Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

OLEH

MUHAMMAD YUSRIADI DAHLAN


1212140003
FISIKA (C)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2014
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan atas percobaan. Dalam percobaan,
pengukuran merupakan salah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Mengukur merupakan
sesuatu hal yang penting untuk dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang
sedang dipelajari. Selain dalam proses pembelajaran, pengukuran juga kerap kali dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengukuran suatu objek dilakukan menggunakan alat ukur. Setiap alat ukur
mempunyai fungsi atau kegunaan yang berbeda-beda. Selain fungsinya yang berbeda-beda,
setiap alat ukur juga mempunyai karakteristik dan sklala yang berbeda- beda, serta cara
penggunaan dan cara membaca skala yang berbeda-beda pula. Berikut akan dibahas beberapa
alat ukur dan pembahasannya:
1. Jangka Sorong
Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat
digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang benda maksimum 20 cm.
keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat digunakan untuk mengukur
diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun
kedalam sebuah tabung.
 Bentuk dan bagian jangka sorong
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang
terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada
rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya ditunjukkan pada
gambar berikut ini:

Gambar 1. Jangka sorong


 Prinsip kerja jangka sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil
dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama
memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah
0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi jarak 2
skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala
utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1
mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x
0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005
cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah
kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur
diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin
maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang
terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat
digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak
diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2
penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat
ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh
cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala
nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).
 Kalibrasi jangka sorong
Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat
di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala
nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut
sudah terkalibrasi dan siap digunakan.
 Prosedur pengukuran dengan jangka sorong
1) Mengukur diameter luar suatu benda
a. Membuka rahang jangka sorong dengan cara mengendorkan sekrup
pengunci, menggeser rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga
benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang
geser dan rahang tetap).
b. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
c. Menggeser rahang geser ke kiri sedemikian sehingga benda yang
diukur terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci.
d. Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
2) Mengukur diameter dalam suatu benda
a. Memutar pengunci ke kiri / mengendorkan sekrup pengunci.
b. Menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
c. Meletakkan benda/cincin/tabung yang akan diukur sedemikian
sehingga kedua rahang (atas) jangka sorong masuk ke dalam
benda/cincin tersebut.
d. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang
jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin/tabung
yang diukur dan mengunci sekrup pengunci
e. Membaca dan mencatat hasil pengukuran
3) Mengukur kedalaman suatu benda/tabung
a. Meletakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak
b. Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka
sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
c. Menggeser rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka
sorong menyentuh dasar tabung.
d. Mengunci sekrup pengunci
e. Membaca dan mencatat hasil pengukuran
 Cara pembacaan
Mula-mula perhatikan skala utama yang berhimpit dengan angka nol
pada skala nonius. Selanjutnya perhatikan skala nonius yang segaris dengan
skala utama. Perhatikan pembagian skala pada skala nonius, apabila skalanya
dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka hasil pengukuran skala nonius
dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20 bagian maka dikali dengan
1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka dikalikan dengan 1/50
mm. Setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil
pengukurannya adalah jumlah keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil
pengukuranya sebesar: Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x
skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x
0,01 cm).
2. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang cukup
presisi. Mikrometer mempunyai tingkat ketelitian hinggan 0,01 mm. Penggunaan
mikrometer sekrup biasanya untuk mengukur diameter benda melingkar yang kecil
seperti kawat atau kabel.
 Skala dalam mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup terdiri atas rahang utama sebagai skala utama dan rahang
putar sebagai skala nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala
nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh
0,5 mm. Ketelitian micrometer sekrup adalah setengah dari skala terkecilnya.
Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika kita
memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan
diperoleh nilai 0,5 mm skalautama. Oleh karena itu, nilai satu skala nonius
adalah0,5/50mm = 0,01 mm.
Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ;
1. Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar)
ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup.
2. Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis
lurus dengan garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm.
 Bagian-bagian mikrometer sekrup

Gambar 2. Mikrometer Sekrup

1. Bingkai (Frame)
Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas
serta dibuat agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan
peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu,
bingkai dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan
ketika pengukuran karena jika Anda memegang bingkai agak lama
sehingga bingkai memanas sampai 10 derajat celcius, maka setiap 10 cm
baja akan memanjang sebesar 1/100 mm.
2. Landasan (Anvil)
Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan diantara
anvil dan spindle.
3. Pengunci (lock)
Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika
mengukur benda.
4. Ratchet Knob
Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan
diukur tepat berada diantara spindle dan anvil.
 Cara menggunakan mikrometer sekrup

1. Memutar bidal (pemutar) berlawanan arah dengan arah jarum jam


sehinggga ruang antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang
akan diukur.
2. Meletakkan benda diantara kedua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang
geser.
3. Memutar bidal (pemutar besar) searah jarum jam sehingga benda yang
akan diukur terjepit oleh rahang tetap dan rahang geser.
4. Memutar pemutar kecil(roda bergerigi) searah jarum jam sehingga skala
nonius pada pemutar besar sudah tidak bergeser lagi.
5. Membaca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius.
 Cara membaca hasil pengukuran
1. Menentukan nilai skala utama yang terdekat dengan selubung silinder
(bidal) dari rahang geser ( skala utama yang berada tepat di
depan/berimpit dengan selubung silinder luar rahang geser).
2. Menentukan nilai skala nonius yang berimpit dengan garis mendatar pada
skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dalam persamaan :
Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius x skala terkecil mikrometer sekrup)
= Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm).
3. Mistar
Mistar yang sering dikenal sebagai meteran didefiniskan sebagai alat ukur
yang digunkan untuk mengukur besaran panjang.
 Macam-macam mistar
Terdapat berbagai macam mistar yaitu mistar rol (mistar gulung), mistar
bentuk pita, mistar lipat, dan penggaris.
 Skala dalam mistar
mistar dengan skala terkecil 1 mm disebut mistar berskala mm. Mistar dengan
skala terkecil cm disebut mistar berskala cm. Mistar mempunyai tingkat
ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
 Menggunakan mistar dengan benar
Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata pengamat
tegak lurus dengan skala mistar yang dibaca. Jika kedudukan mata pengamat
tidak tegak lurus dengan skala mistar yang dibaca bisa menyebabkan
terjadinya kesalahan paralaks (kesalahan manusia (human error). Kesalahan
paralaks terjadi jika pembacaan skala analog dilakukan dari sudut yang salah).
 Mengukur panjang benda dengan mistar

1. Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar (lihat gambar).
2. Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung
benda tepat berada di angka nol (0)
3. Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di
titik nol mistar).
4. Lihat angka yang dekat dengan akhir ujung benda, pada gambar tersebut
akhir ujung benda berada di skala 2, maka panjang benca adalah 2 cm
5. Lihat juga setelah angka 2 ada garis-garis, lihatlah garis-garis tersebut
dengan cara menghitungnya setelah angka 2. Maka ujung benda tersebut
berakhir di garis ke 5, maka skalnya di baca 5 mm atau 0,5 cm
6. Panjang benda tesebut adalah 2 cm + 5 mm atau 2 cm + 0,5 cm. Dengan
demikian panjang benda tersebut adalah 2,5 cm atau 25 mm.

Gambar 3.1 Mistar

4. Neraca Ohauss
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.
Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur
dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu
sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi
anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau
mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-
masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan
setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
 Skala dalam Neraca Ohaus
Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang
digunakan. Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung
dengan lengan yang digunakannya. Ketelitian neraca merupakan skala terkecil
yang terdapat dalam neraca yang digunakan disaat pengukuran. Misalnya pada
neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas pengukuran 310 gram mempunyai
ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika hendak menentukan
besarnya ketidakpastian dalam pengukuran. Berdasarkan referensi bahwa
ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat. Secara matematis dapat
ditulis: Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca dengan
tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram,
sehingga diperoleh ketidakpaastian ½ × 0 = 0,05.
 Jenis – jenis neraca ohauss
Neraca Ohaus terbagi menjadi dua macam, di antaranya:
o Neraca Ohaus dua lengan
Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100
nya di putar. Gambar (1.10) merupakan neraca Ohaus dua lengan.
Neraca ini memiliki dua lengan. Lengan depan terdapat satu anting
logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, …, 100g. Sedangkan lengan
belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200, …, 500 g. Selain dua
lengan, neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama
0 sampai 9 g sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.
Neraca Ohaus dua lengan terdiri dari beberapa komponen, di
antaranya:
a. Lengan depan
b. Lengan belakang
c. Sistem magnetik
d. Penggeser anak timbangan
e. Venier
f. Kait
g. Skala
h. Lekuk
i. Wadah
j. Alas
o Neraca ohauss tiga lengan
Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di
geser.
Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:
- Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan
skala 0, 1, 2, 3, 4,….., 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10
skala tiap skala 1 gr.jadi skala terkecil 0,1 gram
- Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100
gr, dengan skala dari 0,100, 200, ………, 500gr.
- Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10
gram, dari skala 0, 10, 20, …, 100 gr.
 Bagian – bagian neraca ohauss
1. Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan
diukur.
2. Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika
neraca tidak dapat digunakan untuk mengukur.
3. Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan
untuk neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
4. Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang
dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
5. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan
titik kesetimbangan.
 Cara menggunakan
Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga
lengan sama. Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan
menggunakan neraca ohaus, antara lain:
1. Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk
menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada disamping
atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada
neraca sejajar
2. Meletakkan benda yang akan diukur massanya
3. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan
skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0 dan
4. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca
hasil pengukurannya.
Gambar 4. Neraca Ohauss

5. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur selang waktu yang lebih singkat,
misalnya selang waktu perlombaan lari 100 m.Ada dua jenis stopwatch : stopwatch
analog dan stopwatch digital, stopwatch analog ditunjukkan oleh gambar 1 dan
stopwatch digital ditunjukkkan oleh gambar 2. Namun yang akan dibahas kali ini
adalah stopwatch analog.
 Prinsip kerja
Stopwatch dirancang untuk memulainya dengan menekan tombol diatas dan
berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu.
Kemudian dengan menekan tombol yang sama untuk yang kedua kali
kemudian memasang lagi stopwatch pada nol.
Stopwatch analog mempunyai penunjuk seperti jarum jam dan mempunyai
dua buah tombol yaitu tombol start/stop dan tombol kalibrasi . Perhitungan
waktu pada stopwatch analog ini berdasarkan gerakan mekanik. Sistem yang
mekanik sangat sulit diubah, (ditambah atau dikurang) karena peletakan
komponen -komponennya memerlukan presisi yang sangat tinggi.
Prinsip kerja stopwatch Analog adalah sebagai berikut :
- Saat tombol start ditekan penahan pegas pertama akan terbuka sehingga
gerigi berputar dan pegas pertama akan terkalibrasi secara periodik.
Sehingga jarum bergerak.
- Pada saat yang sama pegas kedua tertekan sehingga tercipta kombinasi
kerja secara mekanik. Pada saat kalibrasi penekan pegas akan membuat
pegas kedua terkalibrasi sehingga pegas pertama kembali ke tertekan seperti
semula. Dan jarum kembali ke posisi nol.
 Bagian-Bagian Stopwatch Analog :
1. Tombol start / stop, untuk menjalankan dan menghentikan stopwatch.
2. Tombol riset, untuk meriset stopwatch ke nol.
3. Jarum besar, berfungsi sebagai jarum penunjuk dalam satuan detik
4. Jarum kecil, berfungsi sebagai jarum penunjuk satuan menit.
5. Lingkaran detik, merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai dari
angka 1 samapai 60 dalam satuan detik.
6. Lingkaran menit, merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai dari
5 sampai 30 dalam satuan menit.
 Kalibrasi stopwatch
Pada stopwatch analog kita hanya perlu menekan tombol start/stop tersebut
maka jarum penunjuk detik dan jarum penunjuk menit menunjuk ke angka nol.
Stopwatch digital hampir sama dengan stopwatch analog. Setelah menekan
tombol kalibrasi maka angka pada layar/ monitor akan menunjukkan angka
nol.
 Cara menggunakan stopwatch
1. Menyiapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur.
2. Memastikan stopwatch dalam keadaan nol atau terkalibrasi.
3. Menekan tombol start untuk memulai pengukuran waktu, maka jarum besar
pada lingkaran besar akan berjalan.
Satu putaran penuh jarum besar pada lingkaran detik sama dengan 60 detik.
Jadi satu kali putaran penuh jarum besar sama dengan satu menit. Apabila
jarum besar sudah berputar satu kali putaran penuh, maka jarum kecil akan
berada pada angka satu pada lingkaran kecil.
4. Menekan tombol stop untuk mengakhiri pengukuran waktu.
5. Membaca hasil pengukuran.
6. Untuk mengulangi pengukuran maka menekan tombol start/stop 1 kali dan
jarum akan kembali ke nol kemudian ulangi langkah 1 s/d 5.
 Ketelitian stopwatch
Pada stopwatch analog jarak antara dua gores panjang yang ada angkanya
adalah 2 sekon. Jarak itu dibagi atas 20 skala. Dengan demikian, skala terkecil
adalah 2/20 sekon = 0,1 sekon.
Jadi ketelitian stopwatch tersebut ( ½ x 0,1 sekon ) = 0,05 sekon
Gambar 5. Stopwatch analog dan digital

6. Neraca Dua Lengan


Neraca dua lengan atau neraca berlengan sama adalah alat yang digunakan untuk
mengukur massa benda. Neraca dua lengan biasa digunakan dilaboratorium. Cara
kerjanya adalah benda diletakkan disalah satu timbangan, sedangkan beberapa massa
stándar diletakkan pada timbangan lainnyasedemikian sehingga terjadi keseimbangan
(lengan mendatar). Massa benda yang akan diukur sama dengan jumlah massa stándar
yang seimbang dengannya. Ada beberapa bagian dalam alat ini yaitu letak anak
timbang, anak timbang, jarum indikator, dan tempat zat yang akan diukur.

Gambar 6. Neraca dua lengan


7. Neraca Pegas
Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang menggunakan pegas
sebagai alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya neraca pegas
mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah tekanannya.
 Skala dalam neraca pegas
Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N (newton) dan g
(gram). Untuk menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan
cara memutar sekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda pada pengait
neraca. Selanjutnya, baca hasil pengukuran. Kelebihan menimbang beban dengan
neraca pegas yaitu dalam sekali menimbang benda dapat diketahui massa dan berat
benda sekaligus.
 Bagian-bagian neraca pegas
o Gantungan : sebagai tempat untuk memegang dinamometer tersebut
agar tidak mengganggu proses pengukuran.
o Penunjuk skala: bagian yang berfungsi untuk menunjukka skala
o Pegas : bagian dari dinamometer yang sangat vital.
o Skala :harga yang tertera pada dinamometer yang
menunjukkan hasil pengukuran.
o Pengait : sebagai tempat dimana benda akan diletakkan.
 Cara mengkalibrasi
Adapun cara pengkalibrasi dinamometer adalah dengan cara memutar sekrup
yang ada di bagian atas dinamometer tanpa beban hingga garis penunjuk skala
menunjukan pada skala nol.
 Cara menggunakannya
Cara menggunakan alat ini adalah dengan menggantungkan benda yang akan
diukur massanya pada pengait yang terdapat di bagian bawah pegas. Setelah keadaan
sistem tenang, lihat skala yang ditunjukan oleh penunjuk skala.
 Cara membaca
Cara membaca neraca pegas ini sama halnya seperti penggunaan alat ukur
mistar yaitu melihat angka yang ditunjukan oleh penunjuk skala. Batas ketelitian atau
nilai skala terkecil pada dinamometer berbeda-beda, namun biasanya yang sering
digunakan di laboratorium adalah 0,1 N.
Gambar 7. Neraca pegas (dinamometer)

8. Speedometer
Speedometer adalah alat pengukur kecepatan kendaraan darat, yang merupakan
perlengkapan standar setiap kendaraan yang beroperasi di jalan. Speedometer
berfungsi agar pengemudi mengetahui kecepatan kendaraan yang dijalankannya dan
dijadikan informasi utama untuk mengendalikan kecepatan dikawasan/jalan agar tidak
terlalu lambat atau terlalu cepat, bisa mengatur waktu perjalanan dan mengendalikan
kecepatan dijalan yang kecepatannya dibatasi.
Speedometer menghitung nilai kecepatan berdasarkan satuan waktu. Nilai yang umum
dipakai untuk kendaraan darat adalah kilometer per jam, atau mil per jam. Dalam
speedometer tersebut tertera angka dari 0 s/d 180 km per jam atau bahkan pada mobil
sport ada yang s/d 300 km/jam. Angka yang tertera tersebut merupakan angka
kecepatan teoritis, yang mana untuk mencapai kecepatan maksimum tentunya dengan
asumsi kondisi kendaraan masih prima baik mesin maupun sasis.
 Prinsip kerja
Speedometer mekanis menggunakan prinsip elektromagnetik dalam
kerjanya. Poros yang memutar roda terhubung ke speedometer dengan
kabel panjang dan fleksibel yang terbuat dari kawat pilin. Kabel ini agak
seperti driveshaft mini: jika salah satu ujung kabel berputar, demikian juga
yang lain-meskipun kabel panjang dan fleksibel. Di ujung atas,
kabeltersambung ke bagian belakang speedometer. Ketika berputar, ternyata
sebuah magnet di dalam speedometer ikut berputar dengan kecepatan yang
sama. Magnet berputar di dalam cangkir alumunium, yang dikenal sebagai
cangkir kecepatan, yang juga bebas berputar, meskipun dibatasi oleh
kumparan kawat halus yang dikenal sebagai sebuah pegas. Namun, magnet
dan cangkir kecepatan yang tidak terhubung bersama-sama,: mereka
dipisahkan oleh udara. Gelas kecepatan melekat pada pointer yang bergerak ke
atas dan kebawah pada dial speedometer.
Magnet berputar menciptakan medan magnet fluktuatif di dalam
cangkir kecepatan dan, berdasarkan hukum elektromagnetisme, itu berarti arus
listrik mengalir di dalam cangkir. Akibatnya, cangkir kecepatan berubah
menjadi semacam generator listrik. Namun, tidak seperti di sebuah generator
yang tepat (jenis yang membuat listrik untuk rumah Anda dalam pembangkit
listrik), arus dalam cangkir kecepatan tidak dapat pergi kemana-mana, tidak
ada yang dapat menghantarkan daya.
 Pengkalibrasian
Kalibrasi adalah proses penentuan nilai sebenarnya untuk meluluskan suatu
instrumen. Kalibrasi merupakan proses terutama penting dalam pembuatan
speedometer karena keselamatan pengemudi sangat bergantung pada
pembacaan yang akurat. Dalam mengukur mekanik, kekuatan magnet
menghasilkan torsi yang mengalihkan jarum indikator. Ketika kalibrasi jenis
gauge, elektromagnet digunakan untuk menyesuaikan kekuatan magnet
permanen terpasang di speedometer sampai jarum sesuai dengan masukan dari
kabel berputar. Ketika kalibrasi suatu alat ukur elektronik, penyesuaian
dilakukan pada saat faktor kalibrasi yang ditulis ke dalam memori meter.
Sistem kemudian dapat refigure keseimbangan antara masukan dari transmisi
dan output dari jarum. Sekarang tersedia sistem baru otomatis untuk kalibrasi
baik speedometer mekanik dan elektronik.
 Cara pembacaan hasil pengukuran
Pembacaan hasil pengukuran pada speedometer dapat langsung dilihat pada
alat. Pada skala ke berapa yang ditunjukkan speedometer maka itulah besar
kecepatan dari kendaraan yang dikendarai.
Misal, pada gambar di bawah sebuah speedometer menunjukkan angka 100
maka kendaraan tersebut melaju dengan kecepatan sebesar 100 mil/jam atau
160 km/jam.
Gambar 8.speedometer

9. Termometer
Temperatur adalah ukuran panas atau dinginnya suatu objek secara telatif. Sedangkan
termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur dengan tepat perubahan
temperatur suatu benda. Karena perkembangan zaman maka teknologi pun turut
berkembang, maka dapat kita lihat saat ini terdapat banyak jenis termometer, tetapi
prinsip kerja sebenarnya sama. Biasanya, dengan memanfaatkan materi yang bersifat
termometrik ( sifat materi yang berubah terhadap temperatur ).
 Macam-macam termometer
Menurut isinya termometer terdiri dari: termometer cair, padat, dan digital,
dimana pada umumnya termometer yang digunakan adalah termometer air
raksa dan alkohol.
Pemilihan air raksa sebagai zat yang digunakan dalam termometer karena air
raksa memiliki beberapa keistimewaan yakni :
1. Air raksa mengkilap sehingga mudah dilihat
2. Air raksa mampu menyerap panas dengan cepat dari benda yang sedang
diukur
3. Air raksa memiliki titik beku yang rendah yaitu -390 C dan titik didih yang
tinggi yakni 3570 C. Oleh karenanya, air raksa dapat digunakan untuk
mengukur berbagai suhu baik rendah maupun tinggi
4. Air raksa tidak membasahi dinding tabung sehingga hasil pengukurannya
lebih akurat
5. Air raksa dapat memuai secara teratur
Adapun keistimewaan alkohol yakni :
1. Alkohol cepat mengambil kalor dari suatu benda yang diukur walaupun
tidak secepat air raksa
2. Alkohol dapat digunakan untuk mengukur suhu yang rendah sebab
mempunyai titik beku -1440 C
3. Alkohol mengalami pemuaian yang teratur sesuai kenaikan suhu benda
yang diukur
Di antara kedua zat tersebut di atas, termometer dengan air raksa lebih sering
digunakan dibanding termometer alkohol untuk mengukur suhu dengan
ketelitian yang tinggi. Hal ini karena ada beberapa kekurangan yang dimiliki
oleh zat alkohol antara lain :
1. Alkohol mempunyai titik didih yang rendah yakni sekitar 780 C sehingga
tidak baik untuk mengukur suhu yang tinggi
2. Alkohol dapat membasahi dinding tabung
3. Alkohol tidak berwarna sehingga perlu diwarnai agar hasil pengukuran
dapat terbaca.
 Kalibrasi termometer
Kalibrasi termometer adalah kegiatan menetapkan skala sebuah termometer
yang belum memiliki skala atau sering juga disebut dengan proses Verifikasi,
yaitu suatu akurasi alat ukur yang sesuai dengan rancangannya.
Kita dapat menetapkan skala termometer (kalibrasi termometer) dengan cara-
cara sebagai berikut:

 Masukkan es batu dan air kedalam sebuah wadah (usahakan air dan es
batunya sama banyak)
 Masukkan termometer tersebut kedalam wadah yang berisi air dan es
batu yang telah kita siapkan tadi. Karena pada mulanya termometer
lebih panas dari air es, maka setelah dimasukkan ke dalam wadah,
panjang kolom air raksa akan berkurang.
 Biarkan sampai panjang kolom air raksa tidak berubah (air raksa dalam
termometer tidak jalan-jalan lagi). Dengan panjang kolom air raksa
tidak berubah, artinya campuran es batu dan air telah berada dalam
keseimbangan termal.
 Kemudian tandai posisi kolom air raksa tersebut (tandai bagian ujung
kolom air raksa). Posisi kolom air raksa tersebut adalah suhu titik es
alias titik beku normal air.
 Jalan selanjutnya, panaskan air dan masukkan termometer tersebut ke
air yang telah mendidih tadi.
 Terakhir perhatikan posisi kolom air raksa yang berada dalam
termometer tersebut, jika air raksa tidak bergerak lagi, maka kita
tandai. Posisi tersebut adalah temperatur titik didih uap atau titik didih
air normal.
 Prinsip kerja
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat
sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri
akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk tentang
suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Adapun
cara kerja secara umum adalah sbb ;
1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi
awal.
2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa
dengan perubahan volume.
3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan
menyusut jika suhu menurun.
4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan
lingkungan.

 Skala termometer
Dalam penggunaan termometer sebagai pengukur suhu maka perlu
ditetapkan skala suhu. Penetapan skala suhu dilakukan untuk mengetahui
tingkat kenormalan keadaan udara ataupun suhu pada tubuh manusia atau
objek tertentu dalam suatu lingkungan. Penetapan skala suhu Terdapat dua
skala suhu yang sering digunakan, antara lain skala celcius dan skala
Fahrenheit. Skala yang paling banyak digunakan saat ini adalah skala celcius.
Skala fahreheit paling banyak digunakan di Amerika Serikat, skala suhu yang
cukup penting dalam bidang sains adalah skala mutlak atau Kelvin. Namun
secara umum, ada empat macam skala termometer yang paling dikenal
yaitu Celsius, Fahrenheit, reamur dan Kelvin. Tapi disini kita hanya akan
membahas tiga skala yaitu, Celsius, Fahrenheit dan Kelvin.
1. Skala celsius
Skala Celsius didasarkan pada sebuah skala yang diciptakan oleh
seorang astronomi Swedia yang bernama Anders Celsius pada tahun
1742, skala ini awalnya dinamakan “bagian perseratus” (“centigrade”),
tetapi pada tahun 1948 ketika Konferensi Umum Yang Kesembilan
mengenai Berat dan Ukuran diputuskan bahwa nama tersebut harus
diganti menjadi Celsius.
Skala temperatur celsius menggunakan satuan “Derajat Celcius”
(simbol 0C) yang sama dengan satuan “kelvin”. Termometer Celsius
memiliki titik beku normal air (titik es) dengan nilai yang ditetapakan
00C dan temperatur titik didih normal air (titik uap) dengan nilai
1000C. Diantara titik es dan titik uap terdapat 100 derajat. Temperatur
normal tubuh manusia yang diukur dalam skala celcius adalah sekitar
370C.
2. Skala Fahrenheit
Skala Fahrenheit dinamakan sesuai dengan nama ilmuan yang
menemukannya, yaitu Gabriel Fahrenheit (1686-1736), seorang ahli
fisika berkebangsaan Jerman. Titik beku normal air (titik es) dipilih
320F dan temperatur titik didih normal air (titik uap) dipilih
2120F. diantara titik es dan titik uap terdapat selang 1800.
3. Skala Kelvin
Kelvin diambil dari nama penemunya Lord Kelvin (1824-1907),
seorang fisikawan Inggris. Pada skala ini, suhu dinyatakan dalam
Kelvin (K). Selang antara derajat sama seperti pada skala celcius,
tetapi harga nol digeser hingga 0 K. Jadi 0 K = -273,15 oC dan 273,15
K = 0 oC. Pada tahun 1948 konfrensi umum kesembilan tentang berat
dan ukuran (The Ninth General Conference On Weights and Measures
) menetapkan skala suhu internasional yaitu skala kelvin. Skala kelvin
meliputi metode magnetis, gas ultrasonik dan optik. Sedangkan sistem
skala lain berdasarkan suhu yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik
seperti pemuaian panas dan variasi termolistrik seperti skala Celcius.

Gambar 9.Termometer Raksa

10. Amperemeter dan Voltmeter


 Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik
yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan
ohmmeter. Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan
shunt yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil,
sedangkan untuk arus yang besar ditambhan dengan hambatan shunt.
Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang
mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan
gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar
arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
 Voltmeter / Volt Meter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik.
Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan
pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat.
Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus.
Gaya magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter
bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengelir maka
semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi.

Gambar Amperemeter

Gambar Voltmeter

 Bagian-bagian alat
Amperemeter dan voltmeter terdiri dari beberapa bagian antara lain :
1. Jarum penunjuk skala (pada amperemeter analog)
Jarum ini terpasang pada kumparan yang bergerak (moving coil) sehingga
dapat bergerak berdasarkan peredaran arus yang masuk dalam moving
coil. Jarum tersebut mempunyai fungsi penunjuk besaran aus yang terukur
dimana akan bergerak dan berhenti pada skala yang sesuai dengan besaran
yang diukur.
2. Probe
Berfungsi untuk menentukan polaritas amperemeter. Selain itu probe juga
digunakan untuk menentukan kutub positif amperemeter.
3. Kalibrator
Berfungsi untuk menentukan kalibrasi atau penunjukan skala pada anga
nol (0) dengan tepat,segaris dengan jarum penunjuk skala.
4. Ground
Berfungsi untuk menentukan kutub negatif dari amperemeter.
5. Cermin pemantul
Berada pada papan skala yang ditunjukan sebagai panduan untuk
ketepatan pembacaan skala.
 Prinsip Kerja
a. Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz).
Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan
magnet timbul gaya lorentz yang menggerakan jarum penunjuk
menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya
yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan
jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat
arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula
oleh pegas. Besar gaya yang dimaksud sesuai dengan Prinsip Gaya
Lorentz F = B.I. L.
b. Prinsip Kerja Voltmeter hampir sama dengan Amperemeter karena
desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau
multiplier. Galvanometer menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana
interaksi antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya
magnetic. Gaya magnetik inilah yang menggerakan jarum penunjuk
sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan.
Makin besar kuat arus akan makin besar penyimpangannya.
 Hasil pengukuran
a. Amperemeter
Setelah amperemeter terpasang, kita dapat mengetahui besar kuat arus
yang mengalir melalui penghantar dengan membaca amperemeter
melalui jarum penunjuk. Dalam membaca amperemeter harus
diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum penunjuk tidak selalu
menyatakan angka apa adanya.

Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus:


A = Amperemeter yang digunakan

b. Voltmeter
Setelah voltmeter terpasang dengan benar maka hasil pengukuran
harus memperhatikan bagaimana menuliskan hasil pengukuran yang
benar. Tegangan yang terukur (V) adalah:

Anda mungkin juga menyukai