ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari intervensi kognitif-perilaku
dalam menurunkan kecemasan sosial di lingkungan akademik pada siswa SMA. Intervensi
ini disusun berdasarkan tiga level tujuan intervensi kognitif-perilaku yang dikemukakan
oleh Stallard (2005). Desain penelitian ini merupakan single subject design dengan ABA
design, yaitu dengan mengidentifikasi efektivitas dari treatment yang diberikan
terkait permasalahan perilaku pada subyek, dengan membandingkan hasil sebelum
dan setelah treatment diberikan. Subyek penelitian adalah seorang siswa SMA yang
memiliki masalah kecemasan sosial di lingkungan akademik. Tingkat kecemasan subyek
diukur melalui Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) yang telah diadaptasi oleh
Oktarani (2014) ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu juga dilakukan wawancara
terhadap subjek, guru dan teman dengan berpedoman pada tiga subskala kecemasan
sosial dari La Greca dan Lopez (1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi
kognitif-perilaku ini efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan sosial subjek di
lingkungan akademik. Hasil ini juga diperkuat dari hasil peninjauan kembali yang
dilakukan dua minggu setelah treatment, dengan mewawancarai subyek, guru dan teman.
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of cognitive-behavioral intervention to
reduce social anxiety in the academic environment for high school student. The
intervention program based on three levels of cognitive-behavioral intervention
objectives defined by Stallard (2005). The design in this study was single subject
design with ABA design, was to identify the effectiveness of the treatment that given
to participant by comparing the results before and after the cognitive-behavioral
intervention is given. The participant in this study was a high school student who has
social anxiety problems in academic environment. The subject's level of anxiety was
measured through the Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) which was adapted
by Oktarani (2014) and translated in Indonesian language. Interviews were also
conducted to participant, teachers and schoolmates based on the three social anxiety
subscales of La Greca and Lopez (1998). The results of the study indicated that
1
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 2
merupakan rasa takut yang dialami atau mendapat penolakan (Hudson dkk
individu akan penilaian negatif dari dalam Niekerk, Klein, Dam, Hudson,
orang lain. SAD merupakan perilaku Rinck, Hutschemaekers & Becker, 2016).
menghindar individu terhadap suatu Kondisi ini membuat seseorang menjadi
situasi sosial tertentu. Lebih lanjut, cemas ketika melakukan kegiatan di
LaGreca dan Stone (1993) membagi lingkungan yang evaluatif, misalnya
Social Avoidance Distress (SAD) menjadi berbicara di depan kelas.
lebih spesifik ke dalam dua bagian, yaitu Kecemasan sosial yang dialami
Social Avoidance Distress-New (SAD- remaja dalam lingkungan akademiknya
New) dan Social Avoidance Distress- akan berdampak pada beberapa keadaan
General (SAD-General). SAD-New yang bisa menyulitkannya. Kecemasan
mengacu pada situasi sosial yang belum sosial yang dirasakan oleh individu
pernah dialami atau orang lain yang tersebut dapat berakibat pada
tidak familiar sebelumnya, sedangkan menurunnya keterlibatan siswa dalam
SAD-General mengacu pada situasi sosial proses belajar mengajar di sekolah yang
sudah pernah dialami atau terhadap ditandai dengan perilaku menghindar
orang lain yang sudah dikenali dari situasi sosial (Wells dkk, dalam
sebelumnya (La Greca & Lopez, 1998). Niekerk dkk, 2016). Perilaku menghindar
Kecemasan sosial dapat tersebut memiliki konsekuensi jangka
disebabkan adanya faktor genetik, pola panjang terhadap kemampuan individu
asuh orang tua, dan ekspektasi pikiran untuk bersosialisasi dan membangun
mengenai ancaman sosial. Schneier pertemanan yang merupakan tugas
(2003) menyebutkan bahwa adanya perkembangan selama tahap
hambatan perilaku individu yang perkembangan remaja (Fisher, Warner,
merupakan bawaan sejak kecil serta & Klein, 2004). Tidak hanya itu,
reaksi spontan anak saat kecil kecemasan sosial juga dapat berdampak
berkontribusi terhadap masalah pada kejadian bunuh diri,
kecemasan sosial pada anak. Schneier penyalahgunaan obat terlarang, dan
juga menjelaskan bahwa orangtua yang penurunan prestasi akademik pada
terlalu mengekang membuat anak rentan remaja (Biedel, dalam Fisher, Warner, &
mengalami kecemasan sosial. Sedangkan, Klein, 2004). Kecemasan sosial yang
ekspektasi pikiran mengenai ancaman dialami remaja dapat berperan dalam
sosial tampak dari prediksi bahwa perkembangan sosial yang maladaptif
individu akan memperoleh perundungan (LaGreca & Stone, 1993). Individu
5 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21
Skor Skor
Skor
Subskala Item Pernyataan Post Peninjauan
Pretest
Test Kembali
and saya kenal
Distress in Saya takut orang lain akan menolak
General 9 ketika saya mengajaknya melakukan 4 4 3
Situation sesuatu bersama-sama
(SAD Saya bahkan merasa malu pada teman
6 3 3 1
General) sebaya yang saya kenal baik
Sulit bagi saya untuk mengajak orang
3 4 4 3
lain beraktivitas bersama saya
Total Skor 73 65 37
Sumber: Wardhani & Suharso (2019)
sudah berbeda jauh dengan sebelumnya. strategi utama dalam terapi kognitif-
Ia lebih aktif dan dan mau berbincang. perilaku adalah mengubah keyakinan
Partisipan yang dulunya sangat mudah irrasional menjadi pemikiran atau
panik, saat ini ia tidak terlalu panik dan keyakinan yang lebih rasional dan positif.
lebih mudah berbaur dengan teman- Pada kasus dalam penelitian ini,
teman lainnya. Walaupun terkadang partisipan memiliki suatu keyakinan
masih terlihat hati-hati, namun ia tetap irasional yang perlu diubah. Partisipan
berani bicara di kelas. Hal yang paling seringkali memperkirakan akan
terasa adalah kemampuannya untuk mendapat penilaian negatif dari orang
menyampaikan ide pada orang lain, hal lain terhadap dirinya. Selain itu,
ini tampak pada penyelesaian tugas partisipan seringkali memprediksi
kelompok. Saat ini partisipan lebih bahwa ia akan mengalami kegagalan jika
berani berpendapat di kelas, partisipan menunjukkan dirinya di depan publik,
lebih banyak terlibat mengikuti jalannya seperti salah bicara, atau gagal
kegiatan kelompok dengan memberi ide- mempresentasikan materi di depan
ide mengenai apa yang sebaiknya kelas.
dilakukan kelompok terhadap tugas yang Keyakinannya yang irasional
diberikan guru, lebih aktif menjadi tersebut berhasil diubah menjadi
penyaji materi, ia juga mau membuat keyaknian yang lebih rasional dan positif.
tayangan PPT. Hal ini terlihat dari adanya kesadaran
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada diri partisipan bahwa ternyata ia
intervensi kognitif-perilaku terbukti bisa mengekspresikan dirinya secara
berhasil dalam menurunkan level verbal di depan umum serta adanya
kecemasan sosial siswa remaja dalam pemikiran bahwa dirinya tidak seburuk
lingkungan akademik. Hal ini sejalan yang ia prasangkai selama ini. Hal
dengan penelitian yang dilakukan juga tersebut menunjukkan adanya
oleh Asrori (2015) terkait terapi kognitif- perubahan pemikiran pada partisipan.
perilaku yang berhasil menurunkan Keadaan ini selaras dengan pendapat
tingkat kecemasan sosial subjek pada Stallard (2002) yang mengungkapkan
penelitiannya. bahwa terapi kognitif-perilaku
Penelitian dengan pendekatan merupakan intervensi psikoterapi yang
kognitif-perilaku cenderung berfokus bertujuan untuk menurunkan kecemasan
pada pengubahan pola pikir. Antony dan yang berkaitan dengan pola pikir.
Swinson (2000), menyebutkan bahwa
11 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21
Tabel 2
Hasil Wawancara Saat Pretest, Post-test, dan Peninjauan Kembali
Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim
Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
Perasaan takut Rasa malu dan takut
Merasa
ditertawakan masih ia ditertawakan saat tampil
bahwa
P takut apabila mendapat rasakan, akan tetapi ia masih ia rasakan. Akan
orang lain
respon negatif dari teman- menyadari jika ia tidak tetapi hal tersebut tidak
akan P masih memiliki perasaan takut
temannya saat menunjukkan memulai untuk berani, di dramatisir. Ia merasa
memperm ditertawakan dan malu ketika
kemampuannya di kelas, maka tidak akan bisa lebih percaya diri untuk
alukan tampil di kelas. Akan tetapi hal itu
seperti ditertawakan, diejek, lebih baik. tampil di kelas.
dirinya tidak didramatisir dan tidak
atau dianggap tidak jelas. P masih belum nyaman
ketika menghambatnya untuk tampil.
Meskipun terkadang ia dengan situasi-situasi
menunjuk Ada perubahan dimana P merasa
berusaha untuk tidak yang mengharuskan
kan lebih percaya diri untuk tampil
memperdulikan, namun dirinya tampil di depan
kemampua saat dilakukan follow-up.
ketakutan tersebut masih sulit banyak orang. Akan
nnya di
ia kendalikan. tetapi ia merasa lebih
depan
Fear of berani untuk ikut aktif
umum
Negative di kelas.
Evaluation Pikiran takut dinilai
(FNE) Merasa P serng terbayang dengan negatif oleh guru atau
Pemikiran untuk takut
akan pendapat negatif orang lain. teman masih ada, namun
salah, dan takut
dinilai Ia takut dikomentari hal yang ia merasa tidak Walaupun memiliki rasa takut
pertanyaannya tidak
buruk oleh buruk, atau dianggap mencari berlebihan seperti dulu. dinilai negatif, namun perasaan
bermutu masih
orang lain perhatian. P lebih memilih fokus tersebut tidak berlebihan. Saat
dirasakan oleh P. Ia
apabila ia Ketakutannya tersebut pada memahami ini ia mampu mengendalikan
takut dengan anggapan
mencoba diperkuat dengan adanya materinya. Saat perasaan-perasaan tersebut dan
orang lain jika
berpartisi olokan teman yang menyoraki gilirannya berbicara, ia lebih berfokus pada materi.
pertanyaan yang ia
pasi aktif siswa lain saat berada didepan akan berbicara dan tidak
lontarkan tidak tepat.
di sekolah kelas pernah menolak seperti
dulu.
Memandan P menganggap dirinya tidak P merasa takut salah P merasa tidak ada lagi Jika sebelumnya P menganggap
g diri percaya diri untuk bisa aktif di dalam menjawab. Ia juga pikiran bahwa dirinya dirinya tidak percaya diri,
sendiri kelas. masih merasakan tidak percaya diri dan berbelit-belit dalam
13 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21
negatif yang akan diberikan orang lain ataupun orangtua dalam membangun
dan merasa orang lain selalu bersikap keyakinan positif pada partisipan. Ada
kriits padanya. Dalam penelitian ini, baiknya juga untuk memperhatikan
dengan adanya respon positif dari dalam mengurangi label ataupun
peserta yang menonton presentasi penilaian negatif terhadap partisipan
partisipan akan menjadi bukti untuk yang bisa membentuk keyakinan yang
memperlemah keyakinannya yang salah salah pada diri partisipan.
dalam menghadapi situasi sosial yang Selain didukung oleh faktor-faktor
menekannya sehingga dapat yang menyebabkan penelitian ini dapat
memperkuat pikiran positif yang sedang menurunkan tingkat kecemasan sosial
dibangun terkait presentasi di depan siswa remaja, terdapat pula faktor lain
kelas. yang menjadi tantangan keberhasilan
penelitian. Pada penelitian selanjutnya
PENUTUP diperlukan beberapa peningkatan.
Berdasarkan analisis penelitian Pertama, membangun kedekatan dengan
yang sudah dipaparkan, disimpulkan siswa yang mengalami kecemasan agar
bahwa program intervensi kognitif- terbentuk rasa kepercayaan sehingga
perilaku efektif dalam menurunkan siswa tersebut dapat membuka diri
tingkat kecemasan sosial siswa remaja. dengan nyaman dan aman. Selain itu, ada
Efektivitas ini tampak dari adanya baiknya lebih memerhatikan persiapan
penurunan skor kecemasan sosial ketika teknis lainnnya, seperti ketersediaan
diberikan alat ukur SAS-A serta adanya ruangan, kesediaan pihak lain yang
perubahan jawaban partisipan ketika mendukung jalannya intervensi. Kedua,
dilakukan wawancara dan observasi penting untuk merancang dan
pada saat sebelum pemberian intervensi, mengomunikasikan waktu yang
setelah pemberian intervensi dan juga membutuhkan keterlibatan orang lain
pada saat peninjauan kembali. agar penelitian dapat berjalan sesuai
Bila level kecemasan partisipan rancangan yang telah dibuat.
mengalami penurunan, maka dibutuhkan
dukungan sosial dari berbagai pihak,
seperti guru pengajar, guru BK, psikolog
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 20
Antony, M. M., & Swinson, R. P (2000). Nicolson, D., & Ayers, H. (2004).
Shyness and Social Anxiety Adolescent Problem: A Practical
Workbook. Canada. New Harbinger Guide for Parents, Teacher and
Publication, Inc. Counsellors 2nd edition. London:
David Fulton.
Asrori, A. (2015). Terapi Kognitif
Perilaku Untuk Mengatasi Niekerk, R. E., Klein, A. M., Dam, E. A,
Gangguan Kecemasan Sosial. Jurnal Hudson, J. L., Rinck, M.,
Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.03. Hutschmaekers, G. J. M., dan
No.1. Becker, E. S. 2016. The Role of
Cognitive Factor in Chilhood Social
Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stres Anxiety: Threat Thoughts and
Akademik siswa. Jurnal Konseling Social Skills Perception. Cognitive
dan Pendidikan. Vol 5. No. 3. 143- Therapy. 489-497.
148
Oktarani, D. (2013). Menurunkan
Bender, R. C. (1975). Educations as a TingkaT Kecemasan Sosial Ada
Function of Effective Remaja Melalui Program Interveni
Communication. The High School Individual dengan Pendekatan
Journal. Vol. 58. No.7 307-311. Kognitif-Perilaku. Tesis. Depok:
Universitas Indonesia.
Fisher, P.H., Warner, C, M., & Klein R, G.
(2004). Skill for Social and Schneier, F. R. (2003). Social Anxiety
Academic Success: A School-Based Disorder. BMJ. 515-516.
Intervention for Social Anxiety
Disorder in Adolescents. Clinical Stallard, P. (2005). Think Good-Feel Good.
Child and Family Psychology. Vol 7. A Cognitive Behavior Therapy
No.4. 241-9. Workbook for Children and Young
21 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21