Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Efikasi diri atau Self efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan

atau percayaan menyangkut dengan kemampuan individu dalam

menunjukkan beberapa perilaku yang dianggap sesuai untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Keyakinan tersebut memengaruhi proses berpikir

individu, motivasi, dan perasaan, yang memiliki peran pada performansi

seorang individu. Seseorang dengan efikasi diri yang baik lebih yakin

bahwa dirinya mampu dalam mencapai keberhasilan.

Efikasi diri juga diartikan sebagai penilaian akan diri sendiri, bahwa

individu mempunyai kemampuan atau tidak dalam mencapai keberhasilan

sesuai dengan keinginannya. Efikasi diri mengacu pada bagaimana cara

individu dalam berperilaku tergantung hubungannya dengan lingkungan

dan kondisi kognitifnya. Dimana kondisi tersebut ini akan memengaruhi

keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam menunjukkan

perilaku yang sesuai dengan yang diinginkannya (Alwisol, 2010).

Efikasi diri juga berpengaruh dalam bidang pendidikan, dimana

individu atau murid dengan efikasi diri yang tinggi dapat melakukan atau

melaksanakan suatu tugas dengan baik. Artinya, bahwa ketika efikasi diri

tinggi mereka dapat berusaha dan bertahan dengan segala kondisi atau

tantangan yang ada demi mencapai apa yang diinginkan. Sebaliknya, jika

43
siswa yang mempunyai efikasi diri rendah mereka lebih mudah pasrah

dengan keadaan (Baron & Byrne, 2003).

Efikasi diri sendiri merupakan prediktor yang cukup kuat dan

berpengaruh terhadap prestasi siswa disekolah. Dimana jika efikasi diri

individu tinggi, secara tidak langsung mereka akan menginginkan prestasi

yang baik dan berusaha untuk menggapai prestasi tersebut. Penggapaian

tersebut dilakukan melalui keyakinan akan diri siswa bahwa mereka

mampu mencapai prestasi tersebut dengan kemampuan mereka

memanfaatkan ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan gurunya

(Salkind, 2008).

Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa efikasi diri sangat penting

dimiliki oleh pelajara sehingga mampu mencapai pembelajaran yang lebih

baik dalam meningkatkan motivasi serta hasil belajar sesuai yang

diinginkan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian dari Monika &

Adman (2017) bahwa efikasi diri dan motivasi belajar mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Dimana hasil

belajar bisa ditingkatkan melalui peningkatan efikasi diri dan motivasi

belajar, sehingga memiliki pengaruh yang positif. Dengan berarti, semakin

tinggi efikasi diri maka motivasi belajar pun tinggi, begitupun sebaliknya.

Adanya efikasi diri yang dimiliki mampu menjadikan individu percaya

diri dengan kemampuannya sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas

sebagai pelajar yang lebih baik. Efikasi diri pada siswa dapat memprediksi

kinerjanya dimasa depan karena efikasi diri berhubungan dengan pilihan,


serta usaha-usaha yang dilakukannya. Usaha-usaha inilah yang menjadi

salah satu pendorong untuk individu melakukan aktivitas belajar tertentu

(Sardiman, 2011).

Namun, pada kenyataannya sesuai dengan fenomena yang peneliti

dapatkan dilapangan berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswa SMA

di kota Makassar, kebanyakan dari mereka tidak memiliki keyakinan atau

efikasi diri yang baik. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari pernyataan

mereka yang ternyata masih kurang percaya diri dengan kemampuan

mereka sendiri terutama dalam pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan

mereka masih mengandalkan google untuk mencari jawaban serta

seringkali menyontek tugas temannya. Rata-rata siswa juga suka menunda-

nunda pengerjaan tugas yang diberikan, alasannya karena selain malas,

mereka juga tidak memahami dan merasa tidak mampu untuk

mengerjakannya.

Rendahnya efikasi diri siswa dikarenakan siswa masih kurang percaya

diri dengan kemampuannya yang dapat dilihat dari kecenderungan mereka

mencari alternatif jawaban lain untuk memastikan bahwa jawaban mereka

adalah benar. Jawaban tersebut dipastikan dengan mencari lewat google

serta melihat pekerjaan teman-temannya yang lain yang dianggap lebih

pandai. Selain itu, terdapat juga beberapa siswa yang lebih memilih

menyontek karena mereka takut mendapatkan nilai yang rendah.

Sesuai dengan fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa

masih kurang memiliki keyakinan atas kemampuannya sendiri. Keraguan


atas diri sendiri ini dikarenakan siswa kurang percaya akan dirinya

sehingga selalu mengharapkan kemampuan lain diluar kemampuannya.

Hal ini pastinya akan berdampak terhadap keyakinan diri siswa yang

dimana mereka akan secara terus menerus meragukan kemampuan diri

mereka sendiri yang sebenarnya mereka memiliki kemampuan akan hal

tersebut. Dengan kurangnya keyakinan atas dirinya, maka siswa akan sulit

dalam mencapai keberhasilan atau prestasi hasil belajar yang baik,

terutama dalam hasil belajar pelajaran matematika.

Sulitnya mencapai keberhasilan dalam belajar tersebut didukung oleh

hasil penelitian dari Disai, dkk (2017) yang mendapatkan bahwa adanya

hubungan efikasi diri dan prestasi hasil belajar siswa. Didapatkan

hubungan positif antara efikasi diri dengan hasil belajar matematika, yang

dimana bahwa semakin rendah efikasi diri siswa dalam pelajaran

matematika, maka semakin rendah juga prestasi belajar matematika yang

didapatkan, begitupun sebaliknya.

Melihat kenyataan saat ini, data dilapangan juga menunjukkan bahwa

masih rendahnya kualitas kemampuan matematika siswa Indonesia.

Pernyataan tersebut dilihat pada survei PISA dalam pelajaran matematika

bahwa prestasi matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke 61 dari

65 negara pada tahun 2009. Hasil Survey juga menunjukkan rata-rata

siswa tidak dapat menyelesaikan soal yang sederhana, sebagian dari

mereka hanya dapat menyelesaikan soal kontekstual dan hanya hampir 1%


siswa yang dapat menyelesaikan masalah pemodelan matematika yang

memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi (Wijaya, 2012).

Pada Tahun 2015 juga, siswaIndonesia belum memberikan peningkatan

yang baik dilihat berdasarkan survey PISA, dimana masih berada pada

urutan ke 63 dari 70 negara yang berpartisipasi (OECD, 2016). Kemudian,

tahun 2018 Indonesia kembali menempati jajaran nilai terendah terhadap

pelajaran matematika. Indonesia berada pada peringkat tujuh dari bawah

dengan skor 379 berdasarkan survey PISA.

Matematika sebagai pelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi

dalam proses pembelajaran serta penyelesaian soalnya, membuat para

siswa yang mempelajarinya banyak memiliki pengalaman yang tidak

menyenangkan selama belajar. Pengalaman tidak menyenangkan tersebut

muncul karena perasaan-perasaan siswa yang merasa bahwa mereka

cenderung panik dan khawatir serta merasakan beberapa gejala lainnya

saat belajar matematika, dan tentunya hal ini mengganggu mereka dalam

proses pembelajaran matematika (Dwirahayu & Mas’ud, 2018).

Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami siswa tersebut berasal

dari emosi yang dirasakan siswa selama belajar matematika. Scherer

(Pekrun, dkk, 2011) memandang emosi sebagai rangkaian proses

psikologis yang saling terkait, dimana komponen afektif, motivasi, dan

fisiologis adalah yang utama. Misalnya, kecemasan dapat terjadi dari

perasaan tidak nyaman dan tegang (afektif), kekhawatiran (kognitif),

dorongan untuk melarikan diri dari situasi (motivasi), dan aktivasi perifer
(fisiologis). Pekrun, dkk (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

efikasi diri juga memprediksi emosi positif yang berupa kesenangan, serta

emosi negatif yang berupa kemarahan, kecemasan, dan kebosanan.

Haylock & Thangata (2007) mengatakan bahwa kecemasan matematika

didefinisikan ke dalam suatu kondisi yang membuat siswa terhambat

dalam mencapai potensi pembelajarannya. Hal ini terjadi karena faktor

kecemasan matematika yang dialami siswa sesuai dengan penelitian dari

Zakaria & Nordin (2007) yang mendapatkan hubungan antara kecemasan

matematika dengan prestasi siswa dalam pelajaran matematika adalah

signifikan. Hubungan tersebut signifikan karena kecemasan matematika

dengan prestasi matematika siswa berkorelasi negatif. Hal ini berarti

semakin tinggi kecemasan matematika maka mengakibatkan prestasi

belajar yang rendah dalam pelajaran matematika.

Berdasarkan wawancara dilapangan dengan siswa didapatkan bahwa

siswa juga menunjukkan gejala kecemasan selama belajar matematika.

Gejala tersebut seperti pusing, panik, khawatir, jantung berdebar kencang,

deg-degan, cemas, takut, serta selalu merasakan ketegangan. Hal ini

tentunya membuat siswa terganggu sehingga tidak dapat berkonsentrasi

dengan baik selama mempelajari matematika. Hasil yang didapatkan dari

hal tersebut adalah siswa akhirnya menjadi tidak paham dengan pelajaran

yang diberikan, yang pada akhirnya membuat mereka cenderung

menghindar ketika diberikan tugas.


Berdasarkan penelitian Sorvo, dkk (2017) kecemasan matematika

diketahui menyebabkan gangguan matematika yang serius pada siswa

sejak tingkat sekolah dasar. Szczygiel (2020) memberikan pengertian

kecemasan matematika sebagai perasaan negatif yang mengganggu proses

berpikir matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun pada situasi

belajar di sekolah. Selain itu, banyak penelitian telah mengaitkan

kecemasan matematika dengan banyak faktor penyebab seperti hasil tes

yang buruk, usia, pengalaman kelas yang negatif, kurangnya keinginan

menyelesaikan tugas yang sulit, sikap negatif terhadap matematika, dan

jenis kelamin.

Pengalaman emosional baik laki-laki maupun perempuan dalam

memandang dan mempelajari matematika pun berbeda. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah (2013) yang mengemukakan

gender sebagai salah satu penyebab yang memiliki kontribusi dalam

perbedaan kemampuan pembelajaran matematika. Kimura & Hampson

(Jensen, 2011) menyatakan bahwa perbedaan gender mempengaruhi cara

pembelajaran individu dalam menyelesaikan masalah, khusus dalam

pelajaran matematika. Adanya perbedaan gender tentu menyebabkan

perbedaan pada laki-laki dan perempuan baik dari sisi fisiologis maupun

psikologis, maka laki-laki dan perempuan tentu saja memiliki perbedaan

dalam proses belajar. Gender juga disebut sebagai pembeda antara

perilaku laki-laki dan perempuan selain dari struktur biologis, sebagian

besar terbentuk dari lingkungan sosial (Caplan, 1987).


Perbedaan yang terjadi disebabkan adanya cara berpikir laki-laki dan

perempuan yang memiliki perbedaan. Cara berpikir tersebut bisa dilihat

dari fungsi otak laki-laki dan perempuan. Otak memiliki banyak bagian-

bagian dengan fungsi yang berbeda, misalnya Amigdala dengan fungsi

untuk mengolah emosi, terutama kemarahan dan ketakutan. Amigdala

pada laki-laki cenderung lebih besar, sehingga dampak yang disebabkan

adalah mereka lebih agresif dibandingkan perempuan.

Perbedaan - perbedaan yang ada pada laki-laki dan perempuan tentu

membuat cara yang berbeda pula dalam mengolah rasa cemas dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Perbedaan - perbedaan tersebut

tentu menyebabkan perbedaan pola pikir dan perbedaan dalam

menghadapi permasalahan dalam belajar. Maka dari itu, laki-laki maupun

perempuan memiliki banyak perbedaan dalam melakukan proses

pembelajaran terutama dalam melakukan pembelajaran matematika serta

keyakinan mereka akan kemampuan mereka masing-masing.

Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, bahwa efikasi diri yang

didefinisikan sebagai keyakinan individu atas kemampuannya melakukan

suatu hal untuk mencapai sesuatu yang diharapkan sangat penting dimiliki.

Kemampuan ini membantu individu menyadari kemampuan yang

dimilikinya sehingga termotivasi melakukan dan menyelesaikan berbagai

tanggung jawab yang ada terutama dalam proses pembelajaran

matematika. Siswa dengan tingkat efikasi diri yang tinggi dalam


pembelajaran matematika dapat berdampak positif pada prestasi belajar

pelajaran matematikanya.

Tetapi, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hasil wawancara yang

didapatkan yang rata-rata siswa kurang memiliki efikasi diri. Hal ini

dikarenakan terdapat faktor kecemasan yang memengaruhi hal tersebut.

Kecemasan yang dirasakan siswa dalam mempelajari matematika tentunya

mengakibatkan perasaan tidak nyaman yang disebut dengan kecemasan

matematika. Perasaan tersebut bisa dilihat pada perbedaan gender yang

akan diteliti serta dibuktikan secara langsung oleh peneliti dalam

penelitian ini.

Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas, penulis ingin membuat

penelitian dengan judul Pengaruh Kecemasan terhadap Efikasi Diri Pada

Pelajaran Matematika ditinjau dari Perbedaan Gender Siswa Sekolah

Menengah Atas di Kota Makassar yang terdiri dari dua studi utama, yaitu

studi pertama yang terdiri dari apakah ada pengaruh negatif kecemasan

terhadap efikasi diri pada pelajaran matematika siswa SMA, serta studi

kedua yaitu apakah ada perbedaan antara efikasi diri dengan kecemasan

matematika pada siswa laki-laki dan perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, terdapat beberapa

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


1. Apakah terdapat pengaruh negatif kecemasan terhadap efikasi diri

pada pelajaran matematika sekolah menengah atas di Kota Makassar?

2. Apakah terdapat perbedaan efikasi diri antara siswa laki-laki dan

perempuan?

3. Apakah terdapat perbedaan kecemasan matematika antara siswa laki-

laki dan perempuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh negatif kecemasan terhadap efikasi diri

pada pelajaran matematika siswa sekolah menengah atas di Kota

Makassar?

2. Apakah terdapat perbedaan efikasi diri antara siswa laki-laki dan

perempuan?

3. Apakah terdapat perbedaan kecemasan matematika antara siswa laki-

laki dan perempuan?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis

a. Sebagai referensi dan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan

dalam bidang pendidikan.

b. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam penelitian mengenai

Pengaruh Kecemasan terhadap efikasi diri pada siswa sekolah

menengah.
1.4.2 Manfaat praktis

a. Sebagai bahan evaluasi siswa yang dapat membantu

meningkatkan efikasi diri dalam dunia pendidikan.

b. Kepada pendidik sebagai input dalam memberikan pelajaran

matematika yang lebih menarik untuk menghindari kecemasan

matematika.
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini.

Pendekatan kuantitatif adalah salah satu metode penelitian yang

menekankan pada data-data kuantitatif dengan spesifikasi sistematis,

terstruktur, dan terencana (Sugiyono, 2016). Pendekatan kuantitatif

termasuk jenis penelitian yang berfokus pada analisis data kuantitatif

dengan cara pengumpulan datanya melalui pengukuran yang kemudian

diaolah dengan metode analisis statistik dan memiliki tujuan untuk

membuktikan hipotesis yang ada dengan adanya uji hipotesis (Azwar,

2012).

1.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut beragam yang ditentukan oleh

peneliti untuk dikenai pengukuran dan memberikan kesimpulan

(Sugiyono, 2013). Berikut variabel yang digunakan, diantaranya :

1.2.1 Studi 1

Variabel Independent (X) : Kecemasan Matematika

Variabel Dependent (Y) : Efikasi Diri

Kecemasan
Efikasi Diri
Matematika

Gambar 2. Model Penelitian Studi 1


1.2.2 Studi 2

1. Studi 2.1

Laki-laki
Perbedaan Efikasi Diri
Gender
Perempuan

Variabel Independent (X1) : Perbedaan Gender

Gambar 3. Model Penelitian Studi 2.1

2. Studi 2.2

Laki-laki
Perbedaan Kecemasan
Gender Matematika
Perempuan

Variabel Independent (X2) : Perbedaan Gender

Gambar 4. Model Penelitian Studi 2.2

1.3 Definisi Variabel

1.3.1 Definisi Konseptual

a) Efikasi Diri

Bandura (1997) memberikan definisi efikasi diri sebagai

kepercayaan individu yang berhubungan dengan kemampuannya.

Keyakinan tersebut berhubungan dengan kemampuan individu


terutama dalam pembelajaran matematika untuk mencapai

keberhasilan dalam prestasi matematika.

b) Kecemasan Matematika

Ashcraft, Krause, & Hopko (2003) mendefinisikan kecemasan

matematika sebagai reaksi emosional dan situasi negatif dalam

pelajaran matematika yang berhubungan dengan pemecahan

masalah matematika yang menyebabkan individu memiliki

pandangan yang negatif terhadap pelajaran matematika itu sendiri.

c) Gender

Showalter (1989) mengemukakan gender sebagai perbedaan

yang terdapat pada wanita dan pria berdasarkan konstruksi sosial

budaya, yakni dari segi peran, perilaku, mentalitas, dan

karakteristik emosionalnya.

1.3.2 Definisi Operasional

a) Efikasi Diri

Self efficacy atau efikasi diri disebut sebagai kepercayaan

individu atas dirinya sendiri mengenai kemampuan yang dimiliki

untuk mencapai keberhasilan terutama dalam pelajaran

matematika.

b) Kecemasan Matematika
Kecemasan matematika merupakan reaksi emosional dan

situasi negatif terhadap pelajaran matematika dan berhubungan

dengan pemecahan masalah matematika yang harus diselesaikan.

c) Gender

Gender dikatakan sebagai suatu karakteristik dasar yang

dijadikan sebagai pembeda antara siswa laki-laki maupun

perempuan yang dapat digambarkan dari lingkungan sosial

budaya, nilai dan perilaku, emosi, serta faktor-faktor non biologis.

1.4 Populasi dan Sampel

1.4.1 Populasi

Populasi adalah kelompok individu dengan karakter tertentu yang

sudah ditetapkan oleh peneliti sebagai objek yang memiliki

karakteristik dan kriteria yang sesuai dengan penelitian yang

dilakukan (Sugiyono, 2010). Objek dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa sekolah menengah atas yang ada di Kota Makassar yang

jumlahnya belum diketahui secara pasti oleh peneliti.

1.4.2 Sampel

Sampel adalah wakil dari objek yang akan diteliti yang merupakan

bagian dalam jumlah dan karakteristik yang dimiliki objek tersebut.

Sampel pada penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas yang

ada di Kota Makassar. Adapun jumlah sampel yang akan diteliti

belum diketahui secara pasti, maka sampel penelitian dilakukan


berdasarkan tinjauan dari tabel Issac & Michael dengan taraf

signifikansi 5% sehingga jumlah subjek yang akan digunakan

sebanyak 349 siswa (Sugiyono, 2016).

1.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

non probability sampling dengan teknik purposive sampling.

Purposive sampling merupakan penentuan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu, dimana pemilihan subjek dalam teknik ini

didasarkan atas ciri-ciri tertentu sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan peneliti (Sugiyono, 2016). Adapun kriteria yang dibutuhkan

dari pengambilan data ini adalah :

1. Siswa/i Aktif di Sekolah Menengah Atas & Madrasah Aliyah

(Negeri/Swasta)

2. Berada di Kota Makassar

3. Berusia 14-18 Tahun

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan untuk mengetahui atau

membuktikan kenyataan mengenai hubungan variabel penelitian yang

akan diteliti. Proses penemuan ini harus dicapai berdasarkan metode-

metode yang efisien serta akurat. Dalam teknik mengumpulkan data,

dilakukan dengan menggunakan skala psikologi yang dibuat untuk


mengungkap suatu atribut melalui jawaban mereka dari pertanyaan atau

pernyataan dalam bentuk kuesioner penelitian (Azwar, 2012).

Skala psikologi yang digunakan sebanyak dua skala, yaitu skala efikasi

diri dan skala kecemasan matematika. Kedua skala tersebut dilakukan

dengan menggunakan skala likert dengan empat pilihan jawaban yaitu SS

(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak

Sesuai) yang terdiri dari item favorable dan unfavorable. Pada item

favorable skor penilaian yang dilakukan yaitu SS=4, S=3, TS=2, dan

STS=1, sedangkan pada item unfavorable skor penilaian yang diberikan

yaitu SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.

1.5.1 Skala Efikasi Diri

Skala yang digunakan untuk mengukur efikasi diri dari subjek

penelitian adalah skala yang disusun oleh Natang (2020) berdasarkan

pada dimensi-dimensi teori yang dikemukakan oleh Bandura (1997)

yang terdiri dari tiga dimensi yaitu Tingkatan, Kekuatan, dan

Generalisasi. Skala efikasi diri yang akan digunakan peneliti terdiri

dari item favorable dan item unfavorable dengan empat pilihan

jawaban. Skala ini telah dilakukan oleh Natang (2020) dan

memperoleh nilai cronbach alpha sebesar 0,829 yang artinya

memiliki reliabilitas yang baik. Berikut ini disajikan blue print dari

skala efikasi diri.

Tabel 3. Blue Print Efikasi Diri


No Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
1. Level (Tingkat 1, 7, 12 4, 9, 14 6
Kesulitan)
2. Strength 2, 8, 13 5, 10, 15 6
(Kekuatan)
3. Generality 3 6, 11, 16 4
(Generality)
Jumlah 7 9 16

1.5.2 Skala Kecemasan Matematika

Skala yang digunakan dalam mengukur kecemasan matematika

dari subjek penelitian adalah skala konstruksi oleh peneliti didasari

pada dimensi dari Hopko (2003) yaitu learning math anxiety dan math

evaluation anxiety. Skala kecemasan matematika yang dibuat peneliti

hanya menggunakan item favorable yang terdiri atas empat pilihan

jawaban. Skala kecemasan matematika ini sebelumnya telah dilakukan

oleh Hopko (2003) dan memperoleh nilai cronbach alpha sebesar 0,94

yang artinya memiliki reliabilitas yang baik. Berikut blue print dari

skala kecemasan matematika.

Tabel 4. Tabel Blue Print Math Anxiety Scale


No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Learning Math 1, 3, 5, 7, 9, 11, - 12
Anixety 13, 15, 17, 19,
21, 23
2. Math Evaluation 2, 4, 6, 8, 10, 12, - 12
Anxiety 14, 16, 18, 20,
22, 24
Jumlah 24 - 24

1.6 Uji Instrumen

1.6.1 Proses Modifikasi dan Konstruk Skala

Proses modifikasi skala dilakukan terhadap satu variabel yaitu

variabel efikasi diri dan konstruk dilakukan pada variabel mathematics


anxiety. Pada skala efikasi diri terdapat 16 item dan pada variabel

mathematics anxiety terdapat 29 item. Modifikasi dan konstuksi alat

ukur ini dilakukan oleh peneliti dengan menambah atau mengurangi

item pada skala, memperbaiki bunyi item pernyataan pada setiap

skala, dan menyusun bunyi item sesuai dengan konteks budaya

penelitian yang sesuai. Proses modifikasi dan konstruksi skala ini

dilakukan dengan menyesuaikan pada kebutuhan penelitian yang akan

dilakukan, seperti penerapan pada budaya tempat penelitian serta

subjek penelitian yang akan digunakan.

1.6.2 Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam mengukur apa yang hendak diukurnya (Azwar, 2013). Sebuah

alat ukur dikatakan valid terlihat dari sejauh mana alat ukur tersebut

mampu mencapai fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini uji validitas

yang digunakan adalah uji validitas isi konstruk dari masing-masing

alat ukur yang akan digunakan.

a. Validitas Isi

Validitas isi adalah seberapa besar alat ukur tersebut mampu

mengukur dan mencapai tujuan dari tes yang dilakukan (Sugiyono,

2013). Uji validitas isi dalam penelitian ini adalah validitas logis

dan tampang.
1) Validitas Logis

Validitas logis dilakukan untuk memastikan apakah item

tersebut betul-betul mengukur apa yang hendak di ukur sesuai

dengan tujuan pengukurannya. Uji validitas logis dilakukan

oleh subject matter expert yang terdiri dari tiga orang dosen

Fakultas Psikologi Universitas Bosowa. Ketiga SME tersebut

yaitu Bu Patmawaty Taibe, M.Sc., Ph.D, Pak Musawwir,

S.Psi., M.Pd, dan Bu Nur Aulia Saudi, S.Psi., M.Si.

Berdasarkan hasil telaah dari ketiga SME, terlihat bahwa

SME 1 dan 2 menyatakan bahwa item dalam skala tersebut

sudah baik dan benar dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk SME 3, memberikan beberapa revisi yang perlu

diperbaiki seperti kata atau kalimat yang kurang tepat dengan

bunyi itemnya.

2) Validitas tampang

Validitas tampang dilakukan untuk menilai keselarasan

aitem dengan tujuan ukur suatu skala yang dilakukan oleh

reviewer yang menjadi subjek penelitian sesuai dengan kriteria

yang ada. Reviewer yang menilai validitas tampang dari skala

terdiri dari lima orang yang termasuk dalam kriteria subjek

yang akan digunakan dalam penelitian.

Validasi tampang yang dilakukan oleh kelima reviewer

terdiri dari bagian pengantar alat ukur, identitas subjek,


petunjuk pengerjaan skala, serta item yang dinilai dari bahasa

dan isinya, serta ukuran, jenis huruf, dan tata letak skalanya.

Setelah mendapatkan penilaian dari kelima reviewer, peneliti

kemudian melakukan revisi sesuai dengan penilaian yang telah

dilakukan oleh penilai yang berdasarkan kriteria.

b. Validitas Konstrak

Azwar (2012) menyatakan bahwa validitas konstrak adalah

seberapa jauh sebuah alat ukur dapat mengungkap keperilakuan

dari variabel yang hendak diukur. Validitas konstrak dilakukan

untuk membuktikan apakah item-item dalam tes memiliki

hubungan yang tinggi dengan konstruk teori dari dasar penyusunan

tes dalam hasil pengukuran yang didapatkan tersebut.

Uji validitas konstrak dilakukan menggunakan analisis (CFA)

dengan bantuan aplikasi lisrel 8.80 untuk mengetahui item valid

dan tidak valid dari masing-masing skala penelitian. Item

dikatakan valid jika memperoleh nilai faktor loading yang positif

dan nilai t-value diatas 1,96. Sedangkan item dikatakan fit jika p-

value lebih besar dari 0,05 dan nilai Roat Mean Square of

Approximation (RMSEA) lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan analisis CFA dari skala efikasi diri dan kecemasan

matematika, ditemukan bahwa pada skala efikasi diri terdapat dua

item tidak valid, sedangkan pada item kecemasan matematika

memiliki satu item yang tidak valid. Hal tersebut dikarenakan item
tersebut memperoleh nilai faktor loading yang negatif dan nilai t-

value berada dibawah 1,96. Berikut blueprint skala efikasi diri dan

kecemasan matematika setelah uji coba validitas konstrak :

1. Skala Efikasi Diri


Tabel … Blueprint skala efikasi diri setelah uji coba
No Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
1. Level (Tingkat 1, 7, 12 4, 9, 14 6
Kesulitan)
2. Strength 2, 8, 13 5, 10, 15 6
(Kekuatan)
3. Generality 3 6 2
(Generality)
Jumlah 7 7 14

2. Skala Kecemasan Matematika


Tabel … Blueprint skala kecemasan matematika setelah uji
coba
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Learning Math 1, 3, 5, 7, 9, - 11
Anixety 11, 13, 15, 17,
21, 23
2. Math Evaluation 2, 4, 6, 8, 10, - 12
Anxiety 12, 14, 16, 18,
20, 22, 24
Jumlah 23 - 23

1.6.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menurut Sugiyono (2013) adalah sejauh mana sebuah

alat ukur tersebut konsisten dengan pengukuran yang dilakukan.

Reliabilitas dikatakan konsisten dan dapat dipercaya jika

menghasilkan hasil pengukuran yang sama terhadap subjek penelitian

dalam waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan dengan

melakukan uji statistik Cronbach Alpha yang dilakukan dengan


bantuan aplikasi IBM SPSS 21. Berikut hasil uji statistik Cronbach

Alpha dari variabel penelitian :

Tabel … Hasil Reliabilitas Variabel

Variabel Cronbach Alpha N of Items


Efikasi Diri 0,612 16
Kecemasan Matematika 0,900 24
Berdasarkan tabel hasil reliabilitas variabel diatas, dilihat bahwa
variabel efikasi diri memperoleh hasil Cronbach Alpha sebesar 0,612
sedangkan pada kecemasan matematika memperoleh Alpha Cronbach
sebesar 0,900. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, dapat disimpulkan
bahwa kedua skala tersebut reliabel karena memiliki nilai Alpha
Cronbach lebih besar 0,05.

1.7 Teknik Analisis Data

1.7.1 Analisis Data Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik

deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk

menganalisa data yang telah dikumpulkan dengan mendeskripsikan

ataupun menggambarkan sebagaimana adanya (Sugiyono, 2014).

Perlu dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu sebelum

melakukan analisis deskriptif agar peneliti memahami fakta data dari

variabel-variabel yang telah dikenai pengukuran. Hasil analisis

deskriptif disajikan pada data kategorikal berbentuk frekuensi dan

persentase, tabulasi silang, grafik dan chart, sedangkan pada data yang

bukan kategorikal penyajian hasil berupa kelompok statistik yakni

mean dan varians (Azwar, 2017).


1.7.2 Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan antara lain menguji

apakah data penelitian yang diperoleh memiliki distribusi normal

atau mendekati normal atau tidak. Hal ini karena suatu data yang

baik adalah data yang memiliki distribusi normal dengan nilai

probabilitas diatas 0,05. Uji distribusi normal dilakukan karena uji

distribusi normal adalah syarat untuk semua uji statistik. Dalam

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov

Smirnov dengan bantuan statistik IBM SPSS 21 (Ghozali, 2018).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah uji yang memiliki tujuan melihat apakah

variabel yang akan diteliti dalam penelitian memiliki hubungan

yang linear atau tidak. Hasil dari uji linearitas ini diharapkan linear

terhadap variabel-variabel yang akan diteliti dengan memperoleh

nilai deviation from linearity lebih besar diatas 0,05 (Widhiarso,

2011). Uji linearitas dalam penelitian ini dengan uji ANOVA

dengan bantuan statistik IBM SPSS 21.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sebaran data

dari variabel yang ada homogen atau tidak dengan membandingkan

kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau lebih mempunyai

varian yang sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu


dilakukan karena dianggap sudah homogen. Data dikatakan

homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi

0,05. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji one way

ANOVA dengan bantuan aplikasi statistik SPSS 21. Berikut tabel

hasil uji homogenitas dalam penelitian ini :

d. Tabel 4.19 Hasil uji homogenitas


Lavene
Variabel Df1 *Sig Ket
Statistik
Efikasi Diri 1,355 1 0,245 Homogen
Kecemasan
2,729 1 0,099 Homogen
Matematika
Ket : *Sig : Nilai signifikansi
Berdasarkan tabel uji homogenitas diatas yang telah dilakukan

terhadap 350 subjek, dapat dilihat bahwa hasil uji homogenitas dari

kedua variabel yang didapatkan adalah homogen. Pada variabel

efikasi diri, dapat dilihat bahwa nilai lavene statistic yang

didapatkan sebesar 1,355 dengan nilai signifikansi sebesar 0,245.

Sedangkan pada variabel kecemasan matematika dapat dilihat

bahwa nilai lavene statistic yang diperoleh sebesar 2,729 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,099. Kedua variabel tersebut

mendapatkan hasil yang homogen karena nilai signifikansinya

lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.

1.7.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan uji yang dilakukan untuk membuktikan

hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian tersebut menggunakan


teknik analisis data yang sesuai (Sugiyono, 2016). Hipotesis yang

dirumuskan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua studi utama

dengan dua teknik uji hipotesis yang akan digunakan, diantaranya

studi pertama yang menggunakan analisis regresi linear sederhana dan

studi kedua yang menggunakan uji t-test.

1. Studi 1

Untuk studi pertama uji hipotesis yang digunakan adalah

analisis regresi. Teknik analisis regresi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisis regresi linear sederhana.

Teknik analisis ini merupakan teknik yang digunakan untuk

menyatakan hubungan dari dua variabel dan dimana satu

variabelnya dianggap mempengaruhi variabel lainnya (Sugiyono,

2016). Berikut hipotesis dari studi 1 :

Ho : Tidak terdapat pengaruh negatif kecemasan matematika

terhadap efikasi diri pada pelajaran matematika siswa SMA di

Kota Makassar.

H1 : Terdapat pengaruh negatif kecemasan matematika terhadap

efikasi diri pada pelajaran matematika siswa SMA di Kota

Makassar.

2. Studi 2

Untuk studi kedua peneliti menggunakan uji t-test untuk

membuktikan hipotesis yang ada. Uji t-test merupakan salah satu

uji statistik yang biasa dilakukan untuk pengujian terhadap variabel


independen dan variabel dependen dengan menunjukkan seberapa

jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

(Sugiyono, 2016). Berikut hipotesis dari studi 2 :

Ho : Tidak terdapat perbedaan efikasi diri antara siswa laki-laki dan

perempuan.

H1 : Terdapat perbedaan efikasi diri antara siswa laki-laki dan

perempuan.

Ho : Tidak terdapat perbedaan kecemasan matematika antara siswa

laki-laki dan perempuan.

H1 : Terdapat perbedaan kecemasan matematika antara siswa laki-

laki dan perempuan.

1.8 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Jadwal Penelitian


Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept
Penyusunan
Proposal
Persiapan
Instrumen
Penelitian
Uji
Instrumen
Pengambilan
Data
Menginput
Data
Penyusunan
Laporan
Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis


4.1.1 Deskriptif Berdasarkan Demografi Siswa SMA di Kota
Makassar
Analisis deskriptif berdasarkan demografi dalam penelitian
ini terdapat beberapa, diantaranya Jenis Kelamin, Usia, Asal
Sekolah, Kelas, pelajaran yang disukai, dan pelajaran yang tidak
disukai. Hasil analisis demografi ini didapatkan dari hasil
analisis frekuensi yang dilakukan menggunakan aplikasi SPSS
21. Berikut hasil analisis demografi pada siswa SMA di Kota
Makassar :
1. Jenis kelamin

JENIS KELAMIN
203
JENIS KELAMIN
147

Laki - laki Perempuan

Gambar 4.1 Diagram analisis deskriptif berdasarkan jenis


kelamin
Berdasarkan analisis deskriptif berdasarkan jenis kelamin
yang telah dilakukan pada 350 siswa, dapat dilihat bahwa
terdapat 147 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 203 siswa
yang berjenis kelamin perempuan yang berpartisipasi dalam
penelitian ini.
2. Usia

USIA
USIA
120
101
83

18 28

14 15 16 17 18

Gambar 4.2 Diagram analisis deskriptif berdasarkan usia


Berdasarkan analisis deskriptif berdasarkan usia yang telah
dilakukan pada 350 siswa, ditemukan bahwa terdapat 18
siswa yang berusia 14 tahun, 83 siswa dengan usia 15 tahun,
120 siswa yang berusia 16 tahun, 101 siswa yang memiliki
usia 17 tahun, dan 28 siswa yang berusia 18 tahun. Dari
rentang usia tersebut, dapat dilihat bahwa siswa terbanyak
berada pada usia 16 tahun.
3. Asal Sekolah

ASAL UNIVERSITAS
ASAL UNIVERSITAS

301

49

NEGERI SWASTA

Gambar 4.3 Diagram analisis deskriptif berdasarkan asal


sekolah
Berdasarkan hasil analisis deskriptif berdasarkan asal
sekolah yang telah dilakukan pada 350 siswa, ditemukan
bahwa sebanyak 301 siswa berasal dari sekolah negeri 49
siswa yang berasal dari sekolah swasta. Dapat disimpulkan
bahwa, siswa dalam penelitian ini lebih dominan berasal dari
sekolah negeri.
4. Kelas

KELAS

KELAS
142
102 106

10 11 12
Gambar 4.4 Diagram analisis deskriptif berdasarkan
kelas
Berdasarkan analisis deskriptif berdasarkan kelas yang diuji
pada 350 siswa, ditemukan bahwa sebanyak 102 orang siswa
berada pada kelas 10, 106 orang siswa berada dikelas 11, dan
142 siswa yang berada di kelas 12. Dapat dilihat bahwa
jumlah siswa yang dominan dalam penelitian ini berasal dari
kelas 12.
5. Pelajaran yang disukai

PELAJARAN YANG DISUKAI


PELAJARAN YANG DISUKAI
177
85
46 42

OLAHRAGA BAHASA BAHASA LAINNYA


INDONESIA INGGRIS

Gambar 4.5 Diagram analisis deskriptif berdasarkan


pelajaran yang disukai
Berdasarkan analisis deskriptif berdasarkan pelajaran
disukai yang telah dilakukan pada 350 siswa, dilihat bahwa
terdapat 85 orang siswa yang menyukai pelajaran olahraga, 46
orang siswa yang menyukai pelajaran bahasa Indonesia, dan
42 orang yang menyukai pelajaran bahasa inggris. Sedangkan
177 siswa lainnya termasuk dalam kategori siswa yang tidak
menyukai pelajaran olahraga, bahasa Indonesia, maupun
bahasa inggris.
6. Pelajaran yang tidak disukai

PELAJARAN YANG TIDAK


DISUKAI
158 PELAJARAN YANG TIDAK DISUKAI

89
58 45

MATEM KIMIA FISIKA LAINNYA


ATIKA
Gambar 4.6 Diagram analisis deskriptif berdasarkan
pelajaran yang tidak disukai
Berdasarkan hasil analisis deskriptif berdasarkan pelajaran
tidak disukai yang telah diuji cobakan pada 350 siswa, dapat
dilihat bahwa 150 orang siswa tidak menyukai pelajaran
matematika, sebanyak 58 orang tidak menyukai pelajaran
kimia, dan sebanyak 45 orang yang tidak menyukai pelajaran
fisika. Sedangkan 89 orang lainnya merupakan siswa yang
tidak menyukai pelajaran selain pelajaran matematika, kimia,
dan fisika. Dapat dilihat pula bahwa siswa terbanyak terdapat
pada pelajaran matematika, yakni 150 orang siswa yang tidak
menyukai pelajaran matematika.

4.1.2 Deskriptif Variabel Berdasarkan Tingkat Skor pada Siswa


SMA di Kota Makassar
1. Efikasi Diri
Hasil analisis deskriptif tingkat skor efikasi diri yang
terdiri dari 350 murid sebagai subjek penelitian didapatkan
dari analisis deskriptif yang dilakukan menggunakan
aplikasi Statistik SPSS 21. Berikut ditampilkan tabel
rangkuman statistik analisis deskriptif tingkat skor efikasi
diri :
Tabel 4.1 Rangkuman Statistik Efikasi Diri pada Siswa
SMA di Kota Makassar
N Min Max Mean Std.Dev
Efikasi Diri 350 45 109 91,98 6,976
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada
skala efikasi diri dengan jumlah 16 item, perlu diperhatikan
bahwa nilai minimum yang diperoleh sebesar 45 sedangkan
nilai maximum yang didapatkan sebesar 109. Kemudian
nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 91,98 dan nilai
standar deviasi sebesar 6.976. Setelah nilai mean dan
standar deviasi diperoleh, maka selanjutnya dilakukan
kategorisasi pada tingkat efikasi diri. Berikut disajikan
kriteria kategorisasi pada tingkat efikasi diri :
Tabel 4.2 Kategorisasi tingkat efikasi diri
Kategori Kriteria Hasil Kategorisasi
Sangat
X> X + 1,5 sd X > 102,293
Tinggi
( X +0,5 sd< x ≤ ( X 95,4178 < X ≤
Tinggi
+ 1,5 sd) 102,293
( X -0,5 sd)< x ≤ ( X 88,5422 < X ≤
Sedang
+ 0,5 sd) 95,4178
( X -1,5 sd)< x ≤ ( X 81,6665 < X ≤
Rendah
- 0,5 sd) 88,5422
Sangat
X≤ X - 1,5 sd 81,6665 ≤ X
Rendah
Berdasarkan kriteria kategorisasi tingkat efikasi diri yang
disajikan diatas, maka perlu dilakukan analisis frekuensi
untuk mengetahui kriteria kategori tingkat efikasi diri siswa
yang dapat dilihat dari kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah. Berikut diagram batang kategori
tingkat efikasi diri :
Tingkat Skor Efikasi Diri
Tingkat Skor Efikasi Diri
142

85 91

17 15

Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat


Tinggi Rendah
Gambar 4.7 Diagram kategorisasi tingkat efikasi diri
pada siswa SMA di Kota Makassar
Berdasarkan hasil analisis terhadap 350 subjek penelitian
tersebut, dapat dilihat bahwa sebanyak 17 siswa berada
dalam kategori sangat tinggi, kemudian sebanyak 85 siswa
juga berada dalam kategori tinggi, dan pada kategori sedang
tingkat efikasi diri lebih dominan dengan siswa berjumlah
142 orang. Selain itu, terdapat 91 siswa berada dalam
kategori yang rendah dan 15 orang lainnya berada dalam
kategori yang sangat rendah.
2. Kecemasan Matematika
Hasil analisis deskriptif tingkat skor kecemasan
matematika yang terdiri dari 350 siswa sebagai subjek
penelitian didapatkan dari analisis deskriptif yang dilakukan
menggunakan aplikasi Statistik SPSS 21. Berikut
ditampilkan tabel rangkuman statistik analisis deskriptif
tingkat skor kecemasan matematika :
Tabel 4.3 Rangkuman Statistik Kecemasan Matematika
pada Siswa SMA di Kota Makassar
N Min Max Mean Std.Dev
Kecemasan
350 24 96 65,25 11,123
Matematika
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada
skala kecemasan matematika dengan jumlah 24 item, dilihat
bahwa nilai minimum yang diperoleh sebesar 24 sedangkan
nilai maximum yang didapatkan sebesar 96. Kemudian nilai
mean yang diperoleh adalah sebesar 65,25 dan nilai standar
deviasi sebesar 11,123. Setelah nilai mean dan standar
deviasi diperoleh, maka selanjutnya dilakukan kategorisasi
pada tingkat kecemasan matematika. Berikut disajikan
kriteria kategorisasi pada tingkat kecemasan matematika :
Tabel 4.4 Kategorisasi tingkat kecemasan matematika
Kategori Kriteria Hasil Kategorisasi
Sangat
X > X + 1,5 sd X > 81,93578
Tinggi
( X +0,5sd < x ≤ ( X 70,81288 < X ≤
Tinggi
+ 1,5sd) 81,93578
( X -0,5sd)< x ≤ ( X + 59,68998 < X ≤
Sedang
0,5sd) 70,81288
( X -1,5sd)< x ≤ ( X - 48,56708 < X ≤
Rendah
0,5sd) 59,98998
Sangat
X≤ X - 1,5sd 48,56708 ≤ X
Rendah
Berdasarkan kriteria kategorisasi tingkat kecemasan
matematika yang disajikan diatas, maka perlu dilakukan
analisis frekuensi untuk mengetahui kriteria kategori tingkat
kecemasan matematika siswa yang dapat dilihat dalam
kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah. Berikut diagram batang kategori tingkat kecemasan
matematika :

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Tingkat Skor Kecemasan Matematika
131
98
75

22 24

Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat


Tinggi Rendah
Gambar 4.8 Diagram kategorisasi skor kecemasan
matematika pada siswa SMA di Kota
Makassar
Berdasarkan analisis terhadap 350 subjek penelitian
tersebut, terlihat sebanyak 22 siswa berada dalam kategori
sangat tinggi, kemudian sebanyak 98 siswa juga berada
dalam kategori tinggi, dan tingkat kecemasan matematika
lebih dominan pada kategori sedang dengan jumlah siswa
sebanyak 131 orang. Selain itu, terdapat 75 siswa yang
memiliki tingkat kecemasan rendah dan 24 orang lainnya
memiliki kecemasan matematika sangat rendah.

4.1.3 Deskriptif Variabel Berdasarkan Demografi


1. Deskriptif Efikasi Diri Siswa SMA di Kota Makassar
a. Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.5 Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Jenis
Kelamin

Tingkat Skor Efikasi Diri


Jenis Sanga
Kelamin Sangat
t Tinggi Sedang Rendah
Rendah
Tinggi
Laki-laki 5 26 68 42 6
Perempuan 12 59 74 49 9
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat efikasi diri
berdasarkan jenis kelamin, ditunjukkan bahwa laki-laki
yang memiliki tingkat efikasi diri sangat tinggi sebanyak
5 orang, 26 orang tingkat efikasi diri tinggi, sedangkan 68
orang dengan tingkat efikasi diri dengan kategori sedang.
Selain itu, terdapat 42 orang yang berjenis kelamin laki-
laki memiliki tingkat efikasi diri yang rendah, dan 6
orang dengan tingkat efikasi diri yang sangat rendah.
Sedangkan, untuk siswa perempuan yang memiliki
tingkat efikasi diri dengan kategori sangat tinggi
sebanyak 12 orang, kategori tinggi sebanyak 59 orang,
dan sebanyak 74 orang dengan tingkat efikasi diri sedang.
Terdapat pula 49 orang yang termasuk dalam kategori
rendah dan 9 orang dengan kategori sangat rendah
terhadap tingkat efikasi diri.
b. Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Usia
Tabel 4.6 Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Usia

Tingkat Skor Efikasi Diri


Usia Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
14 0 3 8 7 0
15 4 23 27 22 7
16 6 30 52 30 2
17 6 23 40 28 4
18 1 6 15 4 2
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat efikasi diri
berdasarkan usia, dapat dilihat tidak ada siswa dengan
tingkat efikasi sangat tinggi pada usia 14 tahun, terdapat 3
orang yang masuk dalam kategori tinggi, sedangkan 8
orang berada pada kategori tingkat efikasi diri sedang.
Untuk kategori rendah pada usia 14 tahun hanya
sebanyak 7 orang dan untuk kategori sangat rendah tidak
ada siswa dengan usia 14 tahun yang memiliki tingkat
efikasi diri sangat rendah.
Untuk usia 15 tahun, dapat dilihat bahwa terdapat 4
orang dengan tingkat efikasi sangat tinggi, 23 orang
dengan efikasi diri yang tinggi, dan 27 orang dengan
efikasi diri yang sedang. Sedangkan untuk kategori
rendah terdapat 22 orang siswa dan untuk kategori sangat
rendah terdiri dari 7 orang. Selain itu, untuk usia 16 tahun
terdapat 6 orang yang memiliki efikasi diri sangat tinggi,
30 orang dengan efikasi diri yang tinggi, dan 52 orang
dengan efikasi diri yang sedang. Kemudian pada kategori
rendah terdapat 30 orang dan 2 orang lainnya memiliki
efikasi diri yang sangat rendah.
Pada usia 17 tahun, terlihat bahwa terdapat 6 orang
yang masuk dalam tingkatan sangat tinggi, 23 orang
dengan tingkatan tinggi, dan 40 orang dengan tingkat
efikasi sedang. Sedangkan, terlihat bahwa 28 orang
masuk dalam tingkat rendah dan 4 orang masuk dalam
kategori sangat rendah. Kemudian pada usia 18 tahun,
terlihat hanya 1 orang yang masuk dalam kategori sangat
tinggi, 6 orang dengan kategori tinggi, dan 15 orang
dengan tingkat efikasi diri kategori sedang. Selain itu,
terdapat 4 orang yang memiliki efikasi diri rendah dan 2
lainnya dengan efikasi diri yang sangat rendah.
c. Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Asal Sekolah
Tabel 4.7 Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Asal
Sekolah

Tingkat Skor Efikasi Diri


Asal Sanga
Sangat
Sekolah t Tinggi Sedang Rendah
Rendah
Tinggi
Negeri 17 73 128 72 11
Swasta 0 12 14 19 4
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat efikasi diri
berdasarkan asal sekolah, dapat dilihat bahwa asal
sekolah negeri dengan tingkat efikasi diri dengan
tingkatan sangat tinggi sebanyak 17 orang, kategori tinggi
sebanyak 73 orang, dan 128 orang terbanyak masuk
dalam kategori sedang. Sedangkan 72 orang yang berasal
dari sekolah negeri memiliki efikasi diri rendah dan 11
lainnya juga memiliki keyakinan diri yang sangat rendah.
Pada asal sekolah swasta, untuk tingkatan sangat
tinggi tidak terdapat siswa yang termasuk didalamnya,
sebanyak 12 orang masuk dalam kategori tingkat efikasi
diri tinggi, 14 siswa dengan kategori tingkat efikasi diri
sedang, 19 siswa dengan kategori tingkat efikasi yang
rendah, dan 4 siswa lainnya dengan asal sekolah swasta
memiliki tingkat efikasi diri sangat rendah.
d. Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Kelas
Tabel 4.8 Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Kelas

Tingkat Skor Efikasi Diri


Kelas Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
10 1 25 37 33 6
11 5 24 45 29 3
12 11 36 60 29 6
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat efikasi diri
berdasarkan kelas, bahwa pada kelas 10 terdapat 1 orang
yang masuk dalam kategori tingkat efikasi diri sangat
tinggi, 25 orang dengan tingkat yang tinggi, 37 orang
dengan kategori tingkat sedang, 33 orang dengan kategori
tingkatan yang rendah, dan 6 orang berada ditingkatan
sangat rendah. Sedangkan pada kelas 11, terdapat 5 orang
yang masuk dalam tingkatan sangat tinggi, 24 orang
dengan kategori tinggi, 45 orang dengan kategori sedang,
29 orang dengan kategori rendah, dan 3 orang dengan
kategori sangat rendah.
Selain itu, untuk kelas 12 terlihat bahwa sebanyak 11
orang masuk dalam kategori siswa yang memiliki efikasi
diri yang sangat tinggi, 36 siswa termasuk dalam kategori
efikasi diri yang tinggi, 60 orang siswa yang memiliki
efikasi diri dengan tingkat yang sedang, 29 orang dengan
kategori efikasi diri rendah, dan 6 orang lainnya yang
masuk dalam kategori tingkat efikasi sangat rendah.

e. Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Pelajaran disukai


Tabel 4.9 Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan
Pelajaran yang disukai

Tingkat Skor Efikasi Diri


Pelajaran Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
yg disukai Tinggi Rendah
Olahraga 5 13 35 28 4
Bahasa 2 13 18 9 4
Indonesia
Bahasa
2 10 14 15 1
Inggris
Lainnya 8 49 75 39 6
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat efikasi diri
berdasarkan pelajaran yang disukai, dapat dilihat dalam
pelajaran olahraga terdapat 5 orang siswa termasuk dalam
tingkat skor efikasi sangat tinggi, 13 orang lainnya
dengan tingkat tinggi, 35 lainnya berada dalam tingkat
sedang, 28 orang siswa dengan tingkat skor yang rendah,
dan 4 siswa lainnya yang masuk dalam tingkat skor
efikasi diri sangat rendah. Selain itu, untuk pelajaran
bahasa Indonesia dapat dilihat bahwa sebanyak 2 orang
masuk tingkatan sangat tinggi, 13 orang dalam tingkatan
yang tinggi, 18 orang dalam tingkat skor yang sedang, 9
orang siswa dengan skor yang rendah, dan 4 lainnya
berada dalam kategori skor yang sangat rendah.
Untuk pelajaran bahasa inggris, terlihat bahwa
terdapat 2 orang yang termasuk dalam tingkatan sangat
tinggi, 10 orang siswa dengan tingkatan yang tinggi, 14
orang berada ditingkat sedang, serta 15 orang dengan
kategori skor yang rendah dan hanya 1 orang dengan
kategori skor yang sangat rendah. Sedangkan untuk
pelajaran yang lainnya terdapat 8 orang yang masuk
dalam skor sangat tinggi, 49 orang dengan skor yang
tinggi, 75 orang siswa dengan kategori skor sedang,
kemudian 39 orang lainnya dengan kategori skor rendah,
dan selanjutnya terdapat 6 orang yang mendapatkan skor
sangat rendah.
f. Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan Pelajaran yang tidak
disukai
Tabel 4.10 Deskriptif Efikasi Diri Berdasarkan
Pelajaran yang tidak disukai

Tingkat Skor Efikasi Diri


Pelajaran Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
tidak disukai Tinggi Rendah
Matematika 9 36 54 49 10
Kimia 2 13 30 10 3
Fisika 0 15 22 8 0
Lainnya 6 21 36 24 2
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat efikasi diri
berdasarkan pelajaran yang tidak disukai, dapat dilihat
bahwa untuk pelajaran matematika terdapat 9 murid yang
tidak menyukai matematika berada pada tingkat sangat
tinggi, 36 murid lainnya termasuk dalam tingkat tinggi,
dan 54 orang murid masuk dalam kategori tingkat skor
sedang. Sedangkan 49 murid lainnya berada dalam
tingkat skor rendah dan 10 orang lainnya memiliki tingkat
skor efikasi diri yang sangat rendah.
Selanjutnya, untuk pelajaran kimia dilihat bahwa
hanya 2 murid yang berada pada skor sangat tinggi, 13
orang murid dalam tingkat skor tinggi, 30 murid termasuk
dalam kategori skor yang sedang, 10 orang murid dengan
kategori rendah, dan 3 orang murid termasuk dalam
tingkat efikasi diri yang sangat rendah. Kemudian untuk
mata pelajaran fisika, tidak terdapat siswa yang masuk
dalam tingkat skor sangat tinggi dan sangat rendah,
terlihat bahwa 15 siswa masuk dalam kategori tingkat
skor tinggi, 22 orang dengan tingkat kategori skor sedang,
dan 8 orang dengan kategori skor yang rendah.
Selain itu, untuk mata pelajaran lainnya yang tidak
disukai, dapat dilihat bahwa 6 orang siswa masuk dalam
kategori skor yang sangat tinggi, 21 orang dengan tingkat
tinggi, 36 orang berada dalam tingkatan sedang, 24 siswa
yang memiliki efikasi diri rendah, dan 2 orang lainnya
memiliki efikasi yang rendah dalam pelajaran lainnya
dengan kategori sangat rendah.
2. Deskriptif Kecemasan Matematika Siswa SMA di Kota
Makassar
a. Deskriptif Kecemasan Matematika Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 4.11 Deskriptif Kecemasan Matematika
Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Jenis Sanga
Kelamin Sangat
t Tinggi Sedang Rendah
Rendah
Tinggi
Laki-laki 6 37 54 33 17
Perempuan 16 61 77 42 7
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat
kecemasan matematika berdasarkan jenis kelamin,
diperhatikan laki-laki dengan tingkat kecemasan
matematika sangat tinggi hanya 6 orang, 37 orang
memiliki kecemasan matematika tinggi, 54 orang dengan
kecemasan matematika yang sedang. Selain itu, terdapat
33 orang yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai
kecemasan matematika rendah, dan 17 orang berada pada
kecemasan matematika yang sangat rendah.
Sedangkan, untuk perempuan yang memiliki
kecemasan sangat tinggi sebanyak 16 orang, kecemasan
yang tinggi sebanyak 61 orang, dan sebanyak 77 orang
memiliki tingkat kecemasan matematika dengan kategori
sedang. Terdapat pula 42 orang yang termasuk dalam
kecemasan rendah dan 9 orang dengan kecemasan sangat
rendah terhadap tingkat kecemasan matematika.
b. Deskriptif Kecemasan Matematika Berdasarkan Usia
Tabel 4.12 Deskriptif Kecemasan Matematika
Berdasarkan Usia

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Sangat Sangat
Usia Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
14 1 6 9 2 0
15 5 22 34 16 6
16 9 36 42 30 3
17 6 29 36 20 10
18 1 5 10 7 5
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat
kecemasan matematika berdasarkan usia, dapat dilihat
bahwa pada usia 14 tahun terdapat 1 siswa dengan
kecemasan matematika sangat tinggi, terdapat 6 siswa
dengan kecemasan matematika tinggi, sedangkan 9
lainnya berada pada kategori tingkat kecemasan
matematika sedang. Untuk kategori rendah pada usia 14
tahun hanya sebanyak 2 orang dan untuk kategori sangat
rendah tidak ada siswa dengan usia 14 tahun yang
mempunyai kecemasan matematika sangat rendah.
Untuk usia 15 tahun, dapat dilihat bahwa terdapat 5
orang yang memiliki kecemasan matematika sangat
tinggi, 22 orang kecemasan matematika yang tinggi, dan
34 orang dengan tingkat kecemasan matematika yang
sedang. Sedangkan untuk kategori rendah terdapat 16
orang siswa dan untuk kategori sangat rendah terdiri dari
6 orang. Selain itu, untuk usia 16 tahun terdapat 9 orang
yang memiliki kecemasan matematika yang sangat tinggi,
36 orang dengan tingkat kecemasan tinggi, dan 42 orang
dalam kecemasan matematika yang sedang. Kemudian
pada kategori rendah terdapat 30 orang dan 3 lainnya
masuk dalam berada tingkat kecemasan matematika
sangat rendah.
Pada usia 17 tahun, terlihat bahwa terdapat 6 orang
yang masuk tingkat kecemasan sangat tinggi, 29 orang
siswa dengan tingkat kecemasan tinggi, dan 36 orang
dengan tingkat kecemasan matematika kategori sedang.
Sedangkan, terlihat bahwa sebanyak 20 orang masuk
dalam kategori rendah dan 10 orang masuk dalam
kategori sangat rendah. Kemudian pada usia 18 tahun,
terlihat hanya 1 orang yang masuk dalam kategori sangat
tinggi, 5 orang dengan kategori tinggi, dan 10 orang
dengan tingkat kecemasan matematika kategori sedang.
Selain itu, terdapat 7 orang yang memiliki kecemasan
rendah dan 5 lainnya memiliki kecemasan matematika
yang sangat rendah.
c. Deskriptif Kecemasan Matematika Berdasarkan Asal
Sekolah
Tabel 4.13 Deskriptif Kecemasan Matematika
Berdasarkan Asal Sekolah

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Asal Sanga
Sangat
Sekolah t Tinggi Sedang Rendah
Rendah
Tinggi
Negeri 21 87 106 66 21
Swasta 1 11 25 9 3
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat
kecemasan matematika berdasarkan asal sekolah, dapat
dilihat bahwa asal sekolah negeri dengan tingkat
kecemasan matematika sangat tinggi sebanyak 21, tingkat
kecemasan tinggi sebanyak 87, dan 106 orang masuk
dalam kategori sedang. Sedangkan 66 orang yang berasal
dari sekolah negeri masuk dalam tingkat rendah dan 21
orang lainnya masuk dalam tingkat sangat rendah.
Selain itu untuk asal sekolah swasta, terdapat 1 siswa
dengan tingkat kecemasan matematika sangat tinggi,
sebanyak 11 siswa masuk dalam tingkat kecemasan
tinggi, 25 orang siswa dengan tingkat kecemasan sedang,
9 orang dengan kecemasan rendah, dan 3 orang dari
sekolah swasta mempunyai kecemasan matematika yang
sangat rendah.
d. Deskriptif Kecemasan Matematika Berdasarkan Kelas
Tabel 4.14 Deskriptif Kecemasan Matematika
Berdasarkan Kelas

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Kelas Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
10 7 26 42 22 5
11 10 33 36 21 6
12 5 39 53 32 13
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat
kecemasan matematika berdasarkan kelas, diperhatikan
pada kelas 10 terdiri dari 7 orang siswa masuk dalam
tingkat kecemasan matematika sangat tinggi, 26 siswa
dengan kecemasan tinggi tinggi, 42 orang siswa dengan
kategori tingkat kecemasan sedang, 22 orang memiliki
kecemasan rendah, dan 5 orang dengan kecemasan sangat
rendah. Sedangkan pada kelas 11, terdapat 10 orang yang
masuk dalam kategori sangat tinggi, 33 orang dengan
kategori tinggi, 36 orang dengan kategori sedang, 21
orang dengan kategori rendah, dan 6 orang dengan
kategori sangat rendah.
Selain itu, untuk kelas 12 terlihat sebanyak 5 orang
masuk dalam kategori tingkat kecemasan matematika
sangat tinggi, 39 orang dengan tingkat kecemasan
matematika yang tinggi, 53 orang dengan tingkat
kecemasan matematika kategori sedang, 32 orang dengan
kategori rendah, dan 13 orang yang masuk dalam kategori
tingkat kecemasan matematika yang sangat rendah.
e. Deskriptif Kecemasan Matematika Berdasarkan
Pelajaran yang disukai
Tabel 4.15 Deskriptif Kecemasan Matematika
Berdasarkan Pelajaran yang disukai

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Pelajaran Sangat Sangat
yg disukai Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Olahraga 2 34 32 15 2
Bahasa
1 12 14 13 6
Indonesia
Bahasa
4 12 17 7 2
Inggris
Lainnya 15 40 68 40 14
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat
kecemasan matematika berdasarkan pelajaran yang
disukai, dapat dilihat bahwa dalam pelajaran olahraga
terdapat 2 murid dalam kategori sangat tinggi, 34 murid
dengan kategori tinggi, 32 murid dengan tingkat sedang,
15 orang dengan kategori rendah, dan 2 orang yang
masuk dalam kategori sangat rendah. Kemudian, untuk
pelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat bahwa hanya 1
orang masuk dalam kategori sangat tinggi, 12 orang
dengan kategori tinggi, 14 orang masuk dalam kategori
sedang, 13 orang dengan kategori rendah, dan 6 orang
yang masuk dalam kategori sangat rendah.
Untuk pelajaran bahasa inggris, terlihat bahwa
terdapat 4 orang yang masuk tingkat sangat tinggi, 12
orang dengan tingkat kecemasan tinggi, 17 orang dengan
tingkat sedang, serta 7 orang dengan tingkat kategori
rendah dan 2 lainnya dalam tingkat kategori sangat
rendah. Sedangkan untuk pelajaran yang lainnya terdiri
15 murid yang termasuk tingkat sangat tinggi, 40 orang
berada dalam tingkat tinggi, 68 murid dengan tingkat
sedang, kemudian 40 murid dengan tingkat yang rendah,
dan selanjutnya terdapat 14 murid yang masuk dalam
tingkat kategori sangat rendah.
f. Deskriptif Kecemasan Matematika Berdasarkan
Pelajaran yang tidak disukai
Tabel 4.16 Deskriptif Kecemasan Matematika
Berdasarkan Pelajaran yang tidak
disukai

Tingkat Skor Kecemasan Matematika


Pelajaran
tidak Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
disukai Tinggi Rendah
Matematika 14 57 64 15 8
Kimia 1 10 26 18 3
Fisika 5 10 17 10 3
Lainnya 2 21 24 32 10
Berdasarkan hasil analisis crosstabs tingkat
kecemasan matematika berdasarkan pelajaran yang tidak
disukai, dapat dilihat bahwa untuk pelajaran matematika
terdapat 14 murid yang termasuk dalam tingkat sangat
tinggi, 57 siswa dengan tingkat tinggi, dan 64 siswa
berada pada tingkat sedang. Sedangkan 15 siswa lainnya
termasuk memiliki skor rendah dan 8 lainnya juga
memiliki skor yang sangat rendah.
Selanjutnya, untuk pelajaran kimia dapat dilihat bahwa
hanya 1 murid yang termasuk dalam tingkat n sangat
tinggi, 10 orang murid masuk dalam tingkat tinggi, 26
murid berada di kategori sedang, 18 murid dengan skor
rendah, dan 3 lainnya dengan skor yang sangat rendah.
Kemudian untuk mata pelajaran fisika, terlihat 5 orang
siswa yang memiliki kategori sangat tinggi, 10 orang
termasuk dalam kategori tinggi, 17 orang dengan kategori
sedang, 10 orang dengan kategori rendah dan 3 orang
yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
Selain itu, untuk mata pelajaran lainnya yang tidak
disukai, dapat dilihat bahwa terdapat 2 orang yang
termasuk dalam kategori sangat tinggi, 21 orang dengan
kategori tinggi, 24 orang yang termasuk kategori sedang,
32 orang dengan kategori rendah, dan 10 orang yang
memiliki tingkat kecemasan matematika yang rendah
dalam pelajaran lainnya dengan kategori sangat rendah.

4.1.4 Hasil Analisis Uji Asumsi


1. Uji Normalitas
Ghozali (2018) menyatakan bahwa uji normalitas
merupakan analisis untuk menguji apakah data penelitian yang
didapatkan terdistribusi normal atau tidak. Perlu dilakukan uji
normalitas karena merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi
uji statistik untuk memastikan bahwa data tersebut normal.
Data dikatakan normal jika menghasilkan nilai probabilitas
diatas 0,05. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji kolmogorov smirnov dengan menggunakan aplikasi
statistik SPSS 21. Berikut disajikan hasil uji normalitas :
Tabel 4.17 Hasil analisis uji normalitas
Variabel K-S-Z Sig** Ket
Pengaruh Kecemasan
Matematika terhadap 0,593 0,874 Normal
Efikasi Diri
Ket :
K-S-Z=Nilai signifikansi normalitas Kolomogorov-smirnov Z
Sig** = Nilai signifikansi uji normalitas p > 0,05.
Berdasarkan tabel hasil analisis yang telah dilakukan
terhadap 350 subjek, dapat dilihat bahwa nilai uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,593 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,874. Hasil uji normalitas dalam
penelitian ini dikatakan normal karena keseluruhan data dalam
penelitian ini terdistribusi secara normal. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah uji yang digunakan untuk melihat
apakah variabel dependen dan independent secara signifikan
memiliki hubungan yang linear atau tidak. Data dikatakan
linear apabila hubungan antara kedua variabel tersebut satu
dalam garis lurus (Sugiyono & Susanto, 2015). Uji linearitas
dalam penelitian ini menggunakan uji ANOVA dengan
bantuan aplikasi statistik SPSS 21. Berikut tabel hasil uji
linearitas dalam penelitian ini :
Tabel 4.18 Hasil analisis uji linearitas
Deviatio
Variabel Linearity n from Ket
linearity
Pengaruh Kecemasan
Matematika terhadap 0,000 0,180 Linear
Efikasi Diri
Ket :
Linearity = Nilai signifikansi uji linearitas
Deviation from linearity = Nilai standar deviasi uji linearitas
Berdasarkan tabel uji linearitas diatas yang telah dilakukan
terhadap 350 subjek, dapat dilihat bahwa hasil uji linearitas
yang didapatkan adalah linear. Hal ini dapat dilihat dari nilai
linearity yang didapatkan sebesar 0,000 dan nilai defiation
from linearity adalah sebesar 0,180, yang dimana hal ini
dinyatakan linear karena nilai linearity lebih kecil dari 0,05
dan nilai deviation from linearity lebih besar dari 0,05.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sebaran
data dari variabel yang ada homogen atau tidak dengan
membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data
atau lebih mempunyai varian yang sama besarnya, maka uji
homogenitas tidak perlu dilakukan karena dianggap sudah
homogen. Data dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih
besar dari taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas yang
digunakan adalah uji one way ANOVA dengan bantuan
aplikasi statistik SPSS 21. Berikut tabel hasil uji homogenitas
dalam penelitian ini :
Tabel 4.19 Hasil analisis uji homogenitas
Lavene
Variabel Df1 *Sig Ket
Statistik
Efikasi Diri 1,355 1 0,245 Homogen
Kecemasan
2,729 1 0,099 Homogen
Matematika
Ket : *Sig : Nilai signifikansi
Berdasarkan tabel uji homogenitas diatas yang telah
dilakukan terhadap 350 subjek, dapat dilihat bahwa hasil uji
homogenitas dari kedua variabel yang didapatkan adalah
homogen. Pada variabel efikasi diri, dapat dilihat bahwa nilai
lavene statistic yang didapatkan sebesar 1,355 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,245. Sedangkan pada variabel
kecemasan matematika dapat dilihat bahwa nilai lavene
statistic yang diperoleh sebesar 2,729 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,099. Kedua variabel tersebut mendapatkan hasil
yang homogen karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari taraf signifikansi 0,05.

4.1.5 Hasil Analisis Uji Hipotesis


Sugiyono (2016) menyatakan bahwa uji hipotesis adalah uji
yang dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian tersebut. Uji hipotesis memberikan hasil
apakah hipotesis yang dirumuskan tersebut diterima atau
ditolak. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji analisis regresi linear sederhana dan uji independen
sampel t-test dengan bantuan aplikasi statistik SPSS 21. Adapun
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
a. Ho : Tidak terdapat pengaruh negatif kecemasan
matematika terhadap efikasi diri pada pelajaran matematika
siswa SMA di Kota Makassar.
b. H1 : Terdapat pengaruh negatif kecemasan matematika
terhadap efikasi diri pada pelajaran matematika siswa SMA
di Kota Makassar.
c. Ho : Tidak terdapat perbedaan efikasi diri antara siswa laki-

laki dan perempuan.

d. H1 : Terdapat perbedaan efikasi diri antara siswa laki-laki

dan perempuan.

e. Ho : Tidak terdapat perbedaan kecemasan matematika

antara siswa laki-laki dan perempuan.

f. H1 : Terdapat perbedaan kecemasan matematika antara

siswa laki-laki dan perempuan.

Berikut adalah hasil uji hipotesis dalam penelitian ini :

1. Pengaruh Kecemasan Matematika terhadap Efikasi Diri


pada Siswa SMA di Kota Makassar
Dibawah ini ditampilkan tabel hasil uji hipotesis pengaruh
kecemasan matematika terhadap efikasi diri pada siswa SMA
di Kota Makassar menggunakan uji analisis regresi linear
sederhana :
Tabel 4.20 Hasil uji hipotesis pengaruh kecemasan
matematika terhadap efikasi diri pada siswa
SMA di Kota Makassar
*R
Variabel Kontribusi **F ***P Ket
Square
Kecemasan
Matematika
0,050 5,0% 18,200 0,000 Sig
terhadap
Efikasi Diri
Ket : *R Square = Koefisien determinan
**F = Nilai uji koefisien regresi secara simultan
***P = Nilai signifikansi F, p < 0,05
Berdasarkan hasil analisis data kecemasan matematika terhadap

efikasi diri pada siswa SMA di Kota Makassar yang berjumlah 350

orang, diperoleh nilai R Square sebesar 0,050. Nilai ini

menunjukkan kontribusi kecemasan matematika terhadap efikasi

diri sebesar 5,0%. Kemudian nilai F yang diperoleh sebesar 18,200

dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil tersebut dikatakan signifikan

karena nilai signifikansi yang didapatkan lebih kecil dari taraf

signifikasi 0,05. Sehingga dari hasil tersebut, dapat dikatakan

bahwa hipotesis null yang menyatakan tidak terdapat pengaruh

negatif kecemasan matematika terhadap efikasi diri pada pelajaran

matematika siswa SMA di Kota Makassar, ditolak. Maka dari itu,

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kecemasan

matematika terhadap efikasi diri pada pelajaran matematika siswa

SMA di Kota Makassar.

2. Perbedaan Efikasi Diri Antara Laki-laki dan Perempuan


pada Siswa SMA di Kota Makassar
Dibawah ini akan ditampilkan tabel hasil uji hipotesis
perbedaan efikasi diri antara laki-laki dan perempuan
terhadap siswa SMA di Kota Makassar menggunakan uji
independen t-test :
Tabel 4.21 Hasil uji independent t-test efikasi diri
Variabel JK N Mean *Sig Ket
Efikasi Laki-laki 147 91,20 Tidak ada
0,245
Diri Perempuan 203 92,55 Perbedaan
Ket : *Sig = Nilai signifikansi
Berdasarkan hasil uji independent t-test pada variabel
efikasi diri diatas, dapat dilihat bahwa nilai mean pada laki-laki
sebesar 91,20 dan pada perempuan sebesar 92,55. Nilai
tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Kemudian
nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,245, yang
dimana hasil tersebut menunjukkan tidak signifikan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efikasi diri
antara siswa laki-laki dan perempuan karena tidak memperoleh
nilai perbedaan rata-rata yang signifikan.
3. Perbedaan Kecemasan Matematika Antara Laki-laki dan
Perempuan pada Siswa SMA di Kota Makassar
Dibawah ini akan ditampilkan tabel hasil uji hipotesis
perbedaan kecemasan matematika antara laki-laki dan
perempuan terhadap siswa SMA di Kota Makassar
menggunakan uji independen t-test :
Tabel 4.22 Hasil uji independen t-test kecemasan
matematika

Variabel JK N Mean *Sig Ket


Kecemasan Laki-laki 147 63,12 Tidak ada
0,117
Matematika Perempuan 203 66,80 Perbedaan
Ket : *Sig = Nilai signifikansi
Berdasarkan hasil uji independent t-test pada variabel
kecemasan matematika diatas, dapat dilihat bahwa nilai mean
pada laki-laki sebesar 63,12 dan pada perempuan sebesar
66,80. Kemudian nilai signifikansi yang diperoleh adalah
sebesar 0,117, yang dimana hasil tersebut menunjukkan tidak
signifikan karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar
dari taraf signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan kecemasan matematika antara siswa
laki-laki dan perempuan karena tidak memperoleh nilai
perbedaan rata-rata yang signifikan.
4. Koefisien Pengaruh Kecemasan Matematika terhadap
Efikasi Diri pada Siswa SMA di Kota Makassar
Setelah melakukan uji hipotesis, berikut akan disajikan
tabel koefisien pengaruh kecemasan matematika terhadap
efikasi diri pada siswa SMA di Kota Makassar.
Tabel 4.23 Koefisien pengaruh kecemasan matematika
terhadap efikasi diri pada siswa SMA di Kota
Makassar

Variabel Constant **B Arah Pengaruh


Kecemasan
Matematika
100,942 -0,137 Negatif
terhadap
efikasi diri
Ket : *Constant = Nilai koefisien
**B = Koefisien pengaruh
Berdasarkan hasil analisis koefisien pengaruh kecemasan
matematika terhadap efikasi diri pada siswa SMA di Kota
Makassar, diperoleh nilai konstanta sebesar 100,942 dengan
nilai koefisien pengaruhnya sebesar -0,137 dengan arah
pengaruh negatif. Sehingga dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan jika semakin tinggi kecemasan yang dialami
siswa, maka semakin rendah pula tingkat efikasi diri dalam
pelajaran matematika terhadap siswa SMA di Kota Makassar.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Hasil Deskriptif Variabel
1. Gambaran Efikasi Diri pada Siswa SMA di Kota
Makassar
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan
pada variabel efikasi diri dengan jumlah subjek sebanyak 350
siswa, diperoleh bahwa gambaran tingkat efikasi diri pada
siswa SMA di Kota Makassar terdiri dari lima tingkatan,
yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti bahwa
adanya tingkat efikasi diri siswa yang bervariasi. Diantaranya
hasil menunjukkan bahwa 4,9% siswa masuk dalam tingkatan
sangat tinggi, 24,3% masuk tingkatan tinggi, 40,6% masuk
dalam tingkatan sedang, 26,0% masuk tingkatan rendah, dan
4,3% siswa masuk dalam tingkatan yang sangat rendah. Dari
tingkat efikasi diri yang diperoleh tersebut, dapat dilihat
bahwa tingkat efikasi diri siswa lebih dominan berada pada
kategori sedang.
Dari kebervariasan tingkat efikasi diri siswa yang
dominan dalam tingkat sedang, dapat dilihat pula dari jenis
kelamin bahwa siswa yang memiliki tingkat efikasi diri yang
paling banyak berada pada tingkat sedang, yakni laki-laki
sebanyak 68 orang dan perempuan sebanyak 49 orang. Selain
itu, tingkat efikasi diri dapat dilihat pada usia, dimana
sebanyak 52 orang dominan pada kategori sedang dengan
usia 16 tahun. Tetapi, jika dilihat dari tingkatan kelasnya,
siswa dengan efikasi diri didominasi dalam kategori sedang
dengan jumlah siswa sebanyak 52 orang yang berasal dari
kelas 12.
Berdasarkan hasil tersebut bahwa efikasi diri pada subjek
penelitian berada dalam tingkat sedang. Hal ini cukup
menggambarkan bahwa 142 siswa (40,6%) cukup memiliki
efikasi diri yang baik. Siswa dengan tingkat efikasi diri yang
masuk dalam kategori sedang tersebut cukup dikatakan
memiliki aspek-aspek dari efikasi diri, diantaranya tingkatan,
kekuatan dan generalisasi. Artinya bahwa individu yang
memiliki efikasi diri mampu menyelesaikan setiap soal yang
diberikan, baik yang mudah maupun sulit. Seseorang dengan
kepercayaan diri tentunya memiliki kekuatan untuk tetap
bertahan dalam kondisi apapun dan merasa mampu dalam
segala hal dengan keyakinannya berupa kemampuan yang
dimilikinya.
Berdasarkan hasil analisis tingkat efikasi diri tersebut,
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi (2022) pada
Siswa Kelas VII Mts Mujahiddin, Cikarang Utara, ditemukan
bahwa sebanyak 59 siswa-siswi yang menjadi subjek dalam
penelitian tersebut, terdapat 31 siswa-siswi yang memperoleh
efikasi diri yang rendah dengan persentase sebesar 52,5%.
Sementara itu, sebanyak 28 siswa lainnya tinggi dalam
keyakinan dirinya dengan persentase 47,5%.
2. Gambaran Kecemasan Matematika pada Siswa SMA di
Kota Makassar
Berdasarkan hasil analisis pada variabel kecemasan
matematika dengan siswa sebanyak 350 orang, diperoleh
bahwa gambaran tingkat kecemasan matematika pada siswa
SMA di Kota Makassar terdiri dari lima tingkatan, yaitu
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil
analisis data yang didapatkan oleh peneliti menunjukkan
bahwa adanya tingkat kecemasan matematika siswa yang
bervariasi. Diantaranya hasil menunjukkan bahwa 6,3%
siswa memiliki kecemasan matematika dengan sangat tinggi,
28,0% siswa memiliki kecemasan tinggi, 37,4% masuk dalam
kategori kecemasan matematika sedang, 21,4% termasuk
memiliki kecemasan matematika rendah, dan 6,9% siswa
memiliki kecemasan matematika dengan sangat rendah. Dari
tingkat kecemasan matematika yang diperoleh tersebut, dapat
dilihat bahwa tingkat kecemasan matematika siswa lebih
banyak berada pada kategori tinggi dan sedang.
Berdasarkan hasil tersebut, terdapat 131 siswa (37,4%)
memiliki tingkat kecemasan matematika yang sedang dan 98
siswa (28,0%) memiliki tingkat kecemasan matematika yang
tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan dimensi
dalam kecemasan matematika yakni, learning math anxiety
dan math evaluation anxiety, siswa tersebut memiliki
kecemasan dalam belajar matematika maupun dalam ujian
matematika (Hopko, 2003).
Berdasarkan hasil temuan yang didapatkan oleh peneliti,
hal ini didukung juga oleh penelitian dengan judul
”Kecemasan matematika dan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa SMA” yang dilakukan oleh
Hidayat & Ayudia (2019) bahwa kemampuan matematis pada
anak SMA berpengaruh negatif oleh kecemasan matematika
sebesar 57,1%, sedangkan 42,9% nya dipengaruhi oleh faktor
lain diluar kecemasan matematika.

4.2.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis


1. Pengaruh Kecemasan Matematika terhadap Efikasi Diri
pada Siswa SMA di Kota Makassar
Berdasarkan uji analisis regresi linear sederhana dengan

jumlah subjek sebanyak 350 orang siswa, diperoleh hasil


bahwa kecemasan matematika memiliki pengaruh atau

berkontribusi sebesar 5,0% terhadap efikasi diri. Dari analisis

tersebut pula, kecemasan matematika secara signifikan dan

negatif berpengaruh terhadap efikasi diri. Maka dari itu,

berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ketika

kecemasan matematika maka semakin rendah efikasi diri

siswa-siswi SMA di Kota Makassar.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, efikasi diri yang disebut

sebagai persepsi individu mengenai keyakinannya dalam

melakukan sesuatu hal untuk mencapai keberhasilan atau

tujuan yang diinginkan. Ketika seseorang dengan efikasi diri

yang tinggi, maka dapat dipastikan bahwa ia memiliki

pertahanan kuat dalam menghadapi berbagai permasalahan

atau kesulitan yang dialami (Alwisol, 2009).

Faktor yang berpengaruh pada tinggi rendahnya efikasi

diri pada individu terdiri dari beberapa hal, satu diantaranya

yaitu kondisi emosional (Bandura, 1997). Kondisi emosional

adalah satu dari beberapa faktor yang berkontribusi terkait

rendahnya efikasi diri pada individu. Kondisi emosional yang

terjadi seperti takut, cemas, dan stres merupakan gejala

pemicu kegagalan yang dialami individu.

Berdasarkan faktor emosional tersebut, dapat dilihat

bahwa ketika individu merasakan takut, cemas, dan bahkan


stres dalam melakukan pembelajaran terutama pelajaran

matematika, dapat dipastikan bahwa hal tersebut berakibat

pada rendahnya efikasi diri siswa. Hal ini dikarenakan

individu mempersepsikan dirinya tidak mampu dalam

mengikuti pembelajaran tersebut. Pernyataan itu didukung

oleh penelitian dari Disai, Dariyo, & Basaria, (2017), bahwa

jika semakin tinggi efikasi diri siswa maka kecemasan

matematikanya semakin rendah. Begitupun sebaliknya,

semakin rendah efikasi diri maka semakin rendah pula

kecemasan matematika individu tersebut.

Berdasarkan hasil temuan dari peneliti, dimana kecemasan


matematika terdapat kaitan yang negatif dengan efikasi diri,
hal ini sejalan dengan penelitian dari Jalal (2020) yang
hasilnya menunjukkan salah satu faktor terjadinya kecemasan
matematika adalah akibat dari rendahnya efikasi diri yang
dipengaruhi oleh persepsi siswa tentang matematika. Dari
hasil tersebut, bahwa kecemasan matematika cukup
berpengaruh terhadap efikasi diri individu.
2. Perbedaan Efikasi Diri Antara Laki-laki dan Perempuan
pada Siswa SMA di Kota Makassar
Berdasarkan uji analisis regresi linear sederhana dengan
jumlah subjek sebanyak 350 responden, dengan jumlah siswa
laki-laki sebanyak 147 dan siswa perempuan sebanyak 203,
diperoleh hasil bahwa tidak adanya perbedaan efikasi diri
antara siswa laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dilihat
dari nilai mean yang dimana laki-laki memperoleh nilai rata-
rata sebesar 91,20 dan perempuan sebesar 92,55. Nilai
signifikansi yang didapatkan sebesar 0,245, dimana dengan
hasil tersebut dapat dikatakan tidak signifikan karena lebih
besar dari taraf signifikansi 0,05. Maka, disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada efikasi diri
antara siswa laki-laki dan perempuan.
Hasil tersebut yang menemukan bahwa tidak ada
perbedaan efikasi diri antara siswa laki-laki dan perempuan
juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fitriani (2017) bahwa tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara efikasi diri pada perempuan dan laki-laki.
Bertolak belakang dengan pernyataan dari Hadaning (2014)
bahwa laki-laki lebih mampu dalam pengerjaan tugas dan
lebih memiliki performansi yang lebih unggul dibandingkan
dengan perempuan yang rendah. Yang berarti bahwa secara
keyakinan kemampuan diri laki-laki lebih unggul akan hal
tersebut.
Tetapi pernyataan tersebut juga tidak serta merta menjadi
penguat bahwa adanya perbedaan efikasi diri antara siswa
laki-laki dan perempuan. Dapat disimak bahwa dengan
adanya perubahan dan perkembangan zaman, akses
perempuan dalam dunia pendidikan jelas semakin terbuka.
Ekawati & Wulandari (2011) dalam hasil penelitiannya juga
menghasilkan tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan terkait keyakinannya terhadap proses
pembelajaran.
3. Perbedaan Kecemasan Matematika Antara Laki-laki dan
Perempuan pada Siswa SMA di Kota Makassar
Berdasarkan uji analisis regresi linear sederhana pada 350
responden, dengan jumlah laki-laki sebesar 147 dan
perempuan sebesar 203, diperoleh hasil bahwa tidak ada
perbedaan kecemasan matematika antara siswa laki-laki dan
perempuan. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean yang dimana
laki-laki memperoleh nilai rata-rata sebesar 63,12 dan
perempuan sebesar 66,80. Nilai signifikansi yang didapatkan
sebesar 0,117, dimana hasil tersebut dinyatakan tidak
signifikan karena memperoleh nilai >0,05. Sehingga, dapat
dikatakan tidak terdapat perbedaan kecemasan matematika
yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa matematika
sebagai pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan tinggi,
dapat membuat siswa yang mempelajarinya pun memiliki
kesan yang negatif pada pelajaran matematika baik laki-laki
maupun perempuan (Dwirahayu & Mas’ud, 2018). Namun,
pernyataan yang dikemukakan oleh Maccoby & Jacklin
(1974) bahwa laki-laki lebih unggul dalam pelajaran
matematika dibandingkan perempuan. Hasil ini tentunya
bertolak belakang dengan temuan dari peneliti.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa hasil
penelitian yang didapatkan oleh Zubaidah (dalam Fitriani,
2017) menyatakan bahwa tidak memiliki perbedaan
kemampuan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di
PMT UIN Suska Riau. Didukung oleh hasil penelitian yang
didapatkan Nofrialdi, Maison, & Muslim (2018) bahwa tidak
adanya perbedaan yang siginifikan antara tingkat kecemasan
matematika pada laki-laki dan perempuan. Hal tersebut
disebabkan oleh telah adanya persamaan pandangan dan
tujuan dari laki-laki dan perempuan sehingga tidak membuat
adanya perbedaan yang sangat signifikan terkait dengan
perbedaan kecemasan matematika pada laki-laki dan
perempuan.
4.2.3 Limitasi Penelitian
Limitasi dalam penelitian ini menurut peneliti karena rata-
rata subjek penelitian lebih banyak berasal dari sekolah negeri
dibandingkan dengan swasta, maka penelitian ini kurang
maksimal karena hasil penelitian lebih dominan pada sekolah
negeri. Selain itu juga karena jumlah responden yang kurang
banyak sehingga tidak dapat digeneralisasikan ke dalam
populasi penelitian. Dan keterbatasan selanjutnya adalah tidak
mampunya peneliti mencari subjek sehingga murid dengan
jenis kelamin pria dan wanita tidak memiliki jumlah yang
sama sehingga kurang efektif dilihat perbedaannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan
beberapa hal, diantaranya :
a. Terdapat pengaruh kecemasan matematika terhadap efikasi diri pada
siswa SMA di Kota Makassar. Dimana nilai koefisien determinan yang
menggambarkan kontribusi kecemasan matematika terhadap efikasi diri
adalah sebesar 5,0% dengan nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,000.
Nilai signifikan itu berada dibawah taraf signifikansi 0,05 sehingga nilai
signifikansi yang didapatkan dikatakan signifikan. Selain itu, nilai
koefisien pengaruh kecemasan matematika terhadap matematika adalah
sebesar -0,137 dengan arah yang negatif. Sehingga hasil tersebut
membuktikan bahwa adanya pengaruh kecemasan matematika terhadap
efikasi diri pada Siswa SMA di Kota Makassar.
b. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan efikasi
diri pada siswa SMA di Kota Makassar. Hasil ini didapatkan karena tidak
ada perbedaan yang signifikan, dimana nilai mean yang diperoleh laki-
laki sebesar 91,20 dan pada perempuan sebesar 92,55. Nilai signifikansi
yang didapatkan juga menunjukkan hasil tidak signifikan karena berada
diatas taraf signifikansi 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada
perbedaan efikasi diri pada laki-laki dan perempuan, ditolak.
c. Tidak ada perbedaan kecemasan matematika terhadap laki-laki dan
perempuan pada siswa dan siswi SMA di Kota Makassar. Hasil ini
didapatkan karena tidak ada perbedaan yang signifikan, dimana nilai
mean yang didapatkan pada laki-laki sebesar 63,12 dan pada perempuan
sebesar 66,80. Nilai signifikansi yang didapatkan juga menunjukkan hasil
tidak signifikan karena berada diatas taraf signifikansi 0,05. Sehingga
hipotesis yang berbunyi ada perbedaan kecemasan matematika pada laki-
laki dan perempuan, ditolak.
B. SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan
beberapa saran, yang diantaranya :
a. Bagi Siswa
Siswa diharapkan memiliki efikasi diri sehingga hal tersebut
membantu dan memudahkan siswa dalam mencapai keberhasilan maupun
tujuan yang diinginkan.
b. Bagi Orangtua & Guru
Memberikan informasi kepada orangtua dan guru sebagai pendidik
dirumah dan disekolah bagi siswa-siswi agar selalu memperhatikan
prestasi dan hasil belajar para siswa dengan memperhatikan dan melihat
kekurangan dan kebutuhan para siswa-siswi nya.
c. Bagi penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memiliki beberapa saran :
1. Untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan variabel yang
sama agar menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak
sehingga dapat digeneralisasikan ke dalam populasi.
2. Penting bagi peneliti untuk menyamaratakan jumlah subjek laki-
laki dan perempuan sehingga dapat dengan jelas dilihat
perbedaannya.

Anda mungkin juga menyukai