Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Mekanisme Koping dan Dukungan Sosial Teman

Sebaya dengan Kecemasan pada siswa dalam menghadapi Ujian


Masuk Perguruan Tinggi di SMAN 2 Depok

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan manusia terdiri dari tahap bayi, prakselolah, remaja, dewasa
sampai lansia. Salah satunya adalah remaja. Remaja adalah masa peralihan dari
masa usia sekolah sampai dewasa awal. Masa remaja selain masa peralihan dari
anak-Anak sampai dewasa juga masa perubahan yang meliputi perubahan biologis,
psikologis dan perubahan sikap sosial kepada masyarakat (Baharuddin, 2019).Masa
remaja ada 3 kategori yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengah
usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir pada Usia 19-22 tahun (Baharuddin,2019).

Ciri-ciri remaja sehat jiwa menurut Nevid dalam Kusumawati (2010) yaitu
remaja yang menerima diri sendiri apa adanya, bisa mengatur emosinya dengan
baik, mampu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan lingkungan sekitar, serta
didalam hidupnya mempunyai harapan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Sedangkan, ciri-ciri remaja menurut nevid dalam kusumawati (2010) yang
memiliki krisis jiwa yaitu mereka yang mempunyai gangguan mental emosional
yang meliputi gangguan pada kepribadiannya, kecemasan, depresi, gangguan
disosiatif serta ada ide untuk bunuh diri

Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi gangguan mental emosional remaja


usia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan dua kali lipat dari tahun 2013. Pada tahun
2018 gangguan mental emosional pada remaja usia 15 tahun ke atas mengalami di
Indonesia kenaikan 3.8 % dari tahun 2013. Kenaikan gangguan mental emosional
remaja usia 15 tahun ke atas menurut riskesdas 2013 mengalami kenaikan dari
tahun 2007 sebesar 5.6 %. Khususnya,di provinsi jawa barat menurut riskesdas
tahun 2018 mengalami kenaikan gangguan mental emosional pada remaja usia 15
tahun ke atas sebesar 5 % dari tahun 2013. Sedangkan, di provinsi jawa barat
menurut riskesdas tahun 2013, remaja usia 15 tahun ke atas mengalami penurunan
sebesar 1 % dari tahun 2007. Salah satu gangguan mental emosional yang dialami
remaja dalam penelitian saya adalah kecemasan.

Kecemasan menurut wijayanti (2015) merupakan perasaan yang menggambar


kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan dan ketidaknyamanan disertai dengan
keluhan fisik. Kecemasan bisa dirasakan oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun
( Wijayanti, 2015). Di dalam keseharian, remaja mengalami kecemasan
dikarenakan banyak tuntutan, tantangan dan banyak pekerjaan yang harus mereka
kerjakan ( Wijayanti, 2015). Kecemasan apabila berlebihan dan tidak dikontrol
dengan baik akan menghambat pencapaian tujuan tertentu ( Wijayanti, 2015).
Kurangnya pemahaman untuk mengatasi cemas, bukan hanya membuat remaja
cemas saja akan tetapi membuat remaja stress, tergantung, dan menarik diri
menurut Nursalam ( dalam Wijayanti, 2015). Salah satunya adalah kecemasan
dalam menghadapi ujian Masuk Perguruan Tinggi.

Rasa cemas menghadapi ujian merupakan bentuk perasaan cemas yang


berlebihan pada situasi yang spesifik yaitu pada saat menghadapi ujian yang
ditunjukkan dengan respon kognitif, perilaku dan fisiologis (Musrsyida dkk, 2017).
Dalam hasil peneliantian oleh Mursyida dkk (2017) yang berjudul” Hubungan
Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kecemasan Menjelang Ujian
Nasional Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 4 Banda Aceh Tahun 2017”
mengatakan remaja yang mengalami kecemasan sebesar 49,3 % dan remaja yang
tidak mengalami kecemasan sebesar 50 %. Berdasarkan penelitian tersebut, maka
remaja masih mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian.Menurut Agus
(2018), respon kecemasan memiliki jenis respon yaitu kecemasan dengan respon
kognitif yaitu mereka masih mengalami rasa khawatir dan perasaan terganggu atau
ketakutan dengan apa yang terjadi di masa depan, selanjutnya secara respon
perilaku mereka mengalami ketergantungan dan menghindar dari masalah, dan
secara respon fisiologis mengalami gejala gugup, gelisah, anggota tubuh
berkeringat, bergetar, kerongkongan kering, dan sulit bernafas.

Berdasarkan penelitian Walasary dkk tahun 2015, tingkat kecemasan pada siswa
kelas XII yang sedang mengikuti ujian nasional menggunakan skala kecemasan
yaitu skala HARS (Hamilton anxiety rating scale) berada pada peringkat tingkat
kecemasan ringan yaitu (51,3 %), kecemasan sedang (40%), kecemasan berat
(5,3%) dan tidak mengalami kecemasan (3,4 %). Tetapi, bertentangan dengan
jurnal Agus tahun 2018 yang menyatakan sebanyak 45 % mengalami kecemasan
sedang, 37,5 % mengalami kecemasan tinggi, 10 % mengalami kecemasan ringan
dan 7,5 % mengalami kecemasan berat sekali. Hal yang disebutkan didalam dua
jurnal, menandakan bahwa siswa kelas XII masih mengalami tingkat kecemasan
sedang. Oleh karena itu, perlu ditelaah lebih lanjut mengenai penyebab kecemasan.

Menurut stuart ( dalam sutejo 2018), teori biologis berkaitan dengan


kecemasan. Teori biologis menyatakan bahwa otak mengandung reseptor khusus
yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan ansietas. Reseptor
benzodiazepine yang terdapat di otak, membantu mengatur ansietas ( Sutejo, 2018).
Penghambat GABA berperan penting dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas (Sutejo,2018). Kecemasan disertai dengan gangguan fisik dan
berikutnya mengurangi kapasitas individu untuk mengatasi stressor ( Sutejo, 2018).

Mekanisme Koping merupakan cara yang digunakan individu untuk mengatasi


masalah dan mengatasi perubahan yang terjadi pada situasi yang mengancam
menurut stuart ( dalam sutejo, 2018). Mekanisme Koping untuk menentukan tingkat
kecemasan berbeda-beda tergantung dari bagaimana individu menyelesaikan
masalah tersebut (Wijanti, 2015). Jika masalah tidak dapat diselesaikan dengan
baik, maka remaja tersebut akan mengalami frustasi, marah-marah hingga depresi
sedangkan jika masalah bisa diselesaikan secara baik maka fokus belajar dan
berkreatifitas, sehingga hasil dari fokus belajar mereka, mereka dapat
berkompetensi dalam ujian perguruan tinggi ( Wijayanti, 2015).
Penelitian Rachmah dkk (2019) memunculkan bahwa 56 % remaja
menggunakan mekanisme koping adaptif dan 44 % remaja menggunakan
mekanisme koping maladaptif. Hal tersebut juga di perkuat oleh jurnal wijayanti
tahun 2015 yang menyatakan sebanyak 67,2 % menggunakan mekanisme koping
adaptif terhadap kecemasan dan sebayak 32,8 % mengalami mekanisme koping
maladaptif terhadap kecemasan . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
remaja masih bisa menyelesaikan masalah secara baik dan berfokus pada kegiatan
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan (Agus, 2018). Maka dari hal
tersebut,remaja juga memerlukan dukungan sosial teman sebaya.

Dukungan sosial teman sebaya merupakan bentuk perhatian dari teman sebaya
yang berupa kenyamanan, bantuan yang diberikan dari individu kepada orang lain
maupun kelompok (Mursyida dkk, 2017). Dukungan sosial teman sebaya dapat
diberikan berupa cara-cara yaitu emosional, instrumental, informasi, dan penilaian
individu (Mursyida, 2018). Dalam jurnal Mursyida dkk tahun 2017 menyatakan
remaja memiliki kecemasan sekitar 56,1% dan remaja yang tidak memiliki
kecemasan sekitar 25, 0 %. Kecemasan berkaitan dengan dukungan sosial teman
sebaya sekitar 78,1 % memiliki dukungan sosial teman sebaya dan 21,9 % tidak
memiliki dukungan sosial teman sebaya. Data-data ini menunjukkan bahwa
dukungan sosial teman sebaya sangat penting untuk mendukung terhadap
kecemasan remaja.

Dari data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan mekanisme Koping


dan dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat kecemasan berkaitan dan
memiliki peranan penting untuk mempengaruhi dan mendukung tingkat
kecemasan. Oleh karena itu, saya ingin meneliti hubungan mekanisme koping dan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat kecemasan lebih jauh.
I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Identifikasi Masalah

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 2 Depok, didapatkan


jumlah keseluruhan siswa/siswi dari kelas 10 sampai kelas 12 adalah……. Peneliti
menemukan beberapa siswa yang merasakan gejala kecemasan yaitu cemas, firasat
buruk, takut akan pikiran sendiri apalagi ketika mengerjakan soal. Beberapa siswa
disana mengatakan ada tanda-tanda kecemasan pada tubuhnya yaitu sulit dan hilang
konsentrasi, jantung berdebar-debar, pusing kepala bahkan ada yang mengatakan
mereka merasa lemas, lesu dan mual apalagi saat melihat soal .

Beberapa siswa, mereka masih bisa mengontrol emosi mereka ketika sedang
mengalami kecemasan. Mereka mengatakan bahwa mereka masih bisa mencari
jalan keluar ketika mereka kesulitan dalam menghadapi soal. Mereka mengatakan
masih bisa berusaha sendiri untuk mengerjakan soal. Jika mereka sudah berusaha
tetapi belum menemukan jawabannya, mereka meminta bantuan ke teman yang
dikatakan lebih mampu untuk mengatasi soal yang sulit., dan mereka masih bisa
minta diajar oleh guru mata pelajarannya. Akan tetapi, beberapa siswa
mengataakan mereka tidak sanggup saat melihat soal yang sulit. Mereka tidak dapat
mengontrol emosi seperti marah-marah dan mudah tersinggung.

Siswa di SMAN 2 Depok mengatakan bahwa teman-teman dekat di sekitar


mereka saling memberikan bantuan jika menghadapi soal yang sulit pada saat di
dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Siswa-siswa mengatakan
mereka membentuk kelompok belajar di luar jam belajar dan antar sesama teman
saling memberikan dukungan seperti saling membantu jika ada teman yang
kesulitan.

I.2.2 Pertanyaan ilmiah


a. Bagaimana karakteristik siswa kelas XII SMAN 2 Depok yang mengikuti ujian
masuk perguruan tinggi ?

b. Apa saja bentuk mekanisme koping yang dialami siswa kellas XII SMAN 2
Depok dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi?

c. Apa saja bentuk dukungan sosial teman sebaya untuk memberi support antar
teman yang sama sama menghadapi ujian masuk Perguruan tinggi pada siswa kelas
XII di SMAN 2 Depok?

d. Apa saja bentuk tingkat kecemasan pada saat mereka mengikuti pembelajaran
ujian masuk perguruan tinggi pada siswa kelas XII di SMAN 2 Depok?

e. Bagaimana hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pada siswa


kelas XII yang mengikuti pembelajaran ujian masuk perguruan tinggi di SMAN 2
Depok?

f. Bagaimana hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat kecemasan


siswa kelas XII yang mengikuti pembelajaran ujian masuk perguruan tinggi di
SMAN 2 Depok?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dan dukungan sosial teman sebaya
dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi tes ujian masuk perguruan tinggi
pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi di SMAN 2
Depok.

I.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis gambaran karakterisistik siswa kelas XII yang mengikuti


ujian masuk perguruan tinggi di SMAN 2 Depok
b. Untuk menganalisis gambaran mekanisme koping yang dialami siswa kellas XII
SMAN 2 Depok dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi

c. Untuk menganalisis gambaran dukungan sosial teman sebaya untuk memberi


support antar teman yang sama sama menghadapi ujian masuk Perguruan tinggi
pada siswa kelas XII di SMAN 2 Depok

d. Untuk menganalisis gambaran kecemasan pada saat mereka mengikuti


pembelajaran ujian masuk perguruan tinggi pada siswa kelas XII di SMAN 2 Depok

e. Untuk menganalisis hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada siswa


kelas XII yang mengikuti pembelajaran ujian masuk perguruan tinggi di SMAN 2
Depok

f. Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan kecemasan


siswa kelas XII yang mengikuti pembelajaran ujian masuk perguruan tinggi di
SMAN 2 Depok

I.4 Manfaaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
keperawatan jiwa mengenai variable-variable yang terkait dengan penelitian ini
yaitu tingkat kecemasan, mekanisme koping dan Dukungan sosial teman sebaya.
Sehingga tenaga kesehatan Keperawatan bisa memberikan intervensi yang terkait
dengan penurunan tingkat kecemasan, mekanisme koping apa yang diberikan untuk
mengurangi tingkat kecemasan serta dukungan sosial teman sebaya untuk
memotivasi dan meminimalisir tingkat kecemasan.

I.4.2 Manfaat Praktis

I.4.2.1 Keperawatan

Didalam Penelitian ini sedang mempelajari keperawatan jiwa yang mencakup


keperawatan anak dan remaja yang mengalami kecemasan. Didalam penelitian ini
juga peneliti memberikan solusi dan perawatan untuk meminimalisir kecemasan
yang terjadi pada remaja.

I.4.2.2 Remaja

Didalam Penilitian ini, Para anak SMA yang berusia remaja terutama yang sedang
mengalami kecemasan mendapatkan informasi serta pengetahuan bagaimana
mekanisme koping untuk meminimalisir kecemasan serta dukungan sosial teman
sebaya agar mereka termotivasi menjelang ujian masuk perguruan tinggi.

I.4.2.3 Orang Tua

Didalam Penelitian ini diharapkan Orang Tua menjadi motivator utama bagi anak
dalam menghadapi berbagai tekanan hidup sehingga kecemasan anak tersebut dapat
terminimalisir dengan baik.

I.4.2.4 Pihak Sekolah

Penelitian ini juga diharapkan agar pihak sekolah tidak terlalu memaksa dan
menekan para siswa apabila ada masalah dalam pembelajaran di sekolah. Pihak
sekolah diharapkan juga memberikan support untuk siswa agar tetap fokus dan
semangat dalam belajar terutama menjelang ujian masuk perguruan tinggi dan
menjadi fasilitator untuk para siswa kelas XII.

I.4.2.5 Penelitian

Didalam Penelitian ini diharapkan untuk penelitian menambah ilmu bagi remaja
yang mengalami kecemasan dan dapat dijadikan sumber untuk penelitian
berikutnya.
Daftar Pustaka

Agus, I Putu.2018. Tingkat Kecemasan Siswa SMK Menghadapi Ujian


Nasional Berbasis Komputer,consellia : Jurnal Bimbingan dan Konseling
8 (1), 37-44.

Baharuddin.2019. Pentingnya Pola Komunikasi Orang Tua terhadap


Perkembangan Pubertas Remaja, Vol. 12, No. 1, 610–621.

Kusumawati, F.( 2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba


Medika

Riskesdas (2013). Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar.

Riskesdas (2018). Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar.

Mursyidah,Melysia, dkk..2017.Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman


Sebaya dengan Kecemasan Menjelang Ujian Nasional pada Siswa kelas
XII SMA Negeri 4 Banda Aceh Tahun 2017.Jurnal aceh medika.

Rachmah, Ertanti Rizky Nur & Teti Rahmawati. 2019.Hubungan


Pengetahuan Stress dengan Mekanisme Koping Remaja,Vol 10 No.2.

Sutejo.2018.Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial.Yogyakarta. Pustaka
Baru Press.

Walasary, Sammy A dkk. 2015.Tingkat Kecemasan Pada Siswa Kelas XII


SMAN 5 Ambon dalam menghadapi Ujian Nasional,jurnal e-clinic,
Volume 3,Nomor 1

Wijayanti, Endah Tri.2019. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan


Mekanisme Koping

Anda mungkin juga menyukai