Anda di halaman 1dari 20

Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359

Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

HUBUNGAN MOTIVASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR


SISWA SMA ‘X’ DI JAKARTA BARAT

Chintia Leo Gunadi


William Gunawan

Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta

chintialeo@gmail.com;
william.gunawan@ukrida.ac.id

Abstrak

Academic Motivation is an important factor for students. Having a good academic


motivation will enhance student achievement. There were contradictory result on the
relationship between academic motivation and student achievement. This research aims to
explore the relation between academic motivation and student achievement. Using purposive
sampling, 180 high school student in Jakarta area were chosen as subject. Academic motivation
was measured using LOMOT (Lowo Academic Motivation) dimension of SMALSI (School
Motivation and Learning Styles Inventory), while student achievement measured using school
grade by the end of the semester. The result showed that there were a relationship (r=0,301;
p<0,05) between academic motivation and academic achievement in high school student.

Kata Kunci : academic motivation, academic achievement, high school student

Pendahuluan
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melalui
serangkaian proses belajar (Toshiana, 2012). Suatu proses belajar dikatakan berhasil
dapat dilihat dari prestasi yang diraih (Farkhana, 2010). Menurut Atkinson (dalam
Tosiana, 2012) prestasi yang dicapai oleh seseorang dari proses belajar yang dilalui

23
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

dipengaruhi oleh beberapa hal yakni, dari dalam diri individu (internal) dan dari luar diri
individu (eksternal). Hal-hal yang berasal dari dalam individu terdiri dari motivasi,
kondisi fisik, dan intelegensi. Hal-hal dari luar diri individu diantaranya lingkungan
(sekolah & masyarakat), keluarga (orangtua), fasilitas, kurikulum, dan sebagainya.
Menurut Siegle & McCoach (dalam Ritonga, 2011) faktor penting dalam prestasi adalah
motivasi.
Motivasi akademik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi prestasi
atau hasil seseorang dalam bidang akademik (Khayati, 2012). Hartaji (2009)
mengatakan motivasi akademik hal yang dibutuhkan dalam proses belajar karena
dalam pencapaian prestasi akademik, individu perlu memiliki keinginan kuat untuk
mencapai hasil yang terbaik. Lutan (dalam Hartaji, 2009) mengatakan seseorang
dengan motivasi tinggi akan memperlihatkan bahwa dirinya melakukan usaha yang
terbaik dan fokus pada prestasi yang ingin dicapainya. Motivasi diperlukan saat belajar,
karena hasil belajar akan menjadi optimal jika seseorang memiliki motivasi yang baik
(Sardiman, 2011). Oleh karena itu, motivasi akademik sangat penting dalam belajar
siswa untuk mencapai prestasi yang terbaik. Motivasi akademik merupakan keinginan
yang berasal dari dalam diri seseorang dimana seseorang akan berusaha serta
mengarahkan perilakunya untuk mencapai suatu hasil yang maksimal menuju
keberhasilan akademik atau prestasi akademik.
Motivasi akademik memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar
dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan motivasi memengaruhi apa, kapan, dan
bagaimana siswa belajar. Siswa tersebut menunjukkan minat, perhatian dan semangat
dalam melakukan aktivitas belajar, berusaha untuk berhasil, menekuni tugas dan
menggunakan strategi-strategi belajar yang efektif (dalam Schunk, Pintrich, & Meece,
2012). Menurut Fyans & Maerh (dalam Nasution, 2011) diantara 3 faktor yakni motivasi,
latar belakang keluarga dan kondisi sekolah; faktor motivasi adalah faktor yang lebih
dominan dalam mempengaruhi prestasi. Syah (2008) juga mengungkapkan bahwa
tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh inteligensi
yang dimilikinya. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi yaitu kepribadian, minat, dan
motivasi. Penelitian Karabenick & Collins-Eaglin (dalam Stroud, 2006) menjelaskan
bahwa motivasi menunjukkan pengaruh yang sangat penting dalam proses

24
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

pembelajaran, strategi yang dipakai, dan jumlah upaya untuk melaksanakan


pembelajaran.
Komarraju, Karau, & Schmeck (2011) dalam penelitiannya mengenai motivasi
akademik dengan prestasi belajar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.
Grabau (2011) mengatakan bahwa motivasi akademik memiliki hubungan yang positif
dengan prestasi belajar. Motivasi yang dimiliki seseorang akan menunjukkan
bagaimana cara seseorang dalam proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi.
Dalam penelitian Turner & Johnson (dalam Purba, 2013) mengatakan bahwa prestasi
belajar dapat meningkat dengan mengembangakan motivasi yang dimiliki oleh
seseorang.
Dalam penelitian Suciati (dalam Wayan, 2008) menyimpulkan bahwa motivasi
berkontribusi sebesar 36% terhadap prestasi belajar. Kemudian menurut Wolberg
(dalam Wayan, 2008) mengatakan bahwa motivasi dapat memberikan kontribusi hingga
20%. Penelitian Wayan (2008) menunjukkan hasil bahwa motivasi memiliki hubungan
yang kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,415 yang menunjukkan bahwa motivasi
memiliki sumbangan sebesar 17%. Arini (2012) menyebutkan dalam hasil penelitiannya
bahwa motivasi memiliki sumbangan sebesar 6,6% dengan prestasi belajar (r = 0,256)
sedangkan intelegensi dengan prestasi belajar sebesar 0,2% (r = 0,046). Dalam
penelitian Widayanto (2012) mengenai hubungan intelegensi, motivasi dan fasilitas
dengan prestasi menunjukkan bahwa motivasi memberikan sumbangan sebesar 9,7%
(r = 0,311) sedangkan fasilitas sebesar 23% (r = 0,48). Namun IQ tidak memiliki
korelasi yang signifikan dengan prestasi. Hasil penelitian Widyastuti (2010) mengenai
hubungan motivasi dan intelegensi dengan prestasi belajar menunjukkan, intelegensi
berkontribusi sebesar 57,4% sedangkan motivasi hanya sebesar 23,4%.
Dari data Daftar Cek Masalah (DCM) sebuah sekolah SMA swasta ‘X’ pada tahun
ajaran 2012/2013 di Jakarta Barat, terhadap 114 siswa-siswi SMA kelas X dan XI
mengenai motivasi didapakan bahwa 69 siswa merasa beberapa pelajaran dianggap
tidak perlu. Selanjutnya, 44 siswa menyatakan dirinya tidak suka belajar dan 26 siswa
merasa tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Berdasarkan data tersebut,
terlihat bahwa siswa memiliki motivasi yang kurang terhadap pembelajaran. Menurut
Atkinson (dalam Schunk, dkk, 2012) jika siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi di

25
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

bidang akademis maka siswa tersebut akan kurang semangat dalam mengerjakan
maupun menyelesaikan tugas yang diberikan dan jika mengalami kegagalan maka
cenderung meninggalkan tugas serta menerima hasil apa adanya. Hal tersebut dapat
berkaitan dengan prestasi yang diraih oleh siswa-siswi tersebut akan cenderung
rendah. Dari hasil UN tahun 2012/2013 (dalam Rangking Kelulusan Ujian Nasional
SMA/MA/SMK Tahun Pelajaran 2012/2013 Berdasarkan Jumlah Nilai) yang
menunjukkan bahwa sekolah SMA ‘X’ menempati posisi kategori tinggi di Jakarta
Barat.
Dari penelitian sebelumnya menunjukkan variasi sumbangan motivasi terhadap
prestasi, serta latar belakang kondisi riil antara motivasi siswa dengan prestasi yang
diraih maka peneliti ingin mengetahui mengenai hubungan motivasi akademik dengan
prestasi belajar siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan motivasi akademik dengan prestasi belajar siswa SMA ‘X’.
Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah menambah kajian serta konsep-konsep
teori tentang motivasi akademik dalam pencapaian prestasi belajar. Manfaat praktisnya
dapat memberikan informasi bagi siswa-siswi SMA, sekolah, orangtua, serta
masyarakat mengenai motivasi akademik dalam pencapaian prestasi belajar di sekolah.

Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan proses belajar dalam
waktu tertentu. Prestasi belajar biasanya ditandai dengan adanya perubahan ke arah
yang lebih baik dan dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari (Toshiana, 2012). Hal tersebut serupa dengan pendapat Bloom (2007) yang
mengatakan prestasi belajar terjadi apabila ada perubahan tingkat kemampuan
seseorang yang meliputi kemajuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan, perubahan
sikap dan ketrampilan dari apa yang telah dipelajari di sekolah.
Prestasi belajar dapat diartikan seberapa baik siswa memahami dan menguasai
pelajaran di sekolah. Muryono (2002) mengatakan prestasi adalah istilah yang
menunjukkan seberapa besar siswa berhasil mencapai tujuan setelah mengikuti
serangkaian proses belajar. Menurut Arini (2012) prestasi adalah hasil belajar dimana
seseorang telah mengikuti proses kegiatan belajar yang dinyatakan dengan nilai atau

26
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

skor. Toshiana (2012) mengatakan prestasi belajar sering dipakai untuk menentukan
kelulusan atau keberhasilan siswa. Menurut Widayanto (2012) sekolah dikatakan
berkualitas dan bermutu tinggi jika menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi
bidang akademik seperti nilai ulangan harian maupun ulangan umum, tugas-tugas,
lomba akademik, dan sebagainya. Leng (dalam Putra, 2012) prestasi dalam bidang
akademik menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan keterampilan serta
pengetahuan yang telah dipelajari di sekolah yang diuji melalui hasil ulangan/tes yang
terstandarisasi. Jadi, prestasi belajar adalah hasil dari proses belajar yang ditandai
dengan meningkatnya kemampuan seseorang yang dapat dinyatakan dalam bentuk
nilai atau skor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal (Slavin, 2011). Faktor internal (dalam diri) terdiri dari intelegensi, bakat,
strategi belajar, motivasi, sikap, minat, hargadiri, konisi fisik dan mental. Faktor
eksternal (luar diri) terdiri atas keadaan keluarga, dukungan sosial, saran-prasarana
belajar, lingkungan belajar, kesempatan, serta guru dan cara mengajar (Purwanto,
2010).
Winkel (2007) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan
belajar atau hasil kemampuan siswa dalam kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot
yang dicapainya. Bobot yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai siswa yang dapat
dilihat atau dinyatakan dalam bentuk rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan
predikat keberhasilan.

Motivasi Akademik
Motivasi menurut Schunk, dkk (2012) adalah suatu proses yang dilakukan dan
dipertahankan oleh seseorang yang mengarah pada suatu pencapaian tujuan. Dalam
pencapaian tujuan tersebut biasanya seseorang membentuk sebuah rancangan serta
komitmen. Siegle & McCoach mengatakan motivasi merupakan salah satu faktor
penting dalam proses pembelajaran (Ritonga, 2011). Dalam proses pembelajaran,
motivasi dalam bidang akademik menunjukkan pengaruh yang sangat penting seperti,
strategi yang dipakai, dan jumlah usaha untuk mewujudkan kesuksesan dalam bidang
akademis (Stroud, 2006). Motivasi akademik dapat mempengaruhi apa yang seseorang

27
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

pelajari, kapan seseorang belajar dan bagaimana cara belajar seseorang (Schunk, dkk,
2012). Oleh karena itu, motivasi akademik menjadi salah satu faktor penting dalam
proses pembelajaran. Chaplin (dalam Tjin, 2008) mengatakan siswa yang memiliki
motivasi tinggi akan cenderung mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya dengan baik
untuk mencapai nilai yang terbaik. Karakteristik individu dengan motivasi akademik
antara lain (dalam Morgan, King, Weisz, & Schopler, 1986) memilih tugas yang tingkat
kesulitan menengah, senang akan tugas-tugas yang menantang, sehingga membuat
individu memiliki usaha untuk mencapai tujuan serta memiliki prestasi yang baik.

Siswa SMA
Dalam pendidikan, siswa SMA berada dalam masa remaja dimana siswa tersebut
memiliki tuntutan untuk berprestasi (Widyasari, 2005). Masa remaja berlangsung antara
usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja awal usia 12-15 tahun,
masa remaja pertengahan usia 15-19 tahun, dan masa remaja akhir usia 19-21 tahun
(Monks, Knoers, & Haditono, 2002). Di masa remaja tersebut, terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi remaja untuk bersekolah dan meraih prestasi akademik seperti
pengasuhan orangtua, sosial ekonomi, kualitas lingkungan tempat tinggal, faktor
gender, suku, teman sebaya, kualitas sekolah serta keyakinan terhadap kemampuan
dirinya (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dalam masa tersebut seseorang akan mulai
untuk memikirkan mengenai masa depan yakni pemilihan karier (Sarwono, 2011).

Dinamika penelitian
Prestasi belajar merupakan dasar dari serangkaian proses belajar. Faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar seseorang diantaranya motivasi, kondisi fisik,
intelegensi, lingkungan sekolah, guru, masyarakat, keluarga (orangtua), sarana-
prasarana, kurikulum, dan lain-lain. Salah satu faktor penting dalam prestasi adalah
motivasi karena motivasi mempengaruhi apa, kapan dan bagaimana cara belajar
seseorang. Motivasi merupakan keinginan seseorang untuk melakukan dan mencapai
suatu yang dapat dipengaruhi dari luar maupun dari dalam diri individu. Motivasi
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar didalam dunia
pendidikan/akademik.

28
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Motivasi akademik adalah motif yang dimiliki seseorang dimana seseorang


tersebut akan berusaha serta mengarahkan perilakunya untuk mencapai suatu hasil
yang maksimal menuju keberhasilan akademik atau prestasi belajar. Siswa yang
memiliki motivasi akademik akan menunjukkan minat, perhatian dan semangat dalam
melakukan aktivitas belajar, berusaha untuk berhasil, menekuni tugas dan
menggunakan strategi-strategi belajar yang efektif (Pintrich & Schunk, 2012). Menurut
Lutan (dalam Hartaji, 2009) seseorang dengan motivasi tinggi akan memperlihatkan
bahwa dirinya melakukan usaha yang terbaik dan fokus pada prestasi yang ingin
dicapainya. Motivasi diperlukan untuk belajar, karena hasil belajar akan menjadi optimal
jika seseorang memiliki motivasi yang baik (Sardiman, 2011). Oleh karena itu, motivasi
akademik sangat penting dalam belajar siswa untuk mencapai prestasi yang terbaik.
Komarraju, Karau, & Schmeck (2011) dalam penelitiannya mengenai motivasi
akademik dengan prestasi belajar menujukkan adanya hubungan yang signifikan.
Grabau (2011) mengatakan bahwa motivasi akademik memiliki hubungan yang positif
dengan prestasi belajar. Motivasi yang dimiliki seseorang akan menunjukkan
bagaimana cara seseorang dalam proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi.
Dalam penelitian Turner & Johnson (dalam Purba, 2013) mengatakan bahwa prestasi
belajar dapat meningkat dengan mengembangakan motivasi yang dimiliki oleh
seseorang. Dalam beberapa penelitian juga menunjukkan adanya kontribusi motivasi
dengan prestasi belajar, diantaranya, penelitian Suciati (dalam Wayan, 2008) motivasi
memiliki kontribusi sebesar 36%. Dalam penelitan Wayan (2008), menunjukkan bahwa
sumbangan motivasi sebesar 17%. Menurut Arini (2012) mengatakan bahwa motivasi
memiliki sumbangan sebesar 6,6%.
Namun dari penelitian lain menyebutkan bahwa motivasi hanya memiliki
sumbangan sebesar 23,4% (Widyastuti, 2010) sedangkan intelegensi sebesar 57,4%.
Kemudian pada penelitian Widayanto (2012) juga menunjukkan bahwa fasilitas memiliki
sumbangan yang lebih besar yakni 23% dan motivasi hanya 9,7%.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, menunjukkan adanya variasi kontribusi
yang mempengaruhi prestasi seperti intelegensi, motivasi, fasilitas, peran orangtua,
serta minat. Namun menurut Fyans & Maerh (dalam Nasution, 2011) motivasi lebih
dominan memiliki hubungan dengan prestasi seseorang. Kemudian juga menurut

29
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

McClelland (dalam Khayati, 2012) motivasi untuk mencapai prestasi merupakan


motivasi yang paling penting dalam bidang pendidikan. Hal tersebut dikarenakan
motivasi penting dan diperlukan saat belajar, karena hasil belajar akan menjadi optimal
jika seseorang memiliki motivasi yang baik (Sardiman, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pada penelitian ini ialah ada hubungan
antara motivasi akademik dengan prestasi belajar siswa SMA “X” di Jakarta Barat.

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dimana variabel satu
berhubungan dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2010). Subjek dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat yakni dari kelas X sampai XII. Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 17 Desember-14 Maret 2014 di SMA ‘X’, Jakarta Barat.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dengan
jumlah subyek sebanyak 180 subyek.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dimensi LOMOT (Low
Academic Motivation) dari skala SMALSI dari Stroud & Reynolds untuk variabel
motivasi akademik dan hasil rapor semester ganjil 2012/2013 untuk variabel prestasi
belajar. Skor yang dianalisis pada variabel motivasi akademik ialah skor dimensi
LOMOT; sedangkan pada variabel prestasi belajar, skor yang dianalisis ialah skor total
hasil rapor semester ganjil siswa SMA ‘X’. Hasil rapor ini diperoleh dari data asli ledger
yang disimpan di sekolah. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik studi dokumentasi.
Uji validitas dimensi LOMOT menggunakan validitas konstruk dengan
perhitungan Cronbach’s Alpha dan hasil uji validitas menunjukkan sebanyak 13 aitem
dari 17 aitem yang valid dan dapat digunakan untuk penyebaran data. Pengujian
reliabilitas menggunakan inter-item inconsistency dengan metode perhitungan
Cronbach’s Alpha. Koefisien reliabilitas dimensi LOMOT sebesar 0,817. Prestasi belajar
menggunakan validitas isi berupa validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
tes dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement, dengan tipe validitas
tampang (face validity) yaitu setiap aitem dalam tes konteksnya telah sesuai dengan
tujuan yang disebutkan oleh nama tes dan apabila dilihat dari segi penampilan tes telah
meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur.

30
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Pengukuran validitas dengan expert judgement menyatakan bahwa nilai yang ada
diperoleh dari perhitungan seluruh mata pelajaran yang pernah diambil.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas
dan teknik uji korelasi. Uji normalitas menggunakan Kolomogorov Smirnov Goodness of
Fit, sedangkan uji korelasi menggunakan Pearson Product Moment dengan bantuan
program Statistical Packages for Sosial Science (SPSS). Teknik korelasi ini digunakan
untuk mencari hubungan dan/atau menguji hipotesis hubungan dua variabel bila kedua
variabel tersebut berskala interval atau rasio (Sugiyono, 2010).
Prosedur penelitian, peneliti mendatangi sekolah ‘X’ dan bertemu dengan kepala
sekolah SMA ‘X’. Setelah menyampaikan tujuan bahwa peneliti ingin melaksanakan
penelitian di sekolah ‘X’, respon kepala sekolah sangat baik dan peneliti diizinkan dari
pihak sekolah untuk melakukan penelitian. Peneliti memperbanyak kuisioner sesuai
dengan jumlah keseluruhan siswa SMA yakni sebanyak 180 eksemplar dan
menyiapkan reward bagi siswa SMA. Namun, pengambilan data dilaksanakan pada
tanggal 8 Januari 2014 dikarenakan pada bulan Desember tidak memungkinkan peneliti
dapat melakukan pengambilan data. Pada tanggal 8 Januari 2014 hingga 14 Maret
2014, peneliti melakukan pengambilan data di setiap kelas dari kelas X sampai kelas
XII. Analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.

Hasil Penelitian

Tabel 1 Gambaran subjek penelitian


Kategori Jumlah
Perempuan 93
Jenis Kelamin
Laki-laki 87
15-17 Tahun 122
Usia
18-19 Tahun 58
IPA 35
Jurusan
IPS 76
X 69
Kelas XI 62
XII 49

31
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Hasil Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit terhadap


dimensi LOMOT, menunjukkan taraf signifikasi sebesar 0,073 > 0,05. Berdasarkan hasil
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penyebaran data pada sampel yang diambil
berdistribusi normal.

Tabel 2 Hasil Uji Korelasi


N
Korelasi 180 0,301
Signifikansi 180 0,000

Berdasarkan tabel 2, menunjukkan hasil uji korelasi antara motivasi akademik


dengan prestasi belajar siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat. Hasil uji korelasi menunjukkan
nilai r = 0,301 dengan signifikasi 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi akademik dengan
prestasi belajar siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat. Angka 0,301 menunjukkan bahwa
hubungan antara motivasi akademik dengan prestasi belajar tersebut cukup kuat
(Sarwono, 2012). Sumbangan motivasi akademik terhadap prestasi belajar siswa SMA
‘X’ yakni sebesar 9%.

Diagram 1 Kategorisasi Motivasi Akademik

Berdasarkan diagram 2, kategori rendah berada pada rentang 0-13; kategori


sedang berada pada 14-26; dan kategori tinggi pada rentang 27-39. Dalam penelitian
ini, hasil rata-rata (mean) motivasi akademik siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat sebesar
27,20 dari jumlah subjek sebanyak 180 siswa. Dapat dikatakan bahwa motivasi
akademik siswa SMA ‘X’ berada dalam kategori tinggi yakni dalam rentang 26 – 39. Hal
tersebut berarti bahwa siswa SMA ‘X’ memiliki motivasi akademik dalam taraf tinggi jika
dilihat dari mean dalam kategorisasi yang peneliti tentukan.

32
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Diagram 2 Kategorisasi Prestasi Belajar

Berdasarkan diagram 2, mean yang diperoleh dari variabel prestasi belajar ini
sebesar 1204 dengan jumlah subjek sebanyak 180 siswa. Hal tersebut menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa SMA ‘X’ berada pada tingkat sedang dalam kategori yang
peneliti tentukan.

Tabel 5 Uji beda One Way Anova


Kategori Motivasi Akademik Prestasi Belajar
Jenis Kelamin 0,004 < 0,05 0,032 < 0,05
Usia 0,128 > 0,05 0,000 < 0,05
Jurusan 0,528 > 0,05 0,000 < 0,05
Tingkatan kelas 0,002 < 0,05 0,005 < 0,05

Berdasarkan hasil uji beda One Way Anova yang tertera pada tabel 5 didapatkan
bahwa terdapat perbedaan pada kategori jenis kelamin dan tingkatan kelas dalam
variabel motivasi akademik dan prestasi belajar; dan adanya perbedaan dalam kategori
usia dan jurusan pada variabel prestasi belajar.

Pembahasan
Uji hipotesis tentang hubungan motivasi akademik dengan prestasi belajar pada
siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat mendapatkan hasil r = 0,301 dengan p < 0,05. Dengan
demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
motivasi akademik dengan prestasi belajar siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat. Angka 0,301
menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi akademik dengan prestasi belajar
tersebut cukup kuat (Sarwono, 2012). Sumbangan motivasi akademik terhadap prestasi
belajar siswa SMA ‘X’ sebesar 9%.
Komarraju, Karau, & Schmeck (2011) dalam penelitiannya mengenai motivasi
akademik dengan prestasi belajar menujukkan adanya hubungan yang signifikan.
Grabau (2011) mengatakan bahwa motivasi akademik memiliki hubungan yang positif

33
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

dengan prestasi belajar. Motivasi yang dimiliki seseorang akan menunjukkan


bagaimana cara seseorang dalam proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi.
Menurut Turner & Johnson (dalam Purba, 2013) mengatakan bahwa prestasi belajar
dapat meningkat dengan mengembangakan motivasi yang dimiliki oleh seseorang.
Dalam penelitian Wayan (2008) mengenai motivasi dengan prestasi belajar
menunjukkan hasil ada hubungan sebesar 0,415 (17%). Kemudian penelitian Arini
(2012) juga menyebutkan motivasi memiliki korelasi dengan prestasi sebesar 0,256
(6,6%). Menurut Schunk, dkk (2012) siswa yang memiliki motivasi akademik yang tinggi
cenderung akan mempelajari lebih banyak hal, mencapai prestasi yang lebih tinggi,
menunjukkan minat yang lebih besar, dan berusaha dalam pencapaian pembelajaran
dengan menggunakan strategi pengaturan diri. Siswa yang tidak memiliki motivasi akan
terlihat berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi. Menurut Lutan (dalam Hartaji,
2009) seseorang dengan motivasi akademik tinggi akan memperlihatkan bahwa dirinya
melakukan hal yang baik dan fokus pada prestasi yang ingin dicapainya.
Atkinson (dalam Tosiana, 2012) mengatakan dalam pencapaian prestasi, ada
beberapa hal yang mempengaruhi yakni, dari dalam diri individu (internal) dan dari luar
diri individu (eksternal). Hal-hal yang berasal dari dalam individu terdiri dari motivasi,
kondisi fisik, intelegensi, minat, bakat, sikap, harga diri, dan lainnya. Untuk hal-hal dari
luar diri individu diantaranya lingkungan (sekolah & masyarakat), keluarga, guru,
fasilitas, kurikulum, dan lainnya. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi
belajar yang dicapai oleh siswa SMA ‘X’ tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi
akademik tetapi terdapat faktor lain sebesar 91% yang mempengaruhi prestasi belajar
yakni seperti faktor eksternal maupun faktor internal lain seperti intelegensi, minat,
bakat, kondisi fisik, dan lainnya.
Selain faktor internal yang dimiliki siswa, peran guru, dan kepala sekolah,
hubungan teman sebaya yang akrab serta lingkungan belajar yang sangat menunjang
proses belajar, menjadikan siswa-siswi SMA ‘X’ memiliki motivasi akademik yang tinggi.
Ismunandar (2009) yang mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan seorang guru
BK berperan tidak hanya mengumpulkan data siswa-siswinya namun membantu siswa-
siswi agar mengenal diri, serta membantu mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

34
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Di sekolah SMA ‘X’ memiliki guru BK, di sekolah tersebut para siswa-siswi juga
terlihat memiliki kedekatan dengan guru BK. Guru BK tersebut membantu siswa untuk
memahami potensi yang dimilikinya sehingga siswa mampu mengarahkan serta
mengembangkan diri untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian guru BK di SMA
‘X’ memberikan kontribusi dengan memotivasi siswa sehingga siswa SMA ‘X’ memiliki
motivasi dalam belajar. Berdasarkan wawancara singkat dengan guru BK mengenai
motivasi yang dimiliki siswa-siswi tergolong tinggi, beliau mengatakan “Siswa-siswi
sejak dari kelas X sudah diberikan motivasi oleh guru-guru sejak awal, agar mereka
memiliki target ke depan (kuliah) dan terus dimotivasi hingga akhir. Sehingga siswa-
siswi memiliki motivasi yang baik.” Atkinson (dalam Tosiana, 2012) menyebutkan faktor
eksternal yang mempengaruhi seseorang dalam pencapaian prestasi antara lain
lingkungan (sekolah & masyarakat), keluarga, guru, fasilitas, kurikulum, dan lainnya.
Schunk, dkk (2012) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi yang baik
akan melakukan pengaturan diri untuk mencapai tujuannya. Hal ini dikenal dengan self
regulated learning (pengaturan diri atau regulasi diri). Dalam penelitian Barata (2009)
menunjukkan bahwa regulasi diri memiliki hubungan yang cukup kuat dengan prestasi
belajar (r = 0,473). Penelitian Sangadah (2013) juga mengatakan regulasi diri memiliki
hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar yakni r sebesar 0,689. Hal tersebut
menunjukkan bahwa regulasi diri memiliki sumbangan terhadap prestasi belajar
seseorang. Regulasi diri terjadi dalam proses belajar dimana seseorang yang memiliki
motivasi, melakukan pengaturan diri untuk mencapai tujuan dari proses belajar yakni
prestasi belajar (Schunk, 2012).
Chaplin (dalam Tjin, 2008) mengatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi akan
melakukan usaha untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya dengan baik agar
mencapai nilai yang terbaik. Menurut Atkinson (dalam Schunk, dkk, 2012) individu yang
memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung menyukai tugas-tugas dan
menyelesaikannya dengan baik untuk mencapai prestasi yang terbaik. Individu yang
motivasinya rendah akan cenderung kurang bersemangat mengerjakan tugas untuk
mencapai prestasi serta merasa malu saat mengalami kegagalan.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi akademik siswa SMA ‘X’ di
Jakarta Barat banyak tergolong dalam kategori tinggi berdasarkan dari kategorisasi

35
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

yang telah ditentukan oleh peneliti. Hal tersebut berarti siswa-siswi sudah memiliki
karakteristik individu yang memiliki motivasi tinggi, seperti mampu memilih tugas yang
tingkat kesulitan menengah, senang akan tugas-tugas yang menantang, berusaha
untuk mencapai tujuan serta memiliki prestasi yang baik. Berdasarkan skala LOMOT,
karakteristik tertinggi yang dimiliki siswa SMA ’X’ adalah memiliki prestasi, dimana
individu dengan motivasi yang tinggi cenderung lebih berprestasi dari individu lain,
berhasil lebih baik dalam ujian serta mendapat nilai yang lebih baik di sekolah.
Kemudian siswa SMA ‘X’ juga mengakui senang dengan tugas yang menantang.
Motivasi akademik tinggi dapat disebabkan dari kelompok teman sebaya menurut Sage
& Kindermann (dalam Schunk, 2012), kelompok teman sebaya yang memiliki motivasi
akademis tinggi cenderung akan membuat individu tersebut juga memiliki motivasi yang
tinggi. Selain siswa-siswi SMA ‘X’ memiliki karakteristik motivasi akademik yang tinggi,
siswa SMA ‘X’ juga memiliki kelompok teman sebaya yang cenderung meningkatkan
motivasi akademik yang tinggi.
Hasil analisis tambahan dalam penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara motivasi akademik pada laki-laki dan perempuan. Giddens (dalam
Purba, 2013) mengatakan bahwa perempuan lebih banyak melakukan organisasi
dengan baik dan punya motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Motivasi akademik kelas X, XI dan XII terdapat perbedaan yang signifikan.
Schunk, dkk (2012) menjelaskan bahwa siswa yang semakin naik tingkat akan lebih
rendah motivasinya. Namun berbeda dengan pernyataan dari Schunk, hasil mean
motivasi akademik kelas X, XI dan XII dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelas X
memiliki motivasi yang lebih tinggi, kemudian diikuti oleh kelas XII dan terakhir kelas XI.
Walau motivasi siswa kelas XII lebih rendah daripada kelas X, siswi kelas XII masih
tergolong dalam kategori tinggi (M = 26,80). Solihah (2009) mengatakan bahwa siswa
yang akan menghadapi UN akan memiliki motivasi yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
siswa yang akan menghadapi UN berusaha untuk lulus dan mendapat nilai yang
terbaik.
Berdasarkan wawancara singkat dengan guru BK, beliau mengatakan “kelas X
memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas lain dikarenakan sejak
awal, para guru-guru di sekolah sudah memotivasi siswa-siswi. Hal tersebut dilakukan

36
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

agar siswa-siswi dapat belajar dengan maksimal untuk ke depannya (kuliah).” Oleh
sebab itu, motivasi siswa kelas X tergolong tinggi. Untuk kelas XI yang tergolong dalam
kategori sedang, hal tersebut terjadi karena menurut wawancara dengan guru BK,
“siswa kelas XI mengalami sedikit penurunan, yakni kurang memiliki motivasi saat di
kelas XI dikarenakan siswa-siswi merasa dalam kondisi yang sudah aman yakni telah
berada di jurusan dan tidak menghadapi ujian/ulangan yang berat seperti kelas XII.”
Dalam hasil perhitungan perbedaan motivasi akademik berdasarkan jurusan
antara IPA & IPS menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan F hitung < F tabel (0,401 <
3,95 ;p > 0,05). Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Pusparia & Fakhrurrozi
(2008) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan motivasi antara jurusan IPA & IPS,
hasilnya diperoleh nilai F sebesar 3,940 dengan signifikansi sebesar 0,022 (p < 0,05).
Dalam penelitian ini, prestasi belajar siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat tergolong
dalam kategori sedang. Winkel (2007) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah bukti
keberhasilan belajar atau hasil kemampuan siswa dalam kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya. Bobot yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai siswa
yang dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk rapor, indeks prestasi studi, angka
kelulusan dan predikat keberhasilan (Winkel, 2007). Menurut Suryabrata (2005),
prestasi belajar dapat diukur dengan cara (1) memberikan tugas, (2) memberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran tertentu, (3) memberikan tes, dan (4)
memberikan ulangan. Menurut Papalia, dkk (2009) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi remaja untuk bersekolah dan meraih prestasi akademik seperti
pengasuhan orangtua, sosial ekonomi, kualitas lingkungan tempat tinggal, faktor
gender, suku, teman sebaya, kualitas sekolah serta keyakinan terhadap kemampuan
dirinya. Akan tetapi, dalam penelitian ini prestasi belajar siswa SMA ‘X’ hanya berada di
dalam kategori sedang. Dari wawancara singkat dengan guru BK di SMA ‘X’, “para
siswa-siswi cenderung saat pada semester awal/ganjil, masih beradaptasi dan masih
belum terlihat persaingan antar siswa yang ketat jika dibandingkan dengan semester
genap. Kemudian juga ada konsep pemikiran yang salah bahwa semester awal masih
santai-santai dan nilai dapat diperbaiki di semester dua, sehingga prestasinya tergolong
dalam kategori sedang”.

37
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Hasil perhitungan Uji Beda rata-rata – Uji Varian satu arah (One Way Anova)
prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin menyatakan ada perbedaan yang signifikan.
Mean prestasi belajar pada perempuan (1221) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (1186).
Berdasarkan data hasil rapor, nilai-nilai pelajaran yang tergolong dalam kategori rendah
banyak dimiliki oleh siswa laki-laki, sedangkan nilai tertinggi diraih oleh siswa
perempuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Mitos dan Browne (dalam
Harlambus dan Horlborn, 2004) yang menyatakan bahwa wanita memiliki tingkat
prestasi yang lebih baik dibandingkan pria.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar siswa yang berusia 15 – 17 tahun dengan siswa yang berusia 18 – 19
tahun. Siswa yang berusia 15 – 17 tahun memiliki mean lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang berusia 18 – 19 tahun. Namun, berbeda dengan Wulandari (2005)
yang mengatakan siswa dengan usia 18 – 19 tahun berada pada masa remaja akhir
dimana remaja akan berhadapan dengan tuntutan untuk berprestasi seperti
menghadapi UN dan mulai memikirkan tentang masa depan yang berhubungan dengan
mempersiapkan karier.
Kemudian berdasarkan kelas, terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi
belajar kelas X, XI dan XII. Prestasi belajar X lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
XII, dan XI. Hal tersebut mungkin terjadi menurut guru BK dari hasil wawancara singkat
beliau mengatakan, “para siswa-siswi di kelas X akan melakukan pemilihan jurusan
sehingga siswa-siswi berusaha memiliki prestasi yang baik untuk dapat masuk ke
penjurusan yang diinginkan”. Untuk siswa kelas XII menunjukkan hasil prestasinya yang
lebih rendah daripada kelas X. Kemudian di kelas XI memiliki prestasi yang paling
rendah jika dibandingkan dengan kelas X dan XII. Menurut guru BK SMA ‘X’ dalam
wawancara singkat, “hal tersebut terjadi karena siswa kelas XI mengalami sedikit
penurunan, siswa-siswi merasa dalam kondisi yang sudah aman yakni telah berada di
jurusan dan tidak menghadapi ujian/ulangan yang berat sehingga kurang motivasi
dalam belajar & mengakibatkan prestasi belajarnya juga cenderung lebih rendah dari
kelas lain”.
Hasil perhitungan dalam penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara prestasi belajar jurusan IPA dengan jurusan IPS. Nilai mean jurusan

38
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

IPA lebih tinggi (1163) daripada jurusan IPS (1126). Hal tersebut terjadi dikarenakan
standar minimal ketuntasan antara IPA dan IPS berbeda. Kemudian juga dari hasil
rapor ditemukan bahwa beberapa siswa IPS dari beberapa mata pelajaran, tidak
mencapai standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sedangkan siswa IPA
mencapai standar ketuntasan minimal.
Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa ada hubungan antara
motivasi akademik dengan prestasi belajar siswa SMA ‘X’ di Jakarta Barat. Hasil uji
korelasi menunjukkan r = 0,301 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti
hubungannya cukup kuat antara motivasi akademik dengan prestasi belajar.
Sumbangan motivasi akademik terhadap prestasi belajar siswa SMA ‘X’ sebesar 9%.
Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) peneliti diterima yakni ada hubungan yang
signifikan antara motivasi akademik dengan prestasi belajar siswa SMA ‘X’.
Berdasarkan kekurangan yang dimiliki penelitian ini, peneliti memberikan saran
untuk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan tidak hanya di satu
sekolah tetapi beberapa sekolah sehingga dapat mewakili suatu wilayah dan penelitian
tersebut dapat digeneralisasikan. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan
faktor lain yang berkaitan dengan prestasi belajar seperti faktor eksternal maupun
internal, seperti IQ, minat, bakat, peran guru, peran orangtua, kondisi lingkungan
belajar, dan sebagainya.
Saran lain yang dapat diberikan peneliti kepada beberapa pihak terkait mengenai
hasil penelitian antara lain motivasi akademik siswa harus dipertahankan karena dari
hasil penelitian sudah tergolong ke dalam kategori tinggi. Guru BK serta guru-guru lain
dapat terus memotivasi siswa-siswinya secara konsisten agar mampu mencapai
prestasi yang lebih baik. Prestasi belajar siswa masih tergolong dalam kategori sedang,
sehingga perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru-guru
agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Bagi siswa-siswi kelas XI, guru-
guru dapat memberikan motivasi secara khusus dan kemudian menetapkan target-
target jangka pendek maupun jangka panjang agar mempunyai motivasi dan mencapai
prestasi yang optimal. Sekolah dapat melaksanakan workshop bagi para siswa-
siswinya mengenai self regulated learning dengan tujuan siswa-siswi mampu mengatur

39
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

dirinya untuk menetapkan target dalam proses pembelajaran sehingga siswa-siswi


memiliki motivasi untuk mencapai target tersebut.

Daftar Pustaka

Arini, N. K. S. (2012). Pengaruh tingkat intelegensi dan motivasi terhadap prestasi


akademik siswa kelas II Sma Negeri 99 Jakarta. Disadur dari:
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_1050
4121.pdf

Barata, D. A. P. (2009). Hubungan Self Regulated Learning dan kecerdasan emosi


dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA. (Skripsi, Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang).

Bloom, B. S. (2007). Taxonomy of Educational Objective Cognitiv Domain. Ney York:


David Mc. Kay.

Farkhana, N. (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa


SMP di kecamatan Demak. (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). Disadur
dari http://eprints.undip.ac.id/19898/1/awal.pdf

Grabau, L. (2011). Academic Motivation and Student Development During the


Transition to College. Disadur dari:
http://encompass.eku.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=kjectl

Hartaji, R. D. A. (2009). Motivasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan


pilihan orangtua. Disadur dari
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_1050
4208.pdf

Ismunandar, A. (2009). Peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan


motivasi siswa kelas VIII di SMPMA’Arif Sultan Agung, Seyegan, Sleman,
Yogyakarta. (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta).
Disadur dari http://digilib.uin-suka.ac.id/2884/1/BAB%20I,IV.pdf

Khayati, L. N. (2012). Hubungan keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan motivasi


pada siswa MTS Wanthaniyah Isalmiyah Kebumen. (Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta). Disadur dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/7868/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Komarraju, M., Karau, S. J., & Schemeck, R. R. (2009). Role of the Big Five personality
traits in predicting college students' academic motivation and achievement.
(Abstrak). Disadur dari http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S10416080

40
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Monks, F. J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S. R. (2002) Psikologi perkembangan:


Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Morgan, C.T., King, R.A., Weisz, J. R., & Schopler, J. (1986). Introduction to psychology
(7th ed.). Singapore; McGraw-Hill, Inc.

Muryono. (2002). “Pengaruh persepsi siswa tentang tugas guru terhadap prestasi
belajar bidang matematika”. Anima, Indonesia Psychological Jurnal, 15(3): 246-256.

Nasution, R. A. (2011). Hubungan motivasi berprestasi dan gaya belajar dengan


prestasi belajar mahasiwa program profesi di fakultas keperawatan Universitas
Sumatera Utara (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Sumatera Utara (USU),
Medan. Disadur dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24190

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Psikologi perkembangan (Ed. 10).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Putra, B. S. (2012). Hubungan konsep diri dengan prestasi akademik siswa kelas I dan
II SMA Santo Lukas Penginjil I Jakarta. (Skripsi, Binus University, Jakarta).

Purba, N. S. P. (2013). Gambaran motivasi akademik siswa SMA di Kalimantan Barat.


(Skripsi tidak dipublikasi). Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta.

Purwanto, M. N. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosda.


Pusparia, D., & Fakhrurrozi, M. (2008). Perbedaan motivasi pada siswa SMA
berdasarkan penjurusan program studi IPA, IPS dan Bahasa. (Skripsi, Universitas
Gunadarma). Disadur dari
http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_10503047-skripsi_fpsi.pdf

Rangking Kelulusan Ujian Nasional SMA/MA/SMK Tahun Pelajaran 2012/2013


Berdasarkan Jumlah Nilai. (Mei 24, 2013). Disadur dari:
http://www.disdikdki.info/ranking-kelulusan-ujian-nasional-smama-tahun-pelajaran-
20122013-berdasarkan-jumlah-nilai/

Ritonga, T. R. (2011). Pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap
kejadian underachievement di fakultas keperawatan USU Medan. (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Medan). Disadur dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27560/4/Chapter%20II.pdf

Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Sarwono, S. W. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Press.

Sarwono, J. (2012). Metode riset skripsi pendekatan kuantitatif: Menggunakan prosedur


SPSS: Tuntutan praktis dalam menyusun skripsi. Jakarta: Penerbit PT Elek Media.

41
Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2012). Motivasi dalam pendidikan: Teori,
penelitian dan aplikasi (3th ed.). Jakarta : PT. Indeks.

Slavin, R. E. (2011). Educational psychology. Boston: Allyn & Bacon.

Solihah, M. (2009). Hubungan Ujian Nasional (UN) dengan motivasi belajar siswa di
SMA Negeri 02 Batu. (Skripsi tidak dipublikasi). Universitas Islam Negeri, Malang.

Stroud, K. (2006). Development of the school motivation and learning strategies


inventory (disertasi). Universitas A & M, Texas.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suryabrata, S. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syah, M. (2008). Psikologi belajar (ed.5). Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Tjin, M. (2008). Gambaran tingkat intelegensi, kepribadian, minat dan motivasi


berprestasi mahasiswa fakultas psikologi Ukrida angkatan 2006. (Skripsi yang tidak
dipublikasi, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta).

Toshiana, A. M. (2012). Hubungan persepsi mahasiswa antara cara mengajar dosen


dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan pendidikan bahasa daerah fakultas
bahasa & seni. (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta). Disadur dari
http://eprints.uny.ac.id/8153/

Wayan, I. D. (2008). “Hubungan antara konsep diri, motivasi dan perhatian orangtua
dengan hasil belajar sosiologi pada siswa kelas II Sekolah menengah atas
unggulan di kota Amlapura”. Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA.
Widayanto, A. (2012). “Pengaruh Motivasi, Inteligensi Quotient, Dan Fasilitas Belajar
Terhadap Prestasi Olimpiade Sains Di Sma Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran
2011/2012”. Disadur dari: http://eprints.uny.ac.id/7552/1/P%20-%2026.pdf

Widyasari, M. (2005). “Pengaruh penggunaan metode pembelajaran dan teknik


motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa SMA”. Universitas Indonesia,
Depok.

Widyastuti, R. (2010). Hubungan motivasi dan hasil tes intelegensi dengan prestasi
belajar. (Tesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta).

Winkel,W.S. (2007). Psikologi Pengajaran. Jakarta.:Grasindo

Wulandari, A. (2005). “Gambaran motivasi pada siswa kelas 5 dan 6 di sekolah alam
cikeas”. Disadur dari thesis.binus.ac.id/Doc/.../2012-1-00916.

42

Anda mungkin juga menyukai