Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan

ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

HUBUNGAN KECEMASAN KARIR TERHADAP KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS MAHASISWA TINGKAT AKHIR
THE RELATIONSHIP BETWEEN CAREER ANXIETY AND PSYCHOLOGICAL WELL-BEING
AMONG FINAL-YEAR UNIVERSITY STUDENTS

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2


Universitas Airlangga
Email: frischafm@gmail.com

ABSTRAK
Masalah kecemasan karir kerap kali dirasakan mahasiswa tingkat akhir. Dalam hal ini, mulai bermunculan
amanat tanggung jawab baru yang mengharuskan untuk berpikir dan bersiap ke tahapan persiapan
membangun karir. Hal ini menimbulkan permasalahan kecemasan karir jika tidak diimbangi dengan
persiapan karir yang matang. Timbulnya kecemasan karir ini dimungkinkan memiliki hubungan dengan
keenam dimensi kesejahteraan psikologis sebagai gambaran aspek kesehatan mental. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecemasan karir dan kesejahteraan psikologis
mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif korelasional dengan metode data survei yang disebarkan secara online. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 136 orang dengan rentang usia 21-25 tahun. Alat ukur yang digunakan
menggunakan Career Anxiety Scale dan Psychological Well-Being Scale adaptasi Bahasa Indonesia. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara kecemasan karir dengan
keenam dimensi kesejahteraan psikologis dengan kekuatan hubungan cukup kuat sampai kuat, yakni
kecemasan karir dan autonomy (ρ = -0,400**), kecemasan karir dan environmental mastery (r = -0,538**),
kecemasan karir dan personal growth (r = -0,345), kecemasan karir dan positive relationship with others
(ρ = -0,375**), kecemasan karir dan purpose in life (r = -0,327**) dan kecemasan karir dan self-acceptance
(r = -0,322**).
Kata Kunci: kecemasan karir, kesejahteraan psikologis, mahasiswa tingkat akhir

ABSTRACT
Final-Year university students often experience career anxiety. In this regard, new responsibilities emerge,
requiring them to think and prepare for the stages of career development. This raises issues of career
anxiety if not accompanied by adequate career preparation. The emergence of career anxiety may be
related to the six dimensions of psychological well-being, which depict aspects of mental health. This study
aims to determine the relationship between career anxiety and psychological well-being among final-year
students at the Faculty of Psychology, Airlangga University. This research adopts a quantitative
correlational approach using an online survey method for data collection. The respondents in this study
consisted of 136 individuals aged between 21 and 25 years old. The measurement tools utilized were the
Career Anxiety Scale and Psychological Well-Being Scale, which are adapted in Bahasa Indonesia. The
data analysis results indicate a significant negative relationship between career anxiety and the six
dimensions of psychological well-being, with moderate to strong effect sizes. Specifically, career anxiety is
negatively correlated with autonomy (ρ = -0.400**), environmental mastery (r = -0.538**), personal
growth (r = -0.345), positive relationship with others (ρ = -0.375**), purpose in life (r = -0.327**), and
self-acceptance (r = -0.322**).
Keywords: career anxiety, psychological well-being, final-year students

PENDAHULUAN jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas


Mahasiswa merupakan individu yang akademik yang ditetapkan, guna mencapai
sedang menempuh pendidikan di perguruan kompetensi lulusan yang diharapkan (Saputra,
tinggi, dimana tugas seorang mahasiswa 2020). Tugas-tugas akademik yang dimaksud
adalah memiliki kemandirian dan tanggung adalah penyelesaian dan pencapaian studi

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 23
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

tepat waktu, penyelesaian tugas kuliah, tindakannya sendiri (autonomy) (Ryff &
praktikum, dan skripsi yang akan ditempuh Keyes, 1995). Kesejahteraan psikologis
mahasiswa tingkat akhir sebagai syarat mengikutsertakan berbagai aspek kehidupan,
kelulusan kuliah (Saputra, 2020). Di sisi lain, salah satunya adalah aspek akademik,
mahasiswa tingkat akhir tidak hanya kesiapan karir, dan pekerjaan yang dirasakan
memikirkan tentang skripsi sebagai syarat secara langsung oleh mahasiswa tingkat akhir
kelulusan akademiknya, namun ia juga (Prasetyo, 2020).
memikirkan karir yang akan ia tempuh segera Mahasiswa tingkat akhir merupakan
setelah lulus masa studinya (Baiti et al., 2018). individu yang berada pada masa emerging
Hal yang menjadi kendala adalah tidak adulthood, dimana karakteristik utama yang
semua mahasiswa tingkat akhir mampu terlihat ditandai dengan ketidakstabilan,
menghadapi skripsi sekaligus mempersiapkan optimisme, kebebasan, fokus diri, dan
karir yang diinginkan secara matang. Hal ini ekspektasi yang tinggi (Arnett, 2014).
dibuktikan dengan beberapa penelitian Berkenaan dengan rentang usia emerging
terdahulu yang mengungkapkan bahwa adulthood, umumnya mahasiswa tingkat akhir
mahasiswa tingkat akhir rentan mengalami berada pada rentang usia 21 - 25 tahun (Super,
kecemasan bahkan sampai pada gangguan 1980, dalam Tsai et al., 2017). Pada usia ini,
depresi karena harus berhadapan pada realita mahasiswa mulai memasuki tahapan
penyesuaian transisi akademik dan karir implementation, dimana menurut teori
(Pisarik et al., 2017; Saputra, 2020). Pikiran perkembangan karir (career development
masa depan akan karir yang belum pasti dapat theory), pada tahapan ini mahasiswa berupaya
menimbulkan emosi negatif dan mengembangkan komitmen awal terkait karir,
meningkatkan terjadinya kondisi depresi dan mulai memilih pekerjaan yang diinginkan,
kecemasan, termasuk kecemasan karir yang dan berupaya mengembangkan harapan
beresiko negatif terhadap kesejahteraan karirnya dengan mengukuti pembelajaran dan
psikologis/psychological well-being (Rahimi pelatihan (Super, 1980, dalam Tsai et al.,
et al., 2022). 2017).
Mengacu pada kajian psikologi positif, Sesuai dengan transisi dan tugas
terdapat istilah psychological well-being perkembangannya, usia emerging adulthood
untuk mengetahui sejauh mana tingkat mulai dihadapkan pada situasi peralihan dari
kesejahteraan psikologis individu. masa menempuh pendidikan di perguruan
Psychological well-being atau kesejahteraan tinggi ke masa mencari pekerjaan dan
psikologis merupakan keadaan dimana membangun karir (Keane et al., 2021;
individu tidak hanya terbebas dari tekanan Konstam et al., 2015). Berkaitan dengan ciri
atau masalah mental saja, namun juga mahasiswa sebagai emerging adulthood,
memiliki kemampuan menerima dirinya saat mahasiswa juga turut memiliki ekspektasi
ini dan masa lalunya (self-acceptance), mengenai pekerjaan yang diinginkannya
perkembangan diri (personal growth), tujuan (Arnett & Fishel, 2013, dalam Konstam et al.,
dan arah hidup (purpose in life), hubungan 2015). Pada dasarnya, keinginan untuk
positif dengan orang lain (positive memenuhi ekspektasi tersebut bukanlah
relationship with others), penguasaan sesuatu yang buruk. Beberapa penelitian yang
lingkungan (environmental mastery), dan dilakukan sebelumnya justru menunjukkan
kemampuan untuk membuat keputusan dan memiliki ekspektasi karir dapat meningkatkan

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 24


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

motivasi dan ambisi untuk mencapai karir penurunan kesejahteraan (well-being)


yang diinginkan (Kim et al., 2023). Namun, (Luthans & Broad, 2022; Rahmadani &
disisi lain ekspektasi yang terlalu tinggi, kaku, Sahrani, 2021). Meskipun demikian, dampak
dan tidak adanya eksplorasi karir dengan pandemi COVID-19 juga tidak selamanya
matang, kepercayaan diri yang rendah, dan berpengaruh buruk. Penelitian yang dilakukan
ketidakseimbangan kemampuan sumber daya oleh Teng et al. (2022) mengungkapkan
yang dimiliki dapat mengarahkan individu bahwa adanya pandemi COVID-19
pada permasalahan kesehatan dan menyebabkan banyaknya peluang terbuka
kesejahteraan mental seperti gangguan pada pekerjaan full-time maupun internship
kecemasan, depresi, dan permasalahan yang menggunakan sistem remote (work from
gangguan klinis lainnya yang mempengaruhi home/work from anywhere) yang dapat
produktivitas dan kualitas kesehatan dan dijadikan peluang besar bagi mahasiswa
kesejahteraan psikologis (Rief & Anna tingkat akhir dalam meningkatkatkan
Glombiewski, 2017). kemampuan dan kesiapannya pada ranah karir
Realita transisi dari dunia pendidikan ke professional.
ranah karir yang akan dilewati mahasiswa Tren remote working didukung dengan
tingkat akhir dapat mempengaruhi kualitas semakin meningkatnya penggunaan aktivitas
kesejahteraan mental dan psikologisnya LinkedIn oleh mahasiswa. LinkedIn
(psychological well-being (Darwish et al., merupakan platform media sosial yang
2021). Hal ini didukung dengan penelitian berguna untuk membangun hubungan
Witte (1999) yang membuktikan bahwa rasa professional (Sharone, 2017). LinkedIn
cemas terhadap karir masa depan dapat memungkinkan pengguna untuk membuat
menyebabkan job insecurities, penurunan profil pribadi yang mirip dengan daftar
pada aspek kesejahteraan psikologis riwayat hidup dalam ranah pekerjaan
(psychological well-being), job satisfaction, (Sharone, 2017). Hal ini dapat dijadikan
dan dapat meningkatkan resiko psikosomatis kesempatan untuk membangun personal
dan physical somatics. Mendukung branding mahasiswa tingkat akhir dalam
pernyataan Witte (1999), Keane et al. (2021) meningkatkan peluang karirnya (Teng et al.,
dan Cheung et al. (2014) turut menyatakan 2022; Zhao, 2021). Adanya peningkatan
bahwa nyatanya transisi dari dunia pendidikan aktivitas LinkedIn yang memperlihatkan
ke dunia karir merupakan fenomena yang pengalaman, skills, dan pencapaian seseorang
banyak menimbulkan kecemasan dan secara gamblang nyatanya dapat memicu
ancaman yang mengancam kesejahteraan kecemasan karir oleh kalangan tingkat akhir
psikologis bagi pada mahasiswa tingkat akhir. sebagaimana yang disebutkan Pisarik et al.
Tak hanya pengaruh transisi dunia (2017) terkait kekhawatiran eksistensial,
pendidikan ke dunia karir saja, masa tekanan, kurangnya bimbingan karir, distorsi
kehidupan saat ini yang masuk pada era kognitif, perbandingan sosial, dan
VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, ketidakpastian ekonomi/pekerjaan.
Ambiguous), yang salah satu contohnya Masalah kecemasan karir yang
adalah pandemi COVID-19, juga turut dirasakan mahasiswa tingkat akhir ini dapat
berkontribusi pada pertumbuhan kecemasan menjadi sorotan kajian psikologis yang erat
karir, peningkatan mental illness, dan kaitannya dengan kesehatan mental dengan

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 25
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

bahasan seputar kecemasan dan kesejahteraan berkemungkinan besar membuatnya tidak


psikologis. Sejalan dengan hal ini, Szymanski memiliki penerimaan diri yang baik, sehingga
(2001, dalam Strauser et al., 2008) turut yang terjadi adalah penurunan produktivitas
memberikan bukti bahwa kesejahteraan atas penguasaan lingkungan karena negative
psikologis (psychological well-being) feelings, yakni kecemasan yang masih dalam
memiliki hubungan langsung pada bidang dirinya (Pisarik et al., 2017).
keputusan dan pengembangan karir, dimana Tsai et al. (2017) menggambarkan
keputusan dan pengembangan karir yang kecemasan karir sebagai individu yang sering
efektif melibatkan proses kognitif dan emosi merasa kesulitan, bimbang, dan ragu dalam
yang mengharuskan individu untuk membuat keputusan karir masa depannya,
menggunakan berbagai sumber daya pribadi karenanya ia merasa cemas dan gagal karena
dan psikologisnya. Namun, ketika proses ia tidak dapat mengambil keputusan karir
kognitif, emosi, dan sumber daya mahasiswa lebih lanjut. Menurut Tsai et al. (2017), tidak
sebagai individu itu tidak sebanding dengan adanya eksplorasi karir yang berkaitan dengan
pekerjaan yang diinginkannya, mahasiswa pemahaman yang jelas akan pekerjaan yang
tersebut cenderung merasa tertekan, cemas diinginkan serta ditambah dengan
akan karir masa depannya, bahkan ketidakpercayaan diri, dan keraguan
membangkitkan berbagai emosi negatif yang kemampuan pribadi yang tidak sesuai dengan
dapat mengakibatkan beberapa jenis perilaku pekerjaan yang diinginkan dapat beresiko
disfungsional terkait karir, seperti masalah menimbulkan kecemasan karir pada
perfeksionisme, harga diri, dan penurunan mahasiswa.
kepuasan hidup dan kesejahteraan psikologis Pada hakikatnya, kecemasan
(Ambarwati et al., 2019; Sampson, Perterson, merupakan respon natural dan wajar yang
Lenz, Reardon, & Saunders, 1996, dalam muncul pada situasi stressful seperti
Strauser et al., 2008). memikirkan karir masa depan yang masih
Keadaan psychological well-being yang belum pasti (Pisarik et al., 2017). Namun,
baik akan mengantarkan mahasiswa tingkat keadaan kecemasan karir yang
akhir yang sedang mengalami kecemasan berkepanjangan dapat memberikan dampak
karir pada tujuan pribadinya, pemaksimalan buruk pada kondisi mental, kesejahteraan
potensi-potensi yang dimilikinya, psikologis, masalah komunikasi, dan
pengembangan pemaknaan hidup yang lebih ketakutan untuk mengambil tantangan baru
bermakna, kemampuan menjalin hubungan (Pisarik et al., 2017; Santo & Alfian, 2021).
baik dengan orang lain, berhasil mengelola Damapk negative tersebut juga dapat
tuntutan dan peluang lingkungan dengan baik, mengarahkan pada permasalahan lain berupa
meningkatkan pengarahaan diri sendiri yang kesulitan menemukan tujuan hdiup dan
lebih mandiri (otonom), serta menumbuhkan pertumbuhan pribadi yang
mengembangkan harga diri yang positif (Ryff mana hal tersebut merupakan aspek krusial
& Singer, 1996; Strauser et al., 2008). dalam indikator kesejahteraan psikologis
Sayangnya, kondisi sejahtera secara (Peterson et al., 2011; Safitri, 2017). Idealnya,
psikologis tidak benar-benar dirasakan semua kondisi psychological well-being yang baik
individu, termasuk pada mahasiswa tingkat sangat penting dimiliki oleh mahasiswa
akhir. Kondisi kecemasan akan ketidakpastian tingkat akhir agar dapat meregulasi pikiran
karir masa depan yang dirasakan justru dan tingkah lakunya untuk lebih adaptif dan

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 26


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

positif agar mampu melakukan tugas Berdasarkan uraian yang telah


perkembangannya dengan baik meskipun dipaparkan, dapat ditunjukkan bahwa kondisi
dihadapkan pada situasi yang mengancam kualitas psychological well-being pada
(Peterson et al., 2011; Safitri, 2017) mahasiswa tingkat akhir dapat dipengaruhi
Masalah kecemasan karir yang dapat oleh kecemasannya dalam menghadapi dunia
mengganggu kualitas kesejahteraan kerja. Sayangnya, kebanyakan penelitian yang
psikologis dirasa dapat mengancam ada meneliti variabel ini pada lulusan
mahasiswa tingkat akhir, termasuk pada sarjana/fresh graduate dan belum ada yang
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas meneliti khususnya pada mahasiswa tingkat
Airlangga (Nugroho, 2021). Hal ini akhir di Fakultas Psikologi Universitas
didasarkan dari riset tracer study yang Airlangga. Oleh karena itu, peneliti tertarik
dilakukan oleh Pusat Pengembangan Karir untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan
dan Kewirausahaan dan Hubungan Alumni kecemasan karir terhadap kesejahteraan
(PPKKHA) Universitas Airlangga pada tahun psikologi pada mahasiswa tingkat akhir di
2018, 2019, dan 2020 menunjukkan bahwa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
alumni Fakultas Psikologi memiliki masa yang akan menghadapi dunia kerja.
tunggu kerja lebih lama dari rata-rata 14
Fakultas di Universitas Airlangga. Hal ini TINJAUAN PUSTAKA
didasarkan dari riset tracer study yang Mahasiswa Tingkat Akhir
dilakukan PPKKHA Universitas Airlangga Nugroho (2021) menjelaskan bahwa
pada tahun 2018, 2019, dan 2020 mahasiswa tingkat akhir didefinisikan sebagai
menunjukkan bahwa alumni Fakultas mahasiswa yang sudah melewati enam
Psikologi memiliki masa tunggu kerja lebih semester, sudah boleh mengambil Kuliah
lama dari rata-rata 13 Fakultas di Universitas Kerja Nyata (KKN) dan tugas akhir atau
Airlangga. Data tracer study pada tahun 2018, skripsi. Umumnya, mahasiswa tingkat akhir
2019, dan 2020 menunjukkan bahwa Fakultas berada dalam rentang usia 21 - 25 tahun
Psikologi berturut-turut beradapa pada (Stead & Watson, 2006, dalam Zulfahmi &
peringkat kedua dengan masa tunggu terlama Andriany, 2021); Super, 1980 dalam Tsai et
dibandingkan 13 Fakultas di Universitas al., 2017). Ditinjau dari segi usia, mahasiswa
Airlangga (Nugroho, 2021). Penurunan tingkat akhir merupakan individu yang masuk
drastis terjadi pada tahun 2019, dimana masa dalam kelompok emerging adulthood yang
tunggu rata-rata pekerjaan pertama menginjak karakteristik utamanya ditandai dengan
sampai 8,5 bulan setelah lulus dibandingkan ketidakstabilan, optimisme, kebebasan, fokus
rata-rata universitas yang membutuhkan diri, dan ekspektasi yang tinggi (Arnett,
waktu 4,79 bulan (Nugroho, 2021). Hal ini 2014).
menunjukkan masih kurangnya daya serap
bagi lulusan Fakultas Psikologi Airlangga di Kesejahteraan Psikologis
dunia kerja sehingga membutuhkan waktu Ryff & Keyes (1995) mendefinisikan
lebih lama bagi lulusan Fakultas Psikologi Kesejahteraan Psikologis (Psychological
Universitas Airlangga untuk mendapatkan Well–Being) sebagai keadaan dimana individu
pekerjaannya (Nugroho, 2021). tidak hanya memiliki kebebasan atau tekanan
dari gangguan mental saja, namun juga

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 27
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

keseimbangan yang tepat dari pengaruh menggunakan secara efektif kesempatan


positif dan negatif dari lingkungan, kepuasan dalam lingkungan, serta mampu memilih
hidup secara keseluruhan, serta keadaaan dan menciptakan konteks yang sesuai
mental yang dianggap sehat untuk dapat dengan kebutuhan dan nilai individu itu
berfungsi secara maksimal. sendiri.
Ryff & Keyes (1995) menyebutkan (5) Purpose in Life: Kesehatan mental
bahwa terdapat enam dimensi yang didefinisikan mencakup kepercayaan‐
mempengaruhi kesejahteran psikologis kepercayaan yang memberikan individu
seseorang, yakni: suatu perasaan bahwa hidup ini memiliki
(1) Self-Acceptance: Penerimaan diri tujuan dan makna. Individu yang
didefinisikan sebagai kunci karakteristik berfungsi secara positif memiliki tujuan,
dari kesehatan mental, realisasi diri, misi, dan arah yang membuatnya merasa
fungsi optimal dan kedewasaan. Individu hidup ini memiliki makna.
dengan tingkat penerimaan diri yang baik (6) Personal Growth): Merupakan perasaan
dapat dilihat melalui kemampuan mampu dalam melalui tahap‐tahap
evaluatif positifnya dalam menerima diri perkembangan, terbuka pada pengalaman
secara utuh baik masa kini maupun masa baru, menyadari potensi yang ada dalam
lalu. dirinya, melakukan perbaikan dalam
(2) Positive Relationship with Others: hidupnya setiap waktu.
Kemampuan menjalin hubungan yang Keenam dimensi dalam kesejahteraan
hangat, memuaskan, dan saling percaya psikologis ini memperluas pandangan
dengan orang lain melalui penumbuhan psychological well-being di luar konstruksi
empati dan keintiman. Individu yang kebahagiaan hedonis yang bersifat sementara.
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
yang tinggi mampu membentuk Kecemasan
hubungan positif dengan orang lain Goodstein (1995, dalam Tsai et al.,
dengan bersikap hangat dan percaya 2017) menyebutkan bahwa kecemasan
dalam berhubungan dengan orang lain, merupakan respon emosi dan perilaku yang
memiliki empati, afeksi, dan keintiman distimulasi oleh lingkungan atau suatu
yang kuat, serta memahami pemberian keadaan tertentu.
dan penerimaan dalam suatu hubungan.
(3) Autonomy: Merupakan kemampuan Kecemasan Karir
individu dalam mengambil keputusan Tsai et al. (2017) menggambarkan
sendiri dan mandiri, mampu melawan kecemasan karir sebagai individu yang sering
tekanan sosial untuk berpikir dan merasa kesulitan, bimbang, dan ragu dalam
bersikap dengan cara yang benar, membuat keputusan karir masa depannya,
berperilaku sesuai dengan standar nilai karenanya ia merasa cemas dan gagal karena
individu itu sendiri, dan mengevaluasi ia tidak dapat mengambil keputusan karir
diri sendiri dengan standar personal. lebih lanjut.
(4) Environmental Mastery: Mampu dan Tsai et al. (2017) mendasari teori
berkompetensi mengatur lingkungan, kecemasan karirnya dari teori kecemasan
menyusun kontrol yang kompleks Goodstein (1995, dalam Tsai et al. (2017) dan
terhadap aktivitas eksternal, mengembangkan alat ukur kecemasan karir

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 28


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

dari 4 dimensi berdasarkan Chen (2005, berencana segera berkarir setelah lulus kuliah.
dalam Tsai et al., 2017), yakni: Untuk menghitung. estimasi sample size,
(1) Personal Ability: Kapasitas individu peneliti merujuk pada (Şeker, 2020) untuk
dalam mendapatkan keterampilan mendapatkan nilai r sebagai pengganti ukuran
tertentu yang digunakan untuk effect size. Selanjutnya, G*Power akan
melakukan kegiatan khusus mencakup menggunkaan nilai r untuk menghitung
kemampuan dasar yang harus dimiliki ukuran sampel minimal yang dibutuhkan
seorang calon karyawan seperti dalam desain penelitian. Berdasarkan Şeker,
keterampilan bahasa asing, keterampilan G. (2020), peneliti menggunakan G*power
operasional komputer, keterampilan dengan effect size (ρ) = 0.36, α = 0.05, test
kepemimpinan, serta kemampuan bekerja power P = 0.95 dan didapatkan hasil minimum
dengan orang lain. sample size N=90.
(2) Irrational Beliefs About Employment:
Pikiran-pikiran tidak logis yang diyakini Pengukuran
seseorang dan terjadi secara terus Peneliti melakukan pengukuran untuk
menerus mengenai pekerjaan yang akan mengumpulkan data dengan memberikan
dihadapi. Keyakinan irasional pada skala Psychological Well-Being (Ryff &
pekerjaan mengacu pada kesulitan yang Keyes, 1995) versi adaptasi Bahasa Indonesia
mungkin akan dihadapi seorang lulusan yang diadaptasi dari penelitian Rachmayani &
universitas saat mereka masuk ke dunia Ramdhani (2014) untuk mengukur tingkat
kerja. Kesejahteraan Psikologis mahasiswa tingkat
(3) Professional Education Training: akhir. Skala Psychological Well-Being terdiri
Pengetahuan profesional bersifat praktis dari 6 aspek yang diungkap, yaitu:
mengenai keterampilan profesional serta penerimaan diri, hubungan positif dengan
memahami harapan karir secara realistis. orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan,
Aspek ini meliputi kekhawatiran tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Skala
mengenai keahlian yang dimiliki, Psychological Well-Being diujikan reliabilitas
pekerjaan yang sesuai minat dan bakat, dan validitasnya pada sampel mahasiswa yang
penerapan dari yang telah dipelajari, serta menghasilkan total 48 aitem dari 86 aitem
keterampilan profesional yang dimiliki. dengan indeks reliabilitas antara 0,484 – 0,743
(4) Employment environment: Kekhawatiran per dimensinya dengan keseluruhan
individu akan minimnya informasi terkait reliabilitas skala dengan Cornbach’s Alpha
pekerjaan, seperti kondisi ekonomi, sebesar 0,912. Selanjutnya, validitas skala
pendapatan, maupun dinamika Psychological Well-Being memiliki korelasi
ketenagakerjaan yang tidak sesuai dengan aitem berkisar antara 0,304 – 0,580.
ekspektasi. Selain itu, dilakukan juga pengumpulan
data dengan memberikan skala Career
METODE Anxiety Scale (Tsai et al., 2017) versi adaptasi
Subjek Bahasa Indonesia yang diadaptasi dari
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa penelitian Zulfahmi & Andriany (2021) yang
tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas mengukur kondisi kecemasan karir
Airlangga yang berusia 21 – 25 tahun dan mahasiswa tingkat akhir. Career Anxiety

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 29
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

Scale terdiri dari 4 aspek yang diungkap, teknik Chi Square dengan bantuan SPSS versi
yakni: kemampuan pribadi, keyakinan 25,0. Berdasarkan hasil pengujian uji beda
irasional tentang pekerjaan, lingkungan kerja, Chi Square, ditemukan hasil bahwa tidak ada
serta pelatihan pendidikan profesional. Skala perbedaan yang signifikan antara jenis
Career Anxiety dilakukan uji reliabilitas dan kelamin dengan kecemasan karir (χ²(2) =
validitasnya pada sampel mahasiswa yang 1.273, p = 0,529, V = 0,097), usia dengan
menghasilkan total 25 aitem dengan indeks kecemasan karir (χ²(8) = 11,230, p = 0,189, V
reliabililtas Cronbach’s Alpha sebesar 0,91 = 0,287), dan tahun angkatan dengan
dengan validitas konstruk 0,54 – 0,83. kecemasan karir (χ²(8) = 11,230, p = 0,189, V
= 0,287).
Analsis Data Hasil uji normalitas menunjukkan
Teknik analisa data dalam penelitian ini bahwa variabel kecemasan karir berdistribusi
diarahkan pada pengujian hipotesis yang normal (p = 0,200* (p > 0,05)). Pada variabel
diajukan serta untuk menjawab rumusan psychological well-being dimensi
masalah. Setelah melakukan penyebarakan environmental mastery, personal growth,
instrumen skala melalui link Google Form purpose in life, dan self-acceptance
yang disebarkan melalui Email dan berdistrubusi normal (p = 0,097 (p > 0,05), p
WhatsApp, peneliti melakukan analisis data = 0,062 (p > 0,05), p = 0,054 (p > 0,05), p =
dengan bantuan SPSS versi 25,0 for windows. 0,196 (p > 0,05)). Selanjutnya, pada variabel
Analisis data diawali dengan gambaran psychological well-being dimensi autonomy
partisipan penelitian yang diperkaya dengan dan positive relationship with others tidak
analisis Chi Square. Selanjutnya, peneliti berdistribusi normal (p = 0,002 (p < 0,05); p =
melakukan analisis menggunakan teknik 0,001 (p < 0,05)). Pada pengujian linieritas,
korelasi Pearson Product Moment pada kecemasan karir (career anxiety) dan
variabel dan dimensi yang memenuhi uji asusi kesejahteraan psikologis
(uji normalitas dan uji linieritas) dan (PWB/Psychological Well-Being) memiliki
menggunakan teknik korelasi Spearman Rho taraf signifikansi sebesar 0.000, dengan
pada variabel dan dimensi yang tidak demikian kecemasan karir dan kesejahteraan
memenuhi uji asumsi. psikologis memiliki hubungan yang linier
karena taraf signifikansinya dibawah 0.05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selanjutnya, analisis korelasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menghasilkan nilai signifikansi 2-tailed
dari 136 mahasiswa Psikologi Fakultas sebesar 0,000, dengan demikian dapat
Psikologi Universitas Airlangga, mayoritas disimpulkan bahwa variabel kecemasan karir
partisipan, yakni 114 partisipan adalah dan keenam dimensi variabel kesejahteraan
perempuan (83,8%), dengan rentang usia 21- psikologis memiliki hubungan negatif
25 tahun, mayoritas partisipan, yakni 60 signifikan karena nilai signifikansinya < 0.05.
partisipan berusia 21 tahun (44,1%), dan Selanjutnya, kekuatan hubungan antar
mayoritas partisipan, sebanyak 97 partisipan variabel dapat dilihat melalui nilai koefisien
merupakan angkatan 2019 (71,3%). korelasi, dengan 0,10 – 0,29 (lemah), 0,30 -
Untuk memperoleh gambaran 0,49 (cukup kuat/medium), 0,5 – 1,0
partisipan secara mendalam, peneliti (kuat/besar). Hasil uji korelasi menunjukkan
melakukan uji perbedaan menggunakan bahwa career anxiety dan autonomy memiliki

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 30


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

korelasi negatif signifikan (ρ = -0,400**, N = tidak ada perbedaan signifikan antara usia
136, p < 0,01, two-tailed). Career anxiety dan dengan kecemasan karir terhadap masa depan
environmental (r = -0,538**, N = 136, p < pada mahasiswa tingkat akhir di Yogyakarta.
0,01, two-tailed). Career anxiety dan personal Selanjutnya, penelitian ini juga menunjukkan
growth (r = -0,345**, N = 136, p < 0,01, two- hasil bahwa tidak ada perbedaan signifikan
tailed). Career anxiety dan positive antara tahun angkatan dengan kecemasan
relationship with others (ρ = -0,375**, N = karir karena nilai p = 0,704 (p > 0,05). Hal ini
136, p < 0,01, two-tailed). Career anxiety dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
purpose in life (r = -0,327**, N = 136, p < Daniels et al. (2011) yang menyebutkan
0,01, two-tailed). Career anxiety dan self- bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
acceptance (r = -0,322**, N = 136, p < 0,01, faktor lingkungan seperti tahun angkatan
two-tailed). dengan kecemasan karir pada mahasiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk Hipotesis dari penelitian ini
mengetahui apakah terdapat hubungan antara menyebutkan bahwa terdapat hubungan
kecemasan karir dan kesejahteraan psikologis antara kecemasan karir dan kesejahteraan
pada mahasiswa tingkat akhir. Konteks psikologis. Penelitian ini menunjukkan bahwa
mahasiswa tingkat akhir dipilih karena terdapat hubungan yang negatif signifikan
berdasarkan telaah literatur terdahulu antara kecemasan karir dengan keenam
mengungkapkan bahwa mahasiswa tingkat dimensi kesejahteraan psikologis dengan
akhir kerap kali merasa kesulitas dalam kekuatan hubungan cukup kuat sampai sangat
transisi dari masa menempuh pendidikan ke kuat, hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi
masa mencari pekerjaan dan membangun sig (2-tailed) kecemasan karir dan keenam
karir (Pisarik et al., 2017). dimensi kesejahteraan psikologis yang
Hasil uji beda Chi Square untuk menunjukkan nilai 0,000. Hasil pengujian
menguji perbedaan menunjukkan tidak ada korelasi membuat H0 dalam penelitian ini
perbedaan kecemasan karir dengan jenis ditolak dan Ha diterima.
kelamin, karena nilai p = 0,529 > (p > 0,05). Hubungan antara kecemasan karir
Hasil ini sejalan dengan penelitian dengan kesejahteraan psikologis pada
sebelumnya yang dilakukan oleh Arjanggi et mahasiswa tingkat akhir dalam penelitian ini
al. (2022) yang menyebutkan bahwa tidak ada terlihat dari aspek kecemasan karir yang
perbedaan signifikan antara jenis kelamin mempengaruhi setiap dimensi kesejahteraan
dengan kecemasan karir dalam konteks psikologis. Seperti pada aspek kecemasan
keraguan dan keputusan pengambilan karir yang berkaitan dengan kapasitas dan
karirnya. Hal ini berarti bahwa kecemasan keterampilan tertentu dalam melakukan
karir dapat terjadi pada mahasiswa laki-laki kegiatan khusus yang menunjang pekerjaan,
maupun perempuan dalam tingkat yang sama. seperti memiliki keterampilan bahasa asing,
Selanjutnya, penelitian ini juga menunjukkan keterampilan operasionalisasi komputer dan
hasil bahwa tidak ada perbedaan signifikan digitalisasi teknologi, kemampuan
antara usia dengan kecemasan karir karena kepemimpinan dan bekerja sama dengan
nilai p = 0,189 (p > 0,05). Hal ini sejalan orang lain, keterampilan pengambilan
dengan penelitian yang dilakukan oleh keputusan pribadi, keterampilan berperilaku,
Widyastuti (2021) yang menyebutkan bahwa serta kemampuan mengevaluasi dan berbenah

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 31
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

diri yang juga berhubungan negatif dengan karena rendahnya kemampuan untuk
dimensi autonomy (kemandirian) dari dimensi mengatur dan menyusun kontrol
kesejahteraan psikologis. Hal ini dibuktikan lingkungannya yang kompleks.
oleh penelitian yang dilakukan oleh Miles et Penelitian yang dilakukan oleh
al. (2018), dimana dalam penelitian tersebut Morales-Rodríguez et al. (2020)
menunjukkan hasil bahwa individu yang menunjukkan bahwa pertumbuhan pribadi
memiliki kecemasan karir cenderung kurang (personal growth) yang merupakan dimensi
mandiri, kurang independen, dan cenderung kesejahteraan psikologis juga memiliki
enggan melakukan eksplorasi lebih dalam hubungan dengan kecemasan karir. Morales-
karena dirinya cenderung fokus pada Rodríguez et al. (2020) mengungkapkan
kecemasan dan kegagalan yang mungkin akan bahwa personal growth merupakan aspek
dialaminya. Hal ini menyebabkan ia kesulitan yang berasosiasi dengan kecemasan,
untuk mengambil keputusan dan mengerjakan kecerdasan emosional, dan berkaitan dengan
tugas pekerjaannya secara mandiri dan konsep diri dalam ranah akademik dan
profesional. Kesulitan untuk menjadi pribadi profesional. Sejalan dengan penelitian
yang mandiri inilah yang juga berhubungan sebelumnya yang dilakukan oleh Pedrero et
dan berdampak pada rendahnya kondisi al. (2012, dalam Morales-Rodríguez et al.,
kesejahteraan individu yang berkaitan dengan 2020), penelitian terbaru yang dilakukan oleh
kemandirian dan self-controlnya (Côté & Morales-Rodríguez et al. (2020)
Morgan, 2002, dalam Miles et al., 2018). menunjukkan bahwa individu yang memiliki
Selain itu, kecemasan karir juga personal growth yang rendah menunjukkan
memiliki hubungan negatif dengan dimensi kecemasan karir yang lebih tinggi dengan
environmental mastery (penguasaan rendahnya kepuasaan hidup dan kesejahteraan
lingkungan) dalam kesejahteraan psikologis. psikologis. Hal ini dikarenakan individu yang
Penelitian yang dilakukan Strauser et al. memiliki personal growth yang rendah
(2008) menunjukkan bahwa environmental kurang dapat beradaptasi dengan
mastery merupakan aspek terpenting dalam keterampilan yang dibutuhkan karena
kontribusinya pada perkembangan cenderung kurang terbuka pada pengalaman-
kepribadian kerja seseorang. Hal ini karena pengalaman baru yang membuatnya
individu yang memiliki kemampuan bertumbuh di situasi yang dibutuhkan,
penguasaan lingkungan dapat mengontrol sehingga, individu merasa cemas dan
aktivitas kerja yang kompleks, mampu kesulitan mengerjakan tugas-tugasnya
memenuhi tuntutan lingkungan kerja, serta Morales-Rodríguez et al. (2020). Hal ini yang
mampu memanfaatkan peluang yang ada di membuat tingkat kepuasan hidup dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan psikologis, terutama dalam
pribadi, termasuk kebutuhan psikologis aspek personal growthnya rendah.
seperti kesejahteraan psikologisnya. Sejalan Selain itu, kecemasan karir juga
dengan Strauser et al. (2008), Paech et al. memiliki hubungan negatif dengan dimensi
(2016) mengungkapkan bahwa individu yang positive relationship with others. Sejalan
kehilangan kemampuan penguasaan dengan hal ini, penelitian yang dilakukan oleh
lingkungan dapat menyebabkan ancaman Moitra et al. (2011, dalam Miles et al., 2018)
psikologis seperti kecemasan, depresi, dan menyebutkan bahwa individu dengan
rendahnya kualitas kesejahteraan psikologis kecemasan karir memiliki tingkat stres yang

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 32


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

lebih tinggi karena ia kesulitan untuk berhubungan dengan kesulitan penerimaan


membangun hubungan yang hangat dan diri dan pengambilan keputusan karir yang
berinteraksi dengan rekan kerja, bos, dan juga baik. Penelitian Mohammed et al. (2021)
klien. Situasi yang mengharuskan ia harus mendukung penelitian Miles et al. (2018)
banyak berinteraksi dan membangun yang menyebutkan bahwa individu dengan
hubungan yang hangat dengan orang lain kecemasan karir cenderung fokus pada
inilah yang membuat ia sulit berkonsentrasi kecemasan dan kegagalan yang mungkin akan
dan terus merasa khawatir yang akhirnya dialaminya. Mohammed et al. (2021)
berdampak pada meningkatnya tingkat stres, menyebutkan bahwa individu yang terlalu
rendahnya hasil kerja, rendahnya kepuasan fokus pada kecemasan, kegagalan, dan
karir, dan juga rendahnya kesejahteraan evaluasi negatif mengenai dirinya sendiri
psikologisnya yang berkaitan dengan secara berkepanjangan dapat menyebabkan
kemampuan menjalin hubungan hangat yang ketidaksiapan karir yang berakhir pada
melibatkan empati, afeksi, dan keintiman rendahnya kesejahteraan psikologis yang
yang kuat dengan orang lain (Moitra et al., berkaitan dengan kemampuan penerimaan diri
2011, dalam Miles et al., 2018). baik masa saat ini maupun masa lalu.
Penelitian yang dilakukan oleh Wilkes Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
et al. (2022) menunjukkan bahwa kecemasan dimensi environmental mastery dalam
karir juga memiliki hubungan negatif dengan kesejahteraan psikologis menepati hubungan
dimensi purpose in life. Wilkes et al. (2022) negatif yang signifikan dengan rentang kuat.
meneliti bagaimana konsep purpose in life Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dalam Ikigai yang merupakan filosofi dilakukan oleh Morales-Rodríguez et al.
masyarakat Jepang untuk memiliki tujuan (2020) dimana dimensi environmental
hidup/purpose in life, kesenangan, dan mastery memiliki hubungan negatif signifikan
kesejahteraannya. Penelitian Wilkes et al. tertinggi dibanding dengan dimensi
(2022) menunjukkan bukti bahwa kecemasan kesejahteraan psikologis lainnya. Hal ini
karir yang merupakan state anxiety yang dapat terjadi dikarenakan partisipan dalam
memiliki hubungan negatif dengan purpose in penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir
life. Hal ini berarti bahwa semakin individu yang berusia 21 -25 tahun, dimana dalam
tersebut cemas dengan masa depan karirnya rentang usia tersebut mahasiswa memasuki
hingga membuat ia kesulitan menentukan tahap usia emerging adulthood yang
arah dan tujuan hidupnya, maka semakin dihadapkan pada situasi peningkatan
rendah pula kesejahteraan psikologisnya yang kecemasan karir karena peralihan masa
berhubungan dengan penentuan tujuan hidup menempuh pendidikan ke masa pencarian
yang melibatkan tujuan, misi, dan arah yang pekerjaan dan membangun karir (Konstam et
membuat hidupnya merasa lebih bermakna al., 2015). Tentunya pembangunan dan
(Wilkes et al., 2022). pengembangan karir perlu dibarengi dengan
Disisi lain, kecemasan karir juga kemampuan penguasaan lingkungan
memiliki hubungan negatif dengan dimensi (environmental mastery) berupa kemampuan
self-acceptanc. Hal ini dibuktikan dengan memenuhi tuntutan lingkungan kerja yang
penelitian Mohammed et al. (2021) yang semakin kompleks ditengah transisinya yang
menunjukkan bahwa self-acceptance

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 33
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

masih menjadi mahasiswa (Ali & Shah, 2013; Zulfahmi & Andriany (2021) pada 154
Morales-Rodríguez et al., 2020). mahasiswa universitas bahwa mahasiswa
Secara keseluruhan, hasil dari penelitian universitas cenderung memiliki kematangan
ini menunjukkan bahwa dari total 136 kesiapan kerja yang moderat, oleh sebab itu
partisipan, mayoritas partisipan yakni 93 mahasiswa pada kategori ini memiliki
partisipan (68.4%) masuk ke dalam kategori kecenderungan untuk merasakan
kecemasan karir sedang. Artinya, mayoritas ketidakstabilan dalam hal kematangan
mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan persiapan karir dan kesejahteraan
masih mengalami ketidakpastian akan karir psikologisnya apabila tidak diintervensi atau
yang ingin dipilih serta kemampuan dan difasilitasi dengan baik.
ketertarikan pribadi terkait pekerjaan yang
diinginkannya. Hal yang sama juga sejalan SIMPULAN
dengan mayoritas partisipan yang masuk ke Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dalam kategori kesejahteraan psikologis dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
sedang. Hasil penelitian ini mendukung terdapat hubungan antara kecemasan karir dan
penelitian yang dilakukan oleh Zulfahmi & kesejahteraan psikologis pada mahasiswa
Andriany (2021) bahwa mahasiswa tingkat akhir. Hubungan antara kedua variabel
universitas cenderung memiliki tingkat tersebut memiliki arah negatif signifikan
kecemasan karir yang moderat (sedang). Hal dengan kekuatan dari rentang cukup kuat
ini dipengaruhi keenam aspek kesejahteraan sampai dengan kuat. Hal ini menandakan
psikologis, terutama pada aspek terbesar bahwa semakin tinggi kecemasan karir, maka
yakni environmental mastery yang berkaitan semakin rendah aspek-aspek dalam
dengan penguasaan lingkungan di tengah kesejahteraan psikologisnya, begitu pula
persepsi negatif akan pemberitaan media sebaliknya.
mengenai keadaan ekonomi, banyaknya
persaingan yang dirasa lebih berkompeten, DAFTAR PUSTAKA
angka pengangguran yang masih tinggi, dan Ali, U., & Shah, E. (2013). Career Decision
kekhawatiran akan ketidaksesuaian antara Difficulty as a Predictor of
ekspektasi dengan realita dunia kerja yang Environmental Mastery and Self
akan dihadapi. Sejalan dengan hal ini, Esteem in College Students. Procedia -
penelitian ini juga mendukung penelitian Social and Behavioral Sciences, 84,
Strauser et al. (2008) dan Morales-Rodríguez 1119–1123.
et al. (2020) yang menunjukkan bahwa https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.0
environmental mastery merupakan aspek 6.711
terpenting dalam perkembangan kerja dan Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S., & Astuti, R.
karir seseorang yang akhirnya berpengaruh T. (2019). GAMBARAN TINGKAT
pada kondisi kesejahteraan psikologisnya. STRES MAHASISWA. Jurnal
Penelitian ini mendukung studi yang Keperawatan Jiwa, 5(1), Article 1.
dilakukan Morales-Rodríguez et al. (2020), https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.4
yang menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat 0-47
akhir rawan memiliki kecemasan karir yang Arjanggi, R., Hartono, H., & Suprihatin, T.
mengancam kesejahteraan psikologisnya. (2022). Studi Korelasi Antara Efikasi
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Diri Terhadap Keputusan Karir Dengan

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 34


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

Keraguan Karir Pada Siswa Sekolah Keane, C., Waldeck, D., Holliman, A.,
Menengah Atas. Sang Pencerah: Jurnal Goodman, S., & Choudhry, K. (2021).
Ilmiah Universitas Muhammadiyah Exploring the Experience of Anxiety
Buton, 8(2), Article 2. Among Final Year Students at
https://doi.org/10.35326/pencerah.v8i2. University: A Thematic Analysis. The
2076 Qualitative Report, 26(8), 0_1,2621-
Arnett, J. J. (2014). Emerging adulthood: The 2630. https://doi.org/10.46743/2160-
winding road from the late teens 3715/2021.4874
through the twenties (Second Edition). Kim, Y. H., Demirer, I., Josiam, B., & Gultek,
Oxford University Press. M. M. (2023). Student’s Career
Baiti, R. D., Abdullah, S. M., & Expectations in the Hospitality and
Rochwidowati, N. S. (2018). Career Tourism Industry: An Examination of
Self-Efficacy Dan Kesiapan Kerja Pada Student’s MACE (Motivation, Attitude,
Mahasiswa Semester Akhir. Jurnal and Career Expectation) Model. Journal
Psikologi Integratif, 5(2), Article 2. of Hospitality & Tourism Education,
https://doi.org/10.14421/jpsi.2017.%x 0(0), 1–12.
Cheung, C.-K., Cheung, H. Y., & Wu, J. https://doi.org/10.1080/10963758.2023.
(2014). Career unreadiness in relation to 2191324
anxiety and authoritarian parenting Konstam, V., Celen-Demirtas, S., Tomek, S.,
among undergraduates. International & Sweeney, K. (2015). Career
Journal of Adolescence and Youth, Adaptability and Subjective Well-Being
19(3), 336–349. in Unemployed Emerging Adults: A
https://doi.org/10.1080/02673843.2014. Promising and Cautionary Tale. Journal
928784 of Career Development, 42(6), 463–
Daniels, L. M., Stewart, T. L., Stupnisky, R. 477.
H., Perry, R. P., & LoVerso, T. (2011). https://doi.org/10.1177/0894845315575
Relieving career anxiety and indecision: 151
The role of undergraduate students’ Luthans, F., & Broad, J. D. (2022). Positive
perceived control and faculty Psychological Capital to Help Combat
affiliations. Social Psychology of the Mental Health Fallout from The
Education, 14(3), 409–426. Pandemic and VUCA Environment.
https://doi.org/10.1007/s11218-010- Organizational Dynamics, 51(2),
9151-x 100817.
Darwish, M. A. A., Banat, S. M., Sarhan, W. https://doi.org/10.1016/j.orgdyn.2020.1
Y., & Aleid, W. A. (2021). Future 00817
Career Anxiety and Its Relationship Miles, M. M., Szwedo, D. E., & Allen, J. P.
with Marital Distress Among the Al- (2018). Learning to cope with anxiety:
Hussein Bin Talal University Students. Long‐term links from adolescence to
Iranian Journal of Psychiatry and adult career satisfaction. Journal of
Behavioral Sciences, 15(1), Article 1. Adolescence, 64(1), 1–12.
https://doi.org/10.5812/ijpbs.101398 https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2
018.01.003

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 35
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

Mohammed, Z., Kumar, S., & Padakannaya, https://doi.org/10.1111/j.1744-


P. (2021). Well-being and Career 6570.2011.01215.x
Decision-making Difficulties Among Pisarik, C. T., Rowell, P. C., & Thompson, L.
Master’s Students: A Simultaneous K. (2017). A Phenomenological Study
Multi-Equation Modeling. Cogent of Career Anxiety Among College
Psychology, 8(1), 1996700. Students. The Career Development
https://doi.org/10.1080/23311908.2021. Quarterly, 65(4), 339–352.
1996700 https://doi.org/10.1002/cdq.12112
Morales-Rodríguez, F. M., Espigares-López, Prasetyo, A. P. L. (2020). Pengaruh
I., Brown, T., & Pérez-Mármol, J. M. Partisipasi Aerobic Exercise Terhadap
(2020). The Relationship between Psychological Well Being Pada Dewasa
Psychological Well-Being and Awal Yang Sudah Bekerja [Skripsi,
Psychosocial Factors in University UNIVERSITAS AIRLANGGA].
Students. International Journal of https://doi.org/10/10.%20LAMPIRAN.
Environmental Research and Public pdf
Health, 17(13), Article 13. Rachmayani, D., & Ramdhani, N. (2014).
https://doi.org/10.3390/ijerph17134778 Adaptasi Bahasa dan Budaya Skala
Nugroho, S. A. (2021). Pengaruh Career Psychological Well-Being.
Adaptability Dan Psychological Capital Rahimi, R., Akgunduz, Y., & Bilgihan, A.
Terhadap Self-Perceived Employability (2022). Impact of COVID-19 on mental
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir health and career anxiety of hospitality
Fakultas Psikologi Universitas and tourism students in the UK. Journal
Airlangga [Universitas Airlangga]. of Hospitality and Tourism Insights,
http://ir.unair.ac.id/uploaded_files/temp 6(2), 892–911.
orary/DigitalCollection/MjVmN2NjZT https://doi.org/10.1108/JHTI-05-2021-
M3YTc1MjZiMWFjNGMxOGVlYzA 0129
2YmNlMzY1MzAyNDYwNQ==/inde Rahmadani, R., & Sahrani, R. (2021). The
x.html Role of Stress During the COVID-19
Paech, J., Schindler, I., & Fagundes, C. P. Pandemic in the Future Career Anxiety
(2016). Mastery matters most: How of Final-Year Students: International
mastery and positive relations link Conference on Economics, Business,
attachment avoidance and anxiety to Social, and Humanities (ICEBSH
negative emotions. Cognition and 2021), Jakarta, Indonesia.
Emotion, 30(5), 1027–1036. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210805
https://doi.org/10.1080/02699931.2015. .154
1039933 Rief, W., & Anna Glombiewski, J. (2017).
Peterson, S. J., Luthans, F., Avolio, B. J., The role of expectations in mental
Walumbwa, F. O., & Zhang, Z. (2011). disorders and their treatment. World
Psychological Capital and Employee Psychiatry, 16(2), 210–211.
Performance: A Latent Growth https://doi.org/10.1002/wps.20427
Modeling Approach. Personnel Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The
Psychology, 64(2), 427–450. structure of psychological well-being
revisited. Journal of Personality and

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 36


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

Social Psychology, 69(4), 719–727. (Vol. 30, pp. 1–31). Emerald Publishing
https://doi.org/10.1037/0022- Limited. https://doi.org/10.1108/S0277-
3514.69.4.719 283320170000030001
Ryff, C. D., & Singer, B. (1996). Strauser, D. R., Lustig, D. C., & Çiftçi, A.
Psychological Weil-Being: Meaning, (2008). Psychological Well-Being: Its
Measurement, and Implications for Relation to Work Personality,
Psychotherapy Research. Vocational Identity, and Career
Psychotherapy and Psychosomatics, Thoughts. The Journal of Psychology,
65(1), 14–23. 142(1), 21–35.
https://doi.org/10.1159/000289026 https://doi.org/10.3200/JRLP.142.1.21-
SAFITRI, P. (2017). Hubungan Kecemasan 36
dengan Psychological Well-Being Teng, C. W. C., Lim, R. B. T., Chow, D. W.
Sarjana S1 dalam Menghadapi Dunia S., Narayanasamy, S., Liow, C. H., &
Kerja [Skripsi, Universitas Islam Negeri Lee, J. J.-M. (2022). Internships before
Sultan Syarif Kasim Riau]. and during COVID-19: Experiences and
https://doi.org/10/11.%20DAFTAR%2 perceptions of undergraduate interns
0PUSTAKA.pdf and supervisors. Higher Education,
Santo, A. T., & Alfian, I. N. (2021). Skills and Work-Based Learning, 12(3),
Hubungan Dukungan Sosial dan 459–474.
Kecemasan dalam Menghadapi Dunia https://doi.org/10.1108/HESWBL-05-
Kerja pada Mahasiswa Akhir. Buletin 2021-0104
Riset Psikologi dan Kesehatan Mental Tsai, C.-T. (Simon), Hsu, H., & Hsu, Y.-C.
(BRPKM), 1(1), 370–378. (2017). Tourism and Hospitality
https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i1.24 College Students’ Career Anxiety:
895 Scale Development and Validation.
Saputra, M. R. (2020). Hubungan Dukungan Journal of Hospitality & Tourism
Sosial Dan Psychological Well-Being Education, 29(4), 158–165.
Pada Mahasiswa Yang Sedang https://doi.org/10.1080/10963758.2017.
Menempuh Skripsi Di Universitas 1382365
Airlangga [Skripsi, UNIVERSITAS Widyastuti, A. S. (2021). DUKUNGAN
AIRLANGGA]. SOSIAL ORANG TUA DAN
https://doi.org/10/10.%20LAMPIRAN. KECEMASAN TERHADAP KARIR
pdf MASA DEPAN PADA MAHASISWA
Şeker, G. (2020). Well-Being and Career TINGKAT AKHIR DI YOGYAKARTA.
Anxiety as Predictors of Career https://dspace.uii.ac.id/handle/1234567
Indecision. 89/31776
https://doi.org/10.9779/pauefd.706983 Wilkes, J., Garip, G., Kotera, Y., & Fido, D.
Sharone, O. (2017). LinkedIn or LinkedOut? (2022). Can Ikigai Predict Anxiety,
How Social Networking Sites are Depression, and Well-being?
Reshaping the Labor Market. In International Journal of Mental Health
Emerging Conceptions of Work, and Addiction.
Management and the Labor Market

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1122 37
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

https://doi.org/10.1007/s11469-022- Teacher, 35(1), 37–42.


00764-7 https://doi.org/10.1080/17404622.2020.
Witte, H. D. (1999). Job Insecurity and 1807579
Psychological Well-being: Review of Zulfahmi, A., & Andriany, D. (2021).
the Literature and Exploration of Some Kematangan vokasional dengan
Unresolved Issues. European Journal of kecemasan dalam menghadapi dunia
Work and Organizational Psychology, kerja pada mahasiswa tingkat akhir.
8(2), 155–177. Cognicia, 9(2), Article 2.
https://doi.org/10.1080/1359432993983 https://doi.org/10.22219/cognicia.v9i2.
02 15728
Zhao, X. (2021). Auditing the “Me Inc.”:
Teaching personal branding on
LinkedIn through an experiential
learning method. Communication

Frischa Futichatul Maghfiroh1, Triana Kesuma Dewi2 38

Anda mungkin juga menyukai