Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Jangka Sorong


1.2 Tanggal Praktikum : 11 Desember 2019
1.3 Pelakasana Praktikum : 1. Humaira Vebyca NIM. 180140082
2. Mugni Devyani Pulungan NIM. 180140095
3. Sausan Munira NIM. 180140106
4. M Ridho Anshori Sebayang NIM. 180140114
1.4 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan jangka sorong
untuk mengukur diameter benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai
macam alat ukur panjang diantanya mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Dalam
mengukur panjang suatu benda selain memperhatikan keteletian alat ukurnya juga
memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Jika benda yang akan
diukur memiliki bentuk yang sangat besar maka pengukuran tidak mementingkan
ketelitian yang besar. Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan,
mengukur suatu benda seperti bola, balok dan lain- lain untuk diameternya dapat
menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong (Ishaq, 2007).
Jangka sorong ditemukan di kota Oranan, Perancis pada tahun 1600-an. Alat
ukur ini dirancang dan dibuat oleh seorang ahli matematika dan sains bernama
Pierre Vernier. Beliau adalah orang yang menciptakan skala yang diberi nama skala
vernier atau lebih dikenal sebagai skala nonius. Sampai sekarang dikenal berbagai
jenis jangka sorong dan yang paling canggih adalah jangka sorong digital. Pada
jangka sorong digital tidak perlu lagi mempelajari cara menghitung dengan jangka
sorong. Cukup dengan melakukan pengukuran dengan jangka sorong dengan benar
kemudian melihat berapa panjang yang muncul pada layar digital.
Jangka sorong yang dijual dipasaran memiliki ukuran dan tipe-tipe tertentu
serta memiliki beberapa macam jenis/bentuk yang berbeda-beda. Tipe-tipe tersebut
terdiri dari tiga jenis yaitu manual, analog dan digital. Untuk jangka sorong yang
manual memiliki beberapa ukuran yaitu 150 mm, 200 mm dan 500 mm. untuk harga
dari masing-masing jangka sorong itu adalah Rp. 353.685,00, Rp. 529.000,00 dan
Rp. Dan yang terakhir yaitu Rp. 565.000,00. Lalu untuk jangka sorong analog
memiliki satu ukuran yaitu 150 mm dengan harga Rp. 570.000,00. Kemudian
terakhir adalah jangka sorong digital, jangka sorong ini juga hanya memilii satu
ukuran yaitu 150 mm dengan harga 160.000,00. Jadi, beberapa jangka sorong
tersebut memiliki harga yang berbeda-beda tergantung kualitas dan merek tertentu.
2.1 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,05 mm.
Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng, diameter sebuah tabung atau cincin, maupun
kedalaman sebuah tabung. Secara umum jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu
rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala
utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat
pada rahang geser.
2.2 Jenis Jangka Sorong
1. Jangka Sorong Manual
Merupakan jangka sorong yang sering kita lihat pada waktu guru
menunjukkan contoh jangka sorong. Jangka ini tidak dilengkapi ukuran digital
untuk mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong analog
menggunakan cara manual, maka biasanya jangka ini juga dikenal dengan jangka
sorong manual.

Gambar 2.1 Jangka Sorong Analog


2. Jangka Sorong Analog
3. Jangka Sorong Digital
Merupakan jangka sorong jenis yang dilengkapi dengan digital untuk
mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong digital dapat berjalan
secara otomatis akan muncul angka yang menunjukkan panjang suatu benda secara
otomatis pada bagian digital jika kita mengukur suatu benda. Jangka sorong ini
sudah mengalami perkembangan zaman sehingga menerapkan unsur digital pada
bagiannya. Jangka sorong digital ini mempunyai ketelitian 0,01 mm (0,001 cm).
Pada jangka sorong ini, panel digital akan tampak ketika melakukan pengukuran.
Panel tersebut akan bergerak secara otomatis berupa angka yang menunjukkan
ukuran benda yang diukur tersebut. Dengan menggunakan jenis angka ini tentu
pekerjaan akan menjadi lebih mudah (Halliday, 1984).

Gambar 2.2 Jangka Sorong Digital


2.3 Kegunaan Jangka Sorong
Kegunaan jangka sorong adalah :
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
3. Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan/memasukkan bagian pengukur tidak terlihat pada gambar
karena berada disisi pemegang.
(Daniel, 1986).
Jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar kelereng,
diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman
sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka
sorong untuk keperluan tersebut.
1 Mengukur diameter luar
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat
dilakukan dengan langkah berikut :
a. Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap),
b. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang tersebut.
c. Geserlah rahang geser ke kiri sehingga benda yang diukur terjepit oleh
kedua rahang.
d. Catatlah hasil pengukuran.
2 Mengukur diameter dalam
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam
sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a. Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
b. Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang
jangka sorong masuk kedalam benda/cincin tersebut.
c. Geserlah rahang geser sedemikian sehingga kedua tahang jangka sorong
menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.
d. Catatlah hasil pengukuran.
3 Mengukur kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
a. Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
b. Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke
permukaan tabung yang akan diukur kedalamannya.
c. Geserlah rahang geser ke bawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar tabung.
d. Catatlah hasil pengukuran.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik
nol skala nonius.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
4. Hasil skala utama + (Skala nonius yang berimpit × Skala terkecil jangka
sorong).
(Daniel, 1986).
3.4 Kalibrasi Jangka Sorong
Jangka sorong dikalibrasikan dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi-posisi diangka
nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius sering
berimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan
siap digunakan.
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran
menggunakan jangka sorong adalah :
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan pengukuran)
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat lingkungan)
3. Kesalahan acak (tidak diketahui penyebabnya).
Faktor terjadinya kerusakan adalah ketidakstabilan suhu ruang
penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau
menyusut, terbentur dan tergores (Indrajit, 2007).
2.5 Bagian-Bagian Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1. Internal Jaws (Rahang Dalam)
Bagian yang fungsinya untuk mengukur dimensi bagian dalam.
2. External Jaws (Rahang Luar)
Merupakan bagian yang fungsinya untuk mengukur dimensi luar.
3. Locking Screw
Merupakan bagian yang fungsinya untuk pengunci rahang.
4. Imperial Scale
Merupakan skala pada jangka sorong dalam satuan inci.
5. Metric Scale
Merupakan skala pada jangka sorong dalam satuan milimeter.
6. Dept Measuring Blade
Merupakan batang pengukur kedalaman.
(Kamajaya, 2007).

Gambar 2.3 Bagian Jangka Sorong


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran
dengan menggunakan jagka sorong, yaitu :
1. Sebelum melakukan pengkururan bersihkan jangka sorong dengan alat
pembersih bersama dengan benda yang akan diukur.
2. Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser
dengan bebas.
3. Pastikan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan
skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan
pengukuran yang kurang akurat.
5. Tempatkan pada pengukuran jangka sorong tegak lurus dengan benda yang
diukur.
6. Tekanan pada pengukuran jangka terlampau kuat, karena akan
menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun tangkai
pengukuran kedalaman. Jika sudah tepat, kencangkan baut pengunci agar
rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak baut
pengunci.
7. Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong
diangkat keluar dengan hati- hati dari benda yang diukur.
8. Untuk mencegah salah pembacaan, miringkan skala nonius sampai hampir
sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam
melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala
utama.
9. Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi
oleh oli setelah dipakai.

2.6 Prinsip Kerja Jangka Sorong


Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil
dalam milimeter (1 mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Besarnya skala dalam skala
nonius juga menyatakan ketelitian jangka sorong tersebut yaitu :
1. Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 20 bagian yang
sama maka mengakibatkan beda satu bagian atau 0,05 mm sehingga
ketelitiannya sebesar 0,05 mm.
2. Apabila panjang skala nonius sebesar 9 mm yang dibagi menjadi 50 bagian
yang sama mengakibatkan beda skala nonius dengan satu bagian skala
utama 1/50 bagian atau 0,02 mm dengan demikian ketelitian jangka sorong
menjadi 0,02 mm.
Apabila kunci pada jangka sorong ditetapkan dengan melonggarkannya,
maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan
pengukuran objek yang hendak diukur panjang atau diameternya maka dijepit
antara 2 penjepit yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan
secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1 cm)
kemudian menambahkannya dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai
seperseribu cm (0,001 cm) (Dogra, 1985).

2.7 Cara Membaca Jangka Sorong


Gambar 2.4 Pembacaan Jangka Sorong

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa skala utama pada jangka sorong
tersebut adalah 15 mm dan skala nonius yang sejajar lurus dengan garis skala
utamanya adalah 5, kemudian skala noniusnya dikalikan dengan 0.05 mm.
Sehingga ukuran benda dari pengukuran dengan jangka sorong tersebut adalah:
15 mm + 0.25 mm = 15.25 mm
2.8 Skala Utama
Skala utama adalah skala yg dihitung sebelum titik nol pada jangka sorong.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 0,1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama
yang saling berdekatan adalah 1 mm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki
panjang 0,09 cm dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan
adalah 0,9 mm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah
0,1 cm - 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka
sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah
dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah:
1
Dx= 2 × 0,1 mm = 0,05 mm …………………............……………..….(2.2)

Dengan ketelitiannya 0,05 mm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti.
2.9 Nonius
Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ukur ini membuat
alat ukur berkemampuan dan berketelitian lebih besar dan lebih baik, karena jarak
antara kedua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil.
Biasanya pembagian skala utama dengan skala nonius adalah 9-10 bagian
skala nonius. Sebagian keluaran jangka sorong versi terbaru sudah dilengkapi
dengan bacaan digital sehingga sangat memudahkan pekerjaan kita dalam
mengukur diameter suatu bendatanpa harus menjumlahkan antara angka skala
utama dengan perkalian antara angka skala nonius dengan ketelitian jangka sorong.
Pada versi awal umumnya tingkat ketelitiannya adalah 0,05 mm untuk jangka
sorong dibawah 30 cm. Jika diatas 30 cm maka ketelitiannya menjadi 0,01 mm.
(Kamajaya, 2007).
2.10 Fungsi dan Ketelitian Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai beberapa fungsi pengukuran, yaitu:
1. Mengukur benda kerja pada bagian luar, bentuk kubus, persegi panjang,
bujur sangkar atau bulat.
2. Mengukur benda kerja pada bagian dalam, bentuk pipa bulat, segi empat
dan lain-lain.
3. Mengukur kedalaman lubang.
4. Mengukur ketinggian benda yang bertingkat.
Ketelitian jangka sorong terdapat beberapa macam ketelitian seperti sebagai
berikut:
1. Ketelitian 0,02 mm: skala vernier terbagi 50 ruas.
2. Ketelitian 0,05 mm: skala vernier terbagi menjadi 20 ruas.
3. Ketelitian 1/128 inch: skala vernier terbagi menjadi 8 ruas satuan yang
dipakai inch (bagian atas).
Pada pengukuran menggunakan jangka sorong ini, diharapkan agar jangka
sorong dapat disimpan dengan baik dan benar untuk menghindari salah baca
ukuran, miringkan skala nonius sehingga sejajar dengan pandangan. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan melihat dan menentukan garis skala nonius yang
sejajar dengan garis skala utama. Untuk membaca skala nonius hendaknya setelah
jangka sorong keluar diangkat keluar dari benda ukur dengan hati-hati.
2.11 Cara Merawat Jangka Sorong
1. Sebelum dan sesudah digunakan, alat ukur harus selalu dibersihkan. Bila
selesai pemakaian berilah sedikit vaselin atau pelumas kemudian dilap
dengan kain atau tissu dan simpan lagi ke tempat semula.
2. Baut pengunci hendaknya dijaga jangan sampai rusak, lepas atau hilang.
3. Pakailah kain panas/strimin sebagai alas tempat alat ukur.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Jangka sorong 1 buah
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Pipa plastik (PVC) 1 buah
2. Pipa plastik kecil 1 buah
3. Pipa besi 1 buah
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.2.1 Pengukuran Diameter Luar
1. Diletakkan pipa secara melintang antara rahang AB lalu digeser roda R
sehingga benda tersebut terjepit diantara dua rahang.
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada disebelah kiri dari angka
skala nonius. Dilihat garis angka skala nonius yang keberapa terhimpit
dengan garis skala utama. Hasil penjumlahan angka pada skala utama
dengan angka nonius x 0,05 mm merupakan hasil pengukuran.
3.2.2 Pengukuran Diameter Dalam
1. Dimasukkan pipa atau silinder kedalam rahang CD kemudian digeser roda
R kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam
pipa.
2. Dilakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada no.
2 diatas.
3.2.3 Pengukuran Kedalaman
1. Diletakkan pipa secara tegak diatas meja lalu digeser roda R kearah luar
sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja dan
pinggir jangka sorong meyentuh bagian atas pipa.
2. Selanjutnya dilakukan pembacaan pengukuran seperti pada no.2 A diatas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
4.1.1 Pipa Plastik (PVC)
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Pipa Plastik (PVC)
No Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Kedalaman (mm)
SU SN Hasil SU SN Hasil SU SN Hasil
1 22 0.5 22.025 18 9 18.450 117 3 117.150
2 22 9 22.450 18 8.5 18.425 117 0.5 117.030
3 22 9 22.450 18 1 18.050 117 1.5 117.080
4 22 3 22.150 18 3.5 18.175 117 2 117.100
5 22 2 22.100 19 8 18.40 117 1 117.050
Rata-rata = 22.235 mm Rata-rata = 18.248 mm Rata-rata = 117.090 mm
Sumber : (Praktikum Jangka Sorong, 2019).
4.1.2 Pipa Plastik PVC
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pipa Plastik Kecil
No Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Kedalaman (mm)
SU SN Hasil SU SN Hasil SU SN Hasil
1 16 6 16.500 16 9 16.450 123 4.95 123.225
2 17 5 17.250 16 1 16.050 123 9 123.450
3 15 2 15.050 16 3 16.150 123 3 123.150
4 15 6.5 15.325 13 3.5 13.700 123 7 123.250
5 15 9 15.450 15 4 15.200 123 6 123.300
Rata-rata = 15.915 mm Rata-rata = 15.510 mm Rata-rata = 123.300 mm
Sumber : (Praktikum Jangka Sorong, 2019).
4.1.3 Pipa Besi
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Pipa Besi
No Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Kedalaman (mm)
SU SN Hasil SU SN Hasil SU SN Hasil
1 25 4 25.2 22 1 22.05 99 5.5 99.275
2 25 3 25.15 21 6 21.3 99 7 99.35
3 25 3.5 25.175 21 9.5 21.475 99 6 99.3
4 25 3 25.15 22 2 22.1 99 5 99.25
5 25 3 25.15 22 3 22.15 99 2.5 99.125
Rata-rata = 22.365 mm Rata-rata = 21.815 mm Rata-rata = 99.26 mm
Sumber : (Praktikum Jangka Sorong, 2019)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan jangka sorong ini bahan yang digunakan adalah pipa plastik
(PVC), pipa plastik kecil dan pipa besi, yang akan diukur adalah diamaeter luar,
dalam, dan kedalaman dari masing-masing bahan. Setiap pengukuran dilakukan
sebanyak 5 kali. Untuk pipa plastik (PVC) diperoleh hasil rata-rata pengukuran
diameter luar adalah 22.225 mm, rata-rata diameter dalam 18.3 mm dan rata-rata
kedalamannya adalah 117.09 mm. Untuk pipa plastik kecil diperoleh hasil
pengukuran rata-rata diameter luar yaitu 15.915 mm, rata-rata diameter dalam yaitu
15.51 mm dan rata-rata kedalamannya adalah 123.305 mm. Untuk pipa besi
diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar yaitu 25.365 mm, rata-rata
diameter dalamnya 21.815 mm dan rata-rata kedalamannya adalah 99.28 mm.
Sebelum hasil pengukuran dirata-ratakan, didapatkan hasil untuk setiap kali
ulangan berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan titik permukaan benda yang
diambil saat akan mengukur dan mungkin disebabkan karena bahan yang diukur
belum tepat terjepit pada rahang jangka sorong. Ataupun adanya kesalahan
pengamatan dalam pembacaan skala nonius dan skala utamanya. Tujuan dari setiap
kali pengulangan adalah untuk melihat perbandingan nilai yang diperoleh antara
pengulangan 1 sampai 5, semakin sedikit selisih yang diperoleh untuk setiap kali
pengulangan maka akan semakin akurat hasil yang didapatkan.
Selain itu hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pengukuran benda tidak
sama dengan geseran jangka sorong akibat pengunci yang kurang kuat serta kurang
ketelitian pada saat pengukuran menggunakan jangka sorong. Jangka sorong yang
digunakan pada percobaan ini memiliki ketelitian sebesar 0.05 mm yang didapat
dari hasil selisih 1 - 19/20 mm = 0,05 mm, yang mana jangka sorong ini memiki
jumlah garis skala nonius 20 garis dan jarak garis itu adalah 19 mm sehingga jarak
satu skala noniusnya adalah 19/20 mm
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada pipa plastik PVC diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar
adalah 22.225 mm, rata-rata diameter dalam 18.3 mm dan rata-rata
kedalamannya adalah 117.09 mm.
2. Pada pipa plastik kecil diperoleh rata-rata diameter luar 15.915 mm, rata-
rata diameter dalam yaitu 15.51 mm dan rata-rata kedalamannya adalah
123.305 mm.
3. Pada pipa besi diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 25.365 mm, rata-rata
diameter dalamnya 21.815 mm dan rata-rata kedalamannya adalah 99.28
mm.
4. Untuk mengetahui perbandingan nilai yang diperoleh maka dilakukan
pengulangan sebanyak 5 kali pada setiap titik permukaan benda.
5. Perbedaan hasil untuk setiap kali pengulangan disebabkan titik permukaan
benda yang diambil pada saat diukur, pengukuran dilakukan agar semakin
akurat hasil yang didapat.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk memastikan bahan yang akan
digunakan sudah terjepit dengan tepat pada jangka sorong, namun tidak menjepit
benda terlalu kuat, karena akan mempengaruhi hasil pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai