NIM : 042555378
Sedikitnya 29 perempuan yang berasal dari Kalimantan Barat dan Jawa Barat menjadi korban
perdagangan orang ke China dengan modus perjodohan, menurut organisasi buruh migran.
Mereka diincar para perekrut yang disebut "mak comblang" dengan iming-iming uang.
Salah satu contoh kasus menimpa Monika, seorang WNI asal Kalimantan yang dijodohkan
dengan seorang WNA Tiongkok oleh seorang temannya dengan iming-iming sejumlah uang.
Awalnya mereka bertunangan. Namun tiba tiba yang bersangkutan menerima buku nikah dan
surat catatan sipil dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mempawah pada
12 September 2018.
Tak lama setelah itu Monika dibawa ke China, sesampainya di China Monika dipekerjakan dari
jam 7 pagi sampai jam 7 malam dan diperlakukan semena-mena oleh suaminya.
Jawab:
Menurut pendapat saya kasus Monika itu memang kasus perdagangan manusia,
Perdagangan Manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Hal yang harus dilakukan dalam hal tersebut yaitu Peran serta masyarakat baik secara
kelembagaan maupun perserorangan. Hal ini dapat dimulai dari orang tua, guru, tokoh
agama, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah. Harus dilakukan bersama-sama untuk
menyadarkan para pihak yang berpotensi terjadinya tindak pidana perdagangan orang.
3. Berikan analisis saudara mengapa perdagangan perempuan harus dibasmi. Jelaskan pula
apa saja hak-hak perempuan yang dilanggar dalam perdagangan manusia jelaskan
berdasarkan dasar hukumnya
Jawab:
Menurut saya mengapa perdagangan perempuan harus dihapuskan karena telah
melanggar hak asasi manusia. Trafficking merupakan salah satu bentuk pelanggaran
HAM terhadap perempuan, karena di dalamnya ada unsur ancaman, penyiksaan,
penyekapan kekerasana seksual, sebagai komoditi yang dapat diperjual belikan, yang
semuanya merupakan pelanggaran terhadap HAM. Dalam situasi perempuan dan anak
yang diperdagangkan, hak ± hak mereka terus dilanggar. Karena mereka kemudian
ditawan, dilecehkan dan dipaksa untuk bekerja di luar negeri.
Jawab:
Pertama, Convention on The Political Rights of Women (UN 1952) yang telah
diratifikasi oleh RI dengan UU No.68 Tahun 1958 tentang : Persetujuan Konvensi Hak-
Hak Politik Kaum Wanita (Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No.
1653), dan disetujui DPR dalam rapat pleno terbuka ke-82 tanggal 30 Juni 1958, hari
Senin P 336/1958. Di dalam pasal 2 UU No.68/1958 tersebut berbunyi : “Kalimat
terakhir Pasal VII dan Pasal X seluruhnya konsepsi hak-hak politik kaum wanita
dianggap sebagai tidak berlaku bagi Indonesia dan direservasi oleh Indonesia”.
Jawab:
Pengaturan dasar tentang HAM oleh negara diatur lebih rinci dalam UU No.39 Tahun
1999 tentang ”Hak Asasi Manusia”. UU tersebut merupakan payung hukum bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan nasional, yang dalam salah satu
pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa: ”bangsa Indonesia sebagai anggota PBB
mengemban tanggung jawab moral dan tanggung jawab hukum untuk menjunjung tinggi
dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh
PBB, serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia yang
telah diterima oleh negara Republik Indonesia”. Komitmen negara untuk memberi
perlindungan khusus pada perempuan dan anak yang rentan untuk mendapat perlakuan
diskriminatif dan melanggar hak asasi mereka diatur dalam Bagian Kesembilan tentang
Hak Wanita, yaitu dalam pasal 45 sampai dengan pasal 51 UU No.39 Tahun 1999, di
mana pasal 45 menyebutkan bahwa : Hak wanita dalam UU HAM adalah hak asasi
manusia.
Untuk itu Indonesia wajib menghilangkan adanya kesenjangan akses sebagian besar
perempuan terhadap layanan kesehatan, pendidikan yang lebih tinggi, kesempatan di
bidang ekonomi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik. Selain itu, masih tingginya
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih adanya hukum dan peraturan
perundang-undangan yang diskriminatif terhadap perempuan dan belum peduli anak
merupakan masalah yang juga harus segera dituntaskan. Eksploitasi terhadap potensi dan
peranan perempuan untuk tujuan dan kepentingan komersial (pornografi, pornoaksi,
perdagangan perempuan dan anak, pelecehan seksual) juga cenderung meningkat. Masih
rendahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak (termasuk dalam ketenagakerjaan)
menyebabkan banyaknya kasus kekerasan terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) baik di
luar maupun di dalam negeri. Pemerintah juga sebaiknya membuat gerakan
pemberdayaan perempuan yang lebih aktif dan bisa merangkul perempuan Indonesia
Sumber:
• https://pih.kemlu.go.id/files/UU_no_21_th_2007%20tindak%20pidana%20perdagangan
%20orang.pdf
• https://www.republika.co.id/berita/oudchr425/ini-penyebab-semakin-maraknya-
perdagangan-orang
• https://yuridis.id/pengaturan-hukum-tentang-perdagangan-orang-human-trafficking/