NIM : 180210161
KELAS : III D
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan
Makalah Manajemen Reformasi NAD.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia. Aceh terletak di ujung utara pulau
Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Ibu kotanya adalah
Banda Aceh. Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa. Letaknya dekat
dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut
Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra
Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di
sebelah tenggara dan selatan. Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya
penyebaran Islam di Indonesia dan memainkan peran penting dalam penyebaran
Islam di Asia Tenggara. Pada awal abad ke-17, Kesultanan Aceh adalah negara
terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka.
Qanun No. 6 tahun 2014 (juga disebut "Qanun Jinayat") adalah perda terbaru
yang mengatur hukum pidana Islam di Aceh. Perda ini melarang konsumsi dan
produksi minuman keras (khamar), judi (maisir), sendirian bersama lawan jenis
yang bukan mahram (khalwat), bermesraan di luar hubungan nikah
(ikhtilath), zina, pelecehan seksual, pemerkosaan, menuduh seseorang melakukan
zina tanpa bisa menghadirkan empat saksi (qadzaf), sodomi antar lelaki (liwath),
dan hubungan seks sesama wanita (musahaqah).
Hukuman bagi mereka yang melanggar bisa berupa hukuman cambuk, denda,
dan penjara. Beratnya hukuman tergantung pada pelanggarannya. Hukuman untuk
khalwat adalah yang paling ringan, yaitu hukuman cambuk sebanyak maksimal 10
kali, penjara 10 bulan, atau denda 100 gram emas. Hukuman paling berat adalah
untuk pemerkosa anak; hukumannya 150-200 kali cambuk, 150-200 bulan penjara,
atau denda sebesar 1.500-2.000 gram emas). Yang menentukan hukuman mana
yang akan dijatuhkan adalah hakim. Menurut Amnesty International, pada tahun
2015 hukuman cambuk dilaksanakan sebanyak 108 kali, dan dari Januari hingga
Oktober 2016 sebanyak 100 kali. Hukum ini berlaku untuk semua orang Muslim
ataupun badan hukum di Aceh. Hukum ini juga berlaku untuk kaum non-Muslim
jika kejahatannya tidak diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, atau jika
dilakukan bersama dengan seorang Muslim dan pihak non-Muslim secara sukarela
memilih hukum Islam. Pada April 2016, seorang wanita Kristen dicambuk 28 kali
karena telah menjual minuman keras; ia adalah orang non-Muslim pertama yang
dijatuhi hukuman cambuk berdasarkan qanun ini.
a. Keislaman;
b. Legalitas;
d. Kemaslahatan;
Cammack, Mark E.; Feener, R. Michael (2012). "The Islamic Legal System in
Indonesia" (PDF). Pacific Rim Law & Policy Journal. 21 (1): 13–42.
Ichwan, Moch Nur (2011). "Official Ulema and the Politics of Re-Islamization:
The Majelis Permusyawaratan Ulama, Shariatization and Contested Authority in
Post-New Order Aceh". Journal of Islamic Studies. 22 (2): 183–
214. doi:10.1093/jis/etr026.