Landasan Teori
1. Layanan Konseling
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila, memperkenalkan
layanan konseling FISIP pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus
Mahasiswa Baru (PKKMB) tingkat fakultas tahun 2023.
Unit Pelayanan Konseling ini memiliki fokus utama pada pendidikan dan
dukungan psikologis. Mahasiswa diharapkan dapat mengenali serta
mengatasi berbagai tekanan yang mungkin timbul, seperti kesulitan adaptasi
dengan lingkungan baru, rasa kangen akan rumah, hingga tantangan dalam
mengatur gaya hidup.
Hankin & Abramson (1998) menyatakan puncak depresi terjadi antara usia
15 dan 18 tahun. Selama periode ini tingkat depresi yang lebih tinggi dan
berisiko lebih besar untuk timbulnya depresi pada remaja. Hal ini karena
pada periode ini banyak tuntutan yang ditujukan kepada remaja, salah
satunya pencapaian prestasi akademik yang lebih baik.Pada kenyataannya
sesuatu yang menimbulkan stres tergantung pada bagaimana individu
menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif (Lazarus,
1984). Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah istilah yang
digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap
kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya,
mengancam, atau menantang dan keyakinan mereka apakah mereka
memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif.
3. Teori yang Digunakan
Setiap orang mengalami sesuatu yang disebut stres sepanjang kehidupannya. Stres
dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, suatu stres dapat
positif dan bahkan diperlukan. Namun, terlalu banyak stres dapat mengakibatkan
penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi
terhadap masalah (Potter & Perry, 2005). Stres yang paling umum dialami oleh
mahasiswa merupakan stres akademik. Stres akademik erat kaitannya dengan
proses akademik dan lingkungan yang mempengaruhi proses akademik.
Selanjutnya, didalam bab 2 ini akan dibahas teori yang terkait dengan stres,
khususnya stres yang berkaitan dengan kehidupan akademik.
- Pengertian Stres Tiga pendekatan teoritis pada disiplin ilmu fisiologi, sosiologi,
dan psikologi telah mendefinisikan stres dalam riset keperawatan. Pendekatan
fisiologi mendefinisikan stres sebagai sebuah respon nonspesifik tubuh terhadap
setiap kebutuhan, tanpa memperhatikan sifatnya (Selye, 1976 dalam Potter &
Perry, 2005). Pendekatan psikologi mendefinisikan stres sebagai suatu stimulus
atau penyebab adanya respon yang berada di luar individu dan sebagai faktor
predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaan individu terhadap
penyakit (Barnfather, 1993; Lyon & Werner, 1987 dalam Smeltzer & Bare, 2005).
Pendekatan sosiologi mendefinisikan stres sebagai suatu transaksi. Model
transaksi ini terjadi antara individu dengan lingkungannya, yang memberikan
umpan balik pada hubungan individu-lingkungan. Walaupun setiap orang berisiko
untuk mengalami stres (Hudak dan Gallo, 1997). Hubungan tersebut tetap
membutuhkan keseimbangan yang dinamis antar individu dengan lingkungannya.
Lazarus (1976) berpendapat Stress terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang
melampaui sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri, hal
ini berarti bahwa kodisi Stress terjadi jika terdapat kesenjangan atau
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu
yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan bagi individu. Jadi Stress tidak hanya bergantung pada kondisi
eksternal melainkan juga tergantung mekanisme pengolahan kognitif terhadap
kondisi yang dihadapi indiidu bersangkutan. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat
dibedakan dalam 2 bentuk, yakni :
Tingkat stres pada remaja tinggi, Namun respon dari remaja berbeda-beda.
Penelitian ini juga menemukan stres dikalangan remaja tinggi. Remaja perempuan
lebih sering menggunakan koping yang berorientasi tugas, sehingga lebih mudah
diidentifikasi. Remaja laki-laki menggunakan mekanisme koping yang
berorientasi ego, sehingga lebih santai dalam menghadapi stresor yang berasal
dari kehidupan akademik. Selain itu, penelitian ini juga menemukan enam kondisi
yang mempengaruhi kemampuan kognitif di kehidupan akademik bagi remaja.
Kondisi tersebut adalah: valency (kemampuan menyeimbangkan diri terhadap
stresor), cotrolabillity (kemampuan untuk mengontrol diri dari terpapar terhadap
stress akademik), changeabillity (persepsi remaja terhadap kemampuannya untuk
mengubah stresor atau tidak), ambiguity (kebingungan terhadap kondisi stressor
yang dihadapi), recurrence (persepsi optimis bahwa remaja mampu
menghadapi/menyelesaikan stresor yang dihadapi), familiarity (persepsi pelajar
terhadap seberapa sering ia terpapar oleh stresor yang sama).
Hubungan dengan teman dan keluarga dapat menjadi penyebab stres. Penelitian
yang dilakukan oleh Walker (2002) pada 60 orang remaja menghasilkan bahwa
penyebab utama ketegangan dan masalah adalah berasal dari hubungan dengan
teman dan keluarga, tekanan dan harapan diri mereka sendiri dan orang lain,
tekanan di sekolah oleh guru dan pekerjaan rumah. Penelitian tersebut dilakukan
terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan remaja
perempuan lebih cenderung mudah mengalami stres terhadap kondisi atau situasi
tersebut.
4. Penelitian Sebelumnya
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Efektivitas Layanan Konseling Hasil penelitian ini menunjukkan
Kelompok Melalui Teknik Self bahwa siswa kelas VIII SMP
Management Untuk Negeri 1 Kapontori mengalami
Meningkatkan Kebiasaan perubahan positif dalam
Belajar Siswa kebiasaan belajar setelah
Kelas Viii Smpn 1 Kapontor menerima layanan konseling
kelompok dengan teknik self-
management. Mereka lebih
teratur dalam mengikuti
pelajaran, berdiskusi sebelum
mengerjakan tugas, mengelola
jadwal belajar secara rutin dalam
waktu terbatas, mulai menikmati
pembelajaran kelompok, dan
mengurangi tingkat kecemasan
saat menghadapi ujian/ulangan.
Layanan ini efektif
meningkatkan kebiasaan belajar
siswa sebesar 25-58,3%
berdasarkan data dari 12 sampel
penelitian.
2. Penerapan Konseling Hasil penelitian ini menunjukkan
Kelompok Dengan Teknik Self bahwa peserta didik awalnya
mengalami stres akademik tinggi
Management Dalam Rangka dengan perilaku seperti menarik
Pengelolaan Stres Akademik diri dari lingkungan sosial,
Peserta Didik Kelas Viii Smp menggerutu, menunda pekerjaan,
kesulitan dalam disiplin diri, dan
absen sekolah. Namun, setelah
menerima layanan konseling
kelompok dengan teknik self-
management, terjadi perubahan
positif. Mereka menjadi lebih
disiplin dalam belajar, tidak lagi
menunda pekerjaan, dan hadir di
sekolah tanpa bolos. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa
teknik self-management efektif
dalam mengurangi stres
akademik peserta didik kelas
VIII D di SMPN 2 Batujajar,
terbukti dengan adanya
perbedaan yang signifikan antara
hasil pretest dan posttest.
B. Kerangka Berpikir