Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN

MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA TINGKAT


AKHIR

Muhamad Rafli Al Rosyid 1512100250

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2022

Homepage: www.untag-sby.ac.id e-mail: humas@untag-sby.acid


HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI
DUNIA KERJA PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
Muhamad Rafli Al Rosyid
FAKULTAS PSIKOLOGI UNTAG SURABAYA

ABSTRAK
Kecemasan menghadapi dunia kerja juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan sementara
yang tidak menyenangkan mengenai dunia kerja karena adanya ketidakpastian mengenai
kemungkinan yang akan terjadi, sehingga menimbulkan kekhawatiran pada individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dalam menghadapi
dunia kerja dan dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan pada 150 mahasiswa dengan kriteria
mahasiswa dengan semester 7 atau lebih Data diperoleh menggunakan metode survey yang
menggunakan alat ukur skala dukungan sosial dan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment.
Hasil analisis menunjukkan korelasi sebesar -0,437 yang berarti terdapat hubungan negatif
antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada mahasiswa
tingkat akhir yang artinya apabila dukungan sosial yang diterima oleh individu tinggi maka
kecemasan dalam menghadapi dunia kerja akan turun, begitu juga sebaliknya. Melihat
persaingan di dunia kerja yang semakin hari semakin sempit tentunya mahasiswa harus
mempersiapkan diri dengan membekali diri mereka dengan skill dan attitude yang baik. Selain
itu untuk mengurangi tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa saat menghadapi dunia kerja
yaitu dengan adanya dukungan sosial. Dukungan sosial ini dapat berasal dari keluarga, teman
sebaya, maupun lingkungan yang ada. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat
diketahui bahwa, terdapat hubungan yang sedang dan negatif antara kecemasan dalam
menghadapi dunia kerja dengan dukungan sosial, semakin tinggi dukungan sosial yang
dirasakan, maka kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa tingkat akhir akan
semakin menurun. Sebaliknya, jika dukungan sosial yang dirasakan mahasiswa tingkat akhir
dirasa semakin rendah, maka kecemasan menghadapi dunia kerja akan semakin tinggi.
KATA KUNCI : Dukungan sosial, kecemasan menghadapi dunia kerja, mahasiswa tingkat
akhir

ABSTRACT
Anxiety facing the world of work can also be interpreted as an unpleasant temporary feeling
about the world of work due to uncertainty about the possibilities that will occur, causing
concern to individuals. This study aims to find out the relationship between anxiety in the face
of the world of work and social support. This study was conducted on 150 students with criteria
for students with semesters 7 or more Data obtained using a survey method that uses a
measuring tool for the scale of social support and anxiety in facing the world of work. The data
analysis technique used in this study is Pearson Product Moment. The results of the analysis
show a correlation of -0.437 which means that there is a negative relationship between social
support and anxiety in facing the world of work in final year students, which means that if the
social support received by individuals is high, anxiety in facing the world of work will decrease,
and vice versa. Seeing the competition in the world of work that is getting narrower every day,
of course, students must prepare themselves by equipping themselves with good skills and
attitudes. In addition, to reduce the level of anxiety experienced by students when facing the
world of work, namely by social support. This social support can come from family, peers, or
the existing environment. Based on the results of the analysis carried out, it can be seen that,
there is a moderate and negative relationship between anxiety in facing the world of work and
social support, the higher the social support felt, the anxiety of facing the world of work in final
year students will decrease. On the other hand, if the social support felt by final year students
is felt to be lower, then the anxiety of facing the world of work will be higher.
KEYWORDS: Social support, anxiety face the world of work, final year students

PENDAHULUAN
Mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang merupakan calon mendapatlkan gelar sarjana
dalam syarat untuk mendapatkan gelar sarjana tersebut diharuskan untuk mengerjakan skripsi
atau tugas akhir. Mahasiswa tingkat akhir biasanya sudah mulai memikirkan tentang
bagaimana keadaan dunia kerja yang akan mereka hadapi. Seperti peluang mereka untuk
mendapatkan pekerjaan tersebut dan persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Mahasiswa
dituntut supaya dapat memiliki kompetensi dan keahlian agar dapat survive dan bersaing dalam
dunia kerja. Banyaknya persaingan di dunia kerja dan kurangnya lowongan pekerjaan
mengakibatkan banyaknya pengangguran dikarenakan susah mendapatkan pekerjaan.
Persaingan di dunia kerja sangatlah ketat. Semakin lama, semakin banyak orang yang mencari
pekerjaan, sementara lowongan pekerjaan juga semakin sedikit. Hal tersebut sesuai dengan
data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2020) yang diolah oleh Survei Angkatan Kerja
Nasional jumlah pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2018
pengganguran di Indonesia sebanyak 6,87 juta jiwa kemudian mengalami penurunan di tahun
2019 menjadi 6,82 juta jiwa dan kembali naik di tahun 2020 sebanyak 6,88 juta jiwa.
Pengangguran pada tingkat sarjana di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 5,73%. Selanjutnya
jumlah pengangguran di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019 sebanyak 0,82 juta jiwa.
Kemudian jumlah pengangguran di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat sarjana pada tahun 2019
sebesar 5,53%.
Menghadapi kenyataan tersebut, setiap individu yang mencari pekerjaan berusaha untuk
meningatkan kompetensinya masing-masing. Salah satunya yaitu melalui jalur pendidikan
formal. Tingginya tingkat pendidikan individu diharapkan mampu menjadi bekalnya untuk
bersaing dalam dunia kerja. Menurut Papalia dkk. (2008). Akibatnya, banyak yang melanjutkan
pendidikan formal melalui perguruan tinggi untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Tantangan yang semakin ketat akan mempengaruhi pandangan individu terhadap dunia kerja,
terutama pada mahasiswa tingkat akhir. Sesuai dengan pendapat dari Havighurst (dalam
Hurlock, 2004) individu dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang berhubungan dengan
dunia kerja, yaitu menjalani suatu pekerjaan. Tugas perkembangan ini berimbas pada
kelompok mahasiswa tingkat akhir untuk mulai memikirkan masalah pekerjaan yang akan
dijalani setelah lulus nanti. Tantangan dunia kerja yang akan dihadapi mahasiswa setelah lulus
dari perguruan tinggi dapat memunculkan perasaan negatif, salah satunya yaitu kecemasan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Beiter dkk. (2014) yang menyatakan
bahwa mahasiswa tingkat akhir memiliki kecemasan yang lebih tinggi akan rencana setelah
lulus dari perguruan tinggi dan mencari pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi
dibandingkan mahasiswa yang berada di tingkat bawahnya. Nadziri (2018) mengemukakan
bahwa kecemasan akan masa depan biasanya timbul dikarenakan factor utama adalah dunia
kerja. Kecemasan menghadapi dunia kerja adalah tingkat perasaan tidak menyenangkan yang
memiliki ciri reaksi emosional, kognitif, dan fisiologis.
Freud (dalam Feist & Feist, 2012) menjelaskan kecemasan adalah sebuah situasi yang dirasa
tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik seseorang yang memperingatkan akan
bahaya yang mengancam. Kecemasan yang terlalu banyak akan merugikan individu dalam
menjalani kehidupan sehari-hari (Durand & Barlow, 2006). Nevid dkk. (2005) menyebutkan
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kecemasan adalah faktor social
lingkungan. Faktor ini meliputi pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis,
mengamati respon takut pada orang lain, dan kurangnya dukungan sosial.
Nevid, Rathus dan Grenee (2005) menjelaskan bahwa kecemasan adalah situasi emosional
yang ditandai dengan adanya keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Pendapat yang
hampir sama dikemukakan oleh Durand dan Barlow (2006) yang menyatakan bahwa
kecemasan adalah keadaan suasana hati dimana individu merasa khawatir akan kemungkinan
datangnya bahaya yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah.
Kondisi ini biasanya terjadi saat individu dihadapkan dengan situasi yang dinilai penting atau
mendesak. Sependapat dengan hal itu Kearney dan Trull (2012) mendefinisikan kecemasan
sebagai keadaan emosional yang normal terjadi pada individu ketika situasi yang dianggap
berbahaya mendekat. Apabila suatu situasi yang dianggap mengancam semakin dekat, seperti
ketika ujian yang semakin dekat dan individu merasa belum siap, maka kecemasan dapat
terjadi.
Salah satu situasi yang semakin mendekat menurut mahasiswa tingkat akhir adalah
menghadapi dunia kerja. Santrock (2011) berpendapat bahwa memasuki dunia kerja
merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui oleh individu pada tahap awal
dewasa awal (emerging adulthood), dimana mahasiswa tingkat akhir berada di rentang usia
tahap ini yaitu 18-25 tahun. Memasuki dunia kerja memberikan tantangan baru yang berbeda
dari pengalaman ketika berada di perguruan tinggi. Corcoran dan Matsudaira (dalam Papalia,
Olds, & Feldman, 2009) yang menyatakan bahwa kondisi pasar kerja saat ini semakin
kompetitif dan tuntutan terhadap keterampilan tenaga kerja semakin tinggi. Adanya tantangan
perkembangan dunia kerja yang semakin kompleks dapat dipandang sebagai kesempatan yang
besar. Akan tetapi hal itu dapat pula menimbulkan kecemasan bagi individu
Menurut Sarafino (2012), dukungan sosial adalah dukungan yang diterima oleh seseorang dari
orang lain. Taylor (2009) mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat lebih berarti bagi
individu jika diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan individu yang
bersangkutan. Dukungan sosial sendiri mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan
atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino, 2006).
Jika mahasiswa menerima dukungan sosial dari lingkungan, mereka akan secara aktif
memandang pengalaman sebagai sesuatu yang tidak terlalu mencemaskan, serta merasa aman
dan nyaman karena merasa diperhatikan, dicintai, dan dapat diterima dengan baik di
lingkungan tersebut (Amylia, 2014). Dukungan sosial sangat penting untuk mahasiswa yang
sedang mengalami kecemasan, karena dukungan sosial menjadi sangat berharga ketika
seseorang menghadapi suatu masalah, sehingga individu yang bersangkutan membutuhkan
orang terdekat yang dapat dipercaya untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut (Rif’ati,
2018).
Pendapat yang sama dengan hal tersebut, Uchino dalam (Sarafino, 1998) menyatakan bahwa
dukungan sosial adalah suatu bentuk kenyamanan, perasaan diperhatikan dan dihormati, serta
merupakan bantuan yang diperoleh seseorang dari orang lain. Dukungan sosial bisa datang dari
semua pihak, baik orang tua, pasangan, keluarga, sahabat, dan komunitas social.
Dukungan sosial akan mebantu menurunkan kecemasan mahasiswa dalam dunia kerja,
terutama dukungan sosial diterima individu (Fauziyah, 2015). Bentuk dukungan tersebut
meliputi dukungan informasi, pertemanan, apresiasi dan dukungan instrumental.
Dari uraian diatas, memperlihatkan kemungkinan hubungan antara dukungan sosial dengan
kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa tingkat akhir. Hal tersebut yang menjadi
dasar peneliti untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara dukungan sosial dengan
kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa tingkat akhir.

METODE PELAKSANAAN
DESAIN PENELITIAN
Riset penelitian ini menggunakan tata cara penelitian kuantitatif. Riset tipe ini meruapakan riset
yang digunakan untuk mempelajari populasi ataupun ilustrasi tertentu. Pengumpulan informasi
ini memakai perlengkapan riset analisis informasi kuantitatif ataupun statistik buat menguji
hipotesis yang sudah didetetapkan (Prihatsanti, 2018). Jenis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah korelasi. Korelasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara dua variabel (Azwar, 2010), dua variabel disini yaitu hubungan dukungan
sosial dengan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada mahasiswa akhir Universitas
Airlangga.
PARTISIPAN
Partisipan yang mengikuti penelitian ini sebanyak 150 responden yang dipilih secara acak dan
sukarela. Kriteria partisipan merupakan mahasiswa tingkat akhir. Pengumpulan data dilakukan
dalam jaringan (daring) secara sukarela melalui Google Form. Dalam menentukan jumlah
partisipan, penulis menghitung dengan bantuan rumus yang ada didalam buku Pallant (2012)
dan diperoleh hasil yaitu minimal 66 responden.
PENGUKURAN
Kecemasan dalam dunia kerja adalah penilaian individu terhadap pencapaian tujuan yang tidak
pasti di dunia kerja. Dengan cara ini, konflik terjadi dalam diri individu, menyebabkan
perubahan perilaku, seperti menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia kerja
dan menghancurkan respons fisiologis lainnya.
Penelitian ini mengukur Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja dengan menggunakan
skala yang didasarkan pada berbagai aspek kecemasan yang meliputi gejala fisik, gejala
kognitif, dan gejala perilaku. Jumlah aitem alat ukur ini adalah 19. Untuk mengukur kecemasan
penulis menggunakan alat
ukur kecemasan dalam menghadapi dunia kerja yang terdiri dari 19 aitem dengan koefisien
reliabilitas yang cukup baik (α=.731). Di bawah ini adalah Blueprint skala kecemasan dalam
menghadapi dunia kerja:
Tabel 1. Alat Ukur Kecemasan dalam Menghadapi Dunia Kerja
No Indikator Sebaran Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Reaksi fisik 2, 9, 15 1, 6,11 6
2 Pemikiran 3, 8,13 16,19 5
3 Perilaku 7,12,14 4,17 5
4 Suasana Hati 5, 18 10 3
Total 11 8 19

Alat Ukur Mutidimensional Scale perceived sosial support


Untuk mengukur dukungan sosial yang diterima mahasiswa, peneliti menggunakan alat ukur
skala multidimensional perceived social support untuk mengetahui dukungan sosial. Alat ukur
ini dikembangkan oleh Zimet (1998) dan mempunyai 3 dimensi yaitu dukungan keluarga,
dukungan teman dan significant other. Penulis melalui proses adaptasi, mula-mula
menerjemahkan semua item ke dalam bahasa Indonesia, kemudian penerjemah lain
menerjemahkannya kembali ke dalam bahasa Inggris. Kemudian, penulis meminta
pertimbangan professional judgement untuk mengkritisi dan menyarankan kualitas alat ukur
tersebut. Berdasarkan masukan evaluator, penulis melakukan beberapa perubahan sebelum
digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen tes dan pengukuran yang digunakan penulis
sama dengan objek penelitian yang asli. Jumlah item alat ukur ini adalah 12. Untuk mengukur
dukungan sosial penulis menggunakan mutidimensional scale perceived sosial support yang
terdiri dari 12 item dengan dengan koefisien reliabilitas yang cukup baik (α=.776).
Di bawah ini adalah blueprint skala dukungan sosial:
Tabel 2. Alat Ukur Multidimensional Perceived Social Support
Dimensi Nomor Aitem Nomor Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
Dukungan Keluarga 3,4,8,12 - 4
Dukungan Teman 6,7,9,11 - 4
Dukungan Significant 1,2,5,10 - 4
Other
TOTAL AITEM 12 0 12

ANALISIS DATA
Metode analisis informasi dalam riset ini memakai metode korelasi product- moment, tujuan
metode tersebut merupakan buat mengenali ikatan antar variabel riset ialah (variabel X serta
Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan dapat diketahui bahwa untuk variabel
Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja diperoleh nilai minimum sebesar 34, nilai
maksimum sebesar 70, mean sebesar 48.50 dan standar deviasi sebesar 8.415. Variabel
dukungan sosial diperoleh nilai minimum sebesar 22, nilai maksimum sebesar 79, mean
sebesar 55.94 dan standar deviasi sebesar 12.276.
Hasil pengujian terkait menunjukkan bahwa hubungan antara kecemasan di dunia kerja dan
dukungan sosial dapat dilihat dari nilai korelasi Pearson. Diketahui bahwa nilai signifikansi
antara variabel dukungan keluarga, teman, dan significant other dengan Kecemasan dalam
menghadapi dunia kerja menunjukan angka 0,00. Uji korelasi dapat dikatakan apabila memiliki
nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa hasil uji hipotesis korelasi kedua
variabel tersebut yaitu variabel dukungan sosial dan variabel Kecemasan dalam menghadapi
dunia kerja memiliki hubungan yang signifikan. Terdapat hubungan yang sedang dan negatif
antara Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja dengan dukungan sosial [r=-0,437, n=150,
p> 0,05], yang berarti tingginya dukungan sosial maka semakin rendah kecemasan dalam
menghadapi dunia kerja dan juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment yang
digunakan untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antar dua variabel yang diteliti.
Terdapat hubungan yang sedang dan negative antara Kecemasan dalam menghadapi dunia
kerja dengan dukungan sosial hal tersebut dapat dilihat dari hasil korelasi dukungan sosial
memiliki nilai sebesar -0,437. Sehingga hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal dimana Ha
diterima, sedangkan Ho ditolak dan semakin tinggi dukungan sosial akan berhubungan dengan
rendahnya kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.
Penelitian Amylia (2014) menyebutkan apabila dukungan sosial yang diterima individu dari
lingkungan secara positif, maka individu tersebut akan menggangap kejadian yang telah terjadi
kepada dirinya menjadi sesuatu yang tidak terlalu buruk sehingga rasa cemas yang dialami
akan berkurang dan merasa aman serta nyaman karena merasa diperhatikan, dicintai dan
dirinya dapat diterima di lingkungan dengan baik. Mahasiswa tingkatan akhir memerlukan
sokongan social karena dukungan sosial menjadi sangat berharga kala orang hadapi sesuatu
permasalahan oleh sebab itu orang yang bersangkutan membutuhkan orang-orang terdekat
yang dapat dipercaya untuk membantu dalam mengatasi permasalahannya tersebut (Rif’ati,
2018).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data beserta kajian literasi sebelumnya, penelitian ini menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dan Kecemasan dalam menghadapi dunia
kerja pada mahasiswa tingkat akhir. Hubungan ini bersifat negatif yang artinya apabila salah
satu nilai variabel meningkat maka nilai variabel yang lain akan turun, begitu juga dengan
sebaliknya. Hal dapat ditunjukan dengan semakin tingginya dukungan sosial yang dirasakan,
maka akan semakin rendah kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa tingkat akhir.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan, maka akan semakin
tinggi kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa tingkat akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Fatjria, W. P. (2020) HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL
DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA
TINGKAT AKHIR.
Alif, T. S. & Ilham N. A. (2021) Hubungan Dukungan Sosial dan Kecemasan dalam
Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Akhir
Tanti, S. (2022) Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Ditinjau Dari Self Efficacy dan
Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Psikologi Universitas Persada
Indonesia YAI
Haryati. (2020) ` HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN
MAHASISWA DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA DI FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Alif, T. S. (2020) HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KECEMASAN DALAM
MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA AKHIR DI UNIVERSITAS
AIRLANGGA
Hanny, M. P. & Dinni, A. F. (2020) HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA
DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA
TINGKAT AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Faradina, K. F. & Jati, A. (2015) DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN
KECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA S1
TINGKAT AKHIR
Rizqi, F. D. N., & Ediati, A. (2020). DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN
KECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA
SEMESTER AKHIR. Jurnal EMPATI, 8(4), 725-730
Nanda, Salsa, A. K. (2022) HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN
RESILIENSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA
MAHASISWA TINGKAT AKHIR.

Anda mungkin juga menyukai