Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN PSIKOLOGI

BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : Farida Fitriani,M.Pd

DISUSUN OLEH :
Nama : SALSABILA NAKHLAH
Prodi : DIII KEPERAWATAN
NIM : 040SYE21

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM


NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN ANJARAN 2021/2022
Berpikir Positif untuk Menurunkan
Stres Psikologis

BERPIKIR POSITIF, STRES PSIKOLOGIS

Masalah kemahasiswaan seringkali menimbulkan akibat psikologis yang serius bagi


seseorang. Seperti yang dirangkum penulis dari hasil wawancara dengan 200 mahasiswa di
Yogyakarta, yang mengakui bahwa stres dapat disebabkan oleh persaingan kinerja yang
ketat, tekanan untuk lebih meningkatkan kinerja akademik, yang ditunjukkan dengan nilai
rata-rata yang tinggi, berbagai tugas kuliah. , UTS, UAS, Semester, Ujian Praktek, Merasa
Salah Saat Memilih Jurusan, Nilai Tidak Cukup, Ancaman Putus kuliah, Beradaptasi dengan
Lingkungan Baru, Manajemen Waktu Yang Tidak Karuan, Manajemen Diri yang Buruk,
Hidup Mandiri, Kesulitan Dalam Pengelolaan Keuangan, Pencarian untuk akomodasi,
memburuknya hubungan interpersonal, konflik dengan teman, guru, pacar dan kerabat.

Tuntutan kehidupan, baik di dalam maupun di luar kampus, menuntut agar mahasiswa
mampu mengatasi masalah yang muncul dengan lebih dewasa, lebih bertanggung jawab,
lebih tangguh dan lebih kuat. Sumber stres dapat muncul dari kekhawatiran dan pikiran
negatif tentang diri mereka. Banyak kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri, tindakan
brutal yang terjadi pada kebanyakan mahasisa, hal ini menggambarkan gejala gejala stres
pada mahasiswa yang mulai dari yang mudah sampai yang berat kemudian berakhir dengan
sangat tragis, tentunya hal ini sangat penting untuk dipelajari.

Seorang mahasiswi berusia 23 tahun berinisial ED, mahasiswi di salah satu akademi
kebidanan Medan, mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari gedung
asramanya di pabrik tenun Jalan, Medan, Sumatera Utara pada 12 Februari 2008, misalnya. .
Contoh lain, EP, mahasiswa Fakultas 'X' di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta,
bunuh diri karena stres saat mempersiapkan proyek kelulusan/tesisnya (news.okezone.com.,
2008).

Ada juga insiden di luar negeri yang menunjukkan gejala stres yang tidak kalah
mencengangkan pada siswa. Enam mahasiswa tewas dan 15 terluka dalam penembakan di
kampus Northern Illinois University. Setelah penembakan brutal, SK mengakhiri hidupnya
sendiri dengan senjata yang digunakan dalam aksinya (Jawa Pos, 16 Februari 2008).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian Sari (2003) kelebihan beban kerja siswa akibat
beban kerja sebesar 46,9%. Arta (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa stres yang
disebabkan oleh faktor lingkungan mencapai 64,1% pada siswa SMA. Hapsari (2004)
melaporkan dalam penelitiannya bahwa 45,3% mahasiswa yang mengerjakan skripsinya
mengalami stres. Penelitian lain oleh Rohmah (2006) menemukan bahwa beban mahasiswa
dalam menulis skripsi adalah 39,2%. Supradewi (2006) melaporkan dalam penelitiannya
bahwa 44,3% siswa awal mengalami stres.

Data yang diperoleh dari layanan bimbingan dan konseling salah satu universitas
Yogyakarta menunjukkan bahwa sebagian besar penyebab masalah yang menyebabkan stres
pada mahasiswa adalah karena kompetensi kinerja yang intens, kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan sosial di kampus beradaptasi, tugas membaca , pilihan yang salah tentu
saja, nilai buruk mengancam untuk putus sekolah, terputusnya hubungan interpersonal,
magang, manajemen waktu dan keuangan. Konflik dengan teman, dosen, dan keluarga,
pencarian apartemen, tekanan orang tua untuk segera lulus, tuntutan kinerja, skripsi, dan
persiapan karir atau peluang karir setelah lulus juga dapat memicu stres dalam pekerjaan
mahasiswa. . Selain menyebabkan masalah-masalah di atas yang membuat siswa stres, juga
disebabkan oleh sikap negatif terhadap diri sendiri, lingkungan, dan masalah yang
dihadapinya.

Pikiran negatif yang sering muncul dapat menyebabkan stres obsesif-kompulsif,


kecemasan, atau depresi. Akar penyebab masalah berupa sikap negatif terhadap diri sendiri,
lingkungan dan masalah yang dihadapi pada hakikatnya merupakan ancaman bagi
kelangsungan hidup, sehingga individu harus mengantisipasinya (Stallard, 2005). Wicaksana
(2005) menambahkan bahwa keadaan stres dapat terus berkembang menjadi gangguan mental
dan perilaku, tetapi mereka mungkin atau mungkin tidak melakukannya karena tergantung
pada kekuatan keadaan mental atau sumber stres.

Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di kampus. Stres
mahasiswa dapat memiliki beberapa penyebab. Archer dan Carroll (2003) mengatakan bahwa
persaingan, kebutuhan untuk bertindak, dapat menyebabkan stres pada siswa. Menyesuaikan
diri dengan universitas, kehidupan sosial dan tanggung jawab pribadi adalah bagian dari
tugas yang juga merupakan tantangan besar bagi mahasiswa.
Menurut Bartsch dan Evelyn (2005), stres adalah ketegangan, beban yang menarik
seseorang dari segala arah, tekanan ketika dihadapkan dengan tuntutan atau harapan yang
menantang kemampuan seseorang untuk menghadapi kehidupan. Dengan pemikiran ini, jelas
bahwa strategi untuk mengatasi stres diperlukan bagi seseorang untuk melanjutkan hidup
dengan cara yang sehat. Seringkali ketika orang mengalami stres, mereka tidak dapat
mengatasi strategi yang tepat sehingga masalah yang mereka hadapi tidak dapat diselesaikan.
Menurut Shenoy (2004), tuntutan siswa dapat menjadi sumber stres yang potensial. Potensi
sumber stres memicu timbulnya stres sehubungan dengan peristiwa akademik dan psikologis,
dalam tingkat keparahan yang tinggi dapat menekan daya tahan tubuh, bahkan tragisnya
dapat menyebabkan tindakan brutal (anarkis) atau bunuh diri yang nekat. Stres yang
melampaui tahap tertentu jika tidak dikelola dengan baik menyebabkan beberapa masalah
bagi siswa (Romas & Sharma, 2004).

Mengatasi stres umumnya dikaitkan dengan keterampilan koping. Coping membantu orang
menghilangkan, mengurangi, mengontrol, atau mengelola stres yang mereka alami. Coping
dianggap sebagai faktor penyeimbang dalam upaya individu untuk mempertahankan adaptasi
dalam situasi stres (Billing & Moos, 1984). Penatalaksanaan menggunakan pendekatan
restrukturisasi kognitif yang disebut terapi kognitif, disarankan oleh Beck, yang bertujuan
untuk mengubah pola berpikir yang maladaptif. Pendekatan lain yang dikembangkan oleh
Meichenbaum adalah pelatihan vaksinasi stres. Pelatihan dirancang untuk melatih
keterampilan untuk mengurangi stres dalam pencapaian tujuan pribadi (Sarafino, 1998).

Peale (1996) mengemukakan bahwa perjuangan utama untuk mencapai ketenangan pikiran
adalah berusaha mengubah sikap pikiran. Berpikir positif, menurutnya, adalah penerapan
praktis langsung dari teknik spiritual untuk mengatasi kekalahan dan mendapatkan
kepercayaan diri dan menciptakan suasana yang menguntungkan untuk mengembangkan
hasil positif.

Penelitian Widuri (1995), Siswanto (2002) dan Lerik (2004) menunjukkan bahwa sumber
stres yang biasanya dialami siswa disebabkan oleh:
1.Tingkat akademik yang tinggi.
Mahasiswa dipandang sebagai orang dewasa dan harus belajar mandiri.Tugas kuliah juga
melibatkan instruksi yang kompleks, waktu yang terbatas dan kesulitan yang besar,
sehingga situasi yang muncul dapat membahayakan integritas individu.
2. Berpindah dari tinggal bersama orang tua ke orang lain.
Misalnya, pensiun, kontrak atau tin BERPIKIR POSITIF, STRES PSIKOLOGIS gagal
dengan kerabat. Di sini berarti siswa harus belajar mengurus kebutuhannya sendiri,
mengatur keuangannya dengan sebaik-baiknya dan memprioritaskan kebutuhannya secara
tepat.
3. Perubahan teman dengan pindah tempat tinggal atau tempat belajar
perubahan hubungan dari staf menjadi lebih fungsional. Penyesuaian di klub pemuda,
mencari teman baru dan mengeksplorasi kemungkinan baru dalam kegiatan,
4. mengubah budaya asli dengan budaya hidup baru.
Penyesuaian dengan masyarakat sekitar dan standar yang berlaku.
5. Adaptasi dengan jurusan yang dipilih. Bagi yang menyukai pilihannya dan merasa cocok
serta tidak kesulitan mengikuti perkuliahan, hal ini tidak akan menjadi masalah besar.
Sedangkan bagi mahasiswa yang merasa “di bidang yang salah”, tidak fit, sulit mengikuti\
perkuliahan yang akan menimbulkan masalah besar,
6. Mulai berpikir dan mempersiapkan karir yang diinginkan bisnis dan mencari pekerjaan
setelah lulus. Stresor yang ada dapat menjadi tekanan hidup dan menimbulkan stres pada
mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa stres mahasiswa adalah ketegangan
atau beban yang dirasakan mahasiswa akibat tuntutan akademik, lingkungan sosial budaya,
penyesuaian diri dan kehidupan sosial sebagai mahasiswa.

Pelatihan merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan tugas tertentu (Troelove, 1995) Berpikir positif
adalah keterampilan kognitif yang dapat diperoleh melalui pelatihan. Pada prinsipnya subjek
diharapkan mengalami proses pembelajaran keterampilan kognitif melalui berpikir positif
dengan memvisualisasikan peristiwa yang dialaminya. Limbert (2004) dari penelitiannya
menyimpulkan bahwa berpikir positif berperan dalam membuat individu lebih positif
menerima situasi yang dihadapinya.

Materi pelatihan berpikir positif untuk penelitian ini datang dalam bentuk materi yang
mencakup bidang-bidang berikut:
A. Kepuasan hidup
yaitu bagaimana orang merasa puas dengan hidupnya.
B. Harga diri.
Harga diri menyebabkan perasaan percaya diri dalam kualitas diri dan penerimaan
karakteristik pribadi.
C. Optimisme.
Optimisme mengacu pada kemampuan untuk melihat harapan untuk kesuksesan masa
depan (Caprara & Steca 2006).
Pelatihan berpikir positif diterapkan pada lembar materi untuk melawan pikiran negatif yaitu:
a. Kaca mata hitam; individu hanya melihat sesuatu secara negatif atas apapun yang terjadi,
b.Tidak menganggap adanya hal yang positif; menilai pengalaman-pengalaman positif bukan
hal penting dan menganggapnya hanya sebatas keberuntungan.
c. Membesar-besarkan masalah-melihat hal kecil yang buruk menjadi lebih buruk dari yang
sebenarnya.
d. Meramalkan bahwa hal-hal buruk akan terjadi, yaitu: pembaca pikiran; berpikir bahwa
dirinya mengetahui apa yang individu lain pikirkan dan Peramal-berpikir bahwa dirinya
mengetahui apa yang akan terjadi (Stallard, 2005).
Dalam penelitian ini, pelatihan berpikir positif digunakan berbagai pendekatan agar lebih
efektif dibandingkan dengan hanya menggunakan satu model yang berpotensi menimbulkan
kejenuhan bagi peserta. Dalam modul yang disusun, materi untuk peserta dipadukan dengan
berbagai kegiatan yang sifatnya menyenangkan. Modul dikemas dalam berbagai bentuk
presentasi dengan tayangan yang menarik, disertai dengan diskusi, ice breaking, permainan,
sharing, sosiodrama bermain peran, memutar klip video yang menarik, melihat film,
mendengarkan musik, lembar tugas peserta, bernyanyi,menari ataupun aktivitas lainnya.
Berdasarkan teori dan data beberapa penelitian yang telah di uraikan di atas, maka hipotesis
penelitian ini ialah ‘Pelatihan berpikir positif efektif menurunkan tingkat stres pada
mahasiswa’. Kelompok eksperimen yang mendapatkan pelatihan mengalami penurunan
tingkat stres dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan.
Metode
Variabel
Variabel dalam penelitian ini yaitu pelatihan berpikir positif sebagai variabel bebas
(independent variable) dan stres pada mahasiswa sebagai variabel tergantung (dependent
variable).
Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek penelitian ialah 48 mahasiswa Fakultas ”K”, Universitas ”P”
Yogyakarta, yang menyatakan diri secara sukarela ikut sebagai subjek penelitian dengan
karakteristik sebagai berikut:
a.) Berstatus sebagai mahasiswa aktif.
b.) Memiliki tingkat stres sangat tinggi dan tinggi.
c.) Bersedia secara sukarela mengikuti penelitian.
Kelompok eksperimen memiliki 24 peserta dan 24 peserta untuk kelompok kontrol. Guna
mencapai efektivitas proses pelatihan dan melihat seberapa besar tingkat penurunan stres
pada subjek, maka pemilihan subjek difokuskan pada 48 peserta yang memiliki tingkat stres
sangat tinggi dan tinggi. Penempatan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dilakukan dengan random assignment. Hal ini dimaksudkan agar kedua kelompok
dalam kondisi relatif setara; untuk mengeliminir ancaman internal invaliditas. Pertimbangan
jumlah subjek dalam pelatihan didasarkan pada pendapat Kelly (dalam Candra, 2006) yang
menyatakan bahwa suatu eksperimen akan efektif dilaksanakan apabila jumlah peserta antara
8 - 12 peserta.Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok eksperimen dan untuk kelompok
kontrol, dalam penelitian ini masing-masing terdiri dari 12 orang peserta.

Alat ukur yang digunakan pada penelitian


ini adalah;
Skala berpikir positif. Skala ini terdiri dari 30 aitem dan dibuat dalam bentuk empat pilihan
untuk mengukur tinggi rendahnya berpikir positif mahasiswa.Skala berpikir positif
mendasarkan pada tiga dimensi berpikir positif dari Caprara dan Steca (2006) yaitu:
a) Menemukan kepuasan hidup.
b) Perasaan berharga dan
c) Optimisme.
(1) Skala berpikir positif (SBP) telah disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh
mahasiswa. Aitem yang bersifat favorable dan unfavorable masing-masing berjumlah 15
aitem.
(2) Skala tingkat stres. Skala tingkat stres pada mahasiswa untuk mengungkap adanya
gangguan stres, disusun berdasarkan pendapat Sarafino (1998) yang telah disesuaikan dengan
stres yang dialami oleh mahasiswa, yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan fisiologis, kognisi, emosi dan perilaku sosialnya. Skala tingkat sres pada
mahasiswa (STSM) dibuat sebanyak 52 aitem, 32 aitem bersifat favorable, dan 20 aitem
bersifat unfavorable.
Kedua skala diuji coba untuk mengestimasi validitas dan reliabilitasnya.
Pelaksanaan prosedur penelitian di bagi menjadi empat hapa yaitu;
1. Persiapan penelitian.
2. Seleksi subjek.
3. Pelaksanaan penelitian dan
4. Pengolahan dan analisis data.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen acak sebab terdapat manipulasi pada
variabel bebas (independent variable) dan random assignment pada kelompok-kelompok
yang dibandingkan (Kerlinger, 2003). Di dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pelatihan berpikir positif dan kelompok
kontrol, dijadikan sebagai pembanding mendapatkan pelatihan setelah penelitian selesai
dilaksanakan. Rancangan eksperimen untuk penelitian ini adalah pre-test post-test control
group design.
HASIL
Temuan hasil penelitian, secara signifikan menyatakan pelatihan berpikir positif efektif
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa. Hasil empiris yang disajikan menjelaskan bahwa
frame of reference yang digunakan dalam penyusunan pelatihan telah sesuai dengan sasaran
dan tujuan pelatihan, yaitu rangkaian pelatihan yang dirancang secara sisitematis dan sesuai
harapan. Harapan tersebut diungkapkan pada sesi harapan dan evaluasi. Pelatihan ini
menggunakan kombinasi dari berbagai metode yaitu curah gagasan, presentasi, ceramah
dengan fasilitas multi media, permainan, bermain peran, lembar tugas, tugas rumah, curhat
dan berdiskusi. Hal ini juga merupakan nilai lebih pelatihan, sekaligus memperkuat pendapat
sebelumnya bahwa pemberian pelatihan berpikir positif menyebutkan bahwa subyek
merasakan manfaat dalam mengatasi berbagai permasalahan kehidupan. Limbert (2004)
dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa berpikir positif mempunyai peran membuat
individu dapat menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih positif. Penelitian
Susilowati, (2008) pelatihan berpikir positif signifikan untuk mengelola depresi pada
penyandang cacat tubuh, hal ini menunjukkan bahwa pelatihan berpikir positif signifikan
dalam mempengaruhi pengelolaan depresi pada penyandang cacat. Adapun penelitian
Yanuarti (2007) menunjukkan bahwa pelatihan berpikir positif berpengaruh sangat signifikan
dalam menurunkan depresi.
Kesimpulan
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ‘pelatihan berpikir positif efektif untuk
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa’. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Generalisasi hasil penelitian ini terbatas pada subjek yang mengalami skor stres pada
mahasiswa dalam kategori sangat tinggi dan kategori tinggi saja sehingga belum diketahui
efeknya pada stres dengan kategori sedang, rendah dan sangat rendah.
2. Subjek dalam penelitian ini terbatas pada mahasiswa Fakultas ”K”Universitas ”P” saja dan
belum diketahui efeknya pada mahasiswa lainnya.
3. Penelitian ini tidak mengevaluasi sampai berapa lama efek pelatihan dapat bertahan.
Peneliti melakukan post-test hanya sekali sehingga tidak dapat dilihat konsistensi
peningkatan komunikasi dalam waktu yang lama.
4. Penelitian ini hanya mengukur tingkat stres saja namun tidak mengukur aspek-aspek yang
lain misalnya mengukur tingkat kecemasan dan tingkat kemandirian.
Daftar Pustaka
Archer, J., & Carroll, C. (2003). Student stress.
Diunduh dari http://www. counsel.ufl.edu/selfHelp/studentstress. asp tanggal 14 Mei
2004.
Arta, I.G.M.W., (2004). Studi korelasi pemenuhan kebutuhan privasi dan kecenderungan
mengalami stres terhadap lingkungan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Bartsch, K., & Evelyn (2005). The wounded healer (Terjemahan). Panji Graha, Semarang.
Billing, A.G., & Moos, R.H. (1984). Coping, stres, & social resources among adults with
unipolar depresion. Journal of Personality and Social Psychology, 46(4), 877-891.
Candra, N.P. (2006). Orang tua dan remaja belajar bersama tentang sex: Program untuk
meningkatkan komunikasi orang tua dan remaja. Tesis. (Tidak Dipublikasikan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Caprara, G.V., & Steca, P. (2006). The contribusi of self-regulatory efficacy beliefs in
managing affect and family relationships to positive thinking and hedonic balance.
Journal of Clinical and Social Psychology, 25, 603-627.
Detiknews (2008). Mahasiswa mencoba bunuh diri. Diunduh dari:
http://news.detik.com/read/2008/02/12/213236/892 12/10/gagal-wisuda-mahasiswi-
kebidanan-nyaris-bunuh-diri tanggal 14 Februari 2008.
Hapsari, A.D. (2004). Hubungan antara prokrastinasi akademi dengan tingkat stres pada
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada. Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Hudd, S. (2003). Stress and the college student. Couses of stress. Diunduh dari :
http://Lauren.tripod.com/ Collegestress/id2.html tanggal 15 Juni 2004. Jawa Pos (2008).
Tragedi penembakan di kampus Northern Illinois University, 7 tewas. Edisi Sabtu 16
Februari 2008.
Kerlinger, N.F. (2003). Asas-asas penelitian behavioral. Gadjah Mada University Press.
Lerik, M.D.C. (2004). Terapi musik untuk menurunkan simtom depresi pada mahasiwa.
Tesis. (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Limbert, C. (2004). Psychological well bieng and satisfaction amongst military personel on
unaccompanied tours: the impact of perceived social support and coping strategies.
Journal of Military Psychology, 16(1), 37-51.
Peale, N.V. (1996). Berpikir positif. Jakarta: Binarupa Aksara. Rohmah, F.A. (2006).
Efektifitas diskusi kelompok dan pelatihan efikasi diri untuk mengurangi stres pada
mahasiswa yang sedang skripsi. Tesis. (Tidak Dipublikasikan) Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Romas, J.A., & Sharma, M. (2004). Practical stress management: a comprehensive workbook
for managing health and promoting health. 3rd edition. Pearson: Benjamin Cummings.
Sarafino, E.P. (1998). Health psychology. Biopsychosocial interaction. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Sari, R.W. (2003). Pengaruh beban kerja, dan dukungan sosial keluarga terhadap stress
mahasiswa. Skripsi. (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Shenoy, U.A.(2004) Colledge-stress and symptom-expression in international students:
a comperative study. Diunduh dari: http://scholarlib.vt.edu/thesis/ available/etd.07022001
-115853 tanggal 31 Juli 2004.
Siswanto (2002). Menulis pengalaman emosional untuk mengurangi simtom depresi pada
mahasiswa. Tesis. (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Stallard, P.(2005). A clinician’s guide to think good-feel good:using cbt with children and
young people.West sussex: John Wiley & Sons.
Supradewi, R. (2006). Efektifitas pelatihan dzikir untuk menurunkan stres dan afek negatif
pada mahasiswa. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada.
Susilowati. (2008). Pelatihan berpikir positif untuk mengelola depresi pada penyandang
cacat. Tesis.(Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Terangduniablogspot.com. Mahasiswa bunuh diri karena stres. (2008), Diunduh dari:
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/16/1/75585/stres-urus-skripsi-
mahasiswa-bunuh-diri tanggal 21 April 2008.
Troelove, S. (1995). The handbook of training and development. Oxford: Blackwell Publiser
Ltd.
Wicaksana (2005). Depresi dan solusinya (Online). Diunduh dari :
http://www.psychology.yahoo.com bulan Januari 2008.
Widuri, E.L. (1995). Hubungan religiusitas dan stres pada mahasiswa
universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi. (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta:
Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Yanuarti, E. (2007). Pengaruh pelatihan berfikir positif terhadap depresi. Tesis. (Tidak
dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai