Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN


Pendidikan dalam Arti Luas dan Sempi, Tujuan Pendidikan, Fokus pendidikan dan
Masalah-Masalah yang ditemui

Dosen;
Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons.
Dr. Dina Sukma. S.Psi, S.Pd., M.Pd

Oleh;

Rahayu Dewany
21151024

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
A. Pengertian Pendidikan dalam Arti Luas dan Sempit

Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkunagan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudiyahardjo,
2002). Dalam arti sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala
pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya
agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

Pendidikan secara keseluruhn adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan
yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan perasanan dalam berbagai lingkuangan hidup secara
tepat dimasa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informasi di sekolah, dan
luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan
kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup
secara tepat (Mudiyahardjo, 2002).

Dunia pendidikan dituntut mampu memberikan kontribusi nyata berupa


peningkatan kualitas pembelajaran, hasil dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.
Dalam proses pembelajaran seorang individu melakukan kegiatan belajar. Sedangkan
dalam belajar seseorang individu harus mampu mengadakan perubahan tingkah laku,
perubahan yang diharapkan dari pembelajaran adalah perubahan yang lebih baik dari
sebelumnya (Fathurroman & Sulistyorini, 2012)

B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan yaitu
bimbingan pengajaran atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen dari system pendidikan yang
menempati kedudukan dan fungsi sentral. Oleh sebab itu tenaga pendidikan perlu
memahami dengan baik tujuan dari pendidikan (Suardi, 2010)
UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan Nasional, tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Menurut Ki hajar Dewantoro tujuan pendidikan adalah mendidik
anak agar menjadi manusia yang sempurna hidupnya yaitu kehidupan dan penghidupan
manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakat. Hubungan antar-
komponene tujuan bersifat satu kesatuan integral da nada hierarki nilai-nilai dalam
pencapaian tujuan tersebut. Aspek-aspek kodrato manusia dilihat sebagai suatu potensi
yang perlu dikembangkan agar manusia mencapai kualitas pribadi sebagai insan yang
berakhlak mulia, baik ketika berhadapan dengan Sang pencipta dalam terminology iman
dan takwa maupun ketika berhadapan dengan sesame makhluk dalam kehidupan dunia.
(Rukiyati 2019)
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan merupakan suatu hasil
pencapain peserta didik melalui pendidikan yang ditempuhnya yang tentunya melalui
pendidikan tersebut peserta didik mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhannya, memilki
akhlak yang mulia, menjadi individu yang sehat fisik dan mental, memiliki kemandirian
dalam melakukan sebuah tindakan dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya,
masyarakat bangsa dan Negara.
C. Fokus Pendidikan
Fokus pendidikan di sekolah adalah adanya interaksi antara pendidikan dan
peserta didik dalam mempelajari suatu materi pelajaran sebagaimana yang telah disusun
dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut para
pendidikan tentu harus mampu menguasi bahan ajar, dan menguasai bagaimana cara
mengarakan kepada peserta didik sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna.
Pembeljaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang
mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya
sendiri. Dalam konteks ini ssiwa mengalami dan melakukannya sendiri sehingga dapat
menghasilkan kepuasaan tersendiri bagi diri siswa.
D. Masalah-Masalah Pendidikan
1. Masalah Pendidikan Dalam Arti Luas dan Sempit
Berdasarkan pengertian pendidikan dalam arti luas dan sempit adalah dimana
pendidikan dalam arti luas adalah hidup sedangkan dalam arti sempit adalah sekolah.
sehingga melalui pendidikan dapat memberikan sebuah kehidupan yang lebih
sejahtera bagi manusia, pendidikan diperoleh dalam melalui pendidikan formal,
informal dan nonfomal. Namun dalam dunia pendidikan sering sekali ditemui
masalah-masalah yang dapat menghambat proses pendidikan itu terjadi, misalnya saja
pendidikan yang umumnya diselenggarakan disekolah, terdapat dapat jurnal
(Megawanti 2015) menjelaskan bhawa masalah pendidikan di Indonesia dituai setiap
tahunnya. Permasalahannya muncul mulai dari aras input, proses dan outputnya.
Permasalahan umum yang terjadi pada aras input yaitu pada penerimaan siswa
baru disekolah-sekolah seharusnya berfokus pada peningkatan kualitas seseorang,
bukan semata-mata untuk mengejar keuntungan. Walaupun tidak dapat dipungkiri
bahwa pendidikan di Indonesia sudah menjadi hal yang prestisius bagi beberapa
kalangan. Seberapa pun besarnya biaya pendidikan yang dibebankan pihak sekolah,
atas nama gengsi dan harapan akan gelar kesarjanaan yang dapat meroketkan
martabat keluarga, akan dikeluarkan. Namun, bagi kalangan masyarakat menengah ke
bawah, persoalan masuk sekolah bukan melulu tentang gengsi, melainkan mampu
atau tidaknya. Bahkan sudah menjadi pemandangan wajar, tiap tahun ajaran baru,
PerumPegadaian menerima gadaian perhiasan dari orangtua yang ingin
menyekolahkan anaknya. Penerimaan siswa baru di sekolah negeri seharusnya
membebaskan biaya bagi calon orangtua murid. Namun pada prakteknya banyak
ditemukan pungutan liar dengan alasan uang ‘titipan’ agar si anak dapat masuk ke
sekolah yang diinginkan.
Permasalahan pada proses pembelajaran tidak kalah kompleksnya dengan upaya
memasukkan anak ke sekolah. Usaha untuk bisa memasukkan anak ke sekolah
unggualan kadang tidak dibarengi dengan pemberian motivasi yang positif bagi si
anak. Anak seharusnya diberikan gambaran mengenai apa yang ingin ia capai, bukan
memberi gambaran apa yang ingin orangtua capai. Pemberian les tambahan kadang
tidak disesuaikan dengan bakat dan keinginan anak. Hasilnya, masa anak-anak yang
penuh keceriaan berganti menjadi rutinitas belajar dan mengajar prestasi tiada henti.
Orangtua seperti memiliki alasan yang kuat terhadap pemasungan terselung dari
perkembangan kecerdasan emosional dan psikologi anak, yaitu atas nama kesuksesan
dikemudian hari.
Pada aras output, yakni berkaitan dengan kelulusan, maka akan berhadapan
dengan permasalahan yang masih gencar dipertahankan dan dipertentangkan, yaitu
masalah UN (Ujian Nasional). Semenjak tahun 2008 UN diwajibkan sampai tingkat
SD (Sekolah Dasar) dan sederajat. Hal ini jelas menuai protes dari banyak kalangan,
dikarenakan bertentangan dengan program nasional “Wajib Belajar (Wajar) 12 tahun”
yang telah diberlakukan mulai tahun 2013. Wajar 12 tahun mewajibkan anak-anak
berusia 7-19 tahun untuk dapat mengenyam bangku sekolah. Tetapi untuk dapat lulus
dari SD saja anak didik harus melalui tahap seleksi yang didasarkan pada nilai UN
dan hasil raport dari kelas IV sampai VI. Otomatis anak-anak yang nilai rendah tidak
dapat melanjutkan ke SMP Negeri, dan jika harus bersekolah di swasta belum tentu
orangtua mereka mampu membayar biaya yang diajukan pihak sekolah. Itu baru
tingkat SD, belum tingkat SMP dan SMA/K. UN pun digadang-gadang hanya
mendidik kognitif siswa sedang mengkesampingkan afektif dan psikomotorik. Anak
hanya menjadi pintar secara otak, tetapi belum tentu menjadi ‘pintar’ secara
emosional dan tingkah laku
2. Masalah Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdasakan kehidupan anak bangsa dan
mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu bertaqwa terdapat Tuhan Yang Maha
Esa memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur,
mandiri, kepribadian yang mantap serta dapat bertanggung jawab terhadap bangsa.
Namun pada kenyataannya dalam mencapai tujuan pendidikan itu terdapat hambatan-
hambatan sehingga tujuan dari pendidikan itu sendiri sulit untuk dicapai oleh peserta
didik seperti dalam Artikel Agustang, Mutiara, and Asrifan 2021) menjelaskan bahwa
dimana tujuan pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak jelas hal tersebut dapat
dikatan berdasarkan hasil survey para praktisi pendidikan ke lapangan dimana
terdapat bahwa tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Hal inilah menjadi penyebab peserta didik dan
pendidikan tidak mengethaui “goal” apa yang akan dihasilkan melalui [endidikan
sheingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal
ini merupakan masalah terpenting jika menginginkan efektifitas pengajaran, karena
suatu tujuan pendidikan tidak akan mungkin tercapai jika belum mengetahui apa
tujuan pendidikan itu sendiri.
3. Masalah Fokus Pendidikan
Masalah dalam fokus pendidikan adalah masalah yang sering ditemui. Hal ini
dapat dikatakan karena pendidikan yang awalnya berfokus pada manusia dan alam
sekitarnya namun perubahan zaman yang semakin canggih menuntut fokus
pendidikan agar mengikuti zaman globalisasi tersebut, akan tetapi manusia sebagai
fokus pendidikan masih sering ditemukan tidak dapat mengikuti kemajuan zaman
sehingga sulit bagi manusia itu untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan
zaman.
Terdapat diberbagai tempat khususnya di pedesaan para pendidik juga tidak dapat
mengikuti kemajuan zaman itu, sehingga dalam memberikan pendidikan kepada
peserta didik tidak berjalan dengan semestinya. Oleh sebab itu pemerintah seharusnya
memberikan perhatian penuh kepada warna Negara Indonesia untuk memberikan
fasilitas seperti sarana, prasana, pelatihan, work shop bagi pendidik dengan tujuan
agar fokus pendidikan yaitu alam yang menjadi tujuan pendidikan dan manusia
sebagai subjek pendidikan itu dapat seimbang yang tentunya sesuai dengan
perkembangan zaman.
Referensi

Agustang, Andi, Indah Ainun Mutiara, and Andi Asrifan. 2021. “Masalah Pendidikan Di
Indonesia.”

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran : Membantu


Meningkatkan Mutu Pembelajaran sesuai Standar Nasional. Yogyakarta: Teras

Megawanti, Priarti. 2015. “Meretas Permasalahan Pendidikan Di Indonesia.” Formatif: Jurnal


Ilmiah Pendidikan MIPA 2(3).

Rukiyati, Rukiyati. 2019. “Tujuan Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Pancasila.” Humanika,
Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum 19(1):56–69.

Radja Mudyahardjo. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks

Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai