadap pola sangat penting dilakukan setelah selesai membuat
pola busana. Pengecekan pola ini dilakukan agar bisa menghasilkan pola sesuai
dengan desain yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengecekan
antara lain mengecek garis dan bentuk pola yang dibuat. Garis yang dimaksud dalam
pola meliputi bentuk dan ukurannya. Bentuklah garis secara natural, gunakan alat yang
dibutuhkan seperti pensil yang runcing dan berbagai penggaris yang dibutuhkan.
Dalam membuat garis lurus maupun lengkung gunakan penggaris yang sesuai dengan
kebutuhan pola yang dibuat.

Gambar 3.28. Penggaris pola


Macam-macam penggaris dalam pembuatan pola antara lain :
1) Penggaris segitiga siku
Penggaris segitiga siku-siku digunakan untuk membentul garis dan sudut, seperti
garis badan, tengah muka dan tengah belakang, lebar muka dan lebar belakang.
2) Garis lengkung pinggul
Penggaris ini digunakan untuk membentuk garis pinggul pada pola, sehingga
bagian panggul pakaian yang dijahit membentuk bulat panggul dengan baik.
3) Penggaris lengkung
Berbagai penggaris dengan bentuk lengkung dapat digunakan untuk membuat
lingkar leher, untuk kerung lengan dan bentuk lengkung yang diinginkan, seperti
lipit pantas yang dibuat melengkung, misalnya.
Dapat digunakan untuk membuat segala macam pola, seperti berbagai pola
blus, blazer/jas, bustier dan lainnya.
Dalam memeriksa garis dan bentuk pola lakukan pengecekan pada ketepatan
ukuran pola. Cek ukuran lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul,
panjang blus, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran yang diperoleh pada pola
yang telah dibuat harus sesuai dengan ukuran badan seseorang yang telah diukur.
2. Ketepatan bentuk pola. Cek bentuk pola bagian kerung leher, kerung lengan,
lingkar pinggang, lingkar panggul dan sebagainya. 3. Ketepatan komponen pola.
Cek pola bagian atas dan bawah, pola depan dan belakang, pola kerah, pola
lengan, pola lapisan, pola pelapis, dan bagian-bagian pola yang lain. Apabila
terdapat pecah pola juga harus diperhatian komponen pola-pola tersebut..

c. Pemeriksaan Tanda-tanda Keterangan Pola


Memeriksa ketepatan tanda-tanda pola sangat penting untuk dilakukan. Pola yang
telah dibuat dan digunting akan menghasilkan beberapa komponen pola, sehingga
perlu diberikan tanda-tanda pola. Diantaranya adalah tanda arah serat kain, tanda
guntingan, tanda lipatan, tanda jumlah guntingan, , tanda lipit, tanda muka
belakang dan sebagainya.
Simbol/tanda tanda pola yang biasa digunakan dalam pembuatan berbagai macam
pola busana dapat di lihat pada gambar berikut ini:

No Instruksi Tanda simbol Kegunaannya


1 Guide line/garis Garis identitas, sebagai guide waktu
pandu menggambar garis-garis.
Memenunjukkan garis tegas halus atau
garis patah-patah/putus-putus halus.
2 Garis sektor Ssatu garis yang panjangnya sudah pasti
dibagi menjadi sama panjang.
(dibagi dua sama
Digambarkan dengan garis yang
panjang)
putus/patah atau dengan garis tegas.

3 Garis Garis penyelesaian sesuai rencana pola.


penyelesaian akhir Digambarkan dengan garis tegas atau
garis putus-putus.

4 Garis lapisan Garis menunjukkan posisi dan bukuran


dari lapisan.Digambar dengan garis
tebal terdiri dari titik-titik dan garis-
garis.
5 Garis gunting Garis, dimana bahan akan digunting
pada lipatan pada lipatan kain. Digambarkan garis
putus-putus dan tebal.

6 Garis lipatan Garis menunjukkan posisi lipatan atau


belakang posisi untuk lipatan belakang.
Garis lipatan
puncak lengan
7 Garis setikan Tanda posisi dan tipe setikan. Berupa
garis-garis putus. Garis yang
pantas/tepat lihat dari setikan awal
sampai akhir.
8 Titik badan (BP) Tanda bust point atau posisi tinggi
puncak
9 Tanda garis siku Menunjukkan sudut kanan. Garisnya
tegas dan jelas .
(sudut 90)

10 Notch Tanda pertemuan garis bahu depan


dengan garis bahu belakang.

11 Lipit satu arah Dua garis diagonal serong kebawah


kearah kelim, menunjukkan bahwa garis
atas menindih garis bawah.

12 Lipit hadap atau Menunjukkan Sama dengan di atas


lipit sungkup
(Lipit dalam)

13 Lipit hadap Menunjukkan posisi lipit hadap


14 Tanda garis Menunjukkan Dikembangkan
berseberangan

15 Arah serat Arah serat bahan memanjang atau


lungsin. Garis tebal dan tegas.

16 Arah serong Menunjukkan arah serong (bias)


bahan/kain. Garis tebal dan tegas.

17 Tutup dan gunting Menunjukkan kertas pola akan dilipat


tanda buka sepanjang garis kupnat dan gunting
sepanjang garis.

18 Tanda Menunjukkan lembar pola kertas akan


menggunting disesuaikan berdampingan pada waktu
bahan dengan menggunting bahan/kain.
mengatur lembar
kertas pola utk
dihubungkan
19 Tanda kancing Menunjukkan posisi kancing
20 Tanda lubang Menunjukkan posisi lubang kancing
kancing
21 Di kerut Menunjukkan posisi
22 Buka dan tutup Menunjukkan posisi

23 Tanda tarik Menunjukkan posisi untuk ditarik

24 Tusuk jelujur Garis untuk membuat kerutan

Gambar. 3.29 Tanda-tanda pola


Elemen 4. Pengguntingan Pola
a. Pengguntingan Pola
Dalam pengguntingan pola yang harus diperhatikan adalah bahwa kita harus
memastikan pola yang sudah dibuat, sudah benar, sesuai desain, tepat ukuran, dan tepat
jumlahnya. Perhatikan pula tanda-tanda pola juga harus lengkap, setelah itu guntinglah
pola bagian demi bagian secara berurutan, letakkan pola yang sudah digunting
ditempat yang sudah disiapkan, jangan tercecer, selanjutnya pastikan semua pola
tergunting dengan utuh, dan benar, artinya pola digunting tepat digaris pola.

Cara menggunting pola tepat pada garis pola


Pola yang sudah dibuat dan sudah di periksa ukuran, garis dan jumlah serta bentuknya,
pola tersebut di gunting untuk digunakan selanjutnya. Gunting yang digunakan adalah
gunting khusus untuk gunting kertas. Jangan gunakan gunting kain atau gunting bahan
untuk menggunting kertas. Menggunting pola di mulai dari pola yang terbesar dan
diteruskan sesuai urutan besar pola. Menggunting pola juga harus rapi, bekas
guntingan tidak boleh bergerigi. Pada saat menggunting posisi mata gunting harus
tepat pada tengah garis pola

b. Pemilihan Alat yang Tepat


Dalam memilih alat menggunting pola, gunakan/pilihlah alat atau gunting yang sesuai,
maksudnya gunakan gunting yang tajam, tidak berkarat dan bersih. Gunakan gunting
khusus untuk gunting kertas. Ukuran gunting kertas juga dipilih yang sesuai dengan
tebal atau tipisnya kertas pola, dan besar atau kecilnya pola yang akan di gunting.

Elemen 5. Melakukan Uji Coba Pola


a. Uji Coba Pola
Cara membuat uji coba pola adalah dengan melakukan pembuatan busana yang sesuai
dengan pola yang di buat dengan menggunakan bahan blacu atau dengan bahan yang
karakteristiknya mendekati bahan aslinya. Ujicoba dapat dilakukan dengan menjahit
secara utuh sesuai dengan pola dan dapat juga hanya dengan separoh badan saja.
Ujicoba pola hanya bertujuan untuk mengevaluasi pola agar tidak terjadi kesalahan
pada saat di realisasikan pada bahan yang sesungguhnya. Dengan melakukan uji coba
pola akan dapat dilihat ketepatan letak garis pola dan ketepatan bentuk pola, ketepatan
ukuran serta kesesuain bentuk busana dengan desain busana yang dibuat.
Langkah-langkah membuat uji coba pola adalah sebagai berikut:
i. Menata pola di atas bahan dan menggunting bahan

Gb. 3.30 Menata pola di atas kain

Gambar. 3.31 Menjahit lengan (uji coba)


Keterampilan yang diperlukan dalam melakukan uji coba pola

Dalam melakukan uji coba, maka keterampilan yang diperlukan adalah :

• Keterampilan dalam merubah pola dasar menjadi pola jadi (sesuai


desain)
• Keterampilan dalam menjahit, yaitu menyatukan bagian-bagian menjadi
busana yang utuh, sesuai desain

Setelah menjahit pastikan hasil jahitan telah diberi jelujuran pada:

• Tengah muka/depan (TM/TD)


• Tengah belakang (TB)
• Garis lingkar dada
• Garis lingkar pinggang
• Garis lingkar panggul
• Tengah lengan, dan
• Tanda-tanda lain yang diperlukan

b. Perbaikan Pola setelah Uji Coba
Setelah bahan ujicoba di jahit, selanjutnya adalah melakukan fitting. Pada saat fitting
bagian tidak rapi dan tidak sesuai dengan ukuran serta tidak sesuai dengan desain,
maka lansung diperbaiki pada bahan ujicoba tersebut. Pada gambar berikut ini terlihat
pada bagian punggung tidak rata atau ada bahan yang menumpuk.

Gambar. 3.32 Uji coba pola badan


Keterampilan yang diperlukan dalam Memperbaiki pola dasar pada bahan uji
coba

Dari hasil uji coba, maka harus kita dapatkan hasil dengan tepat dan benar, artinya :

• Model busana yang telah dijahit sesuai dengan desain


• Busanya nyaman, pas dengan permintan pelanggan/model, baik desain dan
ukurannya

Tetapi apabila busana tidak sesuai dengan permintaan pelanggan, baik desain dan atau
pada ukurannya, maka polanya harus diperbaiki sesuai dengan kesalahan yang terjadi
pada ujicoba. Cara memperbaikinya adalah dengan cara sebagaimana yang terlihat
pada gambar berikut ini:

1) Gambar nomor 1, adalah gambar pola dasar asli


2) Gambar nomor 2, adalah gambar pola yang dilakukan perbaikan
3) Garis yang ditebalkan pada gambar nomor 2, adalah garis pola yang sudah
diperbaiki dan akan digunakan untuk produksi

Gambar. 3.33 Perbaikan pola badan

Cara memperbaiki pola dasar


Pada saat melakukan ujicoba pola, kemungkinan akan terjadi perbaikan sehingga
akan terjadi perubahan pada pola asli. Bahan ujicoba diperbaiki sesuai dengan bentuk
tubuh model. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara diantaranya adalah:
a. Menggunakan jarum pentul
b. Menggunakan kapur jahit atau sepidol tekstilMenggunakan jelujur (dijahit
dengan tangan dengan menggunakan tusuk jelujur)
c. Menggunakan alat bantu lain yang dapat memberi tanda perbaikan
Setelah uji coba diperbaiki dan sudah diberi tanda, kemudian bahan uji coba di lepas.
Selanjutnya tanda-tanda perbaikan pada hasil ujicoba dipindahkan ke pola asli
(master pola). Pola yang sudah diperbaiki, sebaiknya garis pola yang akan dipakai
warna garisnya dibedakan dengan garis pola awal (sebelum diperbaiki). Pola hasil
perbaikan adalah pola yang sudah siap untuk dipakai atau untuk dijadikan pola yang
akan di produksi

Elemen 6. Penyimpanan Pola


a. Pemeriksaan jumlah pola
Pola yang sudah selesai diperbaiki dan siap untuk digunakan, haruslah
terlebihdahulu diperiksa jumlahnya. Untuk mengetahui berapa jumlah bagian
atau potongan pola haruslah dengan cara berpedoman pada desain dan hasil
analisa desain. Sehingga jumlah potongan pola sesuai dengan desain yang
digunakan

b. Pengemasan pola
Pola yang sudah siap untuk di pakai atau pola yang sudah selesai di pakai,
haruslah di kemas agar tidak ada yang tercecer atau hilang. Pada saat mengemas
pola, sebaiknya dilengkapi dengan ukuran yang digunakan dan pada bagian luar
kemasan sebaiknya dicantumkan beberapa keterangan sebagai identitas pola.
Keterangan atau identitas yang diperlukan diantaranya adalah:
1. Nama pemilik pola/nama model
2. Desain/gambar model
3. Jumlah pola
4. Contoh bahan
5. Tanggal pembuatan (kalau diperlukan)
Contoh Kemasan Pola

Gambar. 3.34 Kemasan pola

c. Penyimpanan pola
Pola yang sudah di kemas, disimpan pada tempan penyimpananan pola
Tempat penyimpanan dapat berupa almari khusus pola dapat juga di gantung pada
tempat atau ruangan khusus penyimpanan pola atau dapat juga pada laci atau
kotak yang dikhususkan untuk menyimpan pola. Penyimpanan pola haruslah
sistematis agar mudah ditemukan pada saat diperlukan. Teknik penyimpanan
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya:
1. Berdasarkan jenis desain(khusus rok, atau khusus gaun, dan lain-lain
2. Berdasarkan abjad nama pelanggan
3. Berdasarkan tanggal, bulan dan tahun
4. Dan lain-lain

Gambar. 3.35 Penyimpanan pola


D. Rangkuman
Pola dasar bunka adalah salah satu pola konstruksi yang digunakan dalam pembuatan
pakaian/busana. Ukuran yang dijadikan dasar pembuatan pola badan bunka, yaitu : ukuran
panjang pungung, lingkar badan dan lingkar pinggang. Untuk memudahkan dalam
menghitung ukuran kita dapat menggunakan panduan hitung cepat yang telah disediakan.
Alat gambar pola dan tempat kerja hendaknya disiapkan sesuai standar ergonomic.
Gunakan alat gambar pola sesuai standar, gambarlah pola sesuai ukuran yang diminta
pelanggan/model. Lengkapi dengan tanda-tanda pola, dan hitunglah dengan cermat berapa
jumlah pola. Perhatikan tata letak pola ketika akan memotong, pergunakan bahan seefektif
mungkin, persiapkan bahan yang akan dipotong buanglah pinggiran kain, bahan licin dan
tidak kusut. Buatlah uji coba pola bila diperlukan dan lakukan perbaikan bila tidak sesuai.
Kemaslah pola dan lengkapilah dengan identitas model dan simpan dengan rapi, sehingga
bila sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dengan mudah ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai