Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM INTERVENSI KOGNITIF-PERILAKU

DALAM MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL DI


LINGKUNGAN AKADEMIK PADA SISWA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
Aristya Puspita Adi Wardhani
aristyapuspita7@gmail.com
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

Puji Lestari Suharso


puji.prianto@gmail.com
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

*Penulis Korespondensi: puji.prianto@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari intervensi kognitif-perilaku
dalam menurunkan kecemasan sosial di lingkungan akademik pada siswa SMA. Intervensi
ini disusun berdasarkan tiga level tujuan intervensi kognitif-perilaku yang dikemukakan
oleh Stallard (2005). Desain penelitian ini merupakan single subject design dengan ABA
design, yaitu dengan mengidentifikasi efektivitas dari treatment yang diberikan
terkait permasalahan perilaku pada subyek, dengan membandingkan hasil sebelum
dan setelah treatment diberikan. Subyek penelitian adalah seorang siswa SMA yang
memiliki masalah kecemasan sosial di lingkungan akademik. Tingkat kecemasan subyek
diukur melalui Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) yang telah diadaptasi oleh
Oktarani (2014) ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu juga dilakukan wawancara
terhadap subjek, guru dan teman dengan berpedoman pada tiga subskala kecemasan
sosial dari La Greca dan Lopez (1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi
kognitif-perilaku ini efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan sosial subjek di
lingkungan akademik. Hasil ini juga diperkuat dari hasil peninjauan kembali yang
dilakukan dua minggu setelah treatment, dengan mewawancarai subyek, guru dan teman.

Kata kunci: intervensi kognitif-perilaku; kecemasan sosial; lingkungan akademik; SMA

ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of cognitive-behavioral intervention to
reduce social anxiety in the academic environment for high school student. The
intervention program based on three levels of cognitive-behavioral intervention
objectives defined by Stallard (2005). The design in this study was single subject
design with ABA design, was to identify the effectiveness of the treatment that given
to participant by comparing the results before and after the cognitive-behavioral
intervention is given. The participant in this study was a high school student who has
social anxiety problems in academic environment. The subject's level of anxiety was
measured through the Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) which was adapted
by Oktarani (2014) and translated in Indonesian language. Interviews were also
conducted to participant, teachers and schoolmates based on the three social anxiety
subscales of La Greca and Lopez (1998). The results of the study indicated that

1
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 2

cognitive-behavioral intervention is effective in reducing the level of social anxiety of


the participant in the academic environment. The results also supported from the
follow up treatment that conducted two weeks after the treatment by interviewing
participant, teachers and shoolmates.

Keyword: Cognitive-behavioral intervention; Social anxiety; Academic environment;


High school student

PENDAHULUAN adalah kecemasan sosial. Lebih lanjut


Sekolah merupakan sarana APA (2013) menjelaskan kecemasan
pendidikan bagi generasi Indonesia sosial biasanya ditandai adanya rasa
untuk dapat mengaktualisasikan potensi takut atau cemas pada situasi sosial yang
sumber daya manusia menjadi membuatnya merasa dievaluasi oleh
kompetensi yang optimal (Muhammad, orang lain saat menjalin interaksi sosial,
2013). Akan tetapi, sekolah memiliki melakukan suatu kegiatan, bahkan saat
banyak tuntutan yang harus dipenuhi menunjukkan kemampuan di depan
siswa, seperti tuntutan naik kelas, orang lain. Individu tersebut cemas akan
lamanya belajar, banyaknya tugas, memperoleh penilaian negatif dari
maupun prestasi akademik (Barseli & lingkungannya. Pada lingkungan
Ifdil, 2017). Ragam tuntutan tersebut akademik, Hofmann dan kawan-kawan
seringkali dirasakan oleh siswa sebagai (dalam Fisher, Warner & Klein, 2004)
suatu tekanan yang menimbulkan rasa menjelaskan umumnya kecemasan sosial
cemas (Nicolson & Ayers, 2004). muncul ketika siswa merasa takut yang
Melihat definisi kecemasan, konsisten pada situasi sosial yang
American Psychiatric Association atau menuntut seseorang untuk menunjukkan
APA (2013) mendefinisikan kecemasan kemampuannya di depan publik, seperti
sebagai rasa takut, tertekan atau berinisiatif membuka percakapan,
khawatir yang dirasakan individu menjawab atau bertanya di kelas,
disertai simtom fisik dan emosional pada bersikap asertif, dan menunjukkan
suatu hal yang bersifat subjektif. kemampuannya di depan kelas.
Menurut Adelman & Taylor (2010) rasa Menurut Watson dan Friend
cemas dapat menjadi bermanfaat atau (dalam LaGreca & Lopez, 1998)
menjadi masalah yang menghambat. menyebutkan bahwa kecemasan sosial
APA (2013) menyebutkan masalah terbagi atas dua subskala, yaitu Fear of
kecemasan secara umum terbagi Negative Evaluation (FNE) dan Social
kedalam beberapa jenis, salah satunya Avoidance Distress (SAD). FNE
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 4

merupakan rasa takut yang dialami atau mendapat penolakan (Hudson dkk
individu akan penilaian negatif dari dalam Niekerk, Klein, Dam, Hudson,
orang lain. SAD merupakan perilaku Rinck, Hutschemaekers & Becker, 2016).
menghindar individu terhadap suatu Kondisi ini membuat seseorang menjadi
situasi sosial tertentu. Lebih lanjut, cemas ketika melakukan kegiatan di
LaGreca dan Stone (1993) membagi lingkungan yang evaluatif, misalnya
Social Avoidance Distress (SAD) menjadi berbicara di depan kelas.
lebih spesifik ke dalam dua bagian, yaitu Kecemasan sosial yang dialami
Social Avoidance Distress-New (SAD- remaja dalam lingkungan akademiknya
New) dan Social Avoidance Distress- akan berdampak pada beberapa keadaan
General (SAD-General). SAD-New yang bisa menyulitkannya. Kecemasan
mengacu pada situasi sosial yang belum sosial yang dirasakan oleh individu
pernah dialami atau orang lain yang tersebut dapat berakibat pada
tidak familiar sebelumnya, sedangkan menurunnya keterlibatan siswa dalam
SAD-General mengacu pada situasi sosial proses belajar mengajar di sekolah yang
sudah pernah dialami atau terhadap ditandai dengan perilaku menghindar
orang lain yang sudah dikenali dari situasi sosial (Wells dkk, dalam
sebelumnya (La Greca & Lopez, 1998). Niekerk dkk, 2016). Perilaku menghindar
Kecemasan sosial dapat tersebut memiliki konsekuensi jangka
disebabkan adanya faktor genetik, pola panjang terhadap kemampuan individu
asuh orang tua, dan ekspektasi pikiran untuk bersosialisasi dan membangun
mengenai ancaman sosial. Schneier pertemanan yang merupakan tugas
(2003) menyebutkan bahwa adanya perkembangan selama tahap
hambatan perilaku individu yang perkembangan remaja (Fisher, Warner,
merupakan bawaan sejak kecil serta & Klein, 2004). Tidak hanya itu,
reaksi spontan anak saat kecil kecemasan sosial juga dapat berdampak
berkontribusi terhadap masalah pada kejadian bunuh diri,
kecemasan sosial pada anak. Schneier penyalahgunaan obat terlarang, dan
juga menjelaskan bahwa orangtua yang penurunan prestasi akademik pada
terlalu mengekang membuat anak rentan remaja (Biedel, dalam Fisher, Warner, &
mengalami kecemasan sosial. Sedangkan, Klein, 2004). Kecemasan sosial yang
ekspektasi pikiran mengenai ancaman dialami remaja dapat berperan dalam
sosial tampak dari prediksi bahwa perkembangan sosial yang maladaptif
individu akan memperoleh perundungan (LaGreca & Stone, 1993). Individu
5 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

dengan kecemasan sosial dapat lanjut agar dapat dikembangkan cara-


membuatnya menarik diri dari cara yang dapat mengurangi kecemasan
lingkungan pertemanan atau kesulitan sosialnya di sekolah. Hal ini akan dapat
bergaul serta membina hubungan membantu siswa untuk bisa
dengan teman sebaya. berpartisipasi di kelas dan bersosialisasi
Di Indonesia, belum ada data dengan baik sehingga siswa dapat
mengenai kecemasan sosial dari menunjukkan performa yang optimal
departemen kesehatan. Akan tetapi, dari sesuai dengan kemampuan potensi yang
penelitian yang dilakukan oleh Vriends dimiliki.
(dalam Amalia, 2015) menemukan Berdasarkan pendekatan kognitif,
15,8% dari 311 warga Indonesia kecemasan muncul akibat keyakinan
mengalami kasus yang berkaitan dengan individu dan lingkungan sosial yang
kecemasan sosial. Hasil wawancara dari menimbulkan perasaan cemas. Oleh
penelitian yang dilakukan oleh karena itu, memodifikasi keyakinan
Widyaastuti (2018) juga menemukan individu tentang dirinya sendiri dan
bahwa 10 siswa atau 43,47% dari 23 hubungan sosialnya merupakan bentuk
siswa mengalami kondisi yang penanganan yang lebih sesuai. Terapi
menggambarkan pengalaman kecemasan kognitif-perilaku merupakan intervensi
sebagai akibat dari situasi sosial yang psikoterapi yang bertujuan untuk
dinilai oleh orang lain. Pada penelitian mengurangi stres psikologis dan perilaku
ini, peneliti juga menemukan fenomena maladaptif lainnya dengan cara
siswa SMA yang mengalami kecemasan mengubah proses kognitif individu
sosial. Kecemasan ini ditandai oleh (Stallard, 2005). Intervensi ini berfokus
kekhawatiran dan ketakutan akan pada pemahaman mengenai bagaimana
penilaian negatif dari guru dan teman- suatu kejadian dan pengalaman tersebut
temannya. Kondisi ini membuat siswa diinterpretasikan dengan proses
tersebut kesulitan untuk menunjukkan mengidentifikasi dan mengubah distorsi
performa yang optimal di sekolah serta kognitifnya. Dari beberapa penelitian,
berdampak pada nilai-nilai akademiknya ditunjukkan bahwa intervensi kognitif-
yang cenderung dibawah standar nilai perilaku berhasil digunakan pada anak-
ketuntasan belajar. anak hingga remaja untuk mengatasi
Berdasarkan dampak yang berbagai permasalahan, termasuk
ditimbulkan dari kecemasan sosial yang kecemasan (Stallard, 2005). Efektivitas
dialami siswa, maka penting untuk intervensi kognitif-perilaku ini pernah
mengidentifikasi dan menangani lebih diuji juga oleh Wong, Kwok, Low, Man,
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 6

dan Ip (2016) untuk menurunkan mengukur seberapa besar tingkat


kecemasan pada remaja yang kecemasan sosial partisipan saat
menunjukkan pengaruh yang positif. sebelum dan sesudah diberikan
Berdasarkan hasil penelitian intervensi. Data kualitatif diperoleh
tentang intervensi kognitif-perilaku untuk melihat perubahan perilaku yang
sebelumnya, peneliti menduga bahwa diukur melalui observasi dan wawancara
intervensi kognitif-perilaku juga dapat terhadap subjek mengenai karakteristik
menurunkan kecemasan sosial pada yang menggambarkan kecemasan sosial
siswa di latar budaya Indonesia. Oleh saat sebelum dan sesudah diberikan
karena itu, penelitian ini bermaksud intervensi, pada setiap sesi dan pada sesi
mencari tahu apakah program intervensi peninjauan kembali (follow up).
kognitif-perilaku dapat menurunkan Partisipan pada penelitian ini
kecemasan sosial di lingkungan adalah siswa remaja perempuan berusia
akademik pada siswa SMA. Diharapkan, 16 tahun 5 bulan dan berada di kelas 2
dari hasil penelitian ini dapat menjadi SMA. Ia memiliki potensi kemampuan
reverensi bagi penanganan kasus lainnya yang baik untuk dapat memahami materi
yang serupa dan menambah khazanah pelajaran dan berprestasi di sekolah,
ilmu pengetahuan dalam bidang yaitu IQ yang berada pada kategori di
psikologi. atas rata-rata (skor IQ=119 berdasarkan
skala Wechsler). Akan tetapi pada
METODE PENELITIAN performanya, siswa tersebut cenderung
Desain penelitian ini menggunakan pasif, sulit diajak berpartisipasi di kelas,
single subject design karena dan nilai-nilai akademiknya yang tidak
memfokuskan pada data individu sebagai memenuhi standar kelulusan. Penyebab
partisipan dalam penelitian. Desain diketahui karena dari hasil pemeriksaan
penelitian yang digunakan adalah desain psikologisnya diperoleh bahwa adanya
A-B-A, yang disusun atas dasar logika kecemasan yang ia rasakan pada situasi-
baseline, yaitu pengukuran perilaku pada situasi sosial, khususnya akademik.
kondisi baseline (A) dan kondisi Kecemasan ini disebabkan oleh adanya
intervensi (B) serta pengulangan baseline pandangan atau pemikiran negatif yang
(A2). Pengumpulan data dilakukan dilakukannya dalam menilai situasi
secara kuantitatif dan kualitatif. Data sosial di lingkungan akademik, sehingga
secara kuantitatif diperoleh dari Social ia tidak berani bertanya, presentasi di
Anxiety Scale-Adolescent (SAS-A), dengan depan kelas ketika pelajaran. Kondisi ini
7 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

berdampak pada prestasi akademiknya studi literatur, penyusunan masalah,


yang tidak tampil maksimal. perancangan program, penyusunan alat
Instrumen yang digunakan dalam ukur, dan penentuan baseline. Pada
penelitian ini terdiri dari pengukuran tahap pelaksanaan intervensi dilakukan
kuantitatif dan kualitatif. Secara intervensi terapi kognitif-perilaku
kuantitatif, instrumen pengukuran yang selama lima sesi pertemuan dengan
akan digunakan adalah alat ukur Social durasi tiap pertemuannya sekira 65-110
Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) yang menit. Lima sesi pertemuan ini terdiri
telah diadaptasi oleh Oktarani (2014). dari tahap psikoedukasi, tahap
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur identifikasi disfungsi pikiran (dua sesi),
kondisi kecemasan partisipan. tahap mengelola emosi, dan tahap
Sedangkan pengukuran secara kualitatif mengaplikasikan pembelajaran yang
akan menggunakan metode wawancara telah diperoleh. Seluruh tahapan
dan observasi. Panduan wawancara yang intervensi ini dilaksanakan di sekolah
digunakan dalam penelitian ini setelah partisipan mengikuti kegiatan
berdasarkan subskala kecemasan sosial belajar mengajar. Setelah sesi
yang dikemukakan LaGreca dan Lopez pelaksanaan intervensi berakhir,
(1998). Wawancara ini digunakan dilakukan postes dan peninjauan
sebagai pengukuran dalam bentuk kembali. Pada tahap evaluasi dilakukan
kualitatif dan akan dipergunakan pada pengukuran kembali kecemasan sosial
saat sebelum intervensi, setelah partisipan melalui wawancara dan
intervensi dan pada saat peninjauan kuesioner SAS-A.
kembali (2 minggu setelah intervensi Data yang diperoleh selama
selesai). Panduan observasi disusun oleh penelitian kemudian dianalisis. Analisis
peneliti berdasarkan indikator kuantitatif dilakukan dengan cara
keberhasilan pada setiap sesi intervensi. membandingkan hasil kuesioner SAS-A
Observasi pada tiap sesi dilakukan pada saat sebelum dan sesudah
dengan tujuan untuk memperkuat data intervensi. Selain itu, analisis kualitatif
dan melakukan pengecekan terhadap dilakukan dengan melihat perubahan
ketercapaian tujuan pada tiap sesi perilaku melalui wawancara pada
intervensi. perubahan respon jawaban partisipan
Prosedur penelitian ini terdiri dari pada saat sebelum dan setelah intervensi
tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan serta observasi perilaku pada tiap sesi
intervensi, dan evaluasi. Pada tahap intervensi.
persiapan dilakukan analisis kebutuhan,
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 8

HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui bahwa partisipan sudah tidak


Dari hasil pengukuran kecemasan merasa khawatir terhadap apa yang
yang dialami partisipan menggunakan orang lain pikirkan mengenai dirinya dan
kuesioner SAS-A, ditemukan bahwa tidak merasa khawatir akan
partisipan mengalami penurunan dipermalukan seperti diejek, atau tidak
kecemasan setelah mengikuti intervensi disukai pada saat peninjauan ulang.
dan saat peninjauan kembali. Hanya sedikit kekhawatiran yang timbul,
Berdasarkan Tabel 1, penurunan yakni takut tidak disukai bila bertengkar
lebih banyak terjadi pada subskala FNE. dengan orang lain.
Tabel 1
Hasil Pengukuran Kuesioner SAS-A pada Pretest, Post-test, dan Peninjauan Kembali
Skor Skor
Skor
Subskala Item Pernyataan Post Peninjauan
Pretest
Test Kembali
Saya khawatir akan diledek oleh orang
4 5 3 1
lain
Saya merasa teman-teman
7 membicarakan saya tanpa 4 3 2
sepengetahuan saya.
Saya merasa khawatir tentang apa yang
18 4 4 1
orang lain pikirkan mengenai saya
Fear of Saya takut orang lain tidak akan
12 4 4 1
Negative menyukai saya
Evaluation Saya merasa khawatir tentang apa yang
15 4 3 1
(FNE) orang lain katakan mengenai saya.
Saya khawatir orang-orang tidak
2 5 3 2
menyukai saya
Saya khawatir menjadi bahan ejekan
17 3 3 1
orang lain
Jika saya bertengkar dengan seseorang,
10 saya khawatir orang itu tidak akan 5 6 2
menyukai saya.
Saya merasa khawatir ketika melakukan
11 4 4 4
Social hal baru di depan banyak orang
Avoidance Saya merasa malu berada di sekitar
1 4 4 2
and orang yang tidak saya kenal
Distress in Saya hanya berbicara pada orang-orang
8 3 3 2
New yang saya kenal baik
Situation Saya merasa gugup ketika bertemu
16 5 4 2
(SAD orang baru
New) Saya merasa gugup ketika berada di
13 5 4 4
sekitar orang-orang tertentu
Social Saya merasa gugup ketika berbicara
5 3 3 2
Avoidance dengan teman sebaya yang tidak terlalu
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 8

Skor Skor
Skor
Subskala Item Pernyataan Post Peninjauan
Pretest
Test Kembali
and saya kenal
Distress in Saya takut orang lain akan menolak
General 9 ketika saya mengajaknya melakukan 4 4 3
Situation sesuatu bersama-sama
(SAD Saya bahkan merasa malu pada teman
6 3 3 1
General) sebaya yang saya kenal baik
Sulit bagi saya untuk mengajak orang
3 4 4 3
lain beraktivitas bersama saya
Total Skor 73 65 37
Sumber: Wardhani & Suharso (2019)

Pada subskala SAD-New juga Berdasarkan hasil wawancara


diketahui terdapat penurunan pada saat peninjauan kembali seperti
kecemasan, terutama saat berada pada yang ditampilkan pada Tabel 2, diketahui
situasi yang tidak terlalu partisipan kenal bahwa kecemasan partisipan untuk
atau bertemu dengan orang baru. Ia juga berpartisipasi di kelas sudah berkurang.
tidak terlalu menunjukkan kecemasan Saat ini ia merasa dirinya lebih aktif
ketika berbicara dengan orang yang dibandingkan sebelum intervensi. Ia
tidak dikenalnya. menilai rasa malu dan takutnya
Pada subskala SAD-Gen, diketahui berkurang jauh walaupun sebetulnya
partisipan juga tidak terlalu cemas bila perasaan tersebut masih ada. Terkadang,
diminta untuk berbicara dengan teman ia merasa takut akan penilaian buruk
sebaya yang tidak terlalu ia kenali. Ia dari orang lain, namun perasaan tersebut
juga tidak merasa malu dengan teman tidak mengganggunya untuk
yang sudah dikenalinya. Hanya saja, berpartisipasi di kelas menjawab
apabila ia diminta untuk mengajak orang pertanyaan guru. Ia lebih terfokus pada
lain beraktivitas bersama, ia masih materi yang akan disampaikannya
menunjukkan kecemasan walaupun ada dibandingkan fokus pada ketakutan
penurunan pada saat peninjauan tersebut.
kembali. Ia juga masih memiliki Ia juga sudah tidak menganggap
ketakutan akan ditolak oleh orang lain dirinya sulit menjelaskan di depan
jika dirinya mengajak untuk melakukan umum. Ia merasa asalkan ia bisa
sesuatu bersama-sama. mengendalikan dirinya dan memahami
materinya dengan baik, maka ia bisa
9 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

menjelaskannya. Hingga saat ini, Selain wawancara dengan


partisipan tidak menolak dan berani partisipan, juga dilakukan wawancara
melakukannya sendiri bila guru pada guru dan teman sekelasnya. Guru-
memintanya untuk melakukan sesuatu guru menjelaskan bahwa sudah tampak
yang belum pernah ia lakukan. perubahan yang jauh berbeda pada
Dalam kegiatan berkelompok, ia dirinya di kelas. Jika sebelumnya ia
masih berusaha untuk memilih anggota sangat pemalu dan pasif di kelas, saat ini
yang sudah ia kenal dekat. Akan tetapi ia dapat berpartisipasi dan mau jika
saat ini, ia juga merasa bisa bekerja diminta guru menjawab pertanyaan. Ia
dengan kelompok lain yang tidak terlalu cenderung lebih aktif di kelas. Tidak
ia kenal. Hanya saja ia terkadang ia malu bertanya dan menjawab
masih merasa kesal bila mendapatkan pertanyaan yang diberikan teman-
teman kelompok yang sulit diajak temannya. Ia juga terlihat lebih pandai
bekerjasama karena ia harus bekerja dari sebelumnya, jika sebelumnya ia
lebih keras bila ingin hasilnya tetap baik. selalu menolak dan tidak bisa, saat ini ia
Reaksi fisik seperti deg-degan tidak pernah menolak dan bisa
sebelum tampil di depan umum hingga menjawab persoalan yang diberikan.
saat ini juga masih ia rasakan, hanya saja Guru-guru pengajar mengapresiasi
hal tersebut mampu ia kendalikan. Ia jug perubahan yang terjadi padanya.
masih menggunakan teknik relaksasi Lebih khusus melalui guru BK,
Mengatur Nafas setiap kali ia merasa saat ini ia sudah mau duduk di depan dan
cemas untuk tampil. Ia juga berusaha meja nomor 1 (berhadapan langsung
untuk memunculkan hal positif yang bisa dengan meja guru). Sebelumnya ia harus
digunakannya untuk tampil. dipaksa untuk pindah, dan selalu kembali
Keadaannya tersebut membuat lagi ke meja sebelumnya, saat ini ia
partisipan merasa lebih dibutuhkan sudah memilih sendiri duduk di depan. Ia
teman satu kelasnya. Hal ini karena ia juga duduk bersebelahan dengan anak
menganggap bahwa saat ini ia lebih yang cukup pintar di kelas sehingga guru
sering diajak berpartisipasi bersama BK merasa bahwa akademiknya terbantu
dalam kelompok. Meskipun demikian, dengan teman di sebelahnya karena bisa
sebetulnya partisipan sendiri masih berdiskusi dengan teman tersebut. Ini
merasa bahwa ia sulit untuk meminta membuatnya tampak lebih mampu
teman sekelas berkegiatan bersama. Hal mengikuti pelajaran.
ini karena ia masih merasa takut ditolak Berdasarkan pandangan teman
oleh temannya. satu kelasnya, saat ini perilaku partisipan
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 10

sudah berbeda jauh dengan sebelumnya. strategi utama dalam terapi kognitif-
Ia lebih aktif dan dan mau berbincang. perilaku adalah mengubah keyakinan
Partisipan yang dulunya sangat mudah irrasional menjadi pemikiran atau
panik, saat ini ia tidak terlalu panik dan keyakinan yang lebih rasional dan positif.
lebih mudah berbaur dengan teman- Pada kasus dalam penelitian ini,
teman lainnya. Walaupun terkadang partisipan memiliki suatu keyakinan
masih terlihat hati-hati, namun ia tetap irasional yang perlu diubah. Partisipan
berani bicara di kelas. Hal yang paling seringkali memperkirakan akan
terasa adalah kemampuannya untuk mendapat penilaian negatif dari orang
menyampaikan ide pada orang lain, hal lain terhadap dirinya. Selain itu,
ini tampak pada penyelesaian tugas partisipan seringkali memprediksi
kelompok. Saat ini partisipan lebih bahwa ia akan mengalami kegagalan jika
berani berpendapat di kelas, partisipan menunjukkan dirinya di depan publik,
lebih banyak terlibat mengikuti jalannya seperti salah bicara, atau gagal
kegiatan kelompok dengan memberi ide- mempresentasikan materi di depan
ide mengenai apa yang sebaiknya kelas.
dilakukan kelompok terhadap tugas yang Keyakinannya yang irasional
diberikan guru, lebih aktif menjadi tersebut berhasil diubah menjadi
penyaji materi, ia juga mau membuat keyaknian yang lebih rasional dan positif.
tayangan PPT. Hal ini terlihat dari adanya kesadaran
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada diri partisipan bahwa ternyata ia
intervensi kognitif-perilaku terbukti bisa mengekspresikan dirinya secara
berhasil dalam menurunkan level verbal di depan umum serta adanya
kecemasan sosial siswa remaja dalam pemikiran bahwa dirinya tidak seburuk
lingkungan akademik. Hal ini sejalan yang ia prasangkai selama ini. Hal
dengan penelitian yang dilakukan juga tersebut menunjukkan adanya
oleh Asrori (2015) terkait terapi kognitif- perubahan pemikiran pada partisipan.
perilaku yang berhasil menurunkan Keadaan ini selaras dengan pendapat
tingkat kecemasan sosial subjek pada Stallard (2002) yang mengungkapkan
penelitiannya. bahwa terapi kognitif-perilaku
Penelitian dengan pendekatan merupakan intervensi psikoterapi yang
kognitif-perilaku cenderung berfokus bertujuan untuk menurunkan kecemasan
pada pengubahan pola pikir. Antony dan yang berkaitan dengan pola pikir.
Swinson (2000), menyebutkan bahwa
11 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

Pada penelitian ini, terdapat hal-


hal yang mendukung keberhasilan
program. Faktor pertama adalah
kesadaran dari subjek penelitian akan
pentingnya mengikuti program.
Partisipan mengungkapkan bahwa salah
satu hal yang mendasarinya ingin
mengikuti intervensi ini adalah karena
kecemasan tersebut dirasakannya
mengganggu performa partisipan di
kelas. Hal ini seiring dengan penjelasan
Stallard (2005), bahwa salah satu hal
yang perlu diperhatikan untuk
menunjang pelaksanaan intervensi
antara lain kesiapan, motivasi, dan
memiliki tujuan yang ingin diraih.
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan
Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah 12

Tabel 2
Hasil Wawancara Saat Pretest, Post-test, dan Peninjauan Kembali
Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim
Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
Perasaan takut Rasa malu dan takut
Merasa
ditertawakan masih ia ditertawakan saat tampil
bahwa
P takut apabila mendapat rasakan, akan tetapi ia masih ia rasakan. Akan
orang lain
respon negatif dari teman- menyadari jika ia tidak tetapi hal tersebut tidak
akan P masih memiliki perasaan takut
temannya saat menunjukkan memulai untuk berani, di dramatisir. Ia merasa
memperm ditertawakan dan malu ketika
kemampuannya di kelas, maka tidak akan bisa lebih percaya diri untuk
alukan tampil di kelas. Akan tetapi hal itu
seperti ditertawakan, diejek, lebih baik. tampil di kelas.
dirinya tidak didramatisir dan tidak
atau dianggap tidak jelas. P masih belum nyaman
ketika menghambatnya untuk tampil.
Meskipun terkadang ia dengan situasi-situasi
menunjuk Ada perubahan dimana P merasa
berusaha untuk tidak yang mengharuskan
kan lebih percaya diri untuk tampil
memperdulikan, namun dirinya tampil di depan
kemampua saat dilakukan follow-up.
ketakutan tersebut masih sulit banyak orang. Akan
nnya di
ia kendalikan. tetapi ia merasa lebih
depan
Fear of berani untuk ikut aktif
umum
Negative di kelas.
Evaluation Pikiran takut dinilai
(FNE) Merasa P serng terbayang dengan negatif oleh guru atau
Pemikiran untuk takut
akan pendapat negatif orang lain. teman masih ada, namun
salah, dan takut
dinilai Ia takut dikomentari hal yang ia merasa tidak Walaupun memiliki rasa takut
pertanyaannya tidak
buruk oleh buruk, atau dianggap mencari berlebihan seperti dulu. dinilai negatif, namun perasaan
bermutu masih
orang lain perhatian. P lebih memilih fokus tersebut tidak berlebihan. Saat
dirasakan oleh P. Ia
apabila ia Ketakutannya tersebut pada memahami ini ia mampu mengendalikan
takut dengan anggapan
mencoba diperkuat dengan adanya materinya. Saat perasaan-perasaan tersebut dan
orang lain jika
berpartisi olokan teman yang menyoraki gilirannya berbicara, ia lebih berfokus pada materi.
pertanyaan yang ia
pasi aktif siswa lain saat berada didepan akan berbicara dan tidak
lontarkan tidak tepat.
di sekolah kelas pernah menolak seperti
dulu.
Memandan P menganggap dirinya tidak P merasa takut salah P merasa tidak ada lagi Jika sebelumnya P menganggap
g diri percaya diri untuk bisa aktif di dalam menjawab. Ia juga pikiran bahwa dirinya dirinya tidak percaya diri,
sendiri kelas. masih merasakan tidak percaya diri dan berbelit-belit dalam
13 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim


Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
tidak simptom kecemasan tidak mampu berbicara mengungkapkan suatu hal, saat
kompeten seperti detak jantung karena berbelit-belit. Ia in ia tidak lagi memiliki pikiran
atau tidak cepat, akan tetapi ia semakin nyaman mengenai hal tersebut. Ia
mampu berusaha mengelola hal menjawab atau bertanya semakin nyaman untuk
menampil tersebut dengan teknik pada guru mengenai berpartisipasi di kelas atau
kan relaksasi yang sudah suatu hal di kelas. bertanya pada guru mengenai
performa dipelajarinya saat pelajaran yang tidak ia mengerti.
yang baik intervensi. Hal tersebut
di depan berhasil menurunkan
umum kecemasannya sehingga
ia bisa menjawab
pertanyaan guru.
P merasa tidak bisa berbicara Setelah mengikuti
di depan kelas. Ia merasa pelatihan, P merasa pola
sering blank dan tidak tahu apa pikirnya berubah. Ia
yang harus ia lakukan di depan merasa bahwa ternyata
kelas saat diminta tampil. dirinya bisa menguasai
P merasa berbelit-belit saat diri, bisa berbicara di
berbicara di depan orang depan. Ia merasa bahwa
banyak. Hal ini sudah ia selama ini dirinya
rasakan sejak lama. terlalu penakut.
Menghinda P berusaha menghindari Saat ini P tidak pernah
Jika sebelumnya P selalu menolak
ri kegiatan perintah guru dengan cara menolak jika guru
dan meminta ditemani oleh
yang menolak dan memohon agar menyuruhnya
sahabat dalam melakukan hal
memperol digantikan siswa lain untuk Adanya keinginan untuk membantu walaupun
yang belum pernah ia lakukan
eh menjadi pembaca UUD. membuktikan pada pada hal-hal yang belum
sebelumnya, namun saat ini P
penilaian Membacakan UUD merupakan orang lain bahwa P pernah dilakukannya.
SAD-New sudah berani melakukan hal yang
dari orang hal yang tidak pernah ia berani dan tidak pasif Karena hal tersebut, ia
belum pernah dilakukannya
lain pada lakukan sebelumnya. namun seperti anggapan orang menjadi lebih dekat
seorang diri tanpa ditemani.
kegiatan karena dipaksa akhirnya ia selama ini. dengan gurunya.
Karena ia selalu membantu guru,
yang melakukannya. Hal tersebut Saat ini ia juga berani
ia menjadi lebih dekat dengan
belum membuatnya tidak nafsu melakukan hal-hal baru
guru tersebut.
pernah makan hingga ia tampil. sendiri tanpa ditemani
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan
Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah 14

Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim


Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
dilakukan temannya seperti dulu.
sebelumny
a
Dalam kegiatan diskusi ataupun Rasa cemas masih muncul
presentasi, ia tetap merasa saat P harus melakukan
kesulitan mengekspresikan kegiatan terutama pada hal
ide-idenya, baik didepan orang- yang belum pernah
orang yang sudah ia tahu dilakukan. Akan tetapi ia
maupun orang yang belum ia sering menggunakan
P merasa lebih cemas ketika
kenali. Pada orang yang belum teknik-teknik yang pernah
harus tampil di depan orang-
Kesulitan ia kenal, P merasa lebih sulit diajarkan dan mencoba
orang yang belum dikenalnya
untuk mengekspresikannya melihat dari sisi lain untuk
dibandingkan dengan orang yang
menunjuk dibanding dengan orang yang P merasa lebih nyaman memperkuat pikiran
sudah ia kenali karakternya.
kan sudah ia ketahui sebelumnya. dengan teman yang positifnya.
Akan tetapi saat ini ia tahu cara
kemampua Walaupun takut, P lebih sudah ia kenal ketika
mengurangi kecemasaannya dan
n di depan nyaman tampil di depan orang mengekspresikan diri di
sering menggunakan teknik-
umum yang sudah dikenali. Akan kelas. Tetapi saat ini ia
teknik yang ia pelajari saat
dengan tetapi jika orang yang dikenal memiliki keinginan
pelatihan. Ia juga lebih mudah
orang lain tersebut merupakan orang untuk mencoba berani
memperkuat pikiran positfnya
yang yang senang berkomentar berpartisipasi di kelas.
dengan melihat dari sisi lain. Hal
kurang negatif, P akan merasa tidak
ini membantunya dalam
dikenal nyaman untuk tampil.
mengelola kecemasan yang
P merasa tidak bisa ceplas
sedang ia hadapi.
ceplos (lancar) mengungkapkan
apa yang dipikirkannya saat di
depan umum. Akan tetapi
dengan sahabat dekatnya, ia
merasa mudah
mengekspresikan ide-idenya.
Hanya mau P biasanya mengutamakan Saat ini ia masih Saat ini, jika ia bisa Hingga saat ini, P akan merasa
memilih bekerjasama dengan sahabat kesulitan untuk bersama teman lebih nyaman berkegiatan
dan dekatnya. Ia merasa lebih membaur dengan teman akrabnya, P akan lebih kelompok dengan sahabat
15 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim


Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
bekerjasa nyaman karena telah yang tidak terlalu akrab memilih dengan dekatnya. Akan tetapi sekarang
ma rekan mengenali karakter dan bisa saat kegiatan kelompok. sahabatnya. Akan tetapi ia bisa lebih nyaman saat
yang bekerjasama dengan baik jika ia bergabung dengan berkegiatan dengan kelompok
sudah Bila guru menyuruh untuk kelompok lain, P merasa lain diluar sahabatnya. Ia sudah
dikenal bekerjasama dengan siswa lain, tidak pendiam seperti bisa lebih mudah menyampaikan
baik P ingin memilih siswa yang dulu dan bisa ide-idenya pada kelompok.
baik dan menghindari siswa berpartisipasi
anggota gank di kelas tersebut. memberikan ide.
Namun ia sulit meminta untuk
bergabung bersama.
Pada teman akrab, ia mudah Saat ini P merasa tidak
mengekspresikan lagi merasa kesulitan
pikirannyanya, namun bila ketika harus menjawab,
sudah dilihat oleh teman satu bertanya atau
kelas, ia akan merasa cemas presentasi. Rasa
Merasa dan sulit mengutarakan cemasnya dirasa P sudah
Sebelumnya ia merasa sulit
kesulitan pikirannya tersebut tidak mengganggu
Kesulitan saat mengungkapkan pendapat dan
mengeksp P tidak berani mencoba seperti dulu. Ia akan
mengekspresikan ide di merasa berbelit-belit. Hal ini
resikan ide berpendapat di kelas. kesulitan bila materinya
kelas masih ia rasakan, membuatnya memilih pasif dan
di depan P sering merasa dirinya tidak ia kuasai, sehingga
terutama dengan denyut enggan mengungkapkan ide
umum mengerti jawaban yang harus P lebih memilih untuk
SAD-Gen jantung yang berdetak pikirannya di depan umum. Akan
walaupun diutarakan, namun pada saat memahami materi.
cepat. Tetapi saat ini ia tetapi saat ini ia lebih nyaman
dengan menjelaskan, ia merasa
merasa tahu cara untuk aktif, mengungakpkan
teman kesulitan dan tidak tahu harus
mengatasi idenya di depan umum. Ia lebih
yang menjelaskan darimana.
kecemasannya tersebut befokus pada memahami materi
sudah Ditambah adanya anggapan
yang akan disampaikannya.
dikenal bahwa ia berbelit-belit dalam
menjelaskan sesatu, sehingga
membuatnya enggan untuk
aktif menjawab karena merasa
orang lain tidak akan mengerti
hal yang ia sampaikan.
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan
Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah 16

Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim


Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
Bersikap P memilih melemparkan Ia merasa tidak pasif
pasif kesempatan atau memberikan seperti dulu. Ia sengaja
dalam jawaban pada orang lain saat menghindari tugas yang Jika sebelumnya Am selalu
kegiatan ada sesi tanya jawab di kelas berada di balik layar dan memilih tugas-tugas yang tidak
yang meskipun ia mengetahui memilih untuk lebih menuntutnya tampil di depan
P merasa ada perbedaan
memperol jawabannya. banyak tampil. Hal ini umum, saat ini P justru
sebelum dan setelah ia
eh merupakan salah satu menghindari tugas tersebut dan
mengikuti intervensi.
penilaian cara yang P lakukan lebih banyak mengambil peran
Jika sebelumnya ia sulit
dari orang untuk lebih aktif di kelas. untuk menjelaskan di depan
Jika bekerja kelompok dengan mengontrol respon
lain kelas. Hal ini sengaja ia lakukan
siswa lain di kelas, ia memilih tubuhnya sehingga
(misalnya: untuk melatih dirinya agar lebih
mengikuti kemauan kelompok. mengarahkan pada
presentasi, berani. Awal-awalnya ia gugup,
Akan tetapi yang ia tidak suka kondisi kaku atau ingin
tanya namun ia mencoba untuk
adalah P sering mendapatkan cepat selesai, saat ini ia
jawab dll) memperkuat pikiran positifnya
tugas yang lebih banyak bisa lebih mengontrol
meskipun dan mengurangi rasa cemasnya
dibanding anggota lain respon tubuhnya
sudah dengan relaksasi. Semakin lama
sehingga seringkali P merasa
pernah ia merasa semakin bisa berbicara
dimanfaatkan.
dilakukan di depan umum.
sebelumny
a
P cenderung menurut jika ia P merasa bahwa ia Ia masih cenderung Hingga saat ini P masih sulit
Merasa
ditempatkan dengan anggota masih sulit meminta sulit untuk meminta untuk meminta orang lain
kesulitan
kelompok yang tidak terlalu ia teman lain yang tidak terlebih dahulu berkelompok atau melakukan
untuk
kenal. Akan tetapi disisi lain, P terlalu akrab untuk berkelompok dengan kegiatan bersama dengan
meminta
juga cenderung kesulitan untuk menjadi kelompoknya. P orang lain diluar dirinya. Hal ini karena ia masih
teman
berbaur dengan anggota sering merasa tidak sahabatnya. Akan tetapi takut dengan penolakan. Akan
sekelas
kelompok tersebut. Sehingga ia cocok dengan kelompok saat ini keadaannya tetapi saat ini ia lebih sering
yang tidak
cenderung mengikuti lain. Ia memiliki lebih baik karena P mendapat tawaran untuk
terlalu
keputusan dalam kelompok pengalaman lebih sering diajak oleh berkelompok bersama. Ia juga
akrab
terkait tugas yang harus ia diperlakukan tidak baik kelompok lain merasa lebih banyak teman
berkegiata
kerjakan oleh anggota kelompok berpartisipasi bersama. dibandingkan dulu. Meskipun
n bersama
Ia juga kesulitan untuk tersebut, seperti Ia merasa teman-teman demikian, jika guru
17 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

Dimensi Indikator Interpretasi Verbatim Interpretasi Verbatim


Interpretasi Verbatim Subjek
Kecemasan Kecemasa Subjek Setelah Subjek Peninjauan Kesimpulan
Sebelum Intervensi
Sosial n Sosial Intervensi Kembali
meminta orang lain yang tidak menyuruh P dikelasnya saat ini lebih membebaskan siswa
terlalu ia kenal untuk mengerjakan porsi tugas bisa menerima diri P. berkelompok dengan siapapun,
berkelompok bersama yang lebih banyak. maka P akan tetap memilih
walaupun sama-sama berada bersama sahabatnya karena
dalam satu kelas. merasa lebih nyaman dan sudah
mengenali karakter sahabatnya.
Sumber: Wardhani & Suharso (2019)
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 18

Faktor kedua adalah adanya Faktor keberhasilan yang ketiga


hubungan baik yang terjalin antara adalah kemampuan partisipan dalam
partisipan dengan peneliti. Hubungan merefleksikan pikiran dan menemukan
baik ini meningkatkan kerjasama yang pemahaman baru. Seperti yang
baik pula antara peneliti dengan subjek dijelaskan oleh Shirk (dalam Stallard,
penelitian. Menurut Belsher dan Wikes 2005) bahwa kemampuan partisipan
(1994, dalam Stallard, 2002) dalam merefleksikan pikirannya menjadi
menyebutkan bahwa meningkatkan hal yang diperlukan untuk mencapai
kerjasama dengan remaja menjadi hal keberhasilan program intervensi
penting yang perlu diperhatikan. Proses kognitif-perilaku. Dengan
kerjasama ini akan mendorong remaja kemampuannya tersebut, partisipan
untuk kooperatif menemukan dapat menemukan pemahaman terkait
permasalahan dan kemungkinan jalan kegiatan yang sedang dilakukannya pada
keluar dari permasalahannya tersebut. tiap-tiap sesi, seperti menemukan
Tidak hanya itu, hubungan yang terjalin pemahaman bahwa pikiran partisipan
baik ini juga juga meningkatkan ikatan yang mempengaruhi perasaan, reaksi
kepercayaan antara peneliti dengan fisik dan perilaku partisipan dalam
partisipan, sehingga lebih mudah mengahadapi situasi yang menekan atau
membangun komunikasi yang efektif. menemukan pemahaman bahwa dirinya
Komunikasi efektif ini menjadi hal yang tidak seburuk prasangka yang selama ini
penting dalam mengarahkan rangsangan diyakininya.
sebagai suatu proses pendidikan. Hal ini Respon positif dari teman saat
didasarkan pada penjelasan Bender tampil di depan kelas pada sesi simulasi
(1975) yang mengemukakan bahwa juga menjadi faktor keempat yang
menjalankan suatu proses pendidikan memengaruhi subjek penelitian secara
sangat tergantung dengan pola positif sehingga intervensi dapat
komunikasi yang terjalin antara pendidik berhasil. Biasanya, pada individu yang
dengan siswa, sedangkan untuk memiliki kecemasan sosial cenderung
membentuk suatu komunikasi yang memiliki perasaan takut akan penilaian
efektif membutuhkan sebuah ikatan negatif dari lingkungan sosialnya. Seperti
kepercayaan yang membuat siswa yang dikemukakan oleh Rape dan
merasa aman dan nyaman ketika Heimberg (dalam Niekerk dkk, 2016)
mengekspresikan dirinya. bahwa individu dengan kecemasan sosial
seringkali terlalu fokus pada penilaian
19 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

negatif yang akan diberikan orang lain ataupun orangtua dalam membangun
dan merasa orang lain selalu bersikap keyakinan positif pada partisipan. Ada
kriits padanya. Dalam penelitian ini, baiknya juga untuk memperhatikan
dengan adanya respon positif dari dalam mengurangi label ataupun
peserta yang menonton presentasi penilaian negatif terhadap partisipan
partisipan akan menjadi bukti untuk yang bisa membentuk keyakinan yang
memperlemah keyakinannya yang salah salah pada diri partisipan.
dalam menghadapi situasi sosial yang Selain didukung oleh faktor-faktor
menekannya sehingga dapat yang menyebabkan penelitian ini dapat
memperkuat pikiran positif yang sedang menurunkan tingkat kecemasan sosial
dibangun terkait presentasi di depan siswa remaja, terdapat pula faktor lain
kelas. yang menjadi tantangan keberhasilan
penelitian. Pada penelitian selanjutnya
PENUTUP diperlukan beberapa peningkatan.
Berdasarkan analisis penelitian Pertama, membangun kedekatan dengan
yang sudah dipaparkan, disimpulkan siswa yang mengalami kecemasan agar
bahwa program intervensi kognitif- terbentuk rasa kepercayaan sehingga
perilaku efektif dalam menurunkan siswa tersebut dapat membuka diri
tingkat kecemasan sosial siswa remaja. dengan nyaman dan aman. Selain itu, ada
Efektivitas ini tampak dari adanya baiknya lebih memerhatikan persiapan
penurunan skor kecemasan sosial ketika teknis lainnnya, seperti ketersediaan
diberikan alat ukur SAS-A serta adanya ruangan, kesediaan pihak lain yang
perubahan jawaban partisipan ketika mendukung jalannya intervensi. Kedua,
dilakukan wawancara dan observasi penting untuk merancang dan
pada saat sebelum pemberian intervensi, mengomunikasikan waktu yang
setelah pemberian intervensi dan juga membutuhkan keterlibatan orang lain
pada saat peninjauan kembali. agar penelitian dapat berjalan sesuai
Bila level kecemasan partisipan rancangan yang telah dibuat.
mengalami penurunan, maka dibutuhkan
dukungan sosial dari berbagai pihak,
seperti guru pengajar, guru BK, psikolog
Wardhani, A, P, A., Suharso, P, L., Program Intervensi Kognitif-Perilaku Dalam
Menurunkan Kecemasan Sosial Di Lingkungan Akademik Pada Siswa Sekolah
Menengah 20

PUSTAKA ACUAN LaGreca, A. M & Lopez, N. (1998). Social


Anxiety Among Adolescent:
Adelman, H., & Taylor, L. (2010). Mental Linkages with Peers Relation and
health in Schools: Engaging Friendship. Journal of Abnormal
Learners, Preventing Problem, and Child Psychology. Vol. 26. No. 02.
Improving Schools. Thousand Oaks, 83-94.
CA: Corwin Press
LaGreca, A. M & Stone, W. L. (1993).
Amalia, R. (2015). Gambaran Kecemasan Social Anxiety Scale for Children-
Sosial Berdasarkan Liebowitz Revised: Facto Structure and
Social Anxiety Scale Pada Remaja Concurent Validity. Journal of
Awal di Jatinangor. Tesis. Fakultas Clinical Child Psychology. Vol. 22.
Psikologi Universitas Padjajaran. No. 1. 17-27
Bandung
Muhammad, H. (2013). Pedoman
American Psychiatric Association. Penelusuran Minat Peserta Didik.
(2013). Diagnostic and Statistical Jakarta: Kemendikbud, Dirjen
Manual of Mental Disorder, DSM-V Pendidikan Dasar Direktorat
(5th Edition). Washington DC: Pembinaan Sekolah Menengah
American Psychiatric Publishing. Pertama.

Antony, M. M., & Swinson, R. P (2000). Nicolson, D., & Ayers, H. (2004).
Shyness and Social Anxiety Adolescent Problem: A Practical
Workbook. Canada. New Harbinger Guide for Parents, Teacher and
Publication, Inc. Counsellors 2nd edition. London:
David Fulton.
Asrori, A. (2015). Terapi Kognitif
Perilaku Untuk Mengatasi Niekerk, R. E., Klein, A. M., Dam, E. A,
Gangguan Kecemasan Sosial. Jurnal Hudson, J. L., Rinck, M.,
Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.03. Hutschmaekers, G. J. M., dan
No.1. Becker, E. S. 2016. The Role of
Cognitive Factor in Chilhood Social
Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stres Anxiety: Threat Thoughts and
Akademik siswa. Jurnal Konseling Social Skills Perception. Cognitive
dan Pendidikan. Vol 5. No. 3. 143- Therapy. 489-497.
148
Oktarani, D. (2013). Menurunkan
Bender, R. C. (1975). Educations as a TingkaT Kecemasan Sosial Ada
Function of Effective Remaja Melalui Program Interveni
Communication. The High School Individual dengan Pendekatan
Journal. Vol. 58. No.7 307-311. Kognitif-Perilaku. Tesis. Depok:
Universitas Indonesia.
Fisher, P.H., Warner, C, M., & Klein R, G.
(2004). Skill for Social and Schneier, F. R. (2003). Social Anxiety
Academic Success: A School-Based Disorder. BMJ. 515-516.
Intervention for Social Anxiety
Disorder in Adolescents. Clinical Stallard, P. (2005). Think Good-Feel Good.
Child and Family Psychology. Vol 7. A Cognitive Behavior Therapy
No.4. 241-9. Workbook for Children and Young
21 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 13 No. 1 Juli 2022, hlm 1-21

People. London: John Wiley & Son,


Ltd.

Stanley, M.A., Diefenbach, G. J., & Hopko,


D. R. (2004). Cognitive Behavioral
Treatment for Older Adult with
Generalized Anxiety Disorder. A
Therapist Manual for Primary Care
Setting. Behavioral Modification.
Vol. 28. 73-117.

Widyaastuti (2018). Penyusunan Skala


Kecemasan Aspek Sosial Untuk
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas
Sanata Dharma.

Wong, D.F.K., Kwok, S.Y.C.L., Low, Y.T.,


Man, K.W., & Ip, P.S.Y. (2016).
Evaluating Effectiveness of
Cognitive-Behavior Therapy for
Hong Kong Adolescent with
Anxiety Problem. Research on
Social Work Practice. 1-10

Anda mungkin juga menyukai