NIM : 2107010046
Judul Penelitian : Pengaruh Efikasi diri Terhadap Kecemasan Akademik Mahasiswa Baru
Psikologi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
LATAR BELAKANG
Salah satu bentuk dari budaya perkuliahan yang perlu bagi mahasiwa baru untuk
disesuaikan dan dipersiapkan adalah tugas kuliah. Tugas Kuliah merupakan hal yang sangat
penting guna mengukur kemampuan mahasiswa dalam pendalaman materi perkuliahan.
Namun masih saja kita temukan tugas kuliah yang terbengkalai atau tidak segera dikerjakan
bahkan meskipun dikerjakan mahasiswa tidak maksimal dalam pengerjaan tugas kuliah atau
asal-asalan. Bahkan pada porsi khusus mahasiwa memilih untuk keluar dari universitas
karena ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan kultur perkuliahan. Menurut hasil survey
penelitian yang dilakukan oleh UCLA yang dilakukan terhadap lebih dari 500 universitas dan
300.000 mahasiswa tingkat satu, ditemukan bahwa banyak dari mahasiswa tingkat satu yang
cenderung mengalami kewalahan karena kurangnya penyesuaian dan penyelesaian terhadap
tugas-tugas kuliah sehingga menyebabkan stress dan depresi ( Santrock,2002 ).
Mahasiswa baru yang tidak dapat beradaptasi dengan segala kewajiban dalam
perkuliahan akan menyebabkan stress (Irfan dan Suprapti,2014 ). Stress merupakan respon
dari keadaan yang penuh dengan tekanan. Hal tersebut tak elak dari adanya kecemasan pada
mahasiswa . adanya kecemasan merupakan hal yang wajar sebagai respon atas kondisi yang
mendorong individu merasa ada ancaman atas keselamatan, takut akan masa depan ,khawatir
terhadap respon sosial dan juga bisa disertai timbulnya respon fisik seperti jantung berdebar-
debar,gemetar,pusing, dll ( Farid dan Suharman 2013 ).
Ketika individu telah memilih untuk menjadi mahasiswa. Harusnya individu sadar
dan tau mengenai konsekuensi yang akan terjadi ketika menjadi mahasiwa. Mahasiswa baru
dituntut untuk mengerti dan faham mengenai segala hal yang dalam perkuliahan meliputi
etika dan menjahui segala perilaku yang tidak seharunya ( Estiane,2015 ). Harapan yang ada
dan ekspetasi yang muncul ketika menjadi seorang mahasiswa seharusnya dibarengi dengan
kesadaran bahwa akan ada banyak tantangan dan tugas-tugas yang harus dipertanggung
jawabkan. Etika serta sikap terarah ini diharapakan dapat menjadi bekal untuk mahasiswa
baru dalam perannya selama menjadi seorang mahasiswa pada dunia kampus ( Sujana,2004 ).
Memilih memasuki perguruan tinggi berarti secara sadar seorang mahasiswa terlibat
dalam kondisi hidup dan akademis yang tentunya berbeda dengan sekolah menengah atas
( Sukoco,2014 ). Konsekuansinya mahasiswa baru harus dapat menyesuaikan diri pada
beberapa aspek khususnya pola pikir, kreatifitas, pembelajaran serta perilaku untuk menjalani
kehidupan dikampus. Kesadaran atas hal tersebut tidak menutup kemungkinan munculnya
kecemasan. Namun dapat meminimalisir konsekuensi negative dari kecemasan itu sendiri.
Yang harusnya seorang mahasiswa mampu untuk mengatasi serta mengatur kecemasan
akademik yang muncul agar tidak sampai pada gangguan kecemasan.
Individu yang terus berada pada kondisi cemas yang berlebih tentu akan mengalami
gangguan konsentrasi dan hal ini akan memiliki pengaruh terhadap keberfungsian sosial,
tugas pekerjaan serta peran individu terhadap lingkungan sosialnya ( Mu,arifah,2005 ).
Kecemasan dapat muncul oleh beberapa faktor salah satunya adalah hambatan dalam
pengerjaan tugas ( deffenbscher dan hazaleus dalam ghufron dan risnawati 2009 ). Setelah
melakukan beberapa pengamatan terhadap teman seangkatan juga dengan menyususn survey
kecil-kecilan, terbukti bahwa terdapat 86,2% dari keseluruhan mahasiswa yang mengisi
kuisioner yang pernah mengalami kecemasan akademik.
Ket : Diagram Hasil survey yang dilakukan kepada teman-teman psikologi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tentu angka diatas bukan angka yang sedikit, karena hampir keseluruhan mahasiswa
pernah mengalami kecemasan akademik. Dan jika kecemasan akademik terus terpelihara
maka dampak-dampak negatif yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Seperti pepatah bilang
“Lebih baik mencegah dari pada mengobati“. Oleh karenanya peneliti perlu mengetahui
bagaimana cara untuk mengatasi kecemasan tersebut. Dengan mengetahui faktor-faktor yang
memepengarui kecemasan dan bagaimana hubungan kecemasan dengan variabel lain.
Kecemasan yang muncul akibat respon dari keadaan akademik yang penuh tekanan
dan tidak sesuai disebut dengan kecemasan akademik. Menurut Zeidner (1998) terdapat 3
aspek pada kecemasan akademik yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
Dimana aspek kognitif akan mempengaruhi pada bagaimana individu meyakini keadaan
akademik negatif, aspek afektif meliputi bagaimana individu memiliki emosi negatif terhadap
keadaan akademik, dan aspek psikomotor meliputi bagaimana individu berprilaku ketika
dihadapkan pada situasi akademik yang penuh tekanan. Beberapa faktor yang memiliki
pengaruh terhadap kecemasan akademik adalah faktor pribadi, faktor keluarga, faktor sosial,
serta faktor kelembagaan ( Kartika,2020 ). Dengan faktor pribadi menyumbang 74,53%
terhadap kecemasan akademik, tentu merupakan angka yang cukup tinggi dan apabila
ditelisik kembali faktor pribadi salah satunya adalah konsep diri dan konsep diri dapat
memprediksi efikasi diri (Farid dan Suharnan 2013).
Pada penelitian fikih amalia (2016) ditemukan hasil berupa hubungan korelasi
negative yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan akdemik. Terdapat juga
hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan siswa pada penelitian Diah dan Riza
( 2022 ). Pada penelitian lain ditemukan juga hubungan efikasi diri dengan kecemasan
mengerjakan tugas skripsi berupa korelasi negative yang cukup signifikan ( Saraswati
dkk,2021). Terdapat juga hubungan korelasi negative dengan kecemasan mahasiswa madiun (
Permata dan Holicia,2022 ). Namun pada penelitian lanjutan oleh Mayangsari (2022)
ditemukan tidak adanya hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan akademik mahasiwa
baru pada masa pandemi.
Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa efikasi diri
cenderung memiliki pengaruh terhadap kecemasan. Dimana semakin tinggi efikasi diri maka
kecemasan individu akan menurun. Karena efikasi diri merupakan keyakinan atas
kemampuan mengerjakan sesuatu tugas tertentu dimana dengan keyakinan itu individu mau
bergerak untuk menyelesaikan suatu tugas yang ada sehingga karena adanya Action tentu
terdapat pencapaian yang akan diraih ( Bandura.1997 ). Dengan efikasi diri seorang individu
akan cenderung merancang, mempersiapkan dan berusaha untuk menyelesaikan suatu tugas
bukan melarikan diri ( Diah dan Riza.2022 )
Efikasi sendiri merupakan jembatan antara potensi dengan prestasi dimana ketika
terdapat potensi diri namun tidak ada efikasi diri maka potensi akan selamnya terpendam
tanpa adanya prestasi yang ditunjukkan (Zulkaidah dkk.2012). Terdapat 3 aspek dalam
efikasi diri yakni kesuliatan tugas, kekuatan, serta generalisasi ( Bandura,1995 ). Maksud dari
kesulitan tugas adalah sampai mana level dari suatu tugas yang diberikan sehingga individu
mampu untuk mengerjakan tugas yang ada sesuai dengan kadar kesulitan tugas. Kemudian
maksud dari kekuatan adalah sampai mana kekuatan atas kemampuan individu mengerjakan
tugas, tentu saja semakin individu yakin untuk terhadap kekuatannya untuk menyelesaikan
tugas maka suatu tugas akan lebih mudah untuk terlewati meskipun individu belum pernah
melakukan tugas tersebut. Kemudian maksud dari generalisasi adalah bagaimana individu
memiliki pemikiran yang luar serta cara pandang yang beragam sehingga hal ini membantu
individu dalam meyakini akan dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Menurut teori
bandura efikasi diri merupakan hasil dari pengalaman masa lalu, efikasi akan meningkat
ketika memiliki pengalaman tentang keberhasilan dan akan menurun ketika memiliki
pengalaman tentang kegagalan.
Terdapat faktor lain juga yang mempengaruhi efikasi diri menurut bandura adalah
melihat dan memahami pengalaman orang lain yang dianggap sebanding dengan diri individu
( Bandura,1995 ) Dimana meskipun individu belum pernah berhasil menyelesaikan suatu
tugas namun orang lain yang dianggap kemampuannya sama dengan dirinya dapat
menyelesaikan tugas tersebut maka efikasi diri akan mungkin sekali muncul. Selanjutnya
faktor yang mempengaruhi efikasi diri adalah persuasif verbal dan Kondisi fisiologis
( Bandura,1995 ). Maksud dari persuasif verbal adalah nasihat yang di utarakan pada individu
sehingga dapat membangkitkan semangat dan efikasi diri dalam inidvidu, lalu maksud dari
kondisi fisiologis adalah kondisi fisik dari individu juga menjadi faktor yang mempengaruhi
efikasi diri, hal ini bukan berarti orang yang kondisi fisiologisnya tidak normal menjadi tidak
memiliki efikasi diri karena faktor dari efikasi diri tidak hanya kondisi fisiologis.
Pemaparan diatas menarik peneliti untuk meninjau ulang dan lebih mendalam
mengenai kecemasan akademik dan efikasi diri, serta ingin mengetahui pengaruh efikasi diri
terhadap kecemasan akademik mahasiswa baru psikologi UIN Sunan Kalijaga Yoyakarta.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah terdapat hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan akademik mahasiswa baru
psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan
akademik mahasiswa baru psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
MANFAAT PENELITIAN
Terdapat beberapa manfaat dari penelitian ini yakni manfaat teoristis dan praktis
dimana hal tersebut meliputi :
1. Manfaat teoristis, dimana penelitian ini berguna sebagai perluasan wawasan dalam
keilmuan psikologi klinis serta Psikologi pendidikan terkhusus pada bab mengenai hubungan
antara efikasi diri dengan kecemasan akdemik mahasiswa baru UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Penelitian ini juga bisa menjadi acuan peneliti lain yang ingin meneliti lebih
mendalam mengenai bab materi psikologi klinis dan psikologi pendidikan yang serupa.
2. Manfaat Praktis, dimana peneliti berharap penelitian ini juga memberikan manfaat praktis
untuk beberapa pihak yakni mahasiswa, dosen, masyarakat umum, dan diri peneliti sendiri.
a) Manfaat terhadap mahasiswa baru, dimana penelitian ini dapat memberikan gambaran
agar mahasiwa baru mampu untuk meningkatkan efikasi diri.
b) Manfaat terhadap dosen, dimana dosen mendapat gambaran untuk meningkatkan
efikasi diri mahasiswa baru dan dapat membantu memberikan wawasan terhadap
mahasiswa baru tentang bagaiamana untuk meregulasi efikasi diri dari mahasiswa
baru.
c) Manfaat terhadap masyarakat umum adalah agar masyarakat umum lebih terbuka
terhadap pentingnya efikasi diri dalam diri setiap individu khususnya mahasiswa baru.
Sehingga diharapkan masyarakat umum dapat ikut berpartisifasi dalam meningkatkan
efikasi diri individu khususnya mahasiswa baru.
d) Manfaat terhadap peneliti, diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti untuk
mengurai dan memperluas wawasannya terhadap materi efikasi diri dan kecemasan
akademik mahasiswa baru terkhusus mahasiswa baru psikologi UIN Sunan Kalijaga
Yoyakarta. Diharapkan penelitian ini juga dapat menjadi guide dalam penelitian yang
cakupannya lebih besar kedepannya.
KEASLIAN PENELITIAN
Seperti yang telah tertera dalam tabel, dapat kita lihat bahwa model serta variabel dengan
penelitian yang akan digunakan memiliki karakteristik yang sama namun tetap ada
perbedaan dalam bagian subjek penelitian. Dan sejauh pencarian ini belum ada penelitian
mengenai pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan akademik mahasiswa baru psikologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan demikian subjek penelitian yang peneliti
lakukan benar-benar asli.
Bab II
Dasar Teori
Kecemasan ada umumnya merupakan keadaan yang dimana sering kali muncul disertai
oleh adanya situasi kritis yang dialami oleh manusia (Adnan,1987). Kecemasan (anxiety)
merupakan kondisi umum yang ditandai dengan ketakutan atau perasaan tidak nyaman
(nevid dkk, 2014). Menurut Ramaniah kecemasan merupakan hasil dari pikiran negatif
terhadap suatu kejadian atau keadaan yang tidak menyenangkan dimana hal tersebut
sebenarnya tidak terlalu membahayakan (Rahmania,2003). Menurut Freud kecemasan
muncul karena ego yang merasa disudutkan oleh suatu konflik batin yang dirasakan ingin
menguasai ego, dan ego tidak mampu mengatasi rasa terdesak itu, perasaan itulah yang
disebut kecemasan.
Menurut APA (Association Psychology of America), anxiety atau rasa cemas merupakan
keadaan suasanaperasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti
ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (Durand, 2006). Kecemasan dapat
diartikan sebagai reaksi terhadap bahaya yang menjadi peringatan atas diri seseorang
yang mungkin tidak bisa mengendalikan situasi tersebut. Davidson (1994)
mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan proses bertemunya individu dengan
sebuah stimulus yang membuatnya merasa terancam baik secara langsung ataupun tidak
melalui pengamatan dan pengalaman individu. Kecemasan dapat terjadi dimana saja,
begitupun di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi yang dikenal dengan kecemasan
akademik. Menurut Valiante dan Pajares (1999) sebagai perasaan tegang dan ketakutan
pada sesuatu yang akan terjadi dan mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas
yang beragam situasi akademis.
Daftar Pustaka
Agustiani, P., & Savira, S. I.(2022) PERBEDAAN KECEMASAN AKADEMIK DITINJAU DARI
ANGKATAN MASUK PADA MAHASISWA DI MASA PANDEMI COVID-19.Jounal Penelitian Psikologi
.Surabaya.
Amalia, Fiqih. 2016. Efikasi Diri Dan Kecemasan Akademik Dalam Menghadapi Mata
Kuliah Studio Perancangan Arsitektur Pada Mahasiswa Jurusan Arsitektur. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Difa Kartika 2020. Faktor – Faktor Kecemasan Akademik Selama Pembelajaran Daring
Pada Siswa SMA di Kabupaten Sarolangun. Jurnal Pendidikan Tambusai. 4, 3 (Dec. 2020),
3544–3549.
Fitriyanti, K., & Wilani, N. M. A. (2019). Pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap tingkat
kecemasan berkomunikasi pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana, 1-11.
Ghufron, M. dan Risnawati, N.R. (2009). Teori - Teori Psikologi. Yogyakarta: ArRuzz
Media.
Irfan, M., & Suprapti, V. (2014). Hubungan self-efficacy dengan penyesuaian diri terhadap
perguruan tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 3(3), 172-178.
Jendra, A. F., & Sugiyo, S. (2020). Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kecemasan Presentasi Siswa
Kelas XI di SMA Negeri 1 Wuryantoro. Konseling Edukasi: Journal of Guidance and Counseling, 4(1),
138-159.
Mahato, B., & Jangir, S. (2012). A study on academic anxiety among adolescents of Minicoy
Island. International Journal of Science and Research, 1(3), 12-14.
Permana, H., Harahap, F., & Astuti, B. (2016). Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan dalam
menghadapi ujian pada siswa kelas IX di MTs Al Hikmah Brebes. Jurnal hisbah, 13(1), 51-68.
Ruswadi, I., Masliha, M., & Supriatun, E. (2022). HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT
KECEMASAN MAHASISWA D3 KEPERAWATAN MENGHADAPI UJIAN AKHIR. Jurnal Ilmiah
Kedokteran dan Kesehatan, 1(2), 32-43.
Santrock ,W. J. 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima
Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Saraswati, N., Dwidiyanti, M., Santoso, A., & Wijayanti, D. Y. (2021). Hubungan efikasi diri
dengan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa keperawatan. Holistic Nursing and
Health Science, 4(1), 1-7.
Setiyani, R. Y. (2018). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Baru Di Fakultas Ilmu
Kesehatan Dan Non Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Jurnal Psikologi
Integratif, 6(1), 16-28.
Sharma, B. (2012). Adjustment and Emotional Maturity Among First Year College Students.
Pakistan Journal of Social and Clinical PsychologyVol. 9 No3, 32-37.
Sujana, N. (2004). Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa Baru Memasuki Perguruan Tinggi.
Surabaya: UPT-MKU Universitas Airlangga.
Sukoco, A. S. P. (2014). Hubungan sense of humor dengan stres pada mahasiswa baru
Fakultas Psikologi. CALYPTRA, 3(1), 1-10.
Suputra, I. G. D., & Susilawati, L. K. P. A. (2019). Peran efikasi diri dan kecemasan akademis
terhadap self-regulated learning pada mahasiswa Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 6(3), 1293-1302.
Zulkaida, A., Made Taganing Kurniati, N., Retnaningsih, R., Muluk, H., & Rifameutia, T. (2012).
pengaruh locus of control dan efikasi diri terhadap kematangan karir siswa sekolah menengah atas
(SMA).