Anda di halaman 1dari 28

ABSTRAK

Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian
hingga 0,05 mm. Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter sebuah tabung
atau cincin, maupun kedalaman sebuah tabung. Secara umum jangka sorong
terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap (skala utama) dan rahang geser (skala
nonius). Tujuan percobaan ini adalah untuk menghitung diameter luar, diameter
dalam, dan kedalaman masing-masing bahan. Pada percobaan jangka sorong ini
bahan yang digunakan adalah pipa plastik PVC, pipa plastik kecil, dan pipa besi.
Untuk pipa plastik PVC, diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar adalah
21,956 mm, rata-rata diameter dalam 21,369 mm, dan rata-rata kedalamannya
adalah 144,819 mm. Untuk pipa besi diperoleh hasil pengukuran rata-rata
diameter luar yaitu 25,31 mm, rata-rata diameter dalamnya 22,37 mm, dan rata-
rata kedalamnnya adalah 100,068 mm. Untuk pipa plastik kecil diperoleh hasil
pengukuran rata-rata diameter luar yaitu 22,33 mm, rata-rata diameter dalam yaitu
18,114 mm dan rata-rata kedalamannya adalah 118,619 mm. Perbedaan hasil
setiap kali pengulangan disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan
skala utama atau skala nonius.

Kata Kunci : Jangka sorong, Skala Nonius, Skala Utama, Diameter, dan Jari –
jari.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Jangka Sorong


1.2 Tanggal Praktikum : 9 November 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok V
1. Siddik Darmawan NIM.210140039
2. Melianda Putri .W. NIM.210140050
3. Alya Khoiriah NIM.210140052
1.4 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan jangka
sorong untuk mengukur diameter benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai


macam alat ukur panjang diantaranya mistar, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang
berbeda. Dalam mengukur panjang suatu benda selain memperhatikan keteletian
alat ukurnya juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Jika
benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar maka pengukuran
tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk mengukur meja,
mengukur suatu ruangan, mengukur suatu benda seperti bola, balok dan lain-lain
untuk diameternya dapat menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong
(Ishaq, 2007).
2.1 Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,05 mm.
Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng, diameter sebuah tabung atau cincin, maupun
kedalaman sebuah tabung. Secara umum jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu
rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala
utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat
pada rahang geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 0,1 cm, dengan kata lain jarak 2
skala utama yang saling berdekatan adalah 1 mm. Sedangkan sepuluh skala
nonius memiliki panjang 0,09 cm dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang
saling berdekatan adalah 0,9 mm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala
nonius adalah 0 , 1 cm−0 , 0 9 cm=0 , 0 1 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil
dari jangka sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm. Ketelitian dari jangka sorong
adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah :
1
Dx= ×0 , 1 mm=0 , 05 mm . Dengan ketelitiannya 0,05 mm, maka jangkasorong
2
dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan
lebih teliti.

2.2 Jenis Jangka Sorong


Adapun jenis-jenis jangka sorong sebagai berikut :
1. Jangka Sorong Analog
Merupakan jangka sorong yang sering kita lihat pada waktu guru
menunjukkan contoh jangka sorong. Jangka ini tidak dilengkapi ukuran digital
untuk mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong analog
menggunakan cara manual, maka biasanya jangka ini juga dikenal dengan jangka
sorong manual.
2. Jangka Sorong Digital
Merupakan jangka sorong jenis yang dilengkapi dengan digital untuk
mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong digital dapat berjalan
secara otomatis akan muncul angka yang menunjukkan panjang suatu benda
secara otomatis pada bagian digital jika kita mengukur suatu benda. Jangka
sorong ini sudah mengalami perkembangan zaman sehingga menerapkan unsur
digital pada bagiannya. Jangka sorong digital ini mempunyai ketelitian 0,01 mm
(0,001 cm). Pada jangka sorong ini, panel digital akan tampak ketika melakukan
pengukuran. Panel tersebut akan bergerak secara otomatis berupa angka yang
menunjukkan ukuran benda yang diukur tersebut. Dengan menggunakan jenis
angka ini tentu pekerjaan akan menjadi lebih mudah (Halliday,1984).
2.3 Kegunaan Jangka Sorong
Kegunaan jangka sorong adalah :
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
3. Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan/memasukkan bagian pengukur tidak terlihat pada gambar
karena berada disisi pemegang (Daniel,1980).
Jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar kelereng,
diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman
sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka
sorong untuk keperluan tersebut.
2.3.1 Mengukur Diameter Luar
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat
dilakukan dengan langkah berikut :
1. Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap),
2. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang tersebut.
3. Geserlah rahang geser kekiri sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang.
4. Catatlah hasil pengukuran.
2.3.2 Mengukur diameter dalam
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam
sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
2. Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang
jangka sorong masuk kedalam benda/cincin tersebut.
3. Geserlah rahang geser sedemikian sehingga kedua tahang jangka sorong
menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.
4. Catatlah hasil pengukuran.
2.3.3 Mengukur kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
1. Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
2. Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke
permukaan tabung yang akan diukur kedalamannya.
3. Geserlah rahang geser ke bawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar tabung.
4. Catatlah hasil pengukuran.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik
nol skala nonius.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil skala utama + (Skala nonius yang berimpit × Skala terkecil jangka
sorong) (Daniel,1980).

2.4 Prinsip Kerja Jangka Sorong


Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil
dalam milimeter (1 mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Besarnya skala dalam skala
nonius juga menyatakan ketelitian jangka sorong tersebut yaitu :
1. Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 10 bagian yang
sama mengakibatkan beda satu bagian skala nonius dengan satu bagian
skala utama sebesar 1/10 bagian atau 0,1 mm, sehingga ketelitian jangka
sorong ini sebesar 0,1 mm atau 0,01 cm.
2. Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 20 bagian yang
sama maka mengakibatkan beda satu bagian atau 0,05 mm sehingga
ketelitiannya sebesar 0,05 mm.
3. Apabila panjang skala nonius sebesar 9 mm yang dibagi menjadi 50 bagian
yang sama mengakibatkan beda skala nonius dengan satu bagian skala
utama 1/50 bagian atau 0,02 mm dengan demikian ketelitian jangka sorong
menjadi 0,02 mm.
Apabila kunci pada jangka sorong ditetapkan dengan melonggarkannya,
maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan
pengukuran objek yang hendak diukur panjang atau diameternya maka dijepit
antara 2 penjepit yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan
secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1 cm)
kemudian menambahkannya dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai
seperseribu cm (0,001 cm).
2.5 Kalibrasi Jangka Sorong
Jangka sorong dikalibrasikan dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi-posisi diangka
nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius sering
berimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan
siap digunakan.
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran
menggunakan jangka sorong adalah :
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan pengukuran)
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat lingkungan)
3. Kesalahan acak (tidak diketahui penyebabnya).
Faktor terjadinya kerusakan adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan
sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur
dan tergores (Indrajit,2007)
2.6 Bagian-Bagian Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1. Internal Jaws (Rahang Dalam)
Bagian yang fungsinya untuk mengukur dimensi bagian dalam.
2. External Jaws (Rahang Luar)
Merupakan bagian yang fungsinya untuk mengukur dimensi luar.
3. Locking Screw
Merupakan bagian yang fungsinya untuk pengunci rahang.
4. Imperial Scale
Merupakan skala pada jangka sorong dalam satuan inci.
5. Metric Scale
Merupakan skala pada jangka sorong dalam satuan milimeter.
6. Dept Measuring Blade
Merupakan batang pengukur kedalaman (Kamajaya,2007).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran
dengan menggunakan jagka sorong, yaitu :
1. Sebelum melakukan pengkururan bersihkan jangka sorong dengan alat
pembersih bersama dengan benda yang akan diukur.
2. Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser
dengan bebas.
3. Pastikan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan
skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan
pengukuran yang kurang akurat.
5. Tempatkan pada pengukuran jangka sorong tegak lurus dengan benda yang
diukur.
6. Tekanan pada pengukuran jangka terlampau kuat, karena akan
menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun tangkai
pengukuran kedalaman. Jika sudah tepat, kencangkan baut pengunci agar
rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak baut
pengunci.
7. Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong
diangkat keluar dengan hati- hati dari benda yang diukur.
8. Untuk mencegah salah pembacaan, miringkan skala nonius sampai hampir
sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam
melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala
utama.
9. Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi
oleh oli setelah dipakai.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Jangka sorong 1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Pipa plastik (PVC) 1 buah
2. Pipa besi 1 buah
3. Pipa plastik kecil 1 buah

3.2 Prosedur Kerja.


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.2.1 Pengukuran Diameter Luar
1. Untuk mengukur diameter bagian luar maka diletakkan pipa itu secara
melintang diantara rahang AB lalu digeser roda R sehingga benda tersebut
tepat terjepit diantara rahang tersebut.
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada disebelah kiri dari angka
nol nonius. Setelah ini dilihat garis skala nonius yang keberapa yang
terimpit dengan garis skala utama. Hasil penjumlahan angka pada skala
utama dengan angka nonius x 0,05 mm merupakan hasil pengukuran
tersebut.
3.2.2 Pengukuran Diameter Dalam
1. Dimasukkan pipa atau silinder kedalam rahang CD kemudian digeser roda
R kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam
pipa.
2. Selanjutnya dilakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama
seperti pada no. 1 diatas.

3.2.3 Pengukuran Tinggi atau dalam suatu pipa


1. Diletakkan pipa secara tegak diatas meja lalu digeser roda R kearah luar
sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja dan
pinggir jangka sorong menyentuh bagian atas pipa, seperti pada gambar.
2. Selanjutnya dilakukan pembacaan pengukuran seperti pada No. 2 A diatas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasi dari percobaan ini dapat dilihat pada table 4.1, 4.2, 4.3
4.1.1 Silinder Pipa Besi
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Silinder Pipa Besi
Percobaa Diameter Luar Diameter Dalam Kedalaman/Tinggi
n (mm) (mm) (mm)
1 25,175 21,275 99,3
2 25,25 21,35 99,2
3 25,15 22,375 99,25
4 25,2 21,3 100,05
5 25,1 21,325 99,3
Rata- rata 25,175 21,525 99,42
(Sumber : Praktikum Fisika Dasar, 2021)

4.1.2 Silinder Pipa Plastik Kecil


Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Silinder Pipa Plastik Kecil
Percobaan Diameter Luar Diameter Dalam Kedalaman/Tinggi
(mm) (mm) (mm)
1 16,05 15,25 125,1
2 16,25 14,325 126,2
3 17,425 15,1 125,25
4 16,075 14,3 125,25
5 17,425 14,1 125,45
Rata- rata 16,645 14,615 125,45
(Sumber : Praktikum Fisika Dasar, 2021)

4.1.3 Silinder Pipa Plastik PVC


Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Silinder Pipa Plastik Besar
Percobaa Diameter Luar Diameter Dalam Kedalaman/Tinggi
n (mm) (mm) (mm)
1 26,05 21,375 110,4
2 25,375 22,05 110,3
3 25,425 22,1 110,25
4 25,45 21,4 110,45
5 25,475 21,1 110,25
Rata- rata 25,55 21,605 110,33
(Sumber : Praktikum Fisika Dasar, 2021)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan jangka sorong ini bahan yang digunakan adalah silinder
pipa besi, silinder pipa plastik kecil, dan silinder pipa plastik besar. Yang akan
diukur adalah diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman/tinggi masing-
masing bahan. Setiap pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Untuk
silinder pipa besi, diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar adalah
25,175 mm, rata-rata diameter dalam 21,525 mm, dan rata-rata kedalamannya
adalah 99,42 mm. Untuk silinder pipa plastik kecil diperoleh hasil pengukuran
rata-rata diameter luar yaitu 16,645 mm, rata-rata diameter dalamnya 14,615 mm,
dan rata-rata kedalamannya adalah 125,45 mm. Untuk silinder pipa plastik besar
diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar yaitu 25,55 mm, rata-rata
diameter dalam yaitu 21,605 mm dan rata-rata kedalamannya adalah 110,33 mm.
Sebelum hasil pengukuran dirata-ratakan hasil untuk setiap kali ulangan
berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan titik permukaan benda yang diambil
saat akan mengukur dan mungkin disebabkan karena bahan yang diukur belum
tepat terjepit pada rahang jangka sorong. Ataupun adanya kesalahan pengamatan
dalam pembacaan skala nonius dan skala noniusnya. Tujuan dari setiap kali
pengulangan adalah untuk melihat perbandingan nilai yang diperoleh antara
pengulangan 1 sampai 5, semakin sedikit selisih yang diperoleh untuk setiap kali
pengulangan semakin akurat hasil yang didapat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk pipa besi diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 21,175 mm, diameter
dalam 21,525 mm, dan rata-rata kedalaman 99,42 mm.
2. Untuk pipa plastik kecil diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 16,645 mm,
diameter dalam 14,615 mm dan kedalamannya yaitu 125,45 mm.
3. Untuk pipa plastik besar diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 25,55 mm,
diameter dalam 21,605 mm, dan kedalamannya yaitu 110,33 mm.
4. Perbedaan hasil untuk setiap kali ulangan disebabkan perbedaan titik
permukaan benda yang diambil pada saat akan mengukur.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini harus lebih teliti lagi dalammelet
akkan bahan yang akan diukur, pastikan bahan telah tepat terjepit pada rahang
jangka sorong dan lebih teliti dalam melihat skala utama maupun skala nonius
agar hasil pengukuran yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Daniel dan Alberty. 1986. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.


Dogra dan Dogra. 1985. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press.
Halliday, D.R Resnich. 1984. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Indrajit, Budi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung : PT.Serta Duma
Invers.
Kamajaya. 2006. IPA Terpadu SMP dan MTS. Bandung : Esis.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

A. Pipa Besi
Diameter Luar
1. Skala Utama = 25 mm
Skala Nonius = 3 , 5× 0 , 05 mm
= 0,175 mm
Hasilnya = S kalaUtama+ Skala Nonius
= 25 mm + 0,175 mm
= 25,175 mm
2. Skala Utama = 25 mm
Skala Nonius = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 25 mm+0 ,25 mm
= 25,25 mm
3. SU = 25 mm
SN = 3 ×0 , 05 mm
= 0,15 mm
SU + SN = 25 mm+0 ,15 mm
= 25,15 mm
4. SU = 25 mm
SN = 4 ×0 , 05 mm
= 0,2 mm
SU + SN = 25 mm+0 ,2 mm
= 25,2 mm
5. SU = 25 mm
SN = 2 ×0 , 05 mm
= 0,1 mm
SU + SN = 25 mm+0 ,1 mm
= 25,1 mm
25,175 mm+25 , 25 mm+25 , 15 mm+25 , 2 mm+25 ,1 mm mm
Rata-rata =
5

=25,175 mm

Diameter Dalam
1. SU = 21 mm
SN = 5 , 5× 0 , 05 mm
= 0,275 mm
SU + SN = 21 mm+0,275 mm
= 21,275 mm
2. SU = 21 mm
SN = 7 × 0 ,05 mm
= 0,35 mm
SU + SN = 22 mm+0 , 35 mm
= 21,35 mm
3. SU = 22 mm
SN = 7 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,375 mm
SU + SN = 22 mm+0,375 mm
= 22,375 mm
4. SU = 21 mm
SN = 6 × 0 ,05 mm
= 0,3 mm
SU + SN = 21 mm+0 , 3 mm
= 21,3 mm
5. SU = 21 mm
SN = 6 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,325 mm
SU + SN = 21 mm+0,325 mm
= 21,325 mm

21,275 mm+21 ,35 mm +22,375 mm+21 , 3 mm+21,325 mm


Rata-rata=
5
= 21,525 mm

Kedalaman
1. SU = 99 mm
SN = 6 × 0 ,05 mm
= 0,3 mm
SU + SN = 99 mm+ 0 ,3 mm
= 99,3 mm
2. SU = 99 mm
SN = 4 ×0 , 05 mm
= 0,2 mm
SU + SN = 99 mm+ 0 ,2 mm
= 99,2 mm
3. SU = 99 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 99 mm+ 0 ,25 mm
= 99,25 mm
4. SU = 100 mm
SN = 1 ×0 , 05 mm
= 0,75 mm
SU + SN = 100 mm+0 , 05 mm
= 100,05 mm
5. SU = 99 mm
SN = 6 × 0 ,05 mm
= 0,3 mm
SU + SN = 99 mm+ 0 ,3 mm
= 99,3 mm

99 , 3 mm+99 , 2 mm+99 , 25 mm+100 , 05+99 , 3 mm


Rata-rata =
4
= 99,42 mm

B. Pipa Plastik Kecil


Diameter Luar
1. SU = 16 mm
SN = 1 ×0 , 05 mm
= 0,05 mm
SU + SN = 16 mm+ 0 ,05 mm
= 16,05 mm
2. SU = 16 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 16 mm+ 0 ,25 mm
= 16,25 mm
3. SU = 17 mm
SN = 8 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,425 mm
SU + SN = 17 mm+ 0,425 mm
= 17,425 mm
4. SU = 16 mm
SN = 1 ,5 × 0 , 05 mm
= 0,075 mm
SU + SN = 16 mm+ 0,075 mm
= 16,075 mm
5. SU = 17 mm
SN = 8 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,425 mm
SU + SN = 17 mm+ 0,425 mm
= 17,425 mm

16 , 05 mm+16 , 25 mm+17,425 mm+16,075+17,425 mm


Rata-rata=
5
= 16,645 mm
Diameter Dalam
1. SU = 15 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 15 mm+0 , 2 5 mm
= 15,25 mm
2. SU = 14 mm
SN = 6 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,325 mm
SU + SN = 14 mm+ 0,325 mm
= 14,325 mm
3. SU = 15 mm
SN = 2 ×0 , 05 mm
= 0,1 mm
SU + SN = 15 mm+0 , 1 mm
= 15,1 mm
4. SU = 14 mm
SN = 6 × 0 ,05 mm
= 0,3 mm
SU + SN = 14 mm+ 0 ,3 mm
= 14,3 mm
5. SU = 14 mm
SN = 2 ×0 , 05 mm
= 0,1 mm
SU + SN = 14 mm+ 0 ,1 mm
= 14,1 mm
15 ,25 mm+ 14,325 mm+15 ,1 mm+14 , 3 mm+14 , 1 mm
Rata-rata =
5
= 14,625 mm

Kedalaman
1. SU = 125 mm
SN = 2 ×0 , 05 mm
= 0,1 mm
SU + SN = 125 mm+0 , 1 mm
=125,1 mm
2. SU = 126 mm
SN = 4 ×0 , 05 mm
= 0,2 mm
SU + SN = 126 mm+ 0 ,2 mm
= 126,2 mm
3. SU = 125 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 125 mm+0 , 25 mm
= 125,25 mm
4. SU = 125 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 125 mm+0 , 25 mm
= 125,25 mm
5. SU = 125 mm
SN = 9 × 0 ,05 mm
= 0,45 mm
SU + SN = 125 mm+0 , 45 mm
= 125,45 mm

125 ,1 mm+126 , 2 lmm+125 , 25 mm+125 , 25 mm+125 , 45 mm


Rata-rata=
5
= 125,45 mm

C. Pipa Plastik Besar


Diameter Luar
1. SU = 26 mm
SN = 1 ×0 , 05 mm
= 0,05 mm
SU + SN = 26 mm+ 0 ,0 5 mm
= 26,05 mm
2. SU = 25 mm
SN = 7 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,375 mm
SU + SN = 25 mm+0,375 mm
= 25,375 mm
3. SU = 25 mm
SN = 8 , 5 ×0 , 5 mm
= 0,425 mm
SU + SN = 25 mm+0,425 mm
= 25,425 mm
4. SU = 25 mm
SN = 9 × 0 ,05 mm
= 0,45 mm
SU + SN = 25 mm+0 , 45 mm
= 25,45 mm
5. SU = 25 mm
SN = 9 , 5 ×0 , 5 mm
= 0,425 mm
SU + SN = 25 mm+0,475 mm
= 25,475 mm

26 , 05 mm+25,375 mm+25,425 mm+ 25 , 45 mm+25,475 mm


Rata-rata=
5
= 25,55 mm

Diameter Dalam
1. SU = 21 mm
SN = 7 , 5 ×0 , 05 mm
= 0,375 mm
SU + SN = 21 mm+0,375 mm
= 21,375 mm
2. SU = 22 mm
SN = 1 ×0 , 05 mm
= 0,05 mm
SU + SN = 22 mm+0 , 05 mm
= 22,05 mm
3. SU = 22 mm
SN = 2 ×0 , 05 mm
= 0,1 mm
SU + SN = 22 mm+0 , 1 mm
= 22,1 mm
4. SU = 21 mm
SN = 8 × 0 ,05 mm
= 0,4 mm
SU + SN = 21 mm+0 , 4 mm
= 21,4 mm
5. SU = 21 mm
SN = 2 ×0 , 05 mm
= 0,1 mm
SU + SN = 21 mm+0 , 1 mm
= 22,1 mm
21,375 mm+21 , 05 mm+12 ,1 mm+21 , 4 mm+21 ,1 mm
Rata-rata =
5
=21,605 mm

Kedalaman
1. SU = 110 mm
SN = 8 × 0 ,05 mm
= 0,4 mm
SU + SN = 110 mm+ 0 , 4 mm
=110,4 mm
2. SU = 110 mm
SN = 6 × 0 ,05 mm
= 0,3 mm
SU + SN = 110 mm+ 0 , 3 mm
= 110,3 mm
3. SU = 110 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 110 mm+ 0 , 25 mm
= 110,25 mm
4. SU = 110 mm
SN = 9 × 0 ,05 mm
= 0,45 mm
SU + SN = 110mm+ 0 , 45 mm
= 110,45 mm
5. SU = 110 mm
SN = 5 ×0 , 05 mm
= 0,25 mm
SU + SN = 110 mm+ 0 , 25 mm
= 110,25 mm

110 , 4 mm+110 , 3 mm+110 ,25 mm+110 , 45 mm+110 ,25 mm


Rata-rata=
5
=110,33 mm
LAMPIRAN C
PRETES

1. Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah
berapa ketelitian jangka sorong itu ?
Jawab :
Diketahui : Skala Utama = 10 mm
Skala Nonius = 9 mm
Ditanya : Ketelitian ?
Penyelesaian : 9 + (10 x 0,05) mm
Dengan ketelitian = 1-9/5 = 0,1 mm
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

N Nama Alat dan Gambar Fu


O ng
si
1 Jangka Sorong

Anda mungkin juga menyukai