Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berasal dari asal usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar
dewantara Adu & Nur (2001), bahwa keluarga berasal dari bahasa jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga, kawula berati hambadan warga yang
dapat diartika menjadi anggota. Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah dua
orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
yang menidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan menurut Depkes
(1988 dalam Sudiharto, 2014) bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal satu atap dalam keadan saling ketergantungan.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian keluarga diatas dapat


disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang dibentuk karena adanya hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, yang hidup dalam satu rumah tangga dan tiap-tiap anggota keluarga
berinteraksi satu sama lain dan berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

Harmoko (2012) menyebutkan bahwa keluarga memiliki delapan tahap


perkembangan. Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya
masing-masing. Tahap keempat dari perkembangan keluarga adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Anak sendiri merupakan individu yang tumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah (UU No.4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak). Pada tahap ini dinilai pada saat anak tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan minat
sendiri-sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak (Harmoko, 2012).

1
Terdapat beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada keluarga
dengan anak usia sekolah pada tahap perkembangan antara lain kesulitan belajar,
gangguan tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, dan
penyalahgunaan zat hingga penyakit menular / infeksi (Edelman & Mandle, 1986
dalam Setiadi 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian definisi keluarga ?
2. Apa saja peran keluarga?
3. Apa saja fungsi keluarga ?
4. Apa saja tipe keluarga?
5. Bagaimana struktur sebuah keluarga?
6. Apa saja tugas perkembangan keluarga ?
7. Apa saja tahap perkembangan keluarga?
8. Bagaimana koping sebuah keluarga?
9. Apa saja peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga?
10. Apa saja prinsip perawatan keluarga?
11. Bagaimana konsep keluarga sejahtera?
12. Apa saja karakteristik dan tumbuh kembang anak usia sekolah?
13. Apa pengertian anak sekolah?
14. Apa saja trend dan isue keperawatan keluarga?
15. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori?
16. Bagaimana pengkajian yang di lakukan terkait kasus?
17. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga bedasarkan kasus?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian definisi keluarga.
2. Mengetahui apa saja peran keluarga.
3. Mengetahui apa saja fungsi keluarga.
4. Mengetahui apa saja tipe keluarga.
5. Mengetahui struktur sebuah keluarga.
6. Mengetahui apa saja tugas perkembangan keluarga.

2
7. Mengetahui apa saja tahap perkembangan keluarga.
8. Mengetahui bagaimana koping suatu keluarga.
9. Mengetahui apa saja peran perawat dalam asuhn keperawatan keluarga.
10. Mengetahui apa saja prinsip perawatan keluarga.
11. Mengetahui bagaimana konsep keluarga sejahtera.
12. Mengetahui apa saja karakteristik dan tumbuh kembang anak usia sekolah.
13. Mengetahui apa pengertian anak sekolah.
14. Mengetahui apa saja trend dan isue keperawatan keluarga.
15. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori.
16. Mengetahui bagaimana pengkajian yang di lakukan terkait kasus.
17. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga bedasarkan kasus.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga
bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai
generasi peneus, saling pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner,
1997) dikutip dari (Achjar, 2013).

Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mepertahankan kebudayaan (Friedman, 2010)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 2014).

Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa


Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu tempat/
rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan
mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Struktur Keluarga

a) Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah


dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b) Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu
c) Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu
d) Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e) Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

a) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga
b) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing
c) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.

4. Ciri-Ciri Keluarga

A. Ciri-ciri keluarga Indonesia

a) Suami sebagai pengambil keputusan


b) Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c) Berbentuk monogram
d) Bertanggung jawab
e) Pengambil keputusan
f) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g) Ikatan kekeluargaan sangat erat
h) Mempunyai semangat gotong-royong

B. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi,2008)

a) Keluarga merupakan hubungan perkawinan


b) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
e) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.

5
5. Struktur Keluarga

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas :

A. Pola dan proses komunikasi

1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi :


a) bersifat terbuka dan jujur.
b) selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c) berfikiran positif.
d) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

2) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

a) Karakteristik pengirim

Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang


disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik.

b) Karakteristik penerima

Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.

B. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain, sedangkan orang tua mereka entah kemana atau
malah berdiam diri di rumah.

C. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk


mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif

6
ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :

1) Legimati power

Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa

dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol

tingkah laku anggota keluarga yang lain.

2) Referent power

Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain


karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif
seorang anak dengan orang tua (role mode).

3) Reward power

Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima


oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena
kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.

4) Coercive power

Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan


paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.

5) Affectif power

kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau


tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan
seksual pasangan suami istri.

D. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara


sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.

7
6. Tipe Keluarga

Dalam (Murwani) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

A. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah)

B. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mather


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui
pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.

8
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

C. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:


a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal


keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,
seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal

9
dasar dalam memeberikan hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/ masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak
dapat terpenuhi.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang


dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya
Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting
dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan


menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan
yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita

10
lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal
ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek


asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

B. Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Freedman membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak


langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya, perubahan
apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari


pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat


membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan
kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.

11
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga


kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duval dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap


perkembangan, yaitu:

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas


perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.


2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %
tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :


1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.

12
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah

Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra


sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.


2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah


dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang


dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa
muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

13
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri


dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak -
anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social
dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :


1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

14
D. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan


keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah

1) Pengenal kesehatan (health monitor)


Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan
normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta
membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
2) Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan
asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
3) Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,
yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik
secara berkelompok maupun individu.
4) Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5) Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
6) Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang
asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak


dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan
profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.

E. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga

Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu


diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :

1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.


2) Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
3) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4) Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

15
6) Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan
kesehatan keluarga.
7) Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
8) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah
dengan menggunakan proses keperawatan.
9) Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga
adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau
perawatan dirumah.
10) Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang
kesehatan antara lain adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga
dengan penyakit keturunan.

2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :

a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).


b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi

3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :

a) Lahir prematur (BBLR). b) Berat badan sukar naik.


b) Lahir dengan cacat bawaan.
c) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.

4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga

a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk


digugurkan.

16
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
sering timbul cekcok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

F. Konsep Keluarga Sejahtera

1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar
anggota dan antarkeluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan
keluarga sejahtera terdiri dari:
a) Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB
b) Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkugan tempat tinggal, dan transportasi.
c) Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
d) Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya
belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam
kegiatan masyarakat
e) Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan
yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau
memiliki kepedulian social yang tinggi.
f) Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

17
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
2. Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,
social budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai
agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
3. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan
meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan
kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan
tanggungjawab.
4. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan
serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna
hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup
harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
5. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang
membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi
kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

G. Indikator-indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut.

a. Keluarga prasejahtera

Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut.

1. Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-


masing.

2. Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

3. Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai


keperluan.

4. Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari


tanah.

5. Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan


(bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB).

18
b. Keluarga sejahtera 1

Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 5 tetapi


belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.

6. Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang


dianut.

7. Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-


kurangnya sekali dalam seminggu.

8. Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.

9. Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2.

10. semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi mereka masing-masing.

11. Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
memiliki penghasilan yang tetap.

12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu


membaca dan menulis latin.

13. Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.

14. Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan
mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.

c. Keluarga sejahtera II

Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi


belum mampu melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut.

15. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.

16. Keluarga mempunyai tabungan

17. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.

18. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

19. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurangsekali


dalam 6 bulan.

20. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan
televise.

21. Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

19
d. Keluarga sejahtera III

Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi


belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.

22. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan


sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.

23. Keluargaaktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.

e. Keluarga sejahtera III plus

Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah


mampu melaksanakan semua indicator (23).

H. Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera

Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa


penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui
pengembangan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang diselenggarakan secara
menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga.

Tujuan : mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk
membangun diri sendiri dan lingkungan.

Pokok-pokok kegiatan :

1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan


pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat melakukan
usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan
sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku
usaha, dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan
magang, studi banding, dan pendampingan.
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui
kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera
(UPPKS)
c. Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan
keluarga sejahtera), Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha
dan sector terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan
memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
proses produksi.

20
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector
terkait koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan
departemen koperasi dan PPKM.
2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi remaja,
dan peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan
perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui
kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif ( APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren,
kelompok-kelompok.
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-
lain.
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan
penyuluhan melalui media massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia
(BKL).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar.
3) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka
Kencana) kegiatan lomba-lomba.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan
perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang
ada hubungannnya dengan reproduksi.
4. Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap
tahun, antara bulan Januari sampai Maret., dilakukan pendataan keluarga
untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga
sejahtera.
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

21
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian annggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan
dengan baik.

I. Karakteristik dan Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah


a. Karakterisitik Anak Sekolah

Karakteristik anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai


karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan
batasan-batasan norma. Variasi individu mulai lebih mudah dikenali di sini seperti
pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,
perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2005). Ada beberapa
karakteristik lain anak usia ini, yaitu anak banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, aktivitas fisik anak semakin meningkat, dan pada usia sekolah anak akan
mencari jati dirinya.
Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam.
Aktivitas fisik anak meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan
teman, meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi
sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk
memenuhi kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya
(Khomsan, 2010).

Pada usia sekolah dasar anak mencari jati diri dan akan sangat mudah
terpengaruh lingkungan, terutama teman sebaya yang pengaruhnya sangat kuat
seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan temannya, termasuk perubahan
kebiasaan makan. Peranan orang tua sangat penting.Selama pertengahan tahun
masa kanak-kanak, dasar-dasar peran dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan
interaksi sosial terbentuk. Negara-negara industri periode ini dimulai saat anak
mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun
merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Tugas perkembangan pada
masa anak usia sekolah berfokus pada kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial
(Potter& Perry, 2005).

Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan


transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke kehidupan belajar, dan
bekerja terstruktur.Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.Hal ini membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak
harus belajar menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan
teman sebaya.Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan

22
menerima tanggung jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan (Potter& Perry,
2005).

Selama tahap primer (6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain
bersama, bergantung pada siapa yang bersedia dan siapa yang tertarik. Sekitar usia
8 tahun, kelompok sosial dengan teman sebaya berjenis kelamin sama mulai
terbentuk. “Kelompok” ini menyatakan kemandirian mereka dari peran orang tua,
dan membuat kode atau bahasa rahasia dan perilaku mereka sendiri.Periode
seringkali mengarah pada masyarakat rahasia dimasa kanak-kanak. Persahabatan
adolesense (10-12 tahun) dikarakterisasi dengan memiliki sahabat dengan jenis
kelamin yang sama. Hubungan ini mungkin sementara, tetapi hubungan mereka
sangat erat dan tercipta diskusi yang menyangkut seluruh area kehidupannya
(Potter& Perry, 2005).

b. Tumbuh-Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5
inchi pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,
menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi
sudah sempurna pada usia 7tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg,
kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan
berat badan anak usia sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per
tahun. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-
laki maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih
115 cm. Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).

2. Perkembangan Kognitif

Concrete operational (7 – 11 tahun).Menurut Piaget, usia 7–11 tahun


menandakan fase operasi konkret. Anak mengalami perubahan selama tahap
ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi kooperatif. Anak usia sekolah
juga mengembangkan peningkatan mengenai konsep yang berkaitan dengan
objek-objek tertentu, contohnya konservasi lingkungan atau pelestarian
margasatwa. Pada masa ini anak-anak mengembangkan pola pikir logis dari
pola pikir intuitif, sebagai contoh merekabelajar untuk mengurangi angka
ketika mencari jawaban dari suatu soal atau pertanyaan. Pada usia ini anak
juga belajar mengenai hubungan sebab akibat, contohnya mereka tahu bahwa

23
batu tidak akan mengapung sebab batu lebih berat daripada air (Piaget, J.,
1996; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

3. Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I


tingkat pra-konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu mereka
berupaya untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak usia
sekolah berada pada tahap 2 (Instumental–Relativist orientation). Anak-anak
tersebut melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka. (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).

4. Perkembangan Spiritual

Pada saat anak tidak dapat memahami peristiwa tertentu seperti


penciptaan dunia, mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya.
Pada masa ini, anak usia sekolah dapat mengajukan banyak pertanyaan
menegnai Tuhan dan agama dan secara umummeyakini bahwa Tuhan itu baik
dan selalu ada untuk membantu. Sebelum memasuki pubertas, anak-anak
mulai menyadari bahwa doa mereka tidak selalu dikabulkan dan mereka
merasa kecewa karenanya. Beberapa anak menolak agama pada usia ini,
sedangkan sebagian yang lain terus menerimanya. Keputusan ini biasanya
sangat dipengaruhi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Tahap perkembangan spiritual menurut Fowler

Tahapan Usia Deskripsi

0 0-3 tahun Bayi tidak mampus


merumuskan konsep
(Tidak terdiferensiasi)
mengenai diri sendiri atau
lingkungan

1 4-6 tahun Suatu kombinasi gambaran


dan kepercayaan yang
(Intuitif – proyektif)
diberikan oleh oranglain
yang dipercaya, yang
digabungkan dengan
pengalaman dan imajinasi
diri sendiri

2 7-12 tahun Dunia fantasi dan khayalan


pribado; symbol-simbol

24
(Mitos-factual) mengacu pada sesuatu yang
khusus; kisah-kisah dramatic
dan mitos digunakan untuk
menyampaikan maksud-
maksud spiritual.

5. Perkembangan Psikoseksual

Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun)


masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah
pada aktivitas fisik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah
ditekan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Fase Laten (6-12 tahun) Selama periode laten, anak menggunakan


energy fisik dan psikologis yang merupakan media untuk mengkesplorasi
pengetahuan dan pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya.
Pada fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin
perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki. Pertanyaan anak tentang seks
semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistemtem reproduksi.
Orangtua harus bijaksana dalam merespon pertanyaan-pertanyaan anak, yaitu
menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luanya jawaban orangtua disesuaikan
dengan maturitas anak. anak mungkin dapat bertindak coba-coba dengan
teman sepermainan karena seringkali begitu penasaran dengan seks. Orangtua
sebainya waspada apabila anak tidak pernah bertanya mengenai seks. Peran
ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak,
termasuk mempelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan
dengan seks.

6. Perkembangan Psikososial

Industry versus inferiority (6-12 tahun) Anak akan belajar untuk


bekerjasama dengan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang
dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan yang dilakukan bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di
fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan keluarga terdekat.
Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi mempengaruhi
gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial lebih luas
dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau
lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu
anak semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai
anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang
mempunyaitujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas

25
dengan teman dilingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
sukses (sense of industry). Perasaan tidak adekuat dan rasainferiority atau
rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang
pada fase ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa.
Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa
terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan
perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.

J. Definisi Anak Sekolah


Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih
kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa
yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus
untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

K. Trend dan Isue pada keperawatan keluarga


1. Isu Praktik:
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan
penerapan pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua
bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih
tinggi dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright
dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan
kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah
sehat dan sakit.
b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah
untuk di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan
kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat
sistem pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan
kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk.
Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan
pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan
pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja

26
dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien
individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu,
mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan
keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat
keluarga. Menurut Wright dan Leahey,mengatasi kebutuhan ini dengan
menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan
gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna
mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini
c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan
kepada keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang
disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa
peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke
pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih
menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut
Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa
terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan
antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan
pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan
penggunaan Internet dan email telah memberikan banyak keluarga
informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai masalah kesehatan dan
pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi pasien dan
keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang membeli dan
mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli.
Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan
kebebasan untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa
yang mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri.
d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
kebudayaannya beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu
lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam,yang
memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia,
khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya
(termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional
dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi)
membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik.
e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai
globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan
menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah
diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih
baik bagi keluarga.

27
2. Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan keluarga
a. Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
e. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
f. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
g. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system ya
ng belum berkembang.
h. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara
umum.
i. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasiyang cukup.
j. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
l. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga
terbatas.
m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

3. Merokok
a. Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung /


dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan
panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya.
Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar
dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis
bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi
dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker.

Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi


(ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya.
Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).

28
b. Pengertian Perokok aktif

Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap


lintingan atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas,
daun, dan kulit jagung. Secara langsung mereka juga menghirup asap rokok
yang mereka hembuskan dari mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada
umumnya adalah untuk menghangatkan badan mereka dari suhu yang
dingin. Tapi seiring perjalanan waktu pemanfaatan rokok disalah artikan,
sekarang rokok dianggap sebagai suatu sarana untuk pembuktian jati diri
bahwa mereka yang merokok adalah ”keren”.

Ciri-ciri fisik seorang perokok :

1. Gigi kuning karena nikotin.


2. Kuku kotor karena nikotin.
3. Mata pedih.
4. Sering batuk – batuk.
5. Mulut dan nafas bau rokok.

c. Pengertian Perokok Pasif

Perokok Pasif adalah seseorang atau sekelompok orang yang


menghirup asap rokok orang lain. Telah terbukti bahwa perokok pasif
mengalami risiko gangguan kesehatan yang sama seperti perokok aktif,
yaitu orang yang menghirup asap rokoknya sendiri.

Adapun gejala awal yang dapat timbul pada perokok pasif :

1. Mata pedih
2. Hidung beringus
3. Tekak yang serak
4. Pening / pusing kepala

Apabila perokok pasif terus-menerus ”menekuni” kebiasaanya, maka akan


mempertinggi risiko gangguan kesehatan, seperti :

1. Kanker paru-paru,
2. Serangan jantung dan mati mendadak,
3. Bronchitis akut maupun kronis,
4. Emfisema,
5. Flu dan alergi, serta berbagai penyakit pada organ tubuh seperti yang
disebutkan di atas.

29
L. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Definisi
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,menginat
pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang
ada pada keluarga. Oleh karena itu perawat keluarga doharapkan memahami
betul lingkup ,metode,alat bantu dan format pengkajian yang digunakan.
2. Model pengkajian
a. Pengkajian keluarga model Friedman
Asumsi yang mendasariny adalah keluarga sebagai sistem sosial,
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan
batasan 6 katagore dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat
melakukan pengkajian:
1. Data pengenalan keluarga
2. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
3. Data lingkungan
4. Struktur Keluarga
5. Fungsi Keluarga
6. Koping Keluarga
b. Pengkajian Kleuarga mpdel Calgary
Teori sistem memberikan kerangka kerja bahwa keluarga sebgai bagin
dari suprasistem dan terdiri dari beberapa subsistem. Komunikasi
merupakan teori bagaimana individu melakukan interaksi secara
berkelanjutan. Konsep berubah menjadikan kerangka kerja bahwa
perubahan satu anggota keluarga yang lainnya.
3. Tahapan-Tahapan Pengkajian
Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian
,dipergunakan istilah penjajakan.
a. Penjajakan I
Data data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain :
1. Data umum
2. Riwayat dan tahapan perkembangan
3. Lingkungan
4. Struktur Keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Stress dan koping keluarga
7. Harapan keluarga
8. Data tambahan
9. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pengumpulan data tersebut makan akan dapat diindentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga

30
Contoh :

1. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan sistem pencernaan


2. Anggota kelluarga dengan masalah sistem pernafasan
3. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan cairan elektrolit

b. Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan
data data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatn sehingga dpat ditegakkan diagnosa
keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Ketdakmampuan keluarga mengambil keputusan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

B. Analisa Data Dan Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Definisi Analisa Data
a. Analisa data merupakan kegiatan pemilahan data dalam rangka proses
klarifikasi dan validasi informasi untuk mendukung penegakan diagnosa
keprawatan keluarga yang akurat.
b. Review data yang dapat menghungkan antara penyebab masalah yang
ditegakan
c. Menghubungkan data dari pengkajian yang berpengaruh kepada munculnya
suatu masalah.

2. Definisi Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa Keperawatan merupakan kumpulan pernyataan,uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status
kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual.

3. Struktur Diagnosa Keperawatan Keluarga


Struktur diagnosa keperawatan terdiri atas :
a. Problem/masalah
b. Etiologi/penyebab
c. Sign dan Symptom/ tanda dan gejala

4. Tipe Diagnosa Keperawatan Keluarga


Tipe-tipe diagnosa keperawatan keluarga sebenarnya ada beberapa, diantaranya
:
a. Aktual
b. Resiko tinggi

31
c. Potensial
d. Sindrom
e. Kemungkinan

5. Prioritas masalah
Prioritas masalah didasari atas 3 komponen :
a. Kriteria
b. Bobot
c. Pembenaran

6. Kriteria Penilaian
a. Sifat masalah terdiri atas :
1. Aktual dengan nilai 3
2. Resiko tinggi dengan nilai 2
3. Potensial dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi ,baru
menunjukkan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat.

b. Kemungkinan masalah untuk diubah


1. Mudah dengan nilai 2.
2. Sebgaian dengan nilai 1
3. Tidak dapat dengan nilai 0
Pembenaran mengacu pada masalah ,sumber daya kelurga ,sumber daya
perawat dan sumber daya lingkungan.

c. Potensial masalah untuk dicegah


1. Tinggi dengan nilai 3
2. Cukup dengan nilai 2
3. Rendah dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada, berat ringannya masalah, jangka waktu
terjadinya masalah,tindakan yang akan dilakukan,kelompok resiko tinggo
yang bisa di cegah.
d. Menonjolnya masalah
1. Segera diatasi dengan nilai 2
2. Tidak segera diatasi dengan nilai 1
3. Tidak disarankan ada masalah dengan nilai 0
Pembenaran mengacu kepada persepsi keluarga terhadap masalah.

7. Bobot
a. Sifat masalah dengan bobot 1
b. Kemungkinan masalah untuk diubah dengan bobot 2
c. Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1
d. Menonjolnya masalah dengan bobot 1

32
8. Pembenaran
a. Alasan oenentuan subkriteria
b. Dampak terhadap kesehatan keluargaa
c. Ditunjang dengan data hasil pengkajian

9. Cara Penghitungan
a. Skor/angka tertinggi dikalikan dengan bobot
b. Jumlahnya skor
c. Skor tertinggi menjadi masalah prioritas.

C. Penyusunan Rencana Perawatan


1. Definisi
Intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk kepentingan klien atau
keluarga
2. Indikasi Intervensi
Wright dan Leahey dalam Freadman (1998) menganjurkan bahwa intervensi
keperawatan keluarga dapat dilakukan pada :
a. Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
b. Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada
aanggota keluarga lainnya.
c. Anggota keluarga yang mendukung permasalahan lesehatan yang muncul.
d. Salah satu anggota keluarga menunjukkan perbaikan atau kemunduran dalam
status kesehtan
e. Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertama kali.
f. Perkembangan anak atau remaja secara emosional.
g. Keluarga dengan penyakit kronik.
h. Keluarga dengan penyakit mematikan.

3. Klasifikasi Intervensi
Friedman (1998) memberikan gamabran berkaitan dengan klasifikasi intervensi
anatara lain:
a. Suplemental
Intervensi yang berkaitan dengan renacana pemberian pelayanan secara
langsung pada keluarga sebagai sasaran.
Contoh :
1) Imunisasi pada Balita
2) Imunisasi TT pada ibu hamil
3) Perawatan luka dengan anggota keluarga DM
4) Pembelajaran pembuatan obat tradional untuk klien dengan Hipertensi.

b. Fasilitatif
Intervensi ini terkait dengan rencana dalam membantu mengatasi hambatan
dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial dan
transportasi.

33
c. Developmental
Intervensi ini terkait denganrencana perawat membantu keluarga dalam
kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membuat keluarga belajar
mandiri) dengan kekuatan dan sumber pendukung yng terdapat pada keluarga.

4. Menetapkan Tujuan Intervensi


a. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian
akhir sebuah masalah, dimana perubahan perilaku dari ayng merugikan
kesehatan ke arah perilaku yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini
lebih mengarah kepada kemandirian klien dan keluarga sebagi sasaran
asukahn keperawatan keluarga.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusu dalam rencana perawatan kebih menekankan pada pencapaian
hasil dari masing masing kegiatan.

5. Menetapkan Intervensi
a. Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah.
b. Rencana tindakan yang diibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga.
c. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan.
d. Rencana tindakan sederhana dan mudaah dilakukan.
e. Rencana tindkan perawatn dapat dilakukan scara terus menerus oleh keluarga.

D. Implementasi
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain :
1. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang di buat.
2. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatian prioritas masalah.
3. Kekuatan keukuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber
pendukung lainnya jangan diabaikan.
4. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan
dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagi bentuk tanggung gugat dan
tanggung jawab profesi.

E. Evaluasi
1. Sifat Evaluasi
Evaluasi merupakn tahapan akhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi
merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang
ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan. Apabila setelah dilakukan
evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau
kembali yaitu :
a. Tujuan tidak realistis
b. Tindakan keperawtan tidak tepat
c. Faktor- faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi.

34
2. Kriteria dan standar
Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang
memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
Standar telah menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk
membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.

3. Metode -Metode Evaluasi


a. Observasi langsung
b. Memeriksa laporan atau dokumentasi
c. Wawancara atau angket
d. Latihan stimulasi

4. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan keperawtan keluarga merupakan indikator keberhasilan
tindakan keperawtan yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan.
Karaakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan tuntunan pada
perawat dengan uraian sebagai berikut:
a. Subjektif
Pernyataan atau uraian keluarga ,klien atau sumber lain tentang perubahan
yang dirasakan baik kemajuan ataupun kemunduran setelah diberikan tindkan
keperawatan.
b. Objektif
Data yang bisa diaamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi, perkusi,
atau auskultasu sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran padaa
sasaran perawatan sebelum dan stelah diberikan tindkan keperawatan.
c. Analisa
Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana maslah keperawtan dapat
tertanggulangi
d. Planning
Rencana yang ada dalam catacatan perkembangan merupakan rencana
tindkaan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut
sehingga diperluakan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

35
BAB III
TINJAUAN KASUS

Latihan 2: Keluarga dengan Anak Sekolah


Perawat N mempunyai keluarga binaan yaitu keluarga Bp. O (40 th) dan Ibu A (28 th)
dengan anak, An.Dk (10 th) dan An. Ek (5 th). Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga
Bp O terdapat beberapa masalah kesehatan yang dialami, salah satunya adalah masalah
perilaku merokok pada An.Dk didukung oleh hasil pengkajian sebagai berikut. Keluarga
mengatakan tidak paham lebih jauh tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala perilaku
merokok; Ibu A dan Bp.O mengatakan anaknya pernah kedapatan merokok di warnet; Ibu A
mengatakan bahwa Bp.O juga merokok; An.Dk mengatakan bahwa ia kadang- kadang
merokok saat di warnet atau di rumah teman; An.Dk mengatakan bahwa ia merokok baru
beberapa bulan; An.Dk mengatakan tidak ada gejala yang merugikan akibat merokok; Ibu A
mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan di rumah terhadap masalah perilaku
merokok dalam keluarganya; Ibu A belum pernah mendiskusikan kepada Bp.O untuk juga
ikut memberikan contoh bagi anak-anaknya; Bp.O mengatakan tidak bias berhenti merokok
sehingga ia tidak ingin anaknya kecanduan rokok seperti dirinya; warna bibir merah gelap;
gigi kekuning-kuningan. Ibu A mengatakan berkomunikasi dengan anak-anak jika bertanya
tentang tugas di sekolah; Ibu A mengatakan jarang duduk bersama anak- anak untuk
mengobrol mengisi waktu luang; Ibu A mengatakan anak Dk dan Ek tidak dekat dengan
orangtuanya dan jarang berkomunikasi dan bercanda; Ibu mengatakan anak Dk dan Ek
pendiam, kalau ditanya lebih sering menjawab satu dua kata saja; Menurut Bp.O dan Ibu A
dari kecil anak Dk dan Ek memang jarang bicara; Bp.O dan Ibu A mengatakan jarang
berkomunikasi membicarakan hal-hal yang santai atau bersenda gurau; Menurut ibu A, anak
Dk di sekolah juga pendiam kata gurunya; Anak Dk dan Ek tampak pendiam, berbicara lebih
banyak dengan kata-kata pendek atau menganggukkan kepala; Anak Dk dan Ek kalau
berbicara jarang kontak mata, begitu juga dengan Ibu A; Anak Dk lebih mau berbicara jika
tidak di depan orangtuanya.Selain itu Anak EK terlihat sebelum makan tidak mencuci
tangannya, Anak Ek Terlihat perutnya buncit, Anak EK mengatakan nafsu makannya
berkurang dan terlihat anemis pada konjungtivanya.Anak EK mengatakan malas mencuci
tangan jika ingin makan dan mengatakan selama ini suka gatal dibagian anus anak EK.
DATA TAMBAHAN : Bp.O dan Ny.A lulusan SMA, An.Dk dan An.Ek masih duduk
dibangku SD dan TK. Bp.O bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
4.500.000/bulan sedangkan Ny.A sebagai pegawai swasta dan berpenghasilan Rp.

36
3.000.000/bulan Jenis rumah (Permanen), Jenis bangunan (Beton), Luas bangunan (4×6 m2),
Luas pekarangan (tidak ada).

Status kepemilikan : milik sendiri

Kondisi ventilasi : cukup

Kondisi pekarangan : cukup

Kondisi lantai : cukup

Kebersihan rumah secara keseluruhan : kurang

3.1 Asuhan Keperawatan


3.1.1 Pengkajian
A. Data Pengenalan Keluarga
No. Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
1 Bp.O Laki-laki 40 Tahun Suami SMA Pegaai
Swasta
2 Ny.A Perempuan 28 Tahun Istri SMA Pegawai
swasta
3 An.Dk Laki-laki 10 Tahun Anak SD Pelajar
4 An.Ek Laki-laki 5 Tahun Anak TK Pelajar

Genogram :

1
2

Ket :
1. Bp.O
2. Ny.A
3. An.Dk
4. An.Ek 3 4

37
B. Riwayat dan Tahapan Pengembangan Keluarga
- Keluhan :-
- Tahap Pengembangan Keluarga : keluarga dengan anak usia sekolah
C. Data Lingkungan
Jenis rumah : Permanen

Jenis bangunan : Beton

Luas bangunan : 4×6 m2

Luas pekarangan :-

Status kepemilikan : milik sendiri

Kondisi ventilasi : cukup

Kondisi pekarangan : cukup

Kondisi lantai : cukup

Kebersihan rumah secara keseluruhan : kurang

D. Struktur Keluarga
 Struktur komunikasi : hubungan antara Bp.O dan Ny.A berjalan dengan baik akan
tetapi hubungan dengan anak-anaknya komunikasi kurang berjalan dengan baik.
 Struktur kekuatan: kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan adalah Bp.O cukup bijaksana untuk berhenti
merokok agar keluarga nya tidak ikut kecanduan seperti dirinya
 Struktur peran: Bp.O sebagai kepala keluarga, Ny.A sebagai ibu rumah tangga,
An.Dk sebagai anak dan An.Ek sebagai anak
 Berdasarkan garis keturunan: Patrilinear (keluarga sedarah yang terdiri dari
anak,saudara sedarah, dalam berbagai generasidimana hubungan itu menurut garis
keturunan ayah)
 Berdasarkan jenis perkawinan:Monogami (keluarga dimana terdapat seorang
suami dan istri.)

E. Fungsi Keluarga
 Fungsi afektif: Tn SD mengatakan kurang menjaga keharmonisan antar anggota
keluarga
 Fungsi sosialisasi: keluarga Bp.O dan Ny.A kurang berhubungan baik dengan
anggota keluarga dan sebaliknya
 Fungsi Perawatan Keluarga : Ibu A mengatakan tidak tahu cara melakukan
perawatan di Rumah terhadap masalah perilaku merokok dalam keluarganya

38
F. Koping Keluarga
Bp.O dan Ny.A mulai memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kedua
anaknya dengan ikut memberikan contoh perilaku yang baik kepada mereka

G. Peran
1. Ayah:
a. Sebagai suami dari Ny.A
b. Sebagai Ayah dari An. Dk dan An. Ek
c. Sebagai pencari nafkah
d. Sebagai pelindung dan pendidik Istri dan anak-anaknya
2. Ibu:
a. Sebagai istri dari Bp. O
b. Sebagai Ibu dari An. Dk dan An. Ek
c. Mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga
d. Membantu suami untuk mecari nafkah
3. Anak:
a. Sebagai pelajar
H. Tipe Keluarga
1. Rumah: Jenis rumah (Permanen), Jenis bangunan (Beton), Luas bangunan
(4×6 m2), Luas pekarangan (tidak ada)
2. Penghasilan:Jumlah Penghasilan Bp.O sean Ny.A besar Rp. 7.500.000/bulan
3.Kesejahteraan: termasuk ke dalam tipe keluarga Nucklear Inti Tradisional
karena krluarga tersebut dari sepasang suami istri dan seorang ank kandung dan
masuk kedalam kelompok sejahtera tahap 3 karena keluarga mampu memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan pskologis, namun belum dapat memberikan
sumbangan atau bkontribusi maksimal kepada masyarakat

39
3.1.2 Analisa Data
No Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS : Perilaku Kesehatan Merokok
- Keluarga mengatakan Cenderung Beresiko
tidak paham lebih jauh
tentang pengertian,
penyebab, tan ekda dan
gejala perilaku merokok
- Ibu A dan Bp.O
mengatakan anaknya
pernah kedapatan
merokok di warnet
- Ibu A mengatakan tidak
tahu cara melakukan
perawatan di rumah
terhadap masalah perilaku
merokok dalam
keluarganya
- Bp.O mengatakan ingin
berhenti merokok
sehingga ia tidak ingin
anaknya kecanduan rokok
seperti dirinya

DO :
- Anak EK terlihat sebelum
makan tidak mencuci
tangannya
- Anak Ek Terlihat perutnya
buncit
- Anak EK mengatakan

40
nafsu makannya
berkurang dan terlihat
anemis pada
konjungtivanya
- Anak EK mengatakan
malas mencuci tangan jika
ingin makan dan
mengatakan selama ini
suka gatal dibagian anus
anak EK.

2. DS : Ketidakefektifan Keterampilan
- Ibu mengatakan anak Dk Pemeliharaan Kesehatan Komunikasi Tidak
dan Ek pendiam, kalau Efektif
ditanya lebih sering
menjawab satu dua kata
saja
- Menurut Bp.O dan Ibu A
dari kecil anak Dk dan Ek
memang jarang bicara
- Bp.O dan Ibu A
mengatakan jarang
berkomunikasi
membicarakan hal-hal
yang santai atau bersenda
gurau
- Menurut ibu A, anak Dk
di sekolah juga pendiam
kata gurunya

- DO : Anak Dk dan Ek
tampak pendiam

41
- Berbicara lebih banyak
dengan kata-kata pendek
atau menganggukkan
kepala
- Anak Dk dan Ek kalau
berbicara jarang kontak
mata

3. DS : Ketidakefektifan Koping Sumber Pemecahan


- Ibu A belum pernah Keluarga Masalah Tidak
mendiskusikan kepada Adekuat
Bp.O untuk juga ikut
memberikan contoh bagi
anak-anaknya
- Ibu A mengatakan jarang
duduk bersama anak- anak
untuk mengobrol mengisi
waktu luang
- Ibu A mengatakan anak
Dk dan Ek tidak dekat
dengan orangtuanya dan
jarang berkomunikasi dan
bercanda

DO :
- Anak Dk lebih mau
berbicara jika tidak di
depan orangtuanya

42
3.1.3 Skoring Masalah
Diagnosa Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total Skor
Keperawatan Penyelesaian Positif Untuk Untuk
Masalah Penyelesaian di Peningkatan
Keluarga Kualitas Hidup

1: Rendah 0: Tidak Ada 0: Tidak Ada


2: Sedang 1: Rendah 1: Rendah
3: Tinggi 2: Sedang 2: Sedang
3: Tinggi 3: Tinggi
Perilaku 3 3 3 9
Kesehatan
Cenderung
Beresiko
Berhubungan
Dengan Merokok

Ketidakefektifan 3 3 2 8
Pemeliharaan
Kesehatan
Berhubungan
Dengan
Keterampilan
Komunikasi
Tidak Efektif
Ketidakefektifan 2 2 3 7
Koping Keluarga
Berhubungan
Dengan Sumber
Pemecahan
Masalah Tidak
Adekuat

43
3.1.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar pengkajian

1. Perilaku Anggota Setelah dilakukan Anggota Anggota 1. Keluarga


keluarga
Kesehatan keluarga tindakan keluarga mampu
mampu
Cenderung mampu keperawatan, mampu melakukan mengenal
hal-hal
Beresiko mengenal hal- diharapkan: memahami masalah
untuk
Berhubungan hal tentang 1. keluarga mampu dan mengerti mengontrol - Pengajaran :
bahaya dari
Dengan pengertian, mengenal masalah tentang individu
kebiasaan
Merokok penyebab, kesehatan pengertian, merokok - Pengajaran :
tanda dan -Pengetahuan penyebab, kelompok
gejala perilaku kesehatan tentang tanda dan - Pengajaran :
merokok bahaya merokok gejala perilaku proses
-Pengetahuan merokok penyakit
tentang proses Manajemen nutrisi
penyakit dari Konseling nutrisi
kebiasaan merokok 2. Keluarga mampu
-Perilaku memutuskan ,
peningkatan memperkuat atau
kesehatan untuk meningkatkan
mengurangi kognitif yang
kebiasaan merokok diinginkan atau
mengubah kognitif
2. Keluarga yang tidak
mampu diinginkan
memutuskan - Dukungan
tindakan dan membuat
keyakinan keluarga keputusan
untuk - Membangun
meningkatkan atau harapan
memperbaiki
kesehatan 3. Keluarga

44
- Keyakinan mampu
kesehatan memodif
- Berpartisip ikasi
asi dalam lingkung
memutuska an untuk
n perawatan mengem
kesehatan balikan
- Partisipasi fungsi
keluarga psikososi
dalam al dan
perawatan memfasil
profesional itasi
3. Keluarga perubaha
mempu merawat / n gaya
mampu - Bantuan
melaksanakan untuk
ADL berhenti
- Status merokok
kesehatan - Modifikasi
personal : perilaku
kesehatan lingkungan
fisik - Manajemn
- Kualitas lingkungan
hidup 4. Keluarga
akibat dari mampu
kebiasaan memanfa
merokok atkan
4.Keluarga mampu pelayana
memanfaatkan n
fasilitas pelayanan kesehata
kesehatan n
- Perilaku - Konsultasi
mencari - Rujukan

45
pelayanan - Bantuan
kesehatan sistem
- Partisipasi kesehatan
keluarga
dalam
pelayanan
keluarga
1. Keluarga
mampu
2. Setelah dilakukan Anggota
Ketidakefektifan Anggota Anggota mengenal
tindakan keluarga
Pemeliharaan keluarga keluarga masalah
keperawatan, mampu
Kesehatan mampu mampu - Pengajaran :
diharapkan: melakukan
Berhubungan mengenal hal- memahami individu
1. Keluarga hal-hal
Dengan hal dan mengerti - Pengajaran :
mampu untuk
Keterampilan meningkatkan tentang kelompok
memutuska mengevalua
Komunikasi keterampilan meningkatkan - Pengajaran :
n tindakan si
Tidak Efektif komunikasi keterampilan proses
dan keterampila
komunikasi penyakit
keyakinan n
2. Keluarga
keluarga komunikasi
mampu
untuk yang efektif
memutuskan
meningkatk
tindakan
an atau
keyakinan
memperbai
keluarga
ki
untuk
kesehatan
meningkatka
- Kepercayaa
n atau
n mengenai
memperbaik
kesehatan
i kesehatan
- Berpartisip
- Dukungan
asi dalam
pengasuhan
memutuska
- Dukungan
n perawatan
pengambilan

46
kesehatan keputusan
- Partisipasi
keluarga
dalam
perawatan 3. Keluarga
profesional mampu
2. Keluarga memanfaatk
mampu an
merawat pelayanan
keluarga kesehatan
- Perilaku - Konsultasi
kepatuhan : - Rujukan
diet yang di - Bantuan
anjurkan sistem
- Orientasi kesehatan
kesehatan
- Status 4. Keluarga
kesehatan mampu
personal memodifikas
3. Keluarga i lingkungan
mampu - Identifikasi
memanfaat resiko
kan fasilitas - Modifikasi
pelayanan perilaku
kesehatan
- Pengetahua
n tentang
sumber
sumber
kesehatan
- Perilaku
mencari
pelayanan

47
kesehatan
- Partisipasi
keluarga
dalam
pelayanan
keluarga

1. Keluarga
mampu
3. Setelah dilakukan
Ketidakefektifan Anggota Anggota Anggota memutuskan
tindakan
Koping keluarga keluarga keluarga : -
keperawatan,
Keluarga mampu mampu mampu Dukungan
diharapkan:
Berhubungan mengenal hal- memahami melakukan membuat
1. Keluarga
Dengan Sumber hal Sumber dan mengerti hal-hal keputusan
mampu
Pemecahan Pemecahan tentang untuk - Membangun
memutuska
Masalah Tidak Masalah yang Sumber mengevalua harapan
n untuk
Adekuat adekuat Pemecahan si Sumber - Dukungan
meningkatk
Masalah yang Pemecahan keluarga
an atau
adekuat Masalah /caregiver
memperbai
yang
ki
adekuat 2. Keluarga
kesehatan
mampu
- Berpatisipa
memodifikas
si dalam
i
memutuska
lingkungan:
n perawatan
- Mendengar
kesehatan
aktif
- Kesiapan
- Mediasi
caregiver
konflik
dalam
3. Keluarga
perawatan
mampu
dirumah
memanfaatk
- Kepercayaa
an fasilitas

48
n kesehatan pelayanan
- Partisipasi kesehatan:
keluarga - Konsultasi
dalam - Rujukan
perawatan - Mengunjung
professiona i fasilitas
l kesehatan

2. Keluarga
mampu
memodifika
si
linkungan :
- Komunikas
i
- Pengambila
n keputusan
- Proses
informasi
3. Keluarga
mampu
memanfaat
kan fasilitas
pelayanan
kesehatan:
- Pengetahua
n tentang
sumber-
sumber
kesehatan
- Perilaku
mencari
pelayanan

49
kesehatan
- Partisipasi
keluarga
dalam
perawatan
keluarga

50
Diagnosa Waktu Kegiatan / Implementasi Evaluasi
Keperawatan /Tempat Perawat Keluarga
1 Tempat : - Memberikan - Keluarga - S: Keluarga
Rumah edukasi tentang menyimak tentang mengatakan
keluarga pengertian, edukasi yang paham tentang
Bp.O penyebab, tanda diberikan apa yang
Pukul 10.00- dan gejala diedukasikan
sampai perilaku tentang
selesai merokok pengertian,
penyebab,
2
- Memberikan - Keluarga
tanda dan
edukasi untuk menyimak
gejala perilaku
mengenal hal- tentang
merokok
hal yang dapat edukasi
meningkatkan yang
- O: Keluarga
keterampilan diberikan
tampak pahan
komunikasi
dengan apa
yang
diedukasikan
- Keluarga
- Memberikan edukasi
3 diajarkan dan
bertanya
untuk mengenal hal-hal
yang dianjurkan
tentang
Sumber Pemecahan
tentang
sumber
Masalah yang adekuat
pengertian,
pemecahan
penyebab,
masalah
tanda dan
yang
gejala perilaku
adekuat
merokok

A: Masalah teratasi
sebagian

P: Lanjutkan intervensi

51
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori
dan kasus yang ada pada asuhan keperawatan keluarga pada anak sekolah meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

IV.1 Pengkajian Keperawatan


A. Metode dan Pendekatan Pengkajian
Dalam metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di kasus
adalah model pengkajian Friedman. Karena jika mengambil model pengkajian Calgary
tidak mencakup data yang sudah ada dalam kasus. Didalam tinjauan teori tidak dijelaskan
secara detail tentang pengkajian atau pengumpulan data
4. Model pengkajian
c. Pengkajian keluarga model Friedman
Asumsi yang mendasarinya adalah keluarga sebagai sistem sosial,
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan
batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat
melakukan pengkajian:
Asumsi yang mendasari adalah keluarga sebagai sistem sosial, merupakan kelompok
kecil dari masyarakat. Friedman memberikan batasan 6 katagori dalam memberikan
pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian :
A. Data pengenalan keluarga
B. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
C. Data lingkungan
D. Struktur keluarga
E. Fungsi keluarga
F. Koping keluarga.
Setiap kategori terdiri dari banyak sub kategori, perawat yang mengkaji keluarga
harus mampu memutuskan kategori mana yang relevan dengan kasus yang dihadapi
sehingga dapat digali lebih dalam pada saat kunjungan, dengan demikian masalah
dalam keluarga dapat mudah diidentifikasi. Tidak semua dari kategori harus di kaji
tetapi tergantung pada tujuan, masalah dan sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.

52
Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga model Friedman:

A. Identifikasi Data Keluarga


Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan untuk mengetahui
hubungan masing-masing anggota keluarga dan sebagai upaya untuk lebih mengenal masing-
masing anggota keluarga.
Data yang diperlukan meliputi :
1. Nama keluarga
2. Alamat dan Nomor telepon
3. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang di identifikasi sebagai bagian
dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya
terdiri dari penghuni rumah, tetapi juaga keluarga besar lainnya atau keluarga fiktif yang
menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak tinggal dalam rumah tangga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa
kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain
yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam bagian akhir dari komposisi
keluarga.
4. Tipe Bentuk Keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah. Tipe
keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga.
5. Latar Belakang Budaya Keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk memahami perilaku
sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan membatasi tindakan-
tindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya menjadikan akar miskinnya
komunikasi antar individu dalam keluarga. Dalam konseling keluarga kebudayaan merupakan
hal yang sangat penting.
Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga meliputi :
a. Identitas suku bangsa
b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
c. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat
homogen)
d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
e. Bahasa yang digunakan sehari-hari

53
f. Kebiasaan diit dan berpakaian
g. Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
h. Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga ( Apakah
porsi tersebut semata-mata ada dalam komunitas etnis )
i. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. Bagaimana
keluarga terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan tradisional atau memiliki
kepercayaan tradisional yang berhubungan dengan kesehatan.
j. Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.
6. Identifikasi Religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif keluarga dalam
melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam
kehidupan keluarga.
7. Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan Pendapatan )
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup keluarga. Perbedaan
kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik struktural dan fungsional,
asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah.
Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat mengantisipasi sumber-
sumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara baik. Bahkan fungsi dan struktur
keluarga dapat lebih dipahami dengan melihat latar belakang kelas sosial keluarga.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas keluarga adalah :
a. Status kelas Sosial
Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan
keluarga dan sumber pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga.
Friedman membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas, kelas atas
bawah, kelas menegah atas, kelas menengah bawah, kelas pekerja dan kelas bawah.
b. Status Ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga.
Perlu juga diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana
tambahan ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga
mengaturnya secara finansial.
Selain itu juga perawat perlu mengetahui sejauhmana pendapatan tersebut
memadai serta sumber-sumber apa yang dimiliki oleh keluarga terutama yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti asuransi kesehatan dan lain-lain.
c. Mobilitas Kelas Sosial

54
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan kelas sosial, serta bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap
perubahan tersebut.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan pada waktu luang. Menggali
perasaan anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang. Bentuk rekreasi tidak
harus mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga memanfaatkan waktu luang
untuk melakukan kegiatan bersama ( nonton TV, mendengarkan radio, berkebun bersama
keluarga , bersepeda bersama keluarga dll )

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga Inti.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang
berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua ( riwayat kesehatan, seperti apa
keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua )

C. Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-bidang yang
paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang lebih luas dimana keluarga
tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
a. Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)
b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior
rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan ruangan ( ruang

55
tamu, kamar tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela, keadaan ventilasi dan
penerangan ( sinar matahari ), macam perabot rumah tangga dan penataannya,
jenis lantai, kontruksi bangunan, keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan
sanitasi rumah, jenis septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank,
sumber air minum yang digunakan, keadaan dapur ( kebersihan, sanitasi,
keamanan ).
Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah, identifikasi
teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan keluarga terhadap
pengaturan rumah. Lingkungan luar rumah meliputi keamanan ( bahaya-
bahaya yang mengancam ) dan pembuangan sampah.
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas.
Menjelaskan tentang :
a. Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe lingkungan/komunitas
( desa, sub kota, kota ), tipe tempat tinggal ( hunian, industri, hunian dan
industri, agraris ), kebiasaan , aturan / kesepakatan, budaya yang
mempengaruhi kesehatan, lingkungan umum ( fisik, sosial, ekonomi ),
b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi kelas sosial
rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang berlangsung.
c. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-fasilitas
umum lainnya seperti pasar, apotik dan lain-lain
d. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh keluarga
e. Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga dalam
mengakses fasilitas yang ada.
f. Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga berpindah tempat,
berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas geografis keluarga
tersebut ( transportasi yang digunakan keluarga, kebiasaan anggota keluarga pergi
dari rumah : bekerja, sekolah ).
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga melakukan interak dengan
masyarakat. Perlu juga dikaji bagaimana keluarga memandang kelompok
masyarakatnya.

56
5. Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
dukungan konseling aktifitas-aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem
pendukung keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat, hubungan
keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan ), Dan formal yaitu hubungan keluarga
dengan pihak yang membantu yang berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau
lembaga lain yang terkait ( ada tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ).

D. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
1. Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem komunikasi yang
digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang lain/anggota
keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang digunakan dalam mengambil
keputusan, yang berperan mengambil keputusan, bagaimana pentingnya keluarga
terhadap putusan tersebut.
3. Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
a. Struktur peran formal
1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran keluarga dalam
melaksanakan peran tersebut.
2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten dengan harapan
keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam keluarga.
3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara kompeten.
4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
b. Struktur peran informal
1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang ada dalam
keluarga, serta siapa yang memainkan peran tersebut dan berapa kali peran
tersebut sering dilakukan secara konsisten

57
2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada tidaknya peran
disfungsional serta bagaimana dampaknya terhap anggota keluarga
c. Analisa Model Peran
1) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi anggota keluarga
dalam kehidupan awalnya, memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang
perkembangan, peran-peran dan teknik komunikasi.
2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi pasangan dan
sebagai orang tua.

d. Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran :


1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar belakang kelas sosial
mempengaruhi struktur peran formal dan informal dalam keluarga.p
2) engaruh budaya terhadap struktur peran
3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur peran.
4) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur peran.
4. Nilai-Nilai Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut Friedman adalah :
a. Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
b. Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya
c. Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga
d. Identifikasi sejauh mana keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga serta
kesadaran dalam menganut sistem nilai.
e. Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
f. Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan keluarga
terhadap nilai keluarga
g. Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.

58
E. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :
1. Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
a. Pola kebutuhan keluarga
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota keluarganya, serta
bagaimana orang tua mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota
keluarganya.
2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan masing-masing
anggota keluarga
b. Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota keluarga satu sama lain
serta bagaimana mereka saling mendukung
2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim satu sama lain, serta
bentuk kasih sayang yang ditunjukkan keluarga.
c. Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang perpisahan dan
keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan rumah tangga
sehingga terbina keterikatan dalam keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
a. Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku sesuai dengan usia,
memberi dan menerima cinta serta otonomi dan ketergantungan dalam keluarga
b. Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
c. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
d. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
f. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah dalam membesarkan
anak
g. Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
a. Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya.
1) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan

59
2) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan penting yang
berhubungan ddengan masalah kesehatan yang dihadapi.
4) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

F. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
1. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh keluarga, serta
lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh keluarga.
2. Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang dihadapi.
3. Sejauh mana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa yang digunakan
untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi koping internal dan eksternal yang
digunakan oleh keluarga.
4. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga. Identifikasi bentuk yang
digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak,
pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme.

IV.2 Asuhan Keperawatan


IV.2.1. Diagnosa Keperawatan
Pada teori tidak dijelaskan atau tidak disebutkan diagnosa apa saja yang akan muncul pada
kasus. Tetapi dalam teori menjelaskan yang diterapkan terlebih dahulu adalah dignosa prioritas.
Dalam kasus terdapat 3 diagnosa yaitu
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
Dignosa yang pertama dengan perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan
dengan perilaku keluarga dan anak yang tidak sehat ini menyatakan bahwa:
a. Anak dan keluarga tidak mengerti bahaya merokok dan cara hidup sehat.
b. Perilaku anak terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan.
c. Didapatkan bahwa anak terlihat anemis pada konjungtiva, anak merasa gatal
dibagian anus.

60
d. Disekitar lingkungan rumah banyak orang yang meroko dan pola hidup sehat yang
tidak baik dan banyak yang belum mengerti tentang bahaya meroko dan pola hidup
sehat.

Dari beberapa kasus ini bisa mengakibatkan kemungkinan anak-anak sekolah


berperilaku tidak sehat karena pola hidup mereka dan cara bergaul mereka yang salah .
Diagnosa kedua ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga Dari berbagai
kasus ini menimbulkan adanya kurang efektif dalam memelihara kesehatan pada anak
sekolah seperti anak meroko dan tidak mencuci tangan saat mau makan.

Diagnosa ketiga kurang efektifnya koping keluarga dari kasus yang didapatkan
bahwa anak jarang komunikasi dengan orang tua dan tidak terjalin komunikasi yang baik
dalam keluarga dalam kasus sudah dijelaskan dan pada teori tidak ada.

IV.2.2Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan ini, penulis membuat perencanaan sesuai dengan teori dan telah
dimodifikasi sesuai kebutuhan klien. Dalam secara Teori Perencanaan tersebut harus
memperhatikan prioritas suatu masalah, menentukan suatu kriteria hasil dan menentukan suatu
rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia menurut. Sedangkan dalam Kasus
pada diagnosa Keperawatan pertama yaitu: perilaku kesehatan cenderung berisiko .
Perencanaan Keperawatan: Gunakan komunikasi yang sesuai dan jelas., Gunakan bahasa
sederhana, Gunakan strategi untuk meningkatkan pemahaman Dorong penggunaan langkah-
langkah efektif untuk miliki koping terhadap gangguan kesadaran kesehatan).
Pada Diagnosa Keperawatan Kedua: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Dengan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
keluarga dan anak dapat memakan makan yang bersih, melakukan cuci tangan sebeklum dan
sesduah makan. Dengan Pencernaan Keperawatan: Tekankan pentingnya pola makan yang
sehat, tidur, berolahraga, dan nilai-nilai bagi individu, keluarga, dan kelompok yang meneladani
nilai dan perilaku ini dari orang lain, terutama pada anak-anak, Demostrasi cara cuci tangan
yang baik dan benar, Demonstrasi cara menyikat gigi yang baik dan benar.
Pada Diagnosa Keperawatan Ketiga: kurang efektifnya koping keluarga. Dengan tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah keperawatan
kurang efektifnya koping keluarga dapat teratasi, dengan kriteria hasil: perubahan dalam pola
komunikasi , ketidakmampuan dalam mengatasi perubahan. Dengan Perencanaan Keperawatan
yaitu keluaraga mampu mengenal masalah, keluarga mampu mengambil keputusan dan mampu
melakukan perawatan.
Dalam ketiga intervensi tersebuat sesuai dengan teori yang diterapkan adalah diagnosa
prioritas terlebih dahulu dan perencanaan sudah sesuai.

61
IV.2.3 Implementasi Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan keperawatan diagnosa perilaku kesehatan cenderung berisiko
tindakan sudah terlaksana semua. Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan keluarga tindakan keperawatan sudah terlaksana semua hanya saja keluarga belum
terbiasa akan pola hidup yang sehat. . Pada diagnosa keperawatan kurang efektifnya koping
keluarga tindakan sudah terlaksana semua mulai sudah ada interaksi dan komunikasi yang baik.
Jadi semua rencana keperawatan dari ketiga diagnosa keperawatan sudah terlaksana semua.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan yaitu pasien kooperatif saat penulis melakukan
implementasi dan pasien mau mengikuti instruksi yang diberikan. Faktor penghambat yaitu
penulis tidak bisa melakukan implementasi selama 24 jam.

IV.2.4Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien antara teori dan kasus, penulis
menggunakan metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses keperawatan dan hasil respon
pasien terhadap tindakan pelakanaan keperawatan selama 3x24 jam.
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari pelaksanaan
diagnose keperawatan pertama kelompok keluarga pada anak sekolah dalam diskusi dan
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah
melalui peningkatan pengetahuan kelompok keluarga pada anak usia sekolah, menjaga pola
hidup sehat yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dan keluarga dalam
mempraktikkannya.

62
BAB V
PENUTUP

V.5.1 Kesimpulan
Metode dan pendekatan pengkajian komunitas terdiri dari dua yaitu: pengkajian fiedman dan
calgry. Pada pengkajian untuk asuhan keperawatan keluarga pada anak sudah sesuai antara teori
dan kasus hanya saja di teori tidak dijelaskan secara rinci.
Pada kasus yang terdapat di makalah ini mengangkat 3 diagnosa yang dilanjutkan dengan
analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas masalah, intervensi, implementasi serta evaluasi.

V.5.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentangkonsep keperawatan kesehatan sekolah.
Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawatkomunitas di pelayanan sekolah.

63
DAFTAR PUSTAKA

Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.

Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Setiawati,Santun,Agus Citra Dermawan.2008.Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan


Keluarga.Jakarta: Trans Info Media

Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medik

Faridan K, dkk. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada sisa
Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. (Online),
(http://ejournal.litbang.depkes.g o.id/index.php/buski/article /view/3229/3200)

https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-
AKIBATNYA.html# .2017. diakses tgl 21 April 2019 pukul 15:00

Asuhan keperawatan keluarga Edisi ke-2


https://www.academia.edu/35973677/ASUHAN_KEPERAWATAN_KELUARGA
http://repository.ump.ac.id/3977/3/Reni%20BAB%20II.pdf

64

Anda mungkin juga menyukai