Latar Belakang: Penetapan sistem nilai tukar riil di perekonomian Asia yaitu
Jepang, Korea, dan Hong Kong memiliki sistem yang berbeda-beda. Perekonomian
ini mengadopsi rezim nilai tukar yang berbeda dan keterbukaan perdagangan tidak
sama. Jepang dan Korea mengadopsi secara independen floating rezim yang nilai
tukarnya ditentukan oleh pasar dan dari Intervensi pasar valuta asing resmi
ditujukan untuk memoderasi tingkat perubahan dan bukan untuk menetapkan level.
Hong Kong sebagian besar mengadopsi pengaturan dewan mata uang, yang
merupakan komitmen legislatif eksplisit untuk menukar mata uang domestik
dengan mata uang asing tertentu ( Fischer, 2008 ). Jepang menerapkan sistem
ekonomi yang relatif tertutup. Korea dan Hong Kong menetapkan sistem ekonomi
yang relatif terbuka.
Riview Literatur: Artikel ini mengkaji tentang penetapan sistem nilai tukar riil di
perekonomian Asia yakni Jepang, Korea dan Hongkong. Balassa & Samuelson
(1964) berpendapat bahwa peningkatan selisih produktivitas barang yang
diperdagangkan ke barang non-perdagangan akan menyebabkan apresiasi nilai
tukar riil. Miyakoshi (2003) mengkaji penentuan nilai tukar riil antara Jepang
dengan negara-negara Asia Timur yaitu Korea, Malaysia, Indonesia, dan Filipina.
Perbedaan produktivitas ternyata lebih penting dalam nilai tukar riil Indonesia dan
Filipina terhadap yen Jepang, sedangkan perbedaan suku bunga riil ditemukan
lebih penting dalam nilai tukar riil Korea, Malaysia, dan Indonesia terhadap yen
Jepang. Umumnya, selisih produktivitas dan selisih suku bunga riil harus
dipertimbangkan saat mengestimasi nilai tukar riil. Sebaliknya, Wang dan Dunne
(2003) menyelidiki dinamika nilai tukar riil di Asia Timur, yaitu Jepang, Korea,
Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Hasil dekomposisi varians
umum menunjukkan bahwa dasar-dasar seperti perbedaan produktivitas
menjelaskan beberapa tetapi tidak semua variasi nilai tukar riil dan faktor-faktor
yang berbeda memiliki derajat kepentingan yang berbeda untuk setiap nilai tukar
riil.
Data & Metode: Penelitian ini menggunakan uji berbasis sisa untuk kointegrasi
dengan data detrended GLS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni
dengan metode kointegrasi dan metode kointegrasi SL. Pertama data didetrensi
menggunakan GLS dari ERS dan kemudian dilakukan uji berbasis residual EG
untuk kointegrasi. Dalam Tahap pertama, estimator Ordinary Least Squares (OLS)
digunakan untuk mengestimasi model.
Saran dan Kebijakan: Tidak ada saran kebijakan khusus dalam membahas jurnal
ini. Yang terpenting dalam jurnal ini adalah bahwa nilai tukar riil dan terms of trade
dapat ditentukan bersama. Diferensial produktivitas, syarat perdagangan, harga
minyak riil, dan perbedaan cadangan terbukti penting dalam penentuan nilai tukar
riil dalam jangka panjang. Namun, pengaruh signifikan dari variabel-variabel
tersebut terhadap penentuan nilai tukar riil berbeda antar negara.