Anda di halaman 1dari 33

BAB II

PENGUKURAN
Jangka Sorong

Ahli Penemu Jangka Sorong


Kadang, kita memakai sebuah alat atau benda yang membawa manfaat. Tetapi, kita kurang
mengetahui siapa orang yang telah bekerja keras menciptakannya. Terkait dengan alat pengukur
selain mistar ini, dalam beberapa literatur yang berserakan disepakati bahwa orang yang kali
pertama menemukan alat pengukur ini tak lain adalah sosok yang bernama Pierre Vernier,
seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. “Vernier” sendiri dijadikan nama skala dalam
pengukuran jangka sorong tersebut.
Penemu yang bernama lengkap Pierre Vernier ini lahir pada 19 Agustus 1580 di Ornans,
Franche-Comté, Spanyol Habsburg yang kini menjadi negara Prancis. Ia meninggal pada 14
September 1637 di lokasi yang sama dengan tempat kelahirannya. Vernier sang penemu jangka
sorong ini tak lain adalah ahli matematika Prancis dan penemu instrumen.
Penemu jangka yang satu ini juga merupakan penemu dan eponim dari skala vernier. Skala
vernier biasa dipakai dalam perangkat pengukuran pada jangka sorong.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Dioda: Pengertian, Fungsi, Prinsip Kerja,
Contoh Dan Jenis Dioda
Latar Belakang Makalah Jangka Sorong
Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai macam alat ukur
panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan mikrometer skrup. Masing-masing alat
ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Semakin teliti suatu alat maka
pengukuran tersebut akan mendekati ukuran yang sebenarnya.
Dalam mengukur panjang suatu benda, selain memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga
memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki
bentuk yang sangat besar, maka pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar.
Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu bahan tekstil, maka
alat ukur yang digunakan adalah penggaris ataupun rol meter.
Namun jika benda yang diukur menuntut ketelitian yang tinggi, terutama dalam suatu percobaan
fisika maka alat ukur yang digunakanpun merupakan alat ukur dengan ketelitian yang tinggi
yang memiliki skala terkecil yang sangat kecil. Contoh untuk mengukur diametr bola, diameter
balok, , mengukur diameter luar tabung, diameter dalam tabung, mengukur kedalaman, bisa
menggunakan mikrometer sekrup dan untuk dua kemampuan terakhir bisa secara spesifik
dilakukan oleh alat ukur jangka sorong.
Jangka sorong memiliki skala terkecil, yaitu 0,1 mm yang artinya nilai antara dua gores yang
berdekatan adalah 0,1 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa jangka sorong dapat mengukur
panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Pelaporan hasil pengukuran tersebut
dinyatakan sebagai x = xx, dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai kebenaran
x0sedangkan x adalah ketidakpastian mutlaknya.
Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0 adalah nilai hasil pengukuran itu sendiri, sedangkan
ketidakpastian mutlaknya, x = skala terkecil instrumen. Selain memiliki skala terkecil 0,1 mm,
jangka sorong memiliki bentuk yang unik yang terdiri dari rahang untuk mengukur diameter luar
suatu benda (rahang tetap dan rahang geser bawah), rahang untuk mengukur diameter dalam
suatu benda (rahang tetap dan rahang geser atas). lidah pengukur kedalaman, skala utama(dalam
cm), skala utama(dalam inci), skala nonius (dalam mm), skala nonius (dalam inci), dan kunci
peluncur.
Makalah ini akan membahas mengenai alat ukur panjang yaitu jangka sorong secara detail
meliputi jenis jangka sorong, fungsi jangka sorong, prinsip kerja jangka sorong, pembacaan
kalibrasi, prosedur penggunaannya, dan cara pembacaan hasil pengukuran.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Materi Fluida Dinamis : Rumus Hukum
Bernoulli, Pengertian, Jenis, Ciri Dan Contoh Soal
Pengertian Jangka Sorong Menurut Ahli
Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Jangka sorong digunakan pula
untuk mengukur panjang benda maksimum 20 cm. keuntungan penggunaan jangka sorong
adalah dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah
tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.
Kegunaan/Manfaat Dan Fungsi Jangka Sorong adalah :
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun
lainnya) dengan cara diulur.
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar
karena berada di sisi pemegang.
Untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Untuk mengukur diameter luar suatu benda
Untuk mengukur diameter dalam suatu benda
Untuk mengukur kedalaman suatu benda
Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Momen Inersia
Kelebihan dan Kekurangan dari Jangka Sorong
Adapun kelebihan dari jangka sorong diantaranya:
Memliki kecermatan pembacaan yang lumayan bagus umumnya kecermatan pembacaannya
berkisar 0.05-0.01 mm .
Dapat mengukur diameter sisi luar dengan cara dijapit.
Dapat mengukur diameter sisi dalam dengan cara di ulur.
Dapat mengukur kedalaman.
Harga murah dan terjangkau.

Adapun kekurangan dari jangka sorong diantaranya:


Tidak bisa mengukur benda yang besar.
Bisa terjadi pemuaian pada alat.
Karena sensor berkontak langsung dengan benda kerja memungkinkan terjadinya goresan atau
benturan yang bisa menyebabkan ketidakrataan pada kedua sensor atau kedua rahang.

Perawatan jangka sorong


Perawatan Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan dan
tempat penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut,
terbentur dan/atau tergores. Oleh karena itu simpanlah pada suhu kamar dan tempat yang khusus
biasanya terdapat kotak penyimpanan agar tidak terjadi pemuaian dan tergores.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Tabel Periodik Unsur Kimia : Pengertian,
Makalah, Sistem Dan Gambar

Bagian-Bagian Jangka Sorong


Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka
sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala
nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya
ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Bagian Jangka Sorong Dan Fungsinya


Keterangan :
1. Rahang dalam, bentuknya dapat digeser, terdiri atas rahang geser dan rahang tetap, digunakan
untuk mengukur bagian luar benda, misalnya ketebalan kertas, lebar meja dll.
2. Rahang luar, juga terdiri dari rahang tetap dan rahang yang dapat digeser, rahang luar
digunakan untuk mengukur bagian dalam benda, misalnya diameter tabung, cincin dan lain lain
3. Depth Probe adalah bagian yang digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah benda,
musalnya kedalaman tabung

4. Skala utama (dlm cm), memberikan nilai pengukuran dalam bentuk cm


5. Skala (dlm inchi) membrrikan nilai pengukuran dalam satuan inchi
6. Skala nonius (dlm mm) memberikan pengukuran fraksi dalam bentuk satuan mm
7. Skala nonius (dalam inchi) memberikan pengukuran fraksi yang dinilai dalam bentuk satuan
inchi
8. Pengunci, berfungsi untuk menahan bagian-bagian jangka sorong saat pengukuran
berlangsung, misalnya rahang gerak.

Prinsip Cara Kerja Jangka Sorong


Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter
(1mm = 0,1 cm) dan skala nonius.

Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan
kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama
dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala
terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x 0,01 cm = 0,005
cm. DenganDketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat).

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun
untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka
sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam
kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan
dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.

Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius
sampai seperseribu cm (0,001cm).

Kalibrasi Jangka Sorong


Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap.
Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala
utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka
sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan. Seperti ditunjukkan pada gambar dibawah
ini.

Prosedur Pengukuran Jangka Sorong/ Cara Mengukur Dengan Jangka Sorong


Cara Menggunakan Jangka Sorong Untuk Mengukur diameter luar suatu benda
Membuka rahang jangka dengan cara mengendorkan sekrup pengunci, menggeser rahang geser
jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara
rahang geser dan rahang tetap).
Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
Menggeser rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci.
Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
Mengukur diameter luar suatu
benda

Cara Menggunakan Jangka Sorong Untuk Mengukur diameter dalam suatu benda

Mengukur diameter dalam suatu benda


Memutar pengunci ke kiri / mengendorkan sekrup pengunci.
Menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
Meletakkan benda/cincin/tabung yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang (atas)
jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut.
Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh
kedua dinding dalam benda/cincin/tabung yang diukur dan mengunci sekrup pengunci
Membaca dan mencatat hasil pengukuran

Cara Menggunakan Jangka Sorong Untuk Mengukur kedalaman suatu benda/tabung


Mengukur kedalaman suatu benda atau tabung
Meletakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak
Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung
yang akan diukur dalamnya.
Menggeser rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar
tabung.
Mengunci sekrup pengunci
Membaca dan mencatat hasil pengukuran

Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka
sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam
kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan
dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.

Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius
sampai seperseribu cm (0,001cm).

Cara Pembacaan / Membaca Hasil Pengukuran Jangka Sorong


Mula-mula perhatikan skala utama yang berhimpit dengan angka nol pada skala nonius. Dari
gambar ditunjukkan bahwa skala utama berhimpit diantara angka 4,7 cm dengan 4,8 cm.
Selanjutnya perhatikan skala nonius yang segaris dengan skala utama. Dari gambar ditunjukkan
pada angka 4.

Perhatikan pembagian skala pada skala nonius, apabila skalanya dibagi menjadi 10 bagian yang
sama maka hasil pengukuran skala nonius dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20
bagian maka dikali dengan 1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka dikalikan
dengan 1/50 mm.

Setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah
keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar:
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala
Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm).

x = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuranDKarena (xo) harus juga
dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala
nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan
nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda
laporkan sebagai :
Panjang L = xo ¬+ xD
Maka, hasil pengukurannya menjadi :
4,7 cm + (0,4 x 0,01) cm = 4,7 cm + 0,004 cm = 4,704 cm
Jadi, L = (4,704 + 0,005) cm

Contoh Soal Jangka Sorong Dan Pembahasan 1


Carilah panjang benda yang diukur dengan jangka sorong jika pada skala utama dan skala nonius
tampak sebagai berikut :

Jawaban :
Lingkaran Biru : 5, 3 “sekian” cm, sekian akan kita dapatkan di lingkaran “merah”
Lingkaran Merah : 5
Jadi hasilnya = 5,35 cm
Saat ini sudah ada yang namanya jangka sorong digital. Cara menggunakan jangka sorong ini
sangat mudah, tingal mengapitnya di antara rahang tetap dan rahang geser dan layar digital akan
menampilkan hasil pengukuran dengan akurat.

Contoh Soal Jangka Sorong Dan Pembahasan 2 Dan 3


CARA PEMBACAAN JANGKA SORONG UNTUK SATUAN METRIS
Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius puluhan

Dari gambar di diatas diperoleh hasil pengukuran sebesar 31,4 mm, yakni diperoleh dari:
31+4(0,1) = 31,4
(A) (B)
Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius dua puluhan

Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius lima puluhan

Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan inchi


Dalam paparan ini hanya akan disajikan cara pembacaan jangka sorong untuk sauan inchi
dengan tingkat ketelitian 1/128 inchi.
Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 4 1/32” yakni diperoleh
dari: 4+6/8+2(1/128) = 4 + 22/128 + 2/128)4 + 24/128
= 4 1/32”

Cara membaca skala ukur pada Jangka Sorong (Vernier caliper) ketelitian 0,05 mm
Contoh 1. Pembacaan ukuran ketelitian 0,05 mm

Cara membaca skala ukur pada Vernier caliper ketelitian 0,02 mm


Contoh 1. Pembacaan ukuran ketelitian 0,02 mm
Rumus Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong :
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala
Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm).

Jenis Jangka Sorong


Adapun jenis – jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah
seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Jangka sorong manual atau biasa
jangka sorong yang cara pembacaan biasa seperti pada meteran roll.
Jangka sorong manual

Jangka sorong arloji/jam


yaitu jangka sorong yang pembacaannya menggunakan jarum ukuran analog yang ditempelkan
pada bagian muka (dengan stopper). Jangka sorong jam memakai jam ukur sebagai ganti skala
nonius dalam menginterpolasikan posisi garis indeks reltif terhadap skala pada batang ukur.
Gerakan translasi peluncur diubah menjadi gerakan putaran jarum penunjuk dengan perantaraan
roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang dilekatkan di sepanjang batang ukur.

Jan
gka sorong arloji

Jangka sorong digital


yaitu jangka sorong yang pembacaannya menggunakan display digital.
J
angka sorong digital

Jangka Sorong Ketinggian


Suatu jenis mistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukuran ketinggian disebut jangka sorong
ketinggian atau kaliber tinggi. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang bergerak
vertikal pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya.

Permukaan rahang ukur dibuat sejajar dengan alas, sehingga garis ukur akan tegak lurus dengan
permukaan di atas mana landasan diletakkan. Oleh karena itu, dalam pemakaiannnya jangka
sorong ketinggian ini memerlukan permukaan rata sebagai acuan, yang dlam hal ini bisa
dipenuhi oleh meja rata.

Jangka Sorong Ketinggian


Jangka Sorong Tak Sebidang

Jangka
Sorong Tak Sebidang

Jangka Sorong Diameter Alur Dalam

Jan
gka Sorong Diameter Alur Dalam

Jangka Sorong Pipa


Jangka
Sorong Pipa

Kesimpulan
Ada begitu banyak alat ukur panjang, diantaranya mistar, rol meter, jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda
dan digunakan untuk kepentingan pengukuran yang berbeda pula. Setiap alat ukur panjang juga
memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda. Tingkat ketelitian suatu alat ukur dapat dilihat
dari skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur. Dalam hal ini, alat ukur jika diurutkan
menurut skala terkecilnya berturut-turut dari besar ke kecil, yaitu rol meter, mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup.

Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. jangka sorong dapat digunakan
untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun
kedalam sebuah tabung. Jangka sorong memiliki bentuk yang unik, yang bagian-bagiannya
terdiri atas rahang tetap, rahang geser, akala utama, akala nonius, lidah pengukur kedalaman, dan
kunci peluncur.

Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap.
Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala
utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka
sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan.

Hasil pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong, mengikuti rumus Hasil = Skala
Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala
nonius yang berimpit x 0,01 x = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaanDcm).

Karena pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada
jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal
ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran
menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai : Panjang L = xo ¬+ xD
Jangka sorong juga memiliki berbagai jenis, yaitu jangka sorong analog, jangka sorong arloji,
dan jangka sorong digital.

Saran
Makalah yang telah dibuat ini menjelaskan mengenai cara penggunaan jangka sorong dan
spesifikasi jangkasorong itu sendiri. Mengingat bahwa pembelajaran MIPA terutama fisika tidak
lepas dari kegiatan mengukur, oleh karena itu pengetahuan mengenai alat-alat ukur, terutama alat
ukur panjang jangka sorong ini sangat penting untuk diketahui dan dipahami.
Penulis berharap agar siswa-siswi di segala tingkatan tidak asing lagi dengan alat ukur panjang
jangka sorong dan mampu menggunakan jangka sorong untuk berbagai keperluan pengukuran
panjang.

BAB 1. PENGUKURAN
Tinggalkan komentar Go to comments

Standar Kompetensi:
1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan
peralatan
Kompetensi Dasar:
1.1 Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya
1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
PETA
KONS

Peta Konsep Pengukuran


A. PENGERTIAN PENGUKURAN
Konsep: Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan
alat ukur yang digunakan sebagai satuan.
Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran panjang meja dengan pensil. Dalam kegiatan
tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang pensil. Panjang pensil yang
kamu gunakan adalah sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan
angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan
yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua
orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku.
B. BESARAN POKOK DAN BESARAN TURUNAN
Konsep: Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu.
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok.
Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok, dan Besaran Turunan
Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat badan adalah massa,
sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan dapat kita tentukan
dengan menggunakan alat timbangan berat badan. Misalnya, setelah ditimbang berat
badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah sesuatu
yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang dan massa
merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan
secara kuantitas.
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran yang bukan besaran fisika, misalnya perasaan
sedih, gembira, dan lelah. Karena perasaan tidak dapat diukur dan tidak dapat dinyatakan
dengan angka dan satuan, maka perasaan bukan besaran fisika.
Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran
pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun, besaran turunan
merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat tetap,
berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik, yang
dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second) yang disebut
sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS (Centimeter Gram
Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut.

Besaran Pokok
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut bidang
datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
Tabel Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya
Besaran Turunan
Sistem Internasional
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat ukur panjang.
Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-beda yang berakibat
menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak sama. Oleh
karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara umum. Usaha para
ilmuwan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan yang berlaku di negara
manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1) satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun, misalnya
suhu, tekanan dan kelembaban.
2) bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.
3) mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna untuk perkembangan
ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Kamu dapat membayangkan betapa kacaunya
perdagangan apabila tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.
1. Satuan Internasional untuk Panjang
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya dinyatakan dalam satuan meter, centimeter,
milimeter, atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam SI adalah meter. Pada mulanya satu
meter ditetapkan sama dengan panjang sepersepuluh juta (1/10000000) dari jarak kutub utara ke
khatulistiwa melalui Paris. Kemudian dibuatlah batang meter standar dari campuran Platina-
Iridium. Satu meter didefinisikan sebagai jarak dua goresan pada batang ketika bersuhu 0ºC.
Meter standar ini disimpan di International Bureau of Weights and Measure di Sevres, dekat
Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan rusak karena dipengaruhi suhu, serta menimbulkan
kesulitan dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh karena itu, pada tahun 1960 definisi
satu meter diubah. Satu meter didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali panjang gelombang
sinar jingga yang dipancarkan oleh atom gas krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu lucutan
listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional tentang timbangan dan ukuran memutuskan bahwa
satu meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada selang waktu 1/299792458 sekon.
Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena nilainya dianggap selalu konstan.
2. Satuan Internasional untuk Massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Pada mulanya para ahli
mendefinisikan satu kilogram sebagai massa sebuah silinder yang terbuat dari bahan campuran
Platina dan Iridium yang disimpan di Sevres, dekat Paris. Untuk mendapatkan ketelitian yang
lebih baik, massa standar satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air murni pada
suhu 4ºC.
3. Satuan Internasional untuk Waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik atau sekon dalam SI. Pada awalnya satuan waktu
dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada porosnya, yaitu 1 hari. Satu detik didefinisikan
sebagai 1/26400 kali satu hari rata-rata. Satu hari rata-rata sama dengan 24 jam = 24 x 60 x 60 =
86400 detik. Karena satu hari matahari tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka pada tahun
1956 para ahli menetapkan definisi baru. Satu detik adalah selang waktu yang diperlukan oleh
atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9192631770 kali.
Mengonversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu
Setiap besaran memiliki satuan yang sesuai. Penggunaan satuan suatu besaran harus tepat, sebab
apabila tidak sesuai akan berkesan janggal bahkan lucu. Misalnya seseorang mengatakan tinggi
badannya 150ºC, orang lain yang mendengar mungkin akan tersenyum karena hal itu salah.
Demikian pula dengan pernyataan bahwa suhu badan orang yang sehat biasanya 36 meter,
terdengar janggal.
Hasil suatu pengukuran belum tentu dinyatakan dalam satuan yang sesuai dengan keinginan kita
atau yang kita perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m, sedangkan kita memerlukan dalam
satuan cm, satuan gram dinyatakan dalam kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon. Untuk
mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya diperlukan tangga
konversi. Gambar di bawah menunjukkan tangga konversi panjang, massa, dan waktu, beserta
dengan langkah-langkah penggunaannya.

Tangga Konversi Panjang


Awalan Satuan dan Sistem Satuan di Luar Sistem Metrik
Di samping satuan sistem metrik, juga dikenal satuan lainnya yang sering dipakai dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya liter, inci, yard, feet, mil, ton, dan ons. Satuan-satuan tersebut
dapat dikonversi atau diubah ke dalam satuan sistem metrik dengan patokan yang ditentukan.
Konversi besaran panjang menggunakan acuan sebagai berikut:
1 mil = 1760 yard (1 yard adalah jarak pundak sampai ujung jari tangan orang dewasa).
1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak tumit sampai ujung jari kaki orang dewasa).
1 feet = 12 inci (1 inci adalah lebar maksimal ibu jari tangan orang dewasa).
1 inci = 2,54 cm
1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan satuan sistem Inggris. Untuk besaran massa
berlaku juga sistem konversi dari satuan sehari-hari maupun sistem Inggris ke dalam sistem SI.
Contohnya sebagai berikut.
1 ton = 1000 kg
1 kuintal = 100 kg
1 slug = 14,59 kg
1 ons (oz) = 0,02835 kg
1 pon (lb) = 0,4536 kg
Satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat dikonversi ke dalam sistem SI yaitu detik atau
sekon. Contohnya sebagai berikut.
1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7 detik
1 hari = 8,640 x 10 pangkat4 detik
1 jam = 3600 detik
1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem awalan dari sistem MKS baik ke sistem makro
maupun ke sistem mikro. Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel Awalan Satuan Sistem Metrik Besaran Panjang
Tabel Awalan Satuan Sistem Metrik
Penelitian jagad mikro dengan konversi sistem mikro banyak berkembang dalam bidang teknolgi
dewasa ini, contohnya teknologi nano yang menyelidiki jagad renik seperti sel, virus,
bakteriofage, dan DNA. Adapun penelitian jagad makro menggunakan konversi sistem makro
karena objek penelitiannya mencakup wilayah lain dari jagad raya, yaitu objek alam semesta di
luar bumi.
Mengonversi Satuan Besaran Turunan
Besaran turunan memiliki satuan yang dijabarkan dari satuan besaranbesaran pokok yang
mendefinisikan besaran turunan tersebut. Oleh karena itu, seringkali dijumpai satuan besaran
turunan dapat berkembang lebih dari satu macam karena penjabarannya dari definisi yang
berbeda. Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis dengan m/s2 dapat juga ditulis dengan
N/kg. Satuan besaran turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan beberapa contoh di bawah ini!
1 dyne = 10pangkat-5 newton
1 erg = 10pangkat-7 joule
1 kalori = 0,24 joule
1 kWh = 3,6 x 10pangkat6 joule
1 liter = 10pangkat-3 m3 = 1 dm3
1 ml = 1 cm3 = 1 cc
1 atm = 1,013 x 10pangkat5 pascal
1 gauss = 10pangkat-4 tesla
Pengukuran Besaran Fisika
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang tukang jahit pakaian
mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian yang akan dibuat dengan
menggunakan meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan
pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya
menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah batu bata.
Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos untuk
mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm,
maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran sedangkan cm
adalah satuannya.
Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat,
ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut
diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan
waktu.
1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan ukuran benda.
Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur
lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos.
a. Pengukuran Panjang dengan Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus,
berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris
berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran
pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
Alat Ukur Panjang
Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk
menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam
melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.

Pembacaan Skala
b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan
ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur
diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong
yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.

Jangka Sorong
c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur
ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan silinder
bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala
putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.
Mikrometer Sekrup
2. Pengukuran Massa Benda
Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan
kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan anak timbangan yang
digunakan. Dalam dunia pendidikan sering digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua
lengan. Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

Neraca
3. Pengukuran Besaran Waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam
matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki
ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

Alat Ukur Waktu

C. SUHU DAN PENGUKURANNYA


1. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran suhu. Jadi,
suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
2. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi pipa
kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler
termometer adalah sebagai berikut:
a. raksa tidak membasahi dinding kaca,
b. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
c. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat mengubah
suhunya,
d. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol. Alkohol
memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian, termometer alkohol
tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah.
Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap
tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan
penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara titik tetap bawah
dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah
dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur
dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180
skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu
suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin
menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373.
Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Titik Tetap Termometer


Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan termometer Fahrenheit
adalah
C : R : F = 100 : 80 : 180
C:R:F=5:4:9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F
dapat ditulis sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
tº C =4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah
t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita buat dapat
dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik tetap kedua
termometer berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan titik tetap
bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap atas
Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu saat es melebur
dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.
Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-masing
termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.
(Tx -Xb)/(Xa- Xb)=(Ty- Yb)/( Ya- Yb)
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y

Konversi Skala Termometer


Seperti kita ketahui bahwa zat cair sebagai bahan pengisi termometer ada dua macam, yaitu air
raksa dan alkohol. Nah, ternyata zat cair tersebut memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
a . Termometer air raksa.
Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 40 0C dan
mendidih pada suhu 360 0 C.
5) Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:
1) Air raksa harganya mahal.
2) Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
3) Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.
b. Termometer alkohol
Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Alkohol harganya murah.
2) Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol mengalami
perubahan volume yang besar.
3) Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol –130 0C.
Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Membasahi dinding kaca.
2) Titik didihnya rendah (78 0C)
3) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat dilihat.
Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung termometer? Alasannya karena air membasahi
dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, penghantar panas yang
jelek.

D. Memperhatikan dan Menerapkan Keselamatan Kerja dalam Pengukuran


Belajar fisika tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium. Dalam melaksanakan percobaan
dan kegiatan di laboratorium mungkin saja terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, penting sekali
untuk menjaga keselamatan dalam bekerja. Salah satu usaha menjaga keselamatan kerja dan
mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan memperhatikan dan melaksanakan tata tertib di
laboratorium.
Mengapa kecelakaan dapat terjadi? Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi disebabkan
beberapa hal, antara lain:
tidak mematuhi tata tertib laboratorium,
tidak bersikap baik dalam melaksanakan kegiatan laboratorium,
kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap alat, bahan, serta cara penggunaannya,
kurangnya penjelasan dari guru atau tenaga laboratorium, dan
tidak menggunakan alat pelindung.
Adapun bahaya-bahaya yang mungkin perlu diantisipasi di lingkungan laboratorium adalah
sebagai berikut:
luka bakar akibat panas,
bahaya listrik,
bahaya radioaktif, dan
bahaya kebakaran.
Definisi

SOAL PILIHAN GANDA


1. Hasil pengukuran diameter sebuah kelereng dengan menggunakan mikrometer sekrup,
ditunjukkan oleh gambar di bawah, tentukan besar dari diameter kelereng tersebut!

A. 4,78 mm
B. 5,28 mm
C. 5,70 mm
D. 8,50 mm
E. 9,28 mm

2. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar. Tebal pelat logam
adalah…

A. 4,85 mm
B. 4,90 mm
C. 4,96 mm
D. 4,98 mm
E. 5,00 mm

3. Untuk mengukur diameter dalam sebuah gelas dengan jangka sorong seperti pada gambar!
Diameter dalam gelas adalah…..

A. 0,80 cm
B. 0,83 cm
C. 1,67 cm
D. 2,20 cm
E. 2,27 cm

4. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Skala yang ditunjukkan dari hasil
pengukuran tampak pada gambar.
Besarnya hasil pengukuran adalah …

A. 3,19 cm
B. 3,14 cm
C. 3,10 cm
D. 3,04 cm
E. 3,00 cm

5. Gambar di samping ini menunjukan pengukuran lebar balok dengan jangka sorong. Lebar
balok adalah….
A. 3,39 cm
B. 3,24 cm
C. 3,19 cm
D. 3,09 cm
E. 3,04 cm

6. Kedudukan skala sebuah mikrometer sekrup yang digunakan untuk mengukur diameter sebuah
bola kecil seperti gambar berikut :
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilaporkan diameter bola kecil adalah …

A. 11,15 mm
B. 9,17 mm
C. 8,16 mm
D. 5,75 mm
E. 5,46 mm

7. Sebuah benda ketebalannya diukur dengan mikrometer sekrup seperti gambar. Hasil
pengukuran ketebalan benda adalah ….

A. 2,97 mm
B. 2,47 mm
C. 2,03 mm
D. 1,97 mm
E. 1,47 mm

8. Sebuah mikrometer digunakan untuk mengukur tebal suatu benda, skalanya ditunjukkan
seperti gambar berikut. Hasil pengukurannya adalah…
A. 2,13 mm
B. 2,63 mm
C. 2,70 mm
D. 2,73 mm
E. 2,83 mm
Pembahasan

9. Sebuah pelat logam diukur ketebalannya dengan menggunakan mikrometer sekrup dan
menunjukkan skala seperti yang terlihat pada gambar. Tebal benda tersebut adalah…

A. 4,04 mm
B. 5,02 mm
C. 5,05 mm
D. 6,00 mm
E. 7,08 mm

10. Gambar berikut adalah pengukuran massa benda dengan menggunakan neraca
Ohauss lengan tiga. Hasil pengukuran massa benda yang benar adalah…

A. 350 gram
B. 321,5 gram
C. 240 gram
D. 173 gram
E. 170,3 gram

Anda mungkin juga menyukai