Anda di halaman 1dari 6

EAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nama : Muhamad Rafli Al Rosyid


Kelas : PE
NIM : 1512100250

SOAL:
1. Gagasan membentuk suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia terwujud dalam Ikrar Sumpah
Pemuda, yaitu satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia Jelaskan faktor
pembentuk bangsa Indonesia serta bagaimana proses terjadinya bangsa Indonesia. jelaskan
jawaban anda !
2. Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip Rule of Law dibutuhkan pilar-pilar utama
yang menyangga berdiri tegaknya suatu negara. Sebutkan pilar-pilar yang dimaksud.
3. Apa yang dimaksud GEO POLTIK dan GEO STRATEGI Indonesia. Jelaskan jawaban anda
4. Jelaskan bagaiman sejarah demokrasi Indonesia sejak Kemerdekaan sampai sekarang.

Jawaban !
1. 1. Faktor primordial
Faktor primordial yaitu adanya kesamaan pandangan hidup antar daerah Indonesia yang erat
dengan dasar adat istiadat, tradisi dan nilai budaya. Ikatan primordial merupakan ikatan
kekerabatan yang dibawa sejak lahir yang sangat erat kaitannya dengan kekerabatan dan
kelompok.
2. Faktor keagamaan/sakral
Kesamaan agama yang dianut juga merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan
bangsa Indonesia. Indonesia menganut kepercayaan Ketuhanan yang mengakui 6 agama yaitu
Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Keenam agama ini memiliki
tempatnya tersendiri dalam bangsa Indonesia. Masing-masing agama hidup berdampingan
dibawah payung ideologi bangsa, Pancasila.
3. Tokoh masyarakat
Terbentuknya bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran serta tokoh-tokoh pejuang, seperti Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Jend. Sudirman dan banyak lagi. Para-para tokoh ini yang rela
mengorbankan segalanya demi terbentuknya serta mempertahankan bangsa Indonesia yang
merdeka dan bersatu. Adanya tokoh-tokoh atau pemimpin inilah yang mempersatukan tiap
wilayah di Indonesia.
4. Memiliki kesamaan nasib
Seperti yang tercatat dalam sejarah sebagian besar wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke pernah dijajah oleh bangsa asing. Beberapa diantara negara-negara yang pernah
menjajah Indonesia adalah Belanda, Portugis, Inggris, Spanyol, Jepang dan Prancis. Dengan total
masa penjajahan selama 350 tahun. Wajar saja keinginian untuk merdeka, berdiri diatas kaki
sendiri adalah keinginan yang menjadi dambaan masyarakat Indonesia yang kemudian
membentuk persatuan untuk melakukan perjuangan kemerdekaan.
5. Persamaan wilayah tempat tinggal
Indonesia adalah wilayah yang luas membentang ribuan kilometer dari Aceh sampai Papua.
Namun demikian, satu wilayah terikat antara satu sama lain. Salah satu yang menyebabkan
persatuan antar wilayah ini adalah dikarenakan adanya kerajaan-kerajaan yang menghimpun
secara bergantian sejak dulu mulai dari Sriwijaya, Demak, Majapahit, Kutai hingga kerajaan Goa
di Sulawesi.
6. Faktor ekonomi
Berkembangnya masyarakat sejalan dengan perkembangan ekonomi yang pada akhirnya akan
melahirkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan sesuai dengan aneka kebutuhan yang ada di
masyarakat. Semakin tinggi tingkat kualitas dan variasi kebutuhan dimasyarakat semakin tinggi
pula ketergantungan masyarakat tersebut satu sama lain, yang pada akhirnya akan meningkatkan
solidaritas dan mempererat hubungan antar masyarakat.
7. Faktor kelembagaan
Faktor kelembagaan tak kalah pentingnya dalam proses pembentukan suatu bangsa.
Kelembagaan akan mempertemukan pemerintah sebagai instansi dengan berbagai kepentingan
masyarakat sehingga terbentuk sebuah kepentingan nasional yang tidak saling membedakan
untuk melayani setiap warga masyarakat. Kehadiran partai politik yang bersifat umum dan
terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung tanpa membedakan agama, ras dan golongan yang
menghimpun kepentingan masyarakat dalam berbagai wilayah menjadi satu kesatuan. Salah satu
contoh kelembagaan lain adalah angkatan bersenjata yang setiap personilnya dibentuk dari
berbagai golongan di masyarakat. Kehadiran kelembagaan-kelembagaan inilah yang menjadi
kontribusi dalam proses pembentukan sebuah bangsa.
8. Bhinneka Tunggal Ika
Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Prinsip inilah yang menjadikan bangsa Indonesia
berdiri. Setiap warga negara walaupun memiliki keterikatan pada identitas kelompoknya masing-
masing, lebih memilih untuk bersatu sepakat untuk hidup bersama dalam kerangka politik dan
dibawah payung hukum, menghargai perbedaan dibawah satu pemerintahan yang sah, Indonesia.
2. A. Supremasi Hukum (Supremacy of Law), yaitu adanya pengakuan normatif dan empirik
akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai
pedoman tertinggi, dan pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara sesungguhnya adalah
konstitusi, bukan manusia.
B. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law), yaitu adanya persamaan kedudukan
setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan
secara empirik. Dalam rangka prinsip ini segala sikap dadn tindakan diskriminatif dalam segala
bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan terlarang, kecuali tindakan-
tindakan yang bersifat khusus dan sementara dinamakan “affirmative actions guna mendorong
dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk
mengejar kemajuan.
C. Asas Legalitas (Due Process of Law), yaitu segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas
peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan tertulis
tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan yang
dilakukan.
D. Pembatasan Kekuasaan, yaitu setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk
berkembang menjadi sewenang-wenang, karena itu kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara
memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat checks and balances dalam
kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan mengendalikan satu sama lain.
E. Organ-organ Eksekutif Independen, yaitu dalam rangka membatasi kekuasaan eksekutif, maka
lembaga dan organ-organ yang sebelumnya berada dalam kekuasaan eksekutif sekarang
berkembang menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya merupakan hak mutlak kepala
eksekutif untuk menentukan pengangkatan dan pemberhentian pimpinannya.
F. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak, yaitu berkaitan dengan adanya peradilan yang bebas dan
tidak memihak (independent and impatial judiciary) yang mutlak harus ada dalam setiap Negara
Hukum. Dalam menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun
juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang, tidak boleh adanya
intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan
masyarakat dan media massa, dan dalam menjalankan tgasnya hakim tidak boleh memihak
kepada siapapun kecuali hanya kepada kebenaran dan keadilan, menjalankan proses pemeriksaan
secara terbuka dan dalam menjatuhkan putusannya wajib menghayati nilai-nilai keadilan yang
hidup di tengah-tengah masyarakat.
G. Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu sebagai pilar utama negara hukum karena keberadaannya
harus menjamin agar warga negara tidak didzalimi oleh keputusan-keputusan para pejabat
administrasi negara sebagai pihak yang berkuasa ketika warga negara mengajukan gugatan
keputusan pejabat administrasi negara.
H. Peradilan Tata Negara, yaitu gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi dalam sistem
ketatanegaraan sangat penting dalam upaya memperkuat sistem checks an balances. Keberadaan
Mahkamah Konstitusi berfungsi untuk melakukan pengujian atas konstitusionalitas undang-
undang yang merupakan produk lembaga legislatif, dan memutus berkenan dengan berbagai
bentuk sengketa antar lembaga negara yang mencerminkan cabang-cabang kekuasaan negara
yang dipisah-pisahkan.
I. Perlindungan Hak Asasi Manusia, yaitu merupakan jaminan hukum bagi tuntutan
penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut di
masyarakat secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap
hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis. Setiap
manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat bebas
dan asasi.
J. Bersifat Demokratis, yaitu dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan
rakyat yang menjamin peranserta masyarakat dalam proses pengambilan keputrusan kenegaraan,
sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan
perasaan keadailan yang hidup di tengah masyarakat. Setiap negara hukum yang bersifat
nomokratis harus dijamin adanya demokrasi, sebagaimana di dalam setap negara demokrasi
harus dijamin penyelenggaraannya berdasarkan hukum.
K. Berfungsi Sebagai Sara Mewujudkan Tujuan Bernegara, yaitu hukum adalah sarana untuk
mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan
melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalui gagasan
negara hukum (nomocracy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum, melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaaskan kehidupan
bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
L. Transparansi dan Kontrol Sosial, yaitu adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka
terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan
yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara komplementer oleh
peran serta masyarakat secara langsung dalam rangka menjamin keadilan dan kebenaran.
Demikian pula dalam penegakan hukum yang dijalnkan oleh aparatur kepolisian, kejaksaan,
pengadilan (hakim), lembaga pemasyarakatan, dan pengacara, semua memerlukan kontrol sosial
agar dapat bekerja dengan efektif, efisien serta menjamin keadilan dan kebenaran.

3. Geopolitik adalah kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan berdasarkan pada pemahaman
tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan kondisi dan konstelasi geografi
Indonesia.
Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan kondisi dan kostelasi
geografi sebagai faktor utamanya. Disamping itu juga memperhatikan kondisi sosial, budaya,
penduduk, sumber daya alam, lingkungan regional maupun internasional.
4. Berawal dari dilantiknya Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden sehari setelah
kemerdekaan negara Indonesia dideklarasikan, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.

Pada saat itu pemerintah Indonesia belum mengatur sistem apa yang akan dianut oleh negara
Indonesia. Presiden dan wakil presiden pun pada saat itu masih mencari sistem apa yang
sekiranya cocok untuk dianut dan dijalankan oleh negara ini.
Sistem presidensial pun dipilih oleh Soekarno-Hatta sebagai sistem yang akan dijalankan pada
masa awal kemerdekaan. Sistem yang digunakan tersebut berpusat kepada presiden dan wakil
presiden sehingga pada saat itu rakyat Indonesia mempercayakan segalanya kepada Soekarno-
Hatta. Dalam menjalankan tugasnya, Soekarno-Hatta didampingi oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) dan membentuk Kabinet Presidensial.
Dengan dijalankannya sistem presidensial, timbul kekhawatiran bahwa akan adanya absolutisme
dari pemerintah. Untuk itu, demi menghindari absolutisme atau kekuatan dari satu pihak,
pemerintah Indonesia mengeluarkan 3 maklumat.
Pertama, Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisikan
perubahan KNIP menjadi lembaga legislatif. Kedua, Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945 tentang pembentukan partai-partai politik. Ketiga, Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945 tentang perubahan sistem pemerintahan dari sistem presidensial ke sistem
parlementer.
Sistem parlementer pun dianut dan kedaulatan sepenuhnya digenggam oleh rakyat. Dengan
berjalannya sistem ini Presiden membentuk satu kabinet lagi, namun kabinet ini tidak berjalan
lama. Hal itu disebabkan oleh banyaknya tantangan yang masih harus dihadapi oleh Indonesia
baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah adanya keinginan Belanda untuk
kembali ke Indonesia.
Berbagai perjanjian dilakukan untuk menengahi konflik antara Indonesia dan Belanda. Perjanjian
Linggarjati, Perjanjian Renville, dan Perjanjian Roem-Royen. Namun perjanjian-perjanjian
tersebut tak kunjung menemui jalan tengah.
Hingga pada akhirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa turun tangan untuk menengahi konflik antara
kedua negara dengan mengadakan Konferensi Meja Bundar. Konferensi ini diselenggarakan di
Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949.
Salah satu dari hasil Konferensi Meja Bundar adalah kembalinya kedaulatan seutuhnya ke tangan
Indonesia setelah Belanda yang masih berusaha untuk menguasai kembali negara yang dulu
pernah dijajahnya itu. Tentu saja, Konferensi ini dianggap sebagai momentum yang penting bagi
sejarah Indonesia.
Dengan koneksi langsung ke Kerajaan Belanda yang dimiliki Indonesia, Indonesia merubah
namanya menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada masa ini Indonesia terbagi menjadi
beberapa negara-negara bagian dan sistem kepemimpinan dan pemerintahan pada era RIS pun
berubah.
Sistem yang dijalankan selama RIS memang membuat posisi Indonesia menjadi lemah. Namun,
kondisi Indonesia yang pecah dan terbagi ke beberapa bagian ini akhirnya terlalui dengan umur
yang hanya sebentar. Sistem ini hanya berjalan selama satu tahun. Ada banyak negara bagian
RIS yang tidak puas dengan berlangsungnya sistem ini. Negara-negara bagian tersebut
mengusulkan untuk kembali menjadi Republik.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, usulan untuk kembali menjadi Republik diterima oleh Presiden
RIS, Soekarno. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan ditandatanganinya UUD Sementara
Republik Indonesia (UUDS 1950) sebagai pengganti UUD RIS, sistem Republik pun kembali
dijalankan oleh Indonesia. Tidak ada lagi nama RIS, tidak ada lagi negara-negara bagian di
dalam satu negara Indonesia.
Sampailah kita ke sistem yang menjadi pokok tulisan ini yaitu Demokrasi. Dengan
dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950, Indonesia sudah menganut sistem Demokrasi. Namun
demokrasi yang dianut indonesia pertama kali adalah Demokrasi Liberal.
Berjalannya sistem demokrasi ini menemui berbagai penyesuaian. Demokrasi Liberal dianggap
tidak cocok dijalankan di Indonesia, sehingga Soekarno sebagai Presiden mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang menjadi penanda dijalankannya sistem Demokrasi Terpimpin.
Kemudian sistem ini berubah kembali seiring turunnya Soekarno dari bangku kepresidenan
Indonesia. Setelah berbagai kejadian terjadi, salah satunya G30S-PKI, masa pemerintahan
Soekarno dengan Demokrasi Terpimpinnya pun berakhir. Soeharto pun mengambil alih kursi
kepemimpinan Indonesia dengan menjalankan sistem Demokrasi Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai