ANALISIS SITUASI
Kesehatan mental merupakan sebuah urgensi yang sepatutnya diperhatikan.
Kesehatan Mental merupakan suatu hal yang sebenarnya sudah tertanam dalam jiwa
seseorang ketika individu tersebut memiliki jiwa yang sehat dan dapat menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Jika kesehatan jiwa terganggu maka bukan tidak mungkin lagi
akan timbul gangguan mental yang dapat mempengaruhi hidup seseorang (Handoko, dkk.,
2022). WHO menyatakan bahwa kesehatan mental yang baik merupakan kondisi ketika
seseorang menyadari potensi dirinya, mampu mengatasi stres dengan efektif, memiliki
produktivitas yang tinggi dalam pekerjaan dan memiliki afirmasi positif terhadap
lingkungannya. Kemajuan teknologi digital telah menghasilkan kemajuan perubahan yang
signifikan dalam berbagai aspek, tetapi juga menyebabkan populasi orang yang menderita
gangguan mental (Bakar & Usmar, 2022).
Ada beberapa kategori yang secara umum menjadi pemicu terjadinya gangguan
kesehatan mental yaitu kategori eksternal dan internal. Kategori eksternal meliputi kondisi
lingkungan sosial, keluarga, sekolah. Sedangkan kategori internal meliputi kepribadian,
genetik, intelektual, dan genetik. Namun, diantara kedua kategori tersebut, kategori
internal yang lebih menonjol. Karena kenyamanan hidup seseorang tidak banyak
kaitannya dengan dunia luar namun lebih besar pengaruh dari diri sendiri dalam
menghadapi suatu masalah (Adi, dalam Sisliana, Alini & Erlinawati., 2023).
Tahapan perkembangan remaja menjadi masa yang penuh dengan kebingungan
karena terdapat masa peralihan yang menyebabkan individu menghadapi problematika
psikologis. Ketika remaja menginjak usia 15 tahun mulai marak terjadinya berbagai
gangguan kesehatan. Namun, mayoritas kasus seperti ini tidak terlihat penanganan
kasusnya sangat minim. (Handayani, Ayubi, & Anshari., 2020). Alasan kurangnya
penanganan kasus seperti ini salah satunya karena kurangnya pengetahuan tentang
gangguan kesehatan mental (literasi kesehatan mental) dan keinginan untuk menjadi
independent person (Agusthia, Muchtar, & Ramadhani., 2023). Di Indonesia sendiri,
fasilitas layanan psikologis yang dibutuhkan masih kurang mumpuni karena itu, siswa
memerlukan bimbingan konseling dari guru di setiap sekolahnya (Ridha, 2020).
Berdasarkan perilaku individu tersebut, pengaruh literasi mengenai kesehatan
mental yang rendah dilihat dengan ketidaksanggupan mengidentifikasi gangguan mental
yang dapat mempengaruhi bantuan secara formal maupun memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan menta. Hal tersebut memicu kekeliruan
dalam konsep gangguan mental dalam pencarian bantuan informal (Jorm & Andersson,
dalam Handayani, Ayubi, & Anshari., 2020). Literasi kesehatan mental didefinisikan
sebagai wadah pengetahuan dan keyakinan mengenai gangguan-gangguan mental yang
dapat membantu memperbaiki, rekognisi dan ambisi. Aspek-aspek literasi kesehatan
mental meliputi: pemahaman mengenai pencegahan gangguan mental, pemastian kapan
suatu gangguan berkembang, pemahaman mengenai pemilihan pencarian pertolongan dan
perawatan yang tersedia, pengetahuan tentang perawatan atau strategi pertolongan
pertama secara mandiri yang efektif dan keterampilan perawatan pertama pada orang yang
menderita gangguan mental krisis dengan pemberian dukungan kepada orang yang
mengalaminya (Yamaguchi, dkk., 2020).
Masa SMA seringkali disebut dengan masa yang yang paling indah, masa dimana
saat mempunyai banyak pengalaman juga masa transisi dengan mengalami kebingungan
dalam menentukan dan memutuskan masa depan. Berbagai pertimbangan yang harus
disiapkan untuk memilih jalan yang harus ditentukan. Pada fase remaja jiwa melalui tahap
perkembangan kognitif operasional formal yang ditandai dengan berkembangnya
pemikiran ke arah yang lebih abstrak, logis, berkemampuan problem solving secara verbal
dengan lebih realistis untuk melihat kemungkinan di masa depan (Piaget, alam Marinda.,
2020). Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada pada usia 16-18 tahun,
memasuki persiapan menuju kelas XII dari kelas XI yang akan menghadapi berbagai Ujian
Nasional dan memikirkan kembali apa yang harus dilakukan ketika lulus SMA, sehingga
ketika menduduki kelas XI siswa memiliki persiapan yang matang. Merencanakan tujuan
masa depan akan mempengaruhi kehidupan nantinya karena dengan mempersiapkan
individu akan lebih berkomitmen terhadap rencana yang telah ditetapkan sehingga dapat
mewujudkan pencapaian yang diinginkan (Nurmi, dalam Nopirda, Oktivianto, & Dhevi.,
2020).
Berdasarkan hal tersebut, dalam pengambilan keputusan terkait masa depan atau
karir, siswa SMA berada pada masa kritis (remaja akhir) mau tidak mau memilih antara
dua pilihan yang sangat menentukan. Pertama, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau
terjun ke dunia pekerjaan. Upaya yang dilakukan siswa untuk mencapai masa depan
terkadang menemui kendala di tengah jalan. hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pengalaman, material dan lingkungan yang berasal dari diri sendiri dan dari
lingkungan sekitar (Murisal, dkk., 2022).
Dalam proses pembelajaran, siswa memiliki posisi sebagai pihak yang memiliki
dan ingin meraih cita-cita yang diharapkan akan terwujud secara optimal. Siswa yang
penuh dengan cita-cita dan harapan tersebut harus dapat menentukan keputusannya,
sehingga nantinya akan berpengaruh pada hasil atau arah pilihan pada karir masa
depannya. Seorang siswa yang memutuskan karirnya pasti membutuhkan sebuah proses.
Mereka juga perlu paham dan tahu serta dapat mengembangkan diri dalam berpikir secara
rasional agar dapat memutuskan karir yang sesuai kemampuan yang dimilikinya. Hal
tersebut dapat dipahami bahwa karir merupakan sebuah pilihan yang harus ditentukan
lebih awal sebelum menjalaninya.
Ketika anak muda mengalami masa bimbang ini tidak jarang yang kemudian gagal
dalam mengendalikan emosinya karena tidak bisa membagi waktu antara kebutuhan
sosial, urusan akademik, dan keperluan relaksasi (Eltink dkk., 2018; Fogaca, 2021; Lin
dk., 2020 dalam Bachtiar, M. A., & Faletehan, A. F, 2021). Penyebab stress siswa biasanya
berkaitan dengan akademik, masalah pertemanan, aspek interpersonal, faktor dorongan
serta tuntutan personal (Melaku dkk., 2015 dalam dalam Bachtiar, M. A., & Faletehan, A.
F, 2021), situasi ini dapat memicu emosi negatif yang akhirnya dapat memicu
penyimpangan buruk remaja (Das & Avci, 2015 dalam dalam Bachtiar, M. A., &
Faletehan, A. F, 2021).
Tidak sedikit siswa yang merasa cemas dalam menentukan karirnya setelah tamat
sekolah. Kecemasan merupakan hal yang sudah biasa terjadi pada bidang pendidikan.
Setiap siswa pasti pernah mengalami kecemasan saat mereka bersekolah. Namun, bagi
beberapa siswa tertentu hal tersebut dapat menjadi kendala dalam pembelajaran dan juga
prestasi, terutama saat menghadapi karir setelah tamat sekolah. Munculnya kecemasan
berarti menandakan bahwa individu tersebut merasa akan ada bahaya yang mengancam.
Namun, apabila kecemasan terjadi secara berkelanjutan, irasional dan pergerakannya
meningkat, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari yang biasa disebut dengan
gangguan kecemasan. Kecemasan juga merupakan gangguan psikologis yang tidak jarang
dialami oleh manusia, salah satunya yaitu siswa di sekolah.
Kecemasan karir dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kekhawatiran akan
gagal, frustasi terhadap hasil tindakan yang sudah lalu, bersikap negatif pada evaluasi diri,
berpikir negatif mengenai kemampuan yang dimiliki, dan orientasi diri yang negatif
(Mariah, W., Yusmami, Y., & Pohan, R. A., 2020). Ketika orang-orang sadar bahwa
mereka mengalami kecemasan karir, mereka dapat memperoleh bantuan untuk
mengurangi rasa cemas tersebut dan mengurangi dampak negatifnya.
Di sisi lain, dalam menghadapi kecemasan karir maka seseorang memiliki
dorongan agar terus aktif ketika melaksanakan tugas atau pekerjaan yang membuat mereka
lebih mengenal diri sendiri dan lingkungan kerja. Apabila seseorang semakin aktif
melaksanakan kegiatan eksplorasi karir maka dapat membantu mereka agar memiliki
komitmen yang tinggi terhadap karir yang dipilihnya (Blustein & Phillips dalam Mirah, F.
F. E., & Indianti, W., 2018). Dalam penelitian lain menyatakan bahwa seorang remaja
yang semakin mengalami kecemasan terhadap kegagalannya pada akademik dan karir,
justru mereka akan semakin fokus terhadap perilaku untuk melakukan eksplorasi karir,
meningkatnya pengambilan informasi yang signifikan, dan juga mengurangi memproses
informasi yang tidak jelas dengan karirnya yang nantinya akan mengarah pada
peningkatan komitmen terhadap pilihan karir. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut,
maka kesimpulannya bahwa kecemasan karir dapat meningkatkan seseorang agar lebih
aktif untuk melaksanakan tugas yang berkaitan dengan karir yang ingin dicapainya.
Karakteristik pengambilan keputusan oleh remaja ternilai labil (belum stabil).
Kondisi saat ini dalam proses pengambilan keputusan remaja dipengaruhi oleh beberapa
hal, teman sebaya, tempat geografis dan lembaga pendidikan. Sedangkan pada kondisi
masa lalu yang menjadi pengaruh dalam pengambilan keputusan yakni lokasi pekerjaan,
pasar kerja, status sosial ekonomi maupun kelompok komunitas. Untuk situasi masa depan
pengaruhnya diantaranya keluarga, trend, media dan globalisasi. (Patton & McMahon,
2001).
Pengambilan keputusan karir merupakan sebuah proses seseorang yang
memikirkan dan mengintegrasikan atau menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan mengenai suatu pekerjaan yang kemudian dibuatlah pilihan yang
berkaitan dengan karir. Dalam mengambil keputusan karir bukanlah proses yang mudah,
namun kompleks karena tidak sedikit remaja yang mengalami kesulitan sehingga
menghasilkan keputusan karir yang kurang optimal. Terdapat beberapa karakteristik
dalam pengambilan keputusan karir yang baik menurut Peterson, Sampson, dan Reardon
(Sharf dalam Nurrega, R. G., Wahyuningsih, H., & Gusniarti, U., 2018). Karakteristik
pengambilan keputusan karir tersebut dikenal dengan nama CASVE cycle
(communication, analysis, synthesis, valuing, dan execution).
1. Communication (Komunikasi)
Proses ini dimulai saat individu mendapatkan masukan dalam diri sendiri
maupun dari lingkungan. Setiap individu pasti menyadari bahwa mereka harus
menentukan keputusan karir baik dari pikiran atau perasaan mereka sendiri (internal)
dan melalui masukan dari orang lain (eksternal).
2. Analysis (Analisis)
Proses analisis merupakan saat individu berusaha untuk mengumpulkan dan
memahami segala informasi yang jelas berkaitan dengan pilihan mereka. Dalam proses
ini, individu akan menganalisis Kembali nilai-nilai, minat, keterampilan dan situasi
keluarga.
3. Synthesis (Sintesis)
Pada tahap sebelum-sebelumnya, pasti individu memiliki banyak pilihan karir
yang diminati oleh mereka. Dalam proses ini, individu akan melaksanakan kegiatan
yang dapat mempermudah mereka untuk mempersempit pilihan karirnya. Akan ada
banyak solusi yang dipertimbangkan oleh setiap individu.
4. Valuing (Penilaian)
Individu memikirkan beberapa pilihan antara tiga sampai lima pilihan, mulai
dari pertimbangan terhadap kelebihan sampai kekurangannya masing-masing. Pada
proses ini, individu akan mengurutkan pilihannya dari yang pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya serta beberapa pilihan yang dijadikan cadangan.
5. Execution (Eksekusi)
Setelah mempertimbangkan banyak hal, individu akan merumuskan dan
semakin memiliki komitmen untuk membuat rencana aksi agar pilihan mereka dapat
terlaksana dengan baik. Jadi bisa dikatakan bahwa pengambilan keputusan karir
merupakan hal yang sangat penting dibantu oleh orang yang profesional dibidangnya.
Layanan bimbingan memberikan bantuan kepada individu untuk mempertimbangkan
perencanaan dengan keadaan dirinya, lingkungan sekitar, agar ia memiliki pandangan
yang lebih luas dan positif. Kontrol diri dipahami juga sebagai kemampuan menyusun,
membimbing dan mengatur keputusan seseorang secara sempurna (Setiawan 2023).
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil analisis permasalahan situasi tersebut, maka ditemukan
beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa/i di SMK Pasundan Rancaekek, antara
lain sebagai berikut:
1. Siswa/i mengalami tekanan untuk mengikuti teman (conformity).
2. Siswa/i kesulitan untuk memahami situasi dan mengekspresikan perasaan mereka
dengan cara yang tepat.
3. Siswa/i mengalami kesulitan dan kebingungan dalam memutuskan hal-hal yang
mempengaruhi masa depannya.
4. Siswa/i merasa sulit untuk mengatasi untuk memprioritaskan tuntutan dan tugas baik
dari keluarga, sekolah maupun lingkungan sosial yang diberikan kepadanya, atau
harapan dan keinginan diri mereka sendiri.
5. Siswa/i berpotensi mengalami perilaku tidak sehat seperti isolasi, penarikan diri,
penurunan motivasi dan penurunan self-efficacy karena dihadapkan pada situasi yang
dianggap mengancam dan di luar kemampuan mereka.
C. METODOLOGI
Metode pelaksanaan pada kegiatan ini dilakukan dengan program seminar tentang
menjaga kesehatan mental untuk generasi masa depan yang akan dilaksanakan di SMK
Pasundan Rancaekek, Jln. Babakan Radio No. 1 RT 06 RW 21, Rancaekek Wetan, Kec.
Rancaekek, Kab. Bandung, kegiatan tersebut meliputi pematerian tentang kesadaran
mental, pembekalan untuk mengambil keputusan karier dan metode diskusi dari peserta
dan pemateri.
1. Pengenalan masalah atau kebutuhan dan potensi serta penyadaran
Pada tahap ini dilakukan pencarian informasi-informasi sebagai langkah awal
untuk mengenali permasalah yang terjadi menggunakan analisis model refleksi
Graham Gibbs (Anantasari, 2012) di lingkungan di sekitar siswa. Hal ini dilakukan
untuk menentukan tindakan yang harus diambil serta menggali wawasan terkait
tentang pengalaman dan peristiwa untuk membantu menemukan solusi yang dapat
diterapkan ke masa depan.
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas
Tahapan perumusan masalah dan penetapan prioritas adalah tahapan
penentuan fokus tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya pada
masalah yang menjadi kebingungan di kalangan remaja karena mereka berada pada
masa transisi yang mengalami kebingungan dalam menentukan dan memutuskan masa
depan.
3. Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah atau pengembangan
gagasan
Tahap identifikasi alternatif pemecahan masalah merupakan tahap dialog atau
diskusi bersama pihak terkait di SMK Pasundan Rancaekek, khususnya siswa/i kelas
XI SMK Pasundan Rancaekek terkait kebutuhan mereka dalam mempersiapkan karir
atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus SMA.
4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat
Pada tahap pemilihan alternatif pemecahan masalah, dilakukan penentuan
kegiatan pengabdian kepada siswa/i SMK Pasundan Rancaekek yang sesuai dengan
kebutuhan mereka, yakni seminar mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental
untuk generasi masa depan dan cara menghadapi kebingungan untuk menentukan karir
atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5. Perencanaan kegiatan
Tahap perencanaan kegiatan merupakan tahap konsensus tim pengabdian
dengan pihak SMK Pasundan Rancaekek dalam menentukan orientasi kegiatan yang
meliputi: rencana kegiatan, waktu pelaksanaan, bentuk kegiatan, hingga monitoring
dan evaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan.
6. Pelaksanaan atau pengorganisasian
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi yang dilaksanakan dengan
diawali pembukaan, proses penyampaian materi secara teoritis atau konseptual oleh
ahli, dan diakhiri dengan kegiatan penutup oleh tim penyelenggara dan peserta
kegiatan.
7. Pemantauan dan pengarahan kegiatan
Tahap pemantauan dan pengarahan adalah tahapan mengontrol proses
pelaksanaan kegiatan seminar mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental untuk
generasi masa depan dan cara menghadapi kebingungan untuk menentukan karir atau
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dilaksanakan. Dilakukannya tahap ini bertujuan
untuk memastikan kegiatan agar selaras dengan tujuan yang ingin dicapai.
8. Evaluasi dan rencana tindak lanjut
Tahap evaluasi dan rencana tindak lanjut, merupakan tahap akhir yang
dilakukan untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan kegiatan yang telah
dilaksanakan.
E. TARGET LUARAN
Target luaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Terbangunnya kesadaran mengenai kesehatan mental untuk mempersiapkan masa
depan
2. Terbangunnya semangat dan motivasi untuk mencapai cita-cita
3. Terciptanya kehidupan siswa/i yang berjalan sesuai harapan
4. Terbangunnya sinergi antara elemen, khususnya perguruan tinggi dan siswa/i SMK
Pasundan Rancaekek dalam menciptakan generasi masa depan
5. Terbangunnya paradigma siswa/i yang luas, bahwa penting bagi setiap individu untuk
menjaga kesehatan mental
6. Dihasilkannya publikasi kegiatan pada media elektronik
G. BIAYA KEGIATAN
1. ATK
2. Peralatan
4. Operasional Program
Rekapitulasi Biaya
1. ATK Rp260.000,00
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD