Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh


rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai


dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah
diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian


Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus
penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik di pusat maupun di daerah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud keadilan social ?.
2. Apa makna Sila ke 5 dalam pancasila ?.
3. Apa faktor pendukung dan penghambat terciptanya keadilan ?.
4. Bagaimana keadilan di Indonesia ?.

Page 1
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui sebenarnya apa itu keadilan social
2. Untuk mengetahui makna sesungguhnya dari sila ke 5 dalam
pancasila
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung terciptanya
keadilan dan fakot yang menghambat terciptanya keadilan.
4. Untuk mengetahui kondisi mengenai penerapan keadilan social
di Indonesia
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila sebagai bahan
administrasi untuk diskusi.

Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keadilan Sosial


1. Pengertian Keadilan

Pengertian Keadilan Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan


dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara
kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung
ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut
mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-
masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak
sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak
sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak
adil.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang
dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya
dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada
pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga
Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya
dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab
pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika
masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila
anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja,
masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas
pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu
adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan

Page 3
bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

2. Pengertian Keadilan Sosial

Keadilan sosial merupakan kerja sama untuk menghasilkan


masyarakat yang bersatu secara organis sehingga setiap anggota
masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan nyata untuk tumbuh dan
belajar hidup.

B. Makna Sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Merupakan tujuan dari empat sila yang mendauhului, sebagai


tujuan bangsa. mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan
yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing
kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.
perwujudannya ialah tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.

Keadilan sosial memiliki makna yang sangat luas. Makna dari sila ke -5
ada pada butir-butir implementasi Pancasila yang tertera pada Ketetapan
MPR no. I/MPR/2003 yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada butir ini dijelaskan bahwa warga Indonesia hendaknya
berperilaku baik dan berbudi luhur misalnya dengan saling peduli,
membantu, bergotong royong, juga bersikap tenggang rasa terhadap
sesama tanpa membedakan pangkat, derajat, pekerjaan, suku, ras
dan agama sehingga terbentunya kehidupan bermasyarakat yang
sejahtera dan damai, tanpa adanya diskriminasi

Page 4
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Adil terhadap sesama maksudnya adalah memberikan perlakuan yang
sama kepada seluruh warga tanpa membedakan berbagai faktor
misalnya suku, ras, agama, dan pekerjaan. Semua rakyat Indonesia
memiliki kedudukan sama dihadapan hukum.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.


Harus adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban yang
didapatkan oleh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak boleh hanya
menuntut haknya saja, kewajiban dari setiap individupun harus
dilaksanakan.

4. Menghormati hak orang lain


Setiap manusia memiliki hak, bahkan hak tersebut ada yang diperoleh
sejak lahir yang juga disebut sebagai Hak Asasi Manusia. Setiap
manusia harus saling menghormati hak orang lain misalnya dengan
sikap saling menghargai terhadap perbedaan satu individu dengan
individu lainnya.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri


sendiri.
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya tidak dapat hidup sendiri
tanpa adanya bantuan dari orang lain. Setiap manusia harus saling
tolong menolong terhadap sesamanya agar mencapai kehidupan yang
sejahtera.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat


pemerasan terhadap orang lain
Saat ini kasus suap, pungli, dan sogok menyogok masih banyak
terjadi. Hal-hal tersebut bersifat ‘memeras’ dan sangat merugikan bagi
orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan


dan gaya hidup mewah.
Pada butir ini dimaksudkan agar rakyat Indonesia menjauhi
pemborosan atau pemakaian uang, barangm dan sumber daya secara
berlebihan.

Page 5
8. Tidak menggunakan hak milik untuk hal yang bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
Korupsi merupakan salah satu perbuatan yang sangat merugikan baik
merugikan negara maupun orang lain karena hak orang lain diambil
oleh si koruptor teresebut. Hal yang mendasari terjadinya korupsi
adalah dikesampingkannya kepentingan umum. Sebagiknya manusia
lebih mempriorotaskan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.

9. Suka bekerja keras


Kerja keras adalah usaha yang dilakukan sesorang dalam
mengupayakan suatu tujuan yang ia buat. Kerja keras merupakan hal
yang sangat baik dan hendaknya dilakukan dengan benar dan tidak
melanggar hukum.

10. Suka meghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Indonesia dipenuhi dengan warganya yang berbakat dalam berkarya
dalam segala bidang. Hendaknya kita dapat menghargai karya dan
prestasi anak bangsa demi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia.
Karena tak sedikit warga Indonesia yang berprestasi namun tidak
dihargai oleh bangsanya sendiri.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang


merata dan berkeadilan sosial.
Kesenjangan sosial masih banyak ditemukan di negeri ini. Oleh sebab
itu perlunya pemerataan dari segala bidang agar terwujudnya
Indonesia yang sejahtera secara merata misalnya dengan kegiatan
pengabdian sosial yang dilakukan oleh dokter dan guru di pelosok-
pelosok Indonesia.

Pentingnya Keadilan Sosial

Keadilan social sebagai hak konstitusional, terdapat beberapa pasal


yang secara eksplisit maupun implicit menjelaskan keadilan social. Salah
satunya yaitu pasal 27 ayat 1 dan 2 menjelaskan kedudukan hukum yang
sama dari setiap warga Negara dalam hukum dan pemerintahan,
kemudian juga menjelaskan hakikat pekerjaan dan penghidupan yang

Page 6
layak. Pasal tersebut sangat jelas berhubungan dengan keadilan sosial,
sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya tidak boleh ada diskriminasi dan harus dalam kondisi baik.

C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi keadilan


1. Faktor pendukung
 Tenang di dalam mengambil keputusan. Tidak berat sebelah dalam
tindakan karena pengaruh hawa nafsu, murka ataupun karena
kecintaan kepada seseorang. Rasululah saw dalam salah satu
sabdanya mengingatkan agar jangan lah seorang hakim
memutuskan perkara dalam keadaan marah. Emosi yang tidak
stabil biasanya seseorang tidak adil dalam putusan.
 Memperluas pandangan dan melihat persoalannya secara obyektif.
Mengumpulkan data dan fakta, sehingga dalam keputusan seadil
mungkin.

2. Faktor penghambat
 Manusia yang di kuasai sifat keserakahan adalah salah satu sifat
manusia yang sangat buruk. Mengapa dikatakan buruk? karena
memiliki dampak yang buruk. Keserakahan merupakan sikap anti
sosial yang dapat merugikan banyak orang.
 Geng atau mafia.adalah perkumpulan rahasia yg bergerak di
bidang kejahatan (kriminal) atau kelompok advokat yg menguasai
suatu daerah dan proses peradilan sehingga mereka dapat
membebaskan terdakwa apabila terdakwa dapat menyediakan
uang sesuai dengan jumlah yang diminta mereka.

Page 7
D. Keadilan di Indonesia (Kasus)

Pelanggaran dari sila kelima ini bisa dilihat dari perbedaan kehidupan
anatara masyarakat kota Jakarta dan Papua. Walau mungkin sama-sama
warga Indonesia tetap saja warga Jakarta dan Papua ini berbeda, di
Jakarta semua infrastruktur dibangun merata sedangkan di Papua
pembangunan belum rata dan masih banyak yang menggunakan koteka.

Yang menjadi penghambat terbentuknya masyarakat yang adil dan


makmur tersebut adalah kurang ditegakannya keadilan disemua lini
kehidupan masyarakat dalam bernegara. Karena jika keadilan ditegakkan
dengan baik, maka kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara akan
tercipta.

Sila ke-5, yang seharusnya sudah terimplementasikan dengan baik dalam


kehidupan, justru pada prakteknya, implementasi dari sila tersebut tidak
sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada
praktek diskriminasi dari para penguasa. Menanggapai masalah tersebut
dalam tulisan ini ada empat hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai
bukti penerapan keadilan dalam bidang hukum, kesehatan, pendidikan
dan ekonomi, yang dirasa mempunyai masalah kompleks terhadap
implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pelanggaran terhadap sila ke 5 dari berbagai bidang

1. Bidang Hukum

Hukum memang harus ditegakkan tetapi keadilan terhadap hukum


tersebut juga harus ditegakkan. Contoh kecil yang menggambarkan bukti
ketidakadilan hukum di Indonesia ini adalah banyaknya kasus korupsi
yang menyeret pejabat publik seperti kepala daerah, anggota legislatif,
para anggota kabinet, dan politisi partai politik yang merugikan negara
sampai milyaran rupiah, tetapi hukuman yang diberikan tidak sebanding
dengan apa yang telah diperbuat dan kadang walaupun sudah divonis

Page 8
sebagai tersangka masih saja bisa pergi kemana-mana bahkan sampai
keluar negeri. Sedangkan jika kasusnya menimpa rakyat miskin seperti
yang pernah menimpa nenek Minah yang tersandung kasus pencurian 2
buah Kakao justru hukuman yang diterima tidak sebanding dengan apa
yang diperbuat. Dari sini menggambarkan bahwa hukum yang ada itu
hanya berlaku untuk orang-orang miskin saja, sedangkan untuk orang
kaya atau pejabat publik hukum itu tidak terlalu ditegakkan dengan benar.
Sehingga hukum itu dapat diibaratkan sebagai pisau, lancip dibawah dan
tumpul diatas. Padahal dalam UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) Tentang Hak
Asasi Manusia hasil amandemen disebutkan bahwa “setiap orang berhak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Tetapi pada kenyataanya
jauh dari apa yang diharapkan, ini menjadi bukti bahwa keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia belum sepenuhnya bisa ditegakkan dengan baik.

2. Bidang Kesehatan

Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan


masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat
dari berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam
mengurus syarat-syarat administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat
penolakan dari berbagai rumah sakit. Hingga pungutan liar untuk
memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi.

Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin


menjadi potret bahwa keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi
disisi lain, orang kaya atau orang yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi
justru mendapatkan pelayanan yang istimewa. Padahal dalam UUD 1945
pasal (28) H ayat (2) tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa
“setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai

Page 9
persamaan dan keadilan”. Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin masih
banyak mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak rumah sakit.

3. Bidang Pendidikan
Masalah lain yang memperlihatkan ketidakadilan dalam dunia
pendidikan yaitu ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh
pendidikan yang layak, sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak
mampu untuk sekolah karena biaya sekolah yang dirasa memberatkan.
Oleh sebab itu pemerintah seharusnya memprioritaskan warga miskin
Indonesia dengan memberikan pendidikan. Sehingga anak-anak yang
kurang mampu tersebut dapat mengenyam pendidikan yang layak
dibangku sekolah seperti anak-anak pada umumnya.
Selain masalah tersebut terdapat masalah-masalah yang lain yang
harus diperhatikan oleh pemerintah salah satunya adalah pendidikan
untuk anak-anak di daerah pedalaman atau di daerah perbatasan,
pemerintah dinilai hanya memprioritaskan pendidikan untuk daerah-
daerah yang sudah maju saja, sementara untuk pendidikan di daerah-
daerah pedalaman cenderung diabaikan. Banyak anak-anak di daerah
pedalaman yang membutuhkan pendidikan formal, bahkan hanya untuk
sampai kesekolahan saja mereka sampai harus rela berjalan atau
menyeberangi sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.

4. Bidang Ekonomi
Keadilan dalam bidang ekonomi di negara kita belum bisa terwujud
sebagaimana yang telah diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
dan Pancasila. Justru masalah yang paling miris di bidang ekonomi yaitu
masalah kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari penegakkan
keadilan yang tidak sempurna padahal dalam konstisusi telah ditetapkan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, tapi
pada kenyataanya malah menyimpang dari apa yang telah ditetapkan

Page
10
pada konstitusi, fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan keliaran
dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di bawah kolong
jembatan hanya dengan beralaskan kardus bekas.
Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam
bidang ekonomi adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik
untuk bekerja selama berjam-jam tetapi dengan tingkat upah yang sangat
rendah. Sehingga dari eksploitasi tersebut perusahaan memperoleh
keuntungan yang sangat besar, karena perusahaan bisa mempekerjakan
buruh yang murah dan yang mau bekerja keras untuk kemajuan
perusahaanya. Itulah sedikit potret mengenai bukti dari implementasi dari
sila ke-5 yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

Kasus keadilan di Indonesia


1. Berikut beberapa catatan yang berhasil dirangkum detik.com atas
kasus-kasus serupa, Selasa (18/4/2017):
a. Kasus Penjual Cobek
Penjual cobek miskin Tajudin harus meringkuk di penjara selama 9
bulan. Polsek Tangerang Selatan menjebloskan Tajudin dengan tuduhan
mengeksploitasi anak dengan cara mempekerjakan mereka berjualan
cobek, pada April 2016.
Padahal, Tajudin hanyalah penjual cobek miskin dari Bandung Selatan.
Yang membantu menjual cobek adalah keponakan yang putus sekolah.
Mereka membantu untuk menyambung hidup.
Tudingan jaksa itu akhirnya terbantahkan dan Tajudin divonis bebas oleh
PN Tangerang pada Kamis (12/1). Tapi senyatanya, Tajudin baru
menghirup udara bebas pada Sabtu (14/1) siang setelah bisa keluar dari
penjara, dikarenakan menunggu petikan putusan yang dibuat hakim.
Jaksa tidak terima dengan putusan itu dan mengajukan kasasi. Hingga
hari ini, MA belum memutuskan kasus itu.

Page
11
b. Kasus Kasir Karaoke
Seorang ibu rumah tangga, Sri Mulyati harus dijebloskan ke penjara sejak
Juli 2011 atas tuduhan mengeksploitasi anak di bawah umur untuk
bekerja di tempat karaoke di Semarang. Padahal, Sri hanyalah pekerja
juga di tempat karaoke itu sebagai kasir.
Alibi Sri ditolak polisi, jaksa dan hakim. Sri divonis delapan bulan penjara
dan denda Rp 2 juta subsidair dua bulan penjara oleh Pengadilan Negeri
(PN) Semarang. Jaksa melakukan banding dan Pengadilan Tinggi (PT)
menambah masa hukuman Sri menjadi 12 bulan dan denda Rp 2 juta
subsidair dua bulan.
Akhirnya Sri dibebaskan oleh para hakim agung setelah menghuni penjara
selama 13 bulan lamanya. Ia pun diberi ganti rugi Rp 5 juta sesuai
peraturan yang ada. Tapi apa lacur, ganti rugi itu hingga hari ini belum
dikantongi Sri.

c. Kasus Buruh Pabrik


Seorang buruh pabrik Krisbayudi dijebloskan dalam tahanan Polda
Metro Jaya karena tuduhan terlibat kasus pembunuhan. Usai digelandang
ke Polda Metro Jaya, Krisbayudi disiksa untuk mau mengakui skenario
cerita pembunuhan versi polisi. Tidak hanya itu Kris juga disiksa oleh
sesama tahanan.
Akhirnya, Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut) membebaskan
Krisbayudi pada awal 2012, setelah ditahan 8 bulan lamanya. Sebab
pembunuh sebenarnya adalah teman Krisbayudi, Rahmat Awafi. Kepada
majelis, Rahmat tiba-tiba mengaku kepada majelis hakim bahwa dia
melakukannya seorang diri. Majelis hakim PN Jakut menyatakan BAP
tersebut batal demi hukum. Krisbayudi pun bebas sedangkan Rahmat
divonis mati di tingkat kasasi.

Page
12
d. Kasus 3 Nelayan Miskin
Tiga nelayan miskin dari Pandeglang, Banten, yaitu Damo, Misdan dan
Rahmat harus merasakan dinginnya sel penjara gara-gara mencari udang
dan ikan untuk keluarganya yang akan berlebaran.
Kisah pilu 3 nelayan itu dimulai ketika mereka sedang mencari ikan di
atas kapal kecil di perairan dekat Pulau Handeuleum, Banten, pada 3
Oktober 2014. Karena tidak tahu batasan mana laut umum dan laut
kawasan konservasi, mereka ditangkap petugas Kepolisian Hutan Taman
Nasional Ujung Kulon dengan barang bukti 24 kepiting, 4 udang dan
sisanya ikan.
Mereka ditahan di penjara kemudian diseret ke meja hijau. Jaksa dalam
dakwannya menjerat ketiganya dengan pasal 33 UU No 5 tahun 1990
tentang tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
dan dituntut jaksa dengan 4 bulan penjara dengan denda Rp 500 ribu.

e. Kasus Laundry Kiloan


Rose Lenny menyerahkan cucian kepada Rosmalinda pada Januari
2012. Tapi Rose tidak kunjung mengambil baju itu lebih dari setahun.
Biaya cucian Rp 78 ribu dengan ketentuan Rp 3.000 per kg. Pada awal
2013, Rose tiba-tiba menagih cuciannya dan Linda mengambil baju itu
sudah dalam keadaan rusak dan kotor karena setahun tak kunjung
diambil.
Anehnya, Rose memperkarakan Linda hingga ke meja hijau. Linda
awalnya tidak ditahan polisi. Hingga akhirnya jaksa menjebloskan Linda
ke penjara hingga 3 bulan lamanya. Tak tanggung-tanggung, jaksa
menuntut Linda selama 1 tahun penjara.
Belakangan, Linda dibebaskan PN Jaktim pada Oktober 2013 dan
dikuatkan Mahkamah Agung pada November 2016.

Page
13
f. Sel Mewah Setya Novanto di Lapaz Sukamiskin
Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat kembali
menjadi sorotan. Bukan karena kasus suap seperti sebelumnya, namun sel yang
ditempati narapidana kasus e-KTP, Setya Novanto.
Bermula dari temuan Ombudsman saat inspeksi mendadak (sidak) ke lapas
tersebut pada Kamis 13 September 2018. Sejumlah anggota Ombudsman
menemukan bahwa kamar milik Setya Novanto lebih luas dibandingkan tahanan
yang lainnya.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly
bereaksi. Dia mengutus Irjen Kemenkumham Aidir Amin Daud untuk mengecek
sel Setya Novanto di Lapas Sukamiskin, Bandung.
Yasonna juga memerintahkan jajarannya mengecek penerapan fasilitas sel
bagi terpidana kasus korupsi di Lapas Sukamiskin, seperti Setya Novanto.
Selain itu, dia meminta Kalapas Sukamiskin yang baru Tejo Herwanto,
mengecek fasilitas di lapas. Tidak hanya sel Setya Novanto. Menurut dia,
Kemenhumham segera membuat langkah-langkah penertiban fasilitas sel untuk
terpidana kasus korupsi.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A Sukamiskin, Tejo Harwanto
membenarkan sel yang dihuni Setya Novanto lebih luas dengan ukuran 300 cm
hingga 500 cm.
"Ruangan Pak Setya Novanto lebih besar, yah kira-kira 300-500 cm," ujar
Tejo di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Minggu (16/9/2018).
Menurut Tejo, kamar luas tidak hanya dihuni oleh Setya Novanto saja,
terdapat sekitar 40-an sel dengan ukuran serupa. Beberapa narapidana yang
memiliki hunian dengan ukuran serupa yakni Nazaruddin, Joko Susilo, dan
Tubagus Chaeri Wardhana atau Wawan.
"Terus ada napi umum yang baru masuk juga di situ (kamar ukuran luas) dan
sudah lama juga mereka itu menempati ruangan hunian yang besar," kata dia
seperti dilansir Antara.
Menurut Tejo, hunian-hunian di lapas Sukamiskin, terbagi menjadi tiga. Di
antaranya ada kamar dengan ukuran kecil, kamar ukuran sedang, dan kamar
ukuran besar.

Page
14
Konstruksi bangunan Lapas Sukamiskin merupakan salah satu "heritage"
atau bangunan bersejarah sejak 1918. Sehingga tidak mungkin untuk dilakukan
perombakan, juga menjaga agar tidak merusak konstruksi.
"Terus yang enggak kalah penting bahwa di sini kita akan menekankan
bahwa mereka akan mendapatkan pelayanan yang sama dengan kamar bentuk
yang sama. Bukan luasannya, kita enggak perdebatkan dengan luasannya,"
ucap dia.
Dia juga menjelaskan alasan sel tidak digembok di luar, yakni untuk
penanganan kesehatan narapidana.
"Itu inisiatif saya bagi warga binaan yang punya sejarah penyakit jantung.
Serangan jantung 'kan tidak bisa dilihat," ujar Tejo.
Tejo mengatakan, narapidana yang menghuni Lapas Sukamiskin rata-rata
sudah memasuki usia tua. Selain itu banyak di antara mereka yang memiliki
riwayat kesehatan kurang baik.
Untuk lebih mudah melakukan penanganan jika narapidana sakit, maka ia
mengeluarkan kebijakan agar masing-masing kamar tahanan tidak digembok.
"Mereka enggak di gembok dari luar, kalau digembok teriak-teriak, pernah
ada pengalaman seperti itu (meminta pertolongan kesehatan). Tapi untuk blok itu
digembok, seluruh sisi, utara, timur, selatan, barat kita gembok gitu," kata dia.
Selain itu, jumlah petugas yang berjaga di sekitar sel pun sangat terbatas.
Karena itu apabila ada kejadian napi butuh pertolongan medis, susah ditangani
jika digembok dari luar "Ada kejadian menimpa Mallarangeng. Pukul 03.00 WIB
dia kolaps, bisa buka kamar (untuk meminta pertolongan)," kata dia.

2. Upaya Pemecahan

Diperlukan upaya yang tidak mudah untuk menciptakan masyarakat yang


adil dan sejahtera, paling tidak untuk menciptakan hal tersebut perlu ada
kesadaran dari masing-masing individu untuk merubahnya, jika perubahan
itu bisa terlaksana dengan baik tentunya keadilan itu akan dapat dengan
mudah tercipta, baik dalam bidang hukum, pendidikan, kesehatan,
ekonomi dan lain-lainnya.

Page
15
Untuk menciptakan keadilan yang merata seperti yang tercermin dalam
Pancasila tepatnya sila ke-5, peran dari pemerintah untuk mengupayakan
hal tersebut sangat diperlukan. Agar implementasi dari sila tersebut dapat
benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan bukan malah
merugikan masyarakat. Sebagai contoh dalam bidang kesehatan,
pemerintah membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan
pelayanan kesehatan terhadap warga yang kurang mampu, meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi warga yang kurang mampu
serta meningkatkan partisipasi dan konsultasi kesehatan terhadap warga
yang kurang mampu.

Page
16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keadilan sosial merupakan kerja sama untuk menghasilkan


masyarakat yang bersatu secara organis sehingga setiap anggota
masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan nyata untuk
tumbuh dan belajar hidup pada kemampuan aslinya.

2. Nilai yang terkandung dalam sila ke-5:

Menghargai hasil karya orang lain dengan tidak mengejek


karyanya,Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Menghormati hak
dan kewajiban orang lain dan yang lainnya.

3. Dari beberapa contoh kasus di atas dapat pula ditarik kesimpulan


bahwa keadilan di Indonesia masih belum terealisasikan secara
merata terlebih khusus pada kalangan menengah ke bawah.

B. Saran
1. Semua warga Negara Indonesia harus bisa menjaga nilai-nilai dari
setiap sila pancasila dan mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-hari
2. Hukum di Indonesia harus lebih di tetapkan dan tidak boleh
memandang kasta atau derajat orang tersebut.

Page
17
DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.web.id/adil

https://brainly.co.id

http://ibtidaamirul.com/2012/04/manusia-dan-keadilan.html

https://news.detik.com/berita/3477130/tragedi-si-miskin-penjara-dulu-
keadilan-kemudian
https://www.liputan6.com/news/read/3645369/sel-mewah-setya-novanto-
di-lapas-sukamiskin

Page
18
Page
19

Anda mungkin juga menyukai