Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JANGKA SORONG

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Fisika Dasar

Disusun Oleh :
Kelompok IV (A2)

Mhd Ishak Idrus Pjt NIM.220140028


Reisna Syafitri NIM.220140033
Novitasari NIM.220140034
Aisyah Dwi Nanda NIM.220140042

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2022
ABSTRAK
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter kedalaman suatu benda
dengan tingkat ketelitian 0,05 mm, tujuan dari praktikum ini dapat dan mahir
menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter pipa PVC besar, pipa
plastik kecil, dan pipa besi. Pada percobaan pengukuran pipa PVC besar
menggunakan jangka sorong, diperoleh diameter luar rata-rata sebesar 21,08 mm,
diameter dalam rata-rata sebesar 18,42 mm dan kedalaman rata-ratanya sebesar
144,27 mm. Pada percobaan pengukuran pipa plastik kecil diperoleh diameter luar
rata-ratanya sebesar 16,5 mm, diameter dalam rata-ratanya sebesar 15,15 mm, dan
kedalaman rata-ratanya sebesar 123,28 mm. Pada percobaan pengukuran pipa besi
diperoleh diameter luar rata-rata sebesar 21,37 mm, diameter dalam rata-rata
sebesar 17,27 mm dan kedalaman rata-ratanya sebesar 49,29 mm. Dari hasil
didapatkan nilai rata-rata yang berbeda-beda. Ini dipengaruhi oleh perbedaan titik
yang terdapat pada permukaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan
pengukuran, dan adanya perbedaan dari hasil pengukuran yang didapat, juga
dipengaruhi oleh ketelitian saat menentukan nilai dari skala utama dan skala
nonius yang didapat. Kesalahan-kesalahan yang berdasarkan teori terdiri dari
kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak. Kesalahan yang
paling dominan dilakukan pada praktikum ini adalah kesalahan umum.
Diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat
dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran. Jangka
sorong yang digunakan pada percobaan ini memiliiki ketelitian sebesar 0,05 mm.
Kata kunci: Diameter, Jangka Sorong, Ketelitian, Skala Nonius dan Skala
Utama
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Jangka Sorong


1.2 Tanggal Praktikum : 24 November 2022
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok IV (A2)
1. Mhd Ishak Idrus Pjt NIM.220140028
2. Reisna Syafitri NIM.220140033
3. Novitasari NIM.220140034
4. Aisyah Dwi Nanda NIM.220140042
1.4 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan jangka sorong
untuk mengukur diameter benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengukur panjang suatu benda, dapat menggunakan berbagai


macam alat ukur panjang diantaranya mistar, jangka Sorong dan mikrometer
Sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang
berbeda. Dalam mengukur panjang suatu benda selain memperhatikan ketelitian
alat ukurnya, jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar
maka pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk
mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu benda seperti bola,
balok dan lain-lain untuk diameternya dapat menggunakan mikrometer sekrup dan
jangka sorong (Ishaq, 2007).

2.1 Pengertian Jangka Sorong


Jangka sorong adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu
benda dengan tingkat ketelitian sebesar 0,05 mm. Terdiri dari dua pasang rahang.
Pasangan rahang pertama digunakan untuk mengukur diameter dalam sedangkan
pasangan rahang yang kedua digunakan untuk mengukur diameter bagian luar.
Jangka sorong berfungsi untuk mengukur panjang, ketebalan diameter
dalam dan diameter luar suatu benda sekaligus dapat digunakan untuk mengukur
kedalaman suatu benda. Manfaat jangka sorong dibandingkan alat ukur panjang
lainnya adalah jangka sorong dapat mengukur (Panjang, ketebalan diameter
dalam, diameter luar, dan kedalaman) benda yang berukuran kecil dengan
ketelitian yang cukup bagus. Namun, jangka sorong tidak dapat digunakan pada
benda yang lebih besar (kamajaya, 2007).
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu Skala utama dan skala nonius.
Dengan skala terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) untuk skala utama.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9
cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda
satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm - 0,09 cm = 0,01 cm atau
0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01cm
(Istiyono, 2005).
Dengan melihat skala terkecil dari jangka sorong ini, yaitu 0,1 mm atau
0,01 cm, maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil
jangka sorong tersebut, yaitu:
∆x = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.1)

2.2 Jenis - Jenis Jangka Sorong


Terdapat beberapa jenis jangka sorong, diantaranya adalah jangka sorong
analog, jangka sorong digital dan jangka sorong arloji. Berikut ini adalah
penjelasannya.
2.2.1 Jangka Sorong Analog
Merupakan jangka sorong yang sering kita temui dan juga sering kita lihat
pada waktu guru menunjukkan contoh jangka sorong. Jangka ini tidak di lengkapi
ukuran digital untuk mengukur suatu benda. Pengukuran untuk jangka sorong
analog merupakan cara manual, maka biasanya jangka ini juga dikenal dengan
jangka sorong manual.
2.2.2 Jangka Sorong Digital
Merupakan jangka sorong jenis yang dilengkapi dengan digital untuk
mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorog digital dapat berjalan
secara otomatis akan muncul angka yang menunjukan panjang suatu benda pada
bagian digital jika kita mengukur suatu benda. Jangka sorong ini sudah
mengalami perkembangan zaman sehingga menerapkan unsur digital pada
bagiannya. Jangka sorong digital ini mempunyai ketelitian 0,01 mm (0,001 cm).
Pada jangka sorong ini, panel digital akan tampak ketika melakukan pengukuran.
Panel tersebut akan bergerak secara otomatis berupa angka yang menunjukkan
ukuran benda yang diukur tersebut. Dengan menggunakan jenis angka ini tentu
pekerjaan akan menjadi lebih mudah (Halliday, 1984).

2.2.3 Jangka Sorong Arloji


Merupakan jangka sorong yang pembacaan menggunakan jarum ukuran
analog yang ditempatkan pada bagian muka (dengan stopper). Jangka Sorong jam
menggunakan jam ukur sebagai ganti skala nonius dalam menginterpolasikan
posisi pada garis indeks relatif terhadap skala pada batang ukur. Gerakan translasi
peluncur diubah menjadi gerakan putaran jarum penunjuk dengan perantaraan
roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang dilekatkan disepanjang
batang ukur.

2.3 Kegunaan Jangka Sorong


Kegunaan jangka Sorong adalah:
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara dijapit.
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diukur.
3. Untuk mengukur kedalaman celah atau lubang pada suatu benda dengan
cara menancapkan atau memasukkan bagian pengukur tidak terlihat karena
berada disisi pemegang.
(Daniel, 1986).
Jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar
kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur
kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan
jangka sorong untuk keperluan tersebut.
1. Mengukur Diameter Luar
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat
dilakukan dengan langkah berikut :
a. Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
b. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang tersebut.
c. Geserlah rahang geser kekiri sehingga benda yang diukur terjepit oleh
kedua rahang.
d. Catatlah hasil pengukuran.
2. Mengukur Diameter Dalam
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam
sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
b. Letakkan benda atau cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua
rahang jangka sorong masuk kedalam benda atau cincin tersebut.
c. Geserlah rahang geser sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong
menyentuh kedua dinding dalam benda atau cincin yang diukur.
d. Catatlah hasil pengukuran.
3. Mengukur kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda atau tabung dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
a. Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
b. Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke
permukaan tabung yang akan diukur kedalamannya
c. Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar tabung.
d. Catatlah hasil pengukuran.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik
nol skala nonius.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran didapat dari penjumlahan hasil skala utama dan skala
nonius dikali ketelitian jangka sorong.

2.4 Bentuk dan Bagian-Bagian Jangka Sorong


Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang
terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (Vernier) yang terdapat pada rahang

geser (Bird, 1987). Bentuk jangka sorong serta bagian bagiannya ditunjukkan
pada Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jangka Sorong

Keterangan:
1. Rahang AB untuk mengukur diameter luar suatu benda
2. Rawang CD untuk mengukur diameter dalam suatu benda
3. Tangkai T Pengukur kedalaman
4. Skala utama (dalam cm)
5. Skala utama (dalam inci)
6. Skala nonius (dalam mm)
7. Skala nonius (dalam inci)
8. Kunci peluncur

2.5 Prinsip Kerja Jangka Sorong


Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang
terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat
digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak
diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit
(rahang) yang ada pada jangka sorong. Pada saat benda ukur dijepit, pengukur
dapat membaca posisi garis indeks pada skala ukur, bila perlu dikunci kemudian
baru dibaca hasil pengukurannya. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung
dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1 cm) kemudian
menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm
(0,001 cm).

2.6 Kalibrasi Jangka Sorong


Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat
diangka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala
nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah
terkalibrasi dan siap digunakan (Kanginan, 2004).
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran dalam
menggunakan jangka sorong adalah
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan pengukuran).
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat lingkungan).
3. Kesalahan acak (tidak diketahui penyebabnya).
Faktor terjadinya kerusakkan adalah ketidakstabilan suatu ruang
penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau
menyusut, terbentur dan tergores.
(Indrajit,
2007)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada percobaan kali ini yaitu:
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Jangka Sorong 1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Pipa Plastik PVC 1 buah
2. Pipa Plastik Kecil 1 buah
3. Pipa Besi 1 buah

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
3.2.1 Pengukuran Diameter Luar
1. Diletakkan pipa secara melintang antara rahang AB lalu digeser roda R
sehingga benda tersebut terjepit diantara dua rahang
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri skala
nonius. Dilihat garis skala nonius yang keberapa terhimpit dengan garis
skala utama. Hasi penjumlahan angka pada skala utama dengan angka
skala nonius x 0,05 mm merupakan hasil dari pengukuran.
3.2.2 Pengukuran Diameter Dalam
1. Dimasukkan pipa atau silinder kedalam rahang CD kemudian di geser roda
R kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian
dalam pipa.
2. Dilakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti no.2
diatas.
3.2.3 Pengukuran Kedalaman
1. Diletakkan pipa secara tegak diatas meja lalu digeser roda R kearah luar
sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja dan
pinggir jangka sorong menyentuh bagian atas pipa
2. Diilakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti no.2
diatas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dibawah :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Pipa PVC Kecil
NO Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Tinggi (mm)
SU SN Hasil SU SN Hasil SU SN Hasil
1 16 6 16,8 15 1 15,05 123 3 123,15
2 16 3 16,5 15 1 15,05 123 1 123,05
3 16 4 16,2 15 1 15,05 123 9 123,45
4 16 4 16,2 15 7 15,35 123 6 123,3
5 16 6 16,8 15 5 15,25 123 9 123,45
Rata-rata 16,5 Rata-rata 15,15 Rata-rata 123,28
(Sumber: Praktikum Jangka Sorong, 2022)
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pipa PVC Besar
NO Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Tinggi (mm)
SU SN Hasil SU SN Hasil SU SN Hasil
1 21 2 21,1 18 8 18,4 144 1 144,05
2 21 2 21,1 18 8 18,4 144 9 144,45
3 21 1 21,05 18 8 18,4 144 8 144,4
4 21 2 21,1 18 9 18,45 144 6 144,3
5 21 2 21,05 18 9 18,45 144 3 144,15
Rata-rata 21,08 Rata-rata 18,42 Rata-rata 144,15
(Sumber: Praktikum Jangka Sorong, 2022)
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pipa Besi
NO Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Tinggi (mm)
SU SN Hasil SU SN Hasil SU SN Hasil
1 21 9 21,45 17 1 17,05 49 10 49,5
2 21 9 21,45 17 6 17,3 49 6 49,3
3 21 6 21,3 17 7 17,35 49 5 49,25
4 21 6 21,3 17 6 17,3 49 4 49,2
5 21 9 21,25 17 7 17,35 49 4 49,2
Rata-rata 21,37 Rata-rata 17,27 Rata-rata 49,29
(Sumber: Praktikum Jangka Sorong, 2022)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pengukuran pipa PVC besar menggunakan jangka sorong,
diperoleh diameter luar rata-rata sebesar 21,08 mm, diameter dalam rata rata
sebesar 18,42 mm dan tinggi (kedalaman) rata-ratanya sebesar 144,27 mm. Pada
percobaan pengukuran pipa plastik kecil diperoleh diameter luar rata-ratanya
sebesar 16,5 mm, diameter dalam rata-ratanya sebesar 15,15 mm dan tinggi
(kedalaman) rata-ratanya sebesar 123,28 mm. Pada percobaan pengukuran pipa
besi diperoleh diameter luar rata-ratanya sebesar 21,37 mm, diameter dalam rata-
ratanya sebesar 17,27 mm dan tinggi (kedalaman) rata-ratanya sebesar 49,29 mm.
Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali dan didapatkan hasil yang berbeda-
beda. Ini dipengaruhi oleh perbedaan titik yang terdapat pada permukaan yang
menyebabkan terjadinya perbedaan pengukuran. Selain itu adanya perbedaan dari
hasil yang didapat, juga dipengaruhi oleh ketelitian saat menentukan nilai dari
skala utama dan skala nonius yang telah didapat. Kesalahan-kesalahan yang
berdasarkan teori terdiri dari kesalahan umum kesalahan sistematik dan kesalahan
acak. Kesalahan yang paling dominan dilakukan pada praktikum ini adalah
kesalahan umum. Diantaranya adalah pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak
tepat dan juga kesalahan penaksiran.
Jangka sorong yang digunakan pada percobaan ini pada dasarnya memiliki
ketelitian sebesar 0,05 mm yang didapat dari selisih antara satu skala utama
dengan skala nonius yaitu 1 - 19/20 mm = 0,05 mm. Yang mana jangka sorong ini
memiliki jumlah garis skala nonius sebanyak 20 garis dan jarak ke 20 garis itu
adalah 19 mm, sehingga jarak satu skala noniusnya adalah 19/20 mm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Pengukuran pada pipa pvc kecil diperoleh rata-rata diameter luar yaitu
16,5 mm rata-rata diameter dalam yaitu 15,15 mm dan rata-rata kedalaman
123,28 mm.
2. Pengukuran pada pipa pvc besar diperoleh rata-rata diameter luar yaitu
21,08 mm, rata-rata diameter dalam yaitu 18,42 mm dan rata-rata
kedalaman 144,27 mm.
3. Pengukuran pada pipa besi diperoleh rata-rata diameter 21,37 mm, rata-
rata diameter dalam yaitu 17,27 mm dan rata-rata kedalaman 49,29 mm.
4. Perbedaan hasil pengukuran yang diperoleh pada setiap pengulangan
dipengaruhi oleh perbedaan titik yang terdapat pada masing-masing
permukaan.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini harus lebih teliti lagi dalam
meletakkan bahan yang akan diukur,pastikan bahan telah tepat terjepit pada
rahang jangka sorong dan lebih dalam melihat skala utama maupun skala nonius
agar hasil pengukuran yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony.1987. Kimia Fisika Untuk Universitas.Jakarta: Erlangga.


Daniel dan Alberty.1986. Kimia Fisika.Jakarta: Erlangga.
Halliday, D.R Resnich.1984. Fisika Jilid I.Jakarta: Erlangga.
Indrajit, Budi.2007.Mudah dan Aktif Belajar Fisika.Bandung: PT. Serta Duma
Invers.s
Ishaq, Muhammad.2007.Fisika Dasar.Yogyakarta: Graha limu.
Istiyono, Eka.2005.Fisika.Klaten: PT. Intan Pariwara.
Kamajaya 2007.Cerdas Belajar Fisika untuk kelas X SMA/MA.Bandung:
Grafindo Media Pratama.
Kanginan, Marthen. 2004. Fisika Untuk SMA 2A. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Pipa PVC Kecil


a. Diameter Luar
Pengulangan Pertama
Skala utama = 16 mm
Skala Nonius = 6 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 16 mm + (6 mm x 0,05)
= 16,3 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 16 mm
Skala Nonius = 3 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 16 mm + (3 mm x 0,05)
= 16,15 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 16 mm
Skala Nonius = 4 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 16 mm + (4 mm x 0,05)
= 16,2 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 16 mm
Skala Nonius = 4 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 16 mm + 4 mm
= 16,2 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 16 mm
Skala Nonius = 6 mm
Diameter rata-rata = (16 ,3+16,15+16,2+16,2+16,3) mm/5
= 16,23 mm
b. Diameter dalam
Pengulangan Pertama
Skala utama = 15 mm
Skala Nonius = 1 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 15 mm + (1mm x 0,05)
= 15,05 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 15 mm
Skala Nonius = 1 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 15 mm + (1 mm x 0,05)
= 15,05 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 15 mm
Skala Nonius = 1 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 15 mm + (1 mm x 0,05)
= 15,05 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 15 mm
Skala Nonius = 7 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 15 mm + (7 mm x 0,05)
= 15,35 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 15 mm
Skala Nonius = 5 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 15 mm + (5 mm x 0,05)
= 15,25
Diameter rata-rata = (15,05+15,05+15,05+15,35+15,25) mm/5
= 15,15 mm
c. Tinggi/Kedalaman
Pengulangan Pertama
Skala utama = 123 mm
Skala Nonius = 3 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 123 mm + (3 mm x 0,05)
= 123,15 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 123 mm
Skala Nonius = 1 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 123 mm + (1 mm x 0,05)
= 123,05 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 123 mm
Skala Nonius = 9 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 123 mm + (9 mm x 0,05)
= 123,45 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 123 mm
Skala Nonius = 6 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 123 mm + (6mm x 0,05)
= 123,3 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 123 mm
Skala Nonius = 9 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 123 mm + (9 mm x 0,05)
= 123,45 mm
Tinggi rata-rata = (123,15 mm+123,05+123,45+123,3+123,45) mm/5
= 123,28 mm

2. Pipa PVC Besar


a. Diameter Luar
Pengulangan Pertama
Skala utama = 21mm
Skala Nonius = 2 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (1 mm x 0,05)
= 21,1 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 2 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (2 mm x 0,05)
= 21,1 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 1 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (1 mm x 0,05)
= 21,05 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 2 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Ninous x 0,05)
= 21 mm + (2 mm x 0,05)
= 21,1 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 1 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (1mm x 0,05)
= 21,05 mm
Diameter rata-rata = (21,1+21,1+21,05+21,1+21,05) mm/5
= 21,08 mm
b. Diameter dalam
Pengulangan Pertama
Skala utama = 18 mm
Skala Nonius = 8 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 18 mm + (8 mm x 0,05)
= 18,4 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 18 mm
Skala Nonius = 8 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 18 mm + (8 mm x 0,05)
= 18,4 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 18 mm
Skala Nonius = 8 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 18 mm + (8 mm x 0,05)
= 18,4 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 18 mm
Skala Nonius = 9 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 18 mm + (9 mm x 0,05)
= 18,45 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 18 mm
Skala Nonius = 9 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 18 mm + (9 mm x 0,05)
= 18,45 mm
Diameter rata-rata = (18,4+18,4+18,4+18,45+18,45) mm/5
= 18,42mm
c. Tinggi/Kedalaman
Pengulangan Pertama
Skala utama = 144 mm
Skala Nonius = 1 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 144 mm + (1 mm x 0,05)
= 144,05 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 144 mm
Skala Nonius = 9 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 144 mm + (9 mm x 0,05)
= 144,45 mm

Pengulangan ketiga
Skala Utama = 144 mm
Skala Nonius = 8 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 144 mm + (8 mm x 0,05)
= 144,4 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 144 mm
Skala Nonius = 6 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 144 mm + (6mm x 0,05)
= 144,3 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 144 mm
Skala Nonius = 3 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
Tinggi rata-rata = (144,05+144,45+144,04+144,3+144,15) mm/5
= 144,27 mm

3. Pipa Besi
a. Diameter Luar
Pengulangan Pertama
Skala utama = 21 mm
Skala Nonius = 9 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (9 mm x 0,05)
= 21,45 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 9 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (9 mm x 0,05)
= 21,45 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 6 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (6 mm x 0,05)
= 21,3 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 6 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (6 mm x 0,05)
= 21,3 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 21 mm
Skala Nonius = 5 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 21 mm + (5 mm x0,05)
= 21,25 mm
Diameter rata-rata = (21,45+21,45+21,3+21,3+21,25) mm/5
= 21,35 mm

b. Diameter dalam
Pengulangan Pertama
Skala utama = 17 mm
Skala Nonius = 1 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 17 mm + (1 mm x 0,05)
= 17,05 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 17 mm
Skala Nonius = 6 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 17 mm + (6 mm x 0,05)
= 17,3 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 17 mm
Skala Nonius = 7 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 17 mm + (7 mm x 0,05)
= 17,35 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 17 mm
Skala Nonius = 6 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 17 mm + (6 mm x 0,05)
= 17,3 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 17 mm
Skala Nonius = 7 mm
Diameter = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 17 mm + (7 mm x 0,05)
= 17,35
Diameter rata-rata = (17,05+17,3+17,35+17,3+17,35) mm/5
= 17,27 mm
c. Tinggi/Kedalaman
Pengulangan Pertama
Skala utama = 49 mm
Skala Nonius = 10 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 49 mm + (10 mm x 0,05)
= 49,5 mm
Pengulangan kedua
Skala Utama = 49 mm
Skala Nonius = 6 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 49 mm + (6 mm x 0,05)
= 49,3 mm
Pengulangan ketiga
Skala Utama = 49 mm
Skala Nonius = 5 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 49 mm + (5 mm x 0,05)
= 49,25 mm
Pengulangan keempat
Skala Utama = 49 mm
Skala Nonius = 4 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 49 mm + (4 mm + 0,05)
= 49,2 mm
Pengulangan kelima
Skala Utama = 49 mm
Skala Nonius = 4 mm
Tinggi = Skala Utama + (Skala Nonius x 0,05)
= 49 mm + (4 mm x 0,05)
= 49,2 mm
Tinggi rata-rata = (49,5+49,3+49,25+49,2+49,2) mm/5
= 49,29 mm
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Jika diketahui garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah berapa
ketelitian jangka sorong itu ?
Jawaban
Diketahui : SN = 10 garis
Jarak = 9 mm
Ditanya : Ketelitian jangka sorong ?
Penyelesaian :
Jarak 1 skala nonius = 9/10
Batas ketentuan dari Jangka Sorong = 9+(10 x 0,05) mm
= 1-9/5 = 0,1mm
Maka, ketelitian jangka sorong tersebut 0,1 mm.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

NO Nama Alat dan Gambar Fungsi

1 Jangka Sorong Untuk mengukur diameter suatu


benda.

2 Pipa PVC Besar Untuk mengalirkan limbah.

3 Pipa Plastik Kecil Sebagai wadah mengalirnya air,


penyangga rumah, plafon hingga
tiang lampu.

4 Pipa Besi Sebagai wadah untuk


mengalirkan air, udara dan
limbah.

Anda mungkin juga menyukai