Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol.

24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192 Abstrak--Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki

Bimbingan dan Konseling Islam Untuk Mengatasinya


Kesulitan Belajar Siswa SMP di
SMP IT Nurul Azizi Medan
(Studi Kasus Siswa yang Mengalami Kecemasan)
1 2 3
Risydah Fadilah,
Sari Atika Parinduri,
Khairina Ulfa Syaimi,
4
Agung Suharyanto

pandangan yang luas ke depan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan mampu beradaptasi dengan cepat dan tepat dalam berbagai hal
lingkungan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika dilakukan dengan proses belajar mengajar keduanya
di lingkungan sekolah atau di tempat lain. Sekolah tempat anak belajar, tidak luput dari pengaruh besar
pikiran tentang kesuksesan baik diukur dengan kecerdasan, keterampilan dan kebaikan. Dalam hal ini guru membutuhkan
pengetahuan dan wawasan pengembangan pemikiran tentang pengukuran agar berguna untuk pembelajaran
kegiatan. Pengukurannya dapat berupa hasil belajar di sekolah berupa prestasi belajar
yang dapat dilihat dari hasil rapor. Kesulitan belajar merupakan hambatan/gangguan belajar pada anak
dan remaja yang ditandai dengan kesenjangan yang signifikan antara tingkat integritas dan kemampuan akademik itu
harus dicapai. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung
ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar berasal dari
2 (dua) sumber, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
peserta didik, baik yang bersifat bawaan (turunan) maupun hasil interaksi individu dan individu
proses belajar pribadi yang telah melekat pada diri orang tersebut. Kecemasan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan, yaitu
diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan. Menurut Freud,
Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah a
reaksi terhadap situasi yang dianggap berbahaya. Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian
bantuan kepada individu agar individu atau klien menyadari keberadaannya sebagai makhluk Tuhan yang seharusnya hidup
sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kata Kunci--Kesulitan Belajar, Kecemasan dan Bimbin

I. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berakhlak m

1
Universitas Medan Area, Indonesia, Email : risydah16@yahoo.com
2
Sekolah Tinggi Agama Islam Tebingtinggi Deli, Indonesia
3Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah, Indonesia
4Universitas Medan Area, Indonesia

DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1154

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192

karakter, dan keterampilan yang dibutuhkan dirinya dan masyarakat. Dengan kata lain bahwa pendidikan adalah bimbingan atau bantuan
diberikan oleh pendidik kepada perkembangan anak didik untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan agar anak cukup mampu
melaksanakan tugas hidupnya sendiri bukan dengan bantuan orang lain. Belajar merupakan salah satu kegiatan atau usaha manusia yang sangat penti

karena melalui usaha belajar kita dapat melakukan perubahan atau perbaikan dalam berbagai hal
kepentingan diri kita. Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak dengan guru, dengan bantuan orang lain, atau tanpa bantuan siapapun
membantu (Suharyanto, 2015). Belajar merupakan syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan,
dan dalam hal keterampilan atau kecakapan. Seorang bayi misalnya, ia harus mempelajari berbagai keterampilan, terutama keterampilan motorik sepe
belajar, berbaring, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan (Mardianto, 2012). Belajar adalah proses perubahan perilaku yang relatif konstan. Dalam p

tetapi terjadi secara bertahap tergantung dari faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor-faktor tersebut umumnya dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan segala sesuatu
yang ada pada diri siswa yang mendukung pembelajaran, seperti kecerdasan, bakat, keterampilan motorik, indra, dan skema berpikir.
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar kondisi siswa dalam belajar, seperti pengalaman, sosial
lingkungan, metode belajar mengajar, strategi belajar mengajar, fasilitas belajar dan pengabdian guru. Miliknya
keberhasilan dalam mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkan dia untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap berikutnya
(Syah, 2010). Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses dimana seorang siswa mengalami perubahan dari satu kondisi ke kondisi lain,

kondisi lainnya tentu direncanakan, dikendalikan dan dikendalikan. Prestasi usaha bagi siswa untuk sampai pada
syarat yang diinginkan tentu menempuh berbagai cara, melewati berbagai syarat dan mengikuti beberapa cara
prinsip yang menjadi aturan dalam pembelajaran. Namun harus disadari bahwa ditengah-tengah antara kondisi awal ke
kondisi destinasi ada beberapa hal yang menjadi kendala baik yang berasal dari mahasiswa maupun dari luar
para siswa itu sendiri. Kenyataan yang selalu dialami siswa jika mengalami kesulitan belajar maka berdampak pada kekurangan tersebut

semangat belajar dan pada akhirnya menurunnya prestasi. Ini tentu perlu diselesaikan, bagaimanapun, sebagai
langkah awal untuk menggali penyebab kesulitan belajar atau masalah belajar penting untuk diketahui dan dipetakan lebih awal
(Jeslin, Sarinah & Putra, 2019). Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan siswa tempat informasi berada
diperoleh melalui guru kelas, orang tua bahkan dari siswa itu sendiri, hal-hal apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pembelajaran tersebut
masalah. SMP Terpadu di SMP IT Nurul Azizi menerapkan kurikulum dari Kementerian Negara

Pendidikan, dan kurikulum Departemen Agama untuk bidang Al-Qur'an, Agama dan Muatan Lokal dan
ekstrakurikuler. Visi SMP Terpadu di SMP IT Nurul Azizi adalah membentuk siswa berprestasi
siswa yang memiliki nilai moral. Visi tersebut dijabarkan dalam misi SMP Terpadu di SMP IT
Nurul Azizi yaitu mendidik dan membekali anak dengan kemampuan intelektual, sosial emosional dan spiritual.

DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1155

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192 Berbagai Prestasi yang Dihasilkan Siswa SMP IT Nurul Azizi, Diantaranya Olahraga Antar Sekolah

kompetisi, olimpiade matematika tingkat nasional, dll, tetapi tidak semua siswa dapat mengikuti pengajaran dan
proses belajar dengan baik di sekolah ini dengan mengikuti berbagai kegiatan dan perlombaan, juga ada siswa
yang mengalami masalah belajar antara lain penyesuaian diri yang buruk, kurang mandiri, gangguan emosi dan
bahkan kesulitan belajar lainnya yang mempengaruhi nilai akademik siswa, sehingga diperlukan cara-cara khusus untuk mengatasinya
masalah belajar ini. Meskipun demikian diharapkan tujuan pembelajaran SMP Islam Terpadu dapat terbentuk dengan baik

siswa berprestasi dan bermoral dapat tercapai dengan baik. Namun ada kalanya tujuan tersebut tidak dapat tercapai karena
ada kendala yang dialami siswa. Untuk mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa di
SMP Islam Terpadu dimana visi dan misi sekolah dapat membantu membentuk perilaku
siswa lebih banyak, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga diupayakan
menyediakan program Bimbingan Konseling Islami yang diperuntukkan bagi siswa SMP IT Nurul Azizi. Berdasarkan observasi di lapangan diperoleh d

SMP di SMP IT Nurul Azizi antara lain penyesuaian yang dialami siswa baru, masalah emosi
terkait dengan seseorang yang mereka sukai, konflik orang tua dan anak, kurang berprestasi, masalah sosial ekonomi dan lain sebagainya. Sedangkan b

kondisi mental dimana masalah kesulitan belajar terkadang membuat siswa mengalami stres. Itu
Kondisi di atas memicu konflik dan frustasi bagi siswa. Dalam hal ini siswa mengalami perubahan
Perilaku yang ceria berubah menjadi pemalu bahkan beberapa siswa yang tadinya pendiam berubah menjadi siswa yang pemalu
perilakunya sulit dikendalikan karena selalu membuat masalah di kelas. Konflik dan frustasi merupakan kondisi yang dapat membuat siswa mengalam

berurusan dengan mereka berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi.

II. METODOLOGI Sifat interaksi dalam keluarga mulai berubah pada masa remaja. Remaja mengalami tekanan

antara ketergantungan mereka pada orang tua dan kebutuhan untuk menjadi individu yang mandiri. Orang tua juga sering bercampur
perasaan dalam diri mereka, mereka ingin anaknya mandiri tetapi mereka sadar bahwa sulit untuk bisa
biar anaknya mandiri. Remaja adalah generasi penerus dan pewaris bangsa yang akan menjadi pelaksana bangsa dan negara

perkembangan. Maju atau tidaknya bangsa dan negara sangat tergantung pada kualitas yang ada pada diri remaja. Di dalam
Indonesia, remaja merangkul lebih dari setengah dari seluruh penduduk. Karena jumlahnya banyak, ada juga
banyak masalah yang terkait dengan grup ini. Hal ini juga terjadi pada remaja di SMP IT Nurul Azizi. Kesulitan belajar adalah hambatan/gangguan bela

kesenjangan yang signifikan antara tingkat integritas dan kemampuan akademik yang harus dicapai. Kesulitan belajar
DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1156

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192

dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar mengajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu untuk mencapainya
hasil belajar. Adapun jenis kesulitan belajar yang umumnya terjadi pada usia sekolah termasuk ketidakmampuan belajar

(ketidakmampuan belajar) adalah gejala-gejala yang muncul sebagai indikator kelainan psikologis yang terdiri dari: disleksia
(disleksia) yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia (disgrafia) yaitu ketidakmampuan belajar, menulis dan
dyscalculia (diskalkulia), yang merupakan ketidakmampuan belajar matematika. Biasanya ketidakmampuan belajar dialami
oleh siswa usia sekolah dasar namun tidak menutup kemungkinan siswa sekolah menengah pertama juga mengalaminya
dia. Underachiever adalah hasil prestasi belajar lebih rendah dari yang diperkirakan berdasarkan hasil tes
kemampuan belajar. Biasanya siswa yang mengalami underachievers memiliki nilai prestasi belajar yang baik sebelumnya.
Lambat belajar adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat
lanjutan pada pelajaran berikutnya, sehingga sering harus mengulang. Lambat belajar terjadi pada anak yang bertubuh kecil
keterbelakangan mental, atau yang berkembang lebih lambat dari kecepatan normal (Mulyadi, 2010). Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ber

faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, baik yang bersifat bawaan (turunan)
serta hasil interaksi individu dan proses pembelajaran pribadi individu yang telah melekat pada dirinya
orang. Faktor internal terdiri dari aspek kognitif (ranah hak cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/
kecerdasan siswa, aspek afektif (ranah rasa), seperti kondisi emosi dan sikap yang ada
tidak stabil/tidak terkendali dan aspek psikomotorik (ranah kuarsa), seperti penginderaan rendah/terganggu/terbatas (penglihatan
dan pendengaran). Faktor eksternal adalah segala bentuk hambatan yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri, antara lain:
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah (Shah, 2012). Freud mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan yang tidak men

perubahan detak jantung dan pernapasan. Menurut Freud, kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan
reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu keadaan yang dianggap berbahaya (Sundari,
2005). Psikoterapi kognitif adalah terapi yang menggunakan pendekatan terstruktur, aktif, derektif dan jangka pendek

menghadapi berbagai kendala dalam kepribadian, seperti kecemasan atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa
mempengaruhi (keadaan emosional, perasaan) dan tindakan seseorang sangat ditentukan oleh bagaimana seseorang membentuk dunianya.
Pikiran manusia memberikan gambaran rangkaian peristiwa dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang terdistorsi
atau terdistorsi, berkaitan erat dengan isi pikiran, misalnya seseorang menderita kecemasan karena mereka
antisipasi mengalami hal-hal yang tidak baik pada dirinya (Leahy, 2003). Dengan demikian psikoterapi Islam yang dimaksud disini adalah Bimbingan K

proses pemberian bantuan kepada individu sehingga individu atau klien menyadari keberadaannya sebagai milik Tuhan
makhluk yang harus hidup sesuai dengan aturan dan petunjuk Tuhan, sehingga bisa mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat (Lubis, 2007).

DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1157

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192 Secara umum SMP Terpadu di SMP IT Nurul Azizi memiliki usia kurang lebih 13-16 tahun

bertahun-tahun. Menurut Santrock, usia ini tergolong ke dalam masa remaja (adolescence) dimana periode
transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang masuk pada usia sekitar 10 sampai 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2002). Menurut Papalia, remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, diman

tugas perkembangan yang harus dilalui 19. Tugas perkembangan, seperti fisik, psikis, sosial, dan
perubahan moral. Sebagian besar remaja belum siap menghadapi tugas-tugas perkembangan yang terjadi sehingga akan menimbulkan berbagai macam
masalah. Pada umumnya remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua dan mendapatkan sumber k
pemahaman, dan bimbingan moral dari rekan-rekan mereka (Papalia & Feldman, 2009).

AKU AKU AKU. HASIL Tujuan pendidikan nasional berlaku untuk semua jenis sekolah dan dilaksanakan dengan

karakteristik masing-masing jenjang pendidikan sekolah. Dengan kata lain, tujuan kelembagaan harus selaras dengan
tujuan pendidikan nasional dan merupakan konsentrasi yang harus membawa tujuan pendidikan nasional pada pencapaiannya. Untuk mencapai tujua
pengalaman sekolah. Namun, kemampuan guru untuk membimbing siswanya terbatas, sedangkan masalah yang dihadapi oleh
siswa semakin kompleks. Dari kondisi seperti inilah peran seorang psikolog sangat dibutuhkan, agar
meminimalkan kesulitan yang dihadapi siswa. Penelitian ini didasarkan pada kondisi yang dialami remaja di SMPIT yang menjalani pembelajaran

kesulitan di sekolah mereka yang disebabkan oleh masalah psikologis. Masalah psikologis termasuk perceraian orang tua,
konflik antara orang tua dan anak, masalah cinta remaja, kurang mandiri, kurang berprestasi, penyesuaian diri
dan gangguan emosi lainnya yang mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Pada dasarnya siswa yang belajar
kesulitan mengatakan mengalami kecemasan, gugup, sakit kepala sering pegal, mati rasa terasa berat, tangan atau
anggota badan gemetar, sulit tidur, banyak berkeringat, sulit berbicara, sulit bernapas, jantung berdebar, cemas
masalah tidak terselesaikan, waspada berlebihan, dan sebagainya. Jika dilihat dari perspektif DSM IV adalah
karakteristik kecemasan (Nevid, 2005). Dengan adanya keluhan yang dialami siswa dan ditambah dengan hasil belajar yang menurun

prestasi di sekolah justru menghambat aktivitas atau rutinitas sehari-hari, bahkan ada siswa yang pemalu dan pendiam
mengubah perilaku mereka menjadi berlebihan sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas Oleh karena itu
untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu teknik tertentu yang bertujuan untuk merubah pikiran yang irasional menjadi pikiran yang lebih rasion
(Rational Belief) (Beck, 1995) dengan pendekatan psikologi kognitif Islam yaitu dengan memberikan Islami
Metode Bimbingan Konseling yang Psikoterapi Islam. Pada awalnya pemikiran otomatis irasional siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi

dengan jenis kesulitan belajar yang mereka alami. Langkah selanjutnya adalah mendampingi subjek untuk bertanya, mengevaluasi,
dan merestrukturisasi pemikiran otomatis irasionalnya dengan membaca ayat-ayat tertentu dari Al-Quran beserta ayat-ayatnya
terjemahan dan Hadits sesuai dengan metode dalam Bimbingan Konseling Islam yaitu melalui keteladanan

DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1158

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192

metode penyadaran, metode penalaran logis dan metode cerita. Dalam penelitian ini apa lagi
ditekankan adalah pemberian metode penalaran yang logis, kemudian diadakan pembahasan tentang isi ayat tersebut sebagai suatu
resistensi otomatis terhadap pikiran irasional. Otomatis pikiran salah (irasional) (Fadilah, 2013) dimiliki oleh
pasien kemudian mencari pemikiran alternatif untuk menantang keyakinan otomatis irasional yang disebut (disputing/confronting)
(Fadilah, 2013), hal tersebut dapat diperoleh dengan menghubungkan dengan metode Islami berdasarkan Alquran dan Hadits tergantung
terhadap masalah yang dihadapi siswa sehingga siswa akan dapat menilai bahwa pikiran negatif yang dimilikinya salah
sehingga ketika para siswa ini dihadapkan dengan masalah lain yang muncul, diharapkan pemikiran mereka
lebih adaptif dan dapat menghadapinya dengan baik sehingga kecemasan turun yang akan menghasilkan prestasi belajar
ditingkatkan lagi agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.

IV. KESIMPULAN Pemahaman dan pengalaman agama yang salah dapat menimbulkan konflik dan kecemasan dalam diri seseorang. Di sisi lain

pemahaman dan pengalaman agama yang benar dapat menyelesaikan konflik dan kecemasan. Oleh karena itu psikolog yang memiliki
pemahaman agama memiliki peran penting dalam terapi psiko-religius agar dapat memberikan dampak positif bagi
klien mereka. Psikoterapi Islam adalah terapi iman karena konsep-konsep dalam terapi mental Islam didasarkan pada a

keimanan yang kuat pada jiwa sehingga dapat membuat jiwa individu dipenuhi rasa aman, tenang, sejahtera dengan
segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah dan juga sehat secara mental. Psikoterapi Islam yang dimaksud di sini adalah pemberian
metode Bimbingan Konseling Islam. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku siswa yang irasional dan
pola pikir menjadi pemikiran dan keyakinan yang lebih rasional adalah melalui pendekatan religi bagi siswa yang memiliki
kesulitan belajar, dalam hal ini dengan memberikan Bimbingan Konseling Islami dengan cara memperbaiki cara pandang
permasalahan dari kesulitan belajar yang dialami siswa SMP IT Nurul Azizi dimana terjadi perubahan pemikiran,
kebiasaan, dan perilaku, yang sebelumnya tidak benar (irasional) dimana siswa mendapatkan pemikiran yang salah tentangnya
diri sendiri, orang lain, kehidupan dan berbagai masalah yang mereka hadapi, sehingga menyebabkan mereka gelisah, dan dapat merubah perilaku ya
menghindari masalah ketika menghadapi masalah dengan harapan dapat meredakan kecemasannya dengan mengintegrasikan Islam
nilai-nilai di dalamnya.

REFERENSI

1. Suharyanto, A. (2015). Pendidikan dan Proses PembudayaandalamKeluarga, JUPIIS: JurnalPendidikanIlmu-


IlmuSosial, 7(2) (2015): 162-165.
2.Mardianto. (2012). PsikologiPendidikan, Medan: Perdana Publishing.
3. S. Mahendran, R. Benita, S. Nandhini dan J. Nandhitha. "Deteksi Kesalahan dalam Transmisi Daya
Line." Jurnal Internasional Teknologi Komunikasi dan Komputer 5 (2017), 46-
47.doi:10.31838/ijccts/05.02.02
4. Syah, M. (2010). PsikologiPendidikandenganPendekatanBaru, EdisiRevisi. Bandung: RemajaRosdakarya.
5. Jeslin, Sarinah & Putra, AID (2019). Prestasi Belajar ditinjau dari Kedisiplinan pada Siswa Perguruan Setia
Budi Abadi Perbuangan. Jurnal Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial (JEHSS). 2 (1): 24-35.
6. Mulyadi, (2010). Diagnosis menyulitkanBelajardanBimbinganterhadapKesulitanBelajarKhusus. Yogyakarta:
NuhaLitera.
7. Syah, M. (2012). PsikologiBelajar, Jakarta: Rajawali Pers.
8. Sundari, S. (2005). Kesehatan Mental dalamkehidupan. Jakarta: RinekaCipta.
DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1159

Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi Khusus 1, 2020


ISSN: 1475-7192

9. Leahy, RL (2003). Teknik Terapi Kognitif-Panduan Praktisi. New York London: Guilford
Tekan.
10. Fadilah, R. (2017). BimbinganKonseling Islam SebagaiSolusiPerubahanKarakterbagiKenakalanremaja
Indonesia di Sekolah,Proceeding International, Education Counseling & Social Work Conference,
PascasarjanaUniversitas Medan Area, Medan, Indonesia.
11. Rajbirkaur, sarojarora (2015) alkaloid-metabolit sekunder terapeutik penting yang berasal dari tumbuhan. Jurnal
Tinjauan Kritis, 2 (3), 1-8.
12. Lubis, L. (2007). BimbinganKonselingIslami. Jakarta; Hijri Pustaka Utama
13. Santrock, JW (2002). Perkembangan Masa Hidup-PerkembanganMasaHidup. Jakarta: Erlangga, 2002.
14. Papalia, O. & Feldman, (2009). Perkembangan Manusia-PerkembanganManusia. Jakarta: McGraw Hill.
15. Nevid, JS (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
16. Faiyaz Ahmed, Mueen Ahmed KK, Md. Zainul Abedin, Alias ​A. Karim. "Penggunaan Tradisional dan
Potensi Farmakologi FicusexasperataVahl." Tinjauan Sistematis di Farmasi 3.1 (2012), 15-23.
Mencetak. doi:10.4103/0975-8453.107131
17.Beck, JS (1995). Dasar-Dasar Terapi Kognitif dan Selanjutnya, New York London: The Guilford Press.
18. Fadilah, R. (2013). PengaruhTeknikRestrukturisasiKognitifdalamTerapi Cognitive-Behavior (CBT)
MelaluiMetodaRuqyahTerhadapPenurunanDerajatKecemasanpadaPenderita yang MengalamiHipertensi di
Ruqyah X Bandung, Program Tesis PascaPsikologiUniversitas Islam Bandung.
19. Fadilah, R. (2013). PengaruhTeknikRestrukturisasiKognitifdalamTerapi Cognitive-Behavior (CBT)
MelaluiMetodaRuqyahTerhadapPenurunanDerajatKecemasanpadaPenderita yang MengalamiHipertensi di
Ruqyah X Bandung, Program Tesis PascaPsikologiUniversitas Islam Bandung.
20. Rajalakshmi,M.,&Subadra,S. (2014). Identifikasi Emosi Tersenyum untuk Deteksi Emosi Negatif oleh
Fuzzy Neural Network dengan Perbedaan Piksel. Jurnal Internasional Desain dan Informasi Sistem
Diproses, 2(4), 59-65.
21. Gopalakrishnan,C., & Iyapparaja,M. (2018). Menandai di Aplikasi Berbasis Kategori IoT Menggunakan Vitalitas
Teknik Geospasial yang Mahir. Bonfring Jurnal Internasional Teknologi Jaringan dan
Aplikasi, 5(2), 1-5.
22. Uzan, P. Masalah yang mengikat dalam terang fisika kuantum (2011) NeuroQuantology, 9 (3), hlm. 547-562.
23. Parsons, DF Kemungkinan penggunaan komputasi kuantum medis dan biomedis (2011) NeuroQuantology, 9 (3),
hlm.596-600.

DOI: 10.37200/IJPR/V24SP1/PR201262
Diterima: 20 Jan 2020 | Revisi: 08 Feb 2020 | Diterima: 27 Feb 2020 1160

Anda mungkin juga menyukai