Anda di halaman 1dari 9

Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Pengaruh Dukungan Orangtua dan Kontrol Diri


Terhadap Perilaku Agresif
Rori Patawa1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. This study aims to determine the effect of parental support and self-control on aggressive
behavior in Samarinda 9 High School students. This study uses a quantitative approach. The subject of this
study were 85 students of Samarinda High School National 9 who were selected using purposive sampling
technique. The method of data collection uses a scale of aggressive behavior, parental support and self-
control. The data collected was analyzed using the Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.0 for
Windows program. The results of the study with a confidence level of 95% indicate that: (1) there is a
negative and significant influence of parents' support for aggressive behavior with a coefficient (β) = -0.351
and a t count> t table (-3.375> 1.989) and p = 0.001 <0.05. (2) there is a negative and significant influence
of self-control on aggressive behavior with the coefficient (β) (-0.227) and the value of t count> t table (-
2.018> 1.989) and the value of p = 0.047 <0.05. (3) there is the influence of parental support and self-control
on aggressive behavior with F count> F table (5,696> 3.11) and p value <0.05 (0.005 <0.05). The
contribution of influence (R2) on parental support and self-control on students' aggressive behavior is 11.2%,
meaning the contribution of influence is categorized as 11.2%.

Keywords: agresif behavior, parental support, self-control

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyesuaian diri dan dukungan sosial
terhadap stres pada tahanan wanita Rutan di Kelas II B Kota Balikpapan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Subjek narapidana wanita ini adalah 103 orang yang dipilih menggunakan teknik total
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala penyesuaian dan dukungan sosial untuk
stres. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan analisis regresi parsial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan antara penyesuaian dan dukungan sosial untuk stres
pada tahanan wanita Rutan di Kelas II B Kota Balikpapan, dengan hasil pengujian hipotesis menggunakan
analisis regresi model lengkap (F hitung > F tabel) = 8,108 > 3,933, adjusted R square (R2 = 0,140); dan p
(Sig) = (0,001 < 0,050); (2) ada pengaruh variabel penyesuaian terhadap stres pada tahanan wanita Rutan di
Kelas II B Kota Balikpapan dengan beta = -0.190, t hitung = -2.042 > 1,983 dan p = 0,044 > 0,050; (3)
terdapat pengaruh variabel dukungan sosial terhadap stres pada narapidana wanita di Balikpapan Tahanan
Kelas II B Balikpapan dengan beta = -0,307, t hitung = -3,303 > 1,983 dan p = 0,001 > 0,050.

Kata kunci: perilaku agresif, dukungan orang tua, pengendalian diri

1
Email: rori.patawa94@gmail.com
225
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN kurang harmonisnya hubungan dengan teman


ataupun lingkungan, prestasi akademik yang kurang
Dalam masa yang labil, remaja mempunyai
baik, dan keterampilan diri yang berkembang secara
kecenderungan yang lebih besar untuk berperilaku
tidak maksimal.
agresif. Perilaku agresif pada remaja antara lain
Pada masa ini remaja menghadapi tugas tugas
seperti perkelahian, tawuran, saling mencaci dan
dalam perubahan sikap di lain pihak harapan
bentuk- bentuk perilaku agresif lainnya. salah satu
ditumpukan pada remaja dapat meletakan dasar –
fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat
dasar pembentukan sikap dan prilaku. Buss dan
memperihatinkan adalah aksi‐aksi kekerasan yang
Perry (dalam Anderson & Bushman, 2002)
terjadi di kalangan remaja. Aksi tersebut dapat
menyatakan bahwa secara umum perilaku agresif
berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor
kekerasan fisik (memukul, meninju, dll). Bentuk
personal dan faktor situasional. Faktor personal
nyata dari aksi tersebut adalah tawuran pelajar.
meliputi karakter bawaan individu yang menentukan
Pelaku‐pelaku tindakan aksi ini bahkan sudah mulai
reaksi individu tersebut ketika menghadapi situasi
dilakukan oleh siswa‐siswa di tingkat SLTA/SMA.
tertentu. Sementara itu, faktor situasional mencakup
Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya
fitur-fitur atau hal-hal yang terjadi di lingkungan
adalah perilaku agresif dari seorang individu atau
yang juga mempengaruhi reaksi individu terhadap
kelompok (Ronald, 2006).
suatu peristiwa.
Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe,
Faktor penyebab munculnya perilaku agresif
2005) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu
pada individu yaitu faktor yang berasal dari dalam
perilaku yang diwujudkan dalam berbagai bentuk
diri individu maupun luar individu. Peneliti
yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai
mengambil variable yang dari luar individu berupa
makhluk hidup lain yang terdorong untuk
dukungan orangtua dan dalam diri individu berupa
menghindari perlakuan tersebut. Perilaku agresif
kontrol diri. Orangtua sebagai unit kecil dalam
yang muncul pada individu berkaitan erat dengan
keluarga. Keluarga merupakan sebuah sistem yang
rasa marah yang terjadi dalam diri individu Adanya
digerakan oleh anggota berdasarkan asas saling
serangan dari orang lain. Individu akan secara
menghormati, menghargai, dan mendukung peran
refleks memunculkan sikap agresif terhadap
masing masing sehingga tercipta sinergi dan
seseorang yang secara tiba-tiba menyerang atau
keteraturan. Keluarga sebagai sebuah sistem
menyakiti baik dengan perkataan (verbal) maupun
merupakan tempat seorang remaja membentuk dan
dengan tindakan fisik dan Terjadinya frustrasi dalam
mengembangkan kebribadian dalam karakter
diri seseorang. Frustrasi adalah gangguan atau
(surbakti, 2008). Pembentukan dan pembentukan dan
kegagalan dalam mencapai tujuan. Ketika individu
pengembangan kepribadian remaja tidak luput dari
mengalami frustasi maka akan dapat memunculkan
peran orangtua serta ditunjang dengan dukungan
kemarahan yang dapat membangkitkan perilaku
orangtua.
agresif ada pula ekspektasi pembalasan atau motivasi
Dukungan orangtua yang diberikan oleh
untuk balas dendam. Ketika individu yang marah
orangtua memainkan peranan penting terhadap
mampu untuk melakukan balas dendam, maka rasa
penyesuaian psikologis selama masa transisi yang
marah akan semakin besar dan kemungkinan untuk
dihadapi anak dalam usia remaja (Mounts, 2005).
melakukan agresif juga bertambah besar (Taylor,
Dukungan sosial merupakan informasi verbal dan
Dkk, 2009).
non verbal, saran subyek di dalam lingkungan
Hasil survei penelitian yang dilakukan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan
(Dyastuti, 2012) menemukan bahwa telah terjadi
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
dalam satu tahun terakhir ini 48 kasus kriminal yang
Individu yang memperoleh dukungan sosial secara
melibatkan remaja dengan umur pelaku berkisar
emosional merasa lega karena diperhatikan,
antara 15-18 tahun, dengan rincian kasus sebagai
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada
berikut, yaitu: 21 kasus pencurian, 2 kasus
dirinya, Gottlieb (dalam zulva , 2016).
pertolongan jahat, 3 kasus penggelapan, 3 kasus
Selain itu penelitian dari Auliya dan
tentang perlindungan anak, 7 kasus pengroyokan, 3
Nurwidawati pada tahun 2014 yang berjudul
kasus membawa senjata tajam, 7 kasus pencabulan,
Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Agresif
dan 2 kasus perjudian. Perilakuperilaku agresif akan
Pada Siswa SMA Negeri 1 Pandangan Bojonegoro,
menghambat perkembangan sosial para pelakunya.
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
Diantaranya akan berdampak negatif terhadap
226
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

sample 155 siswa Kelas XI dari jumlah populasi 282 kekuasaan dan kepatuhan, kehadiran senjata,
siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa provokasi, obatobatan dan alkohol, serta suhu udara.
variabel kontrol diri memiliki pengaruh 21,9% untuk
memunculkan perilaku agresif, 78,1% siswa Dukungan OrangTua
dipengaruhi oleh faktor diluar penelitian yang ikut Menurut (Hafid dan Muhid, 2014) dukungan
mempengaruhi perilaku agresif. orangtua merupakan penilaian/persepsi anak
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti– terhadap bantuan yang diberikan oleh orangtua,
peneliti sebelumnya adalah menjadikan perilaku terdiri dari informasi atau nasehat berbentuk verbal
agresif sebagai variabel tergantung, dukungan atau nonverbal, baik secara emosional, penghargaan,
orangtua dan kontrol diri menjadi variabel bebas, dan materi. Dukungan orangtua sangat membantu
perbedaan lainya adalah subyek subyek peneliti individu untuk menggerakan sumber-sumber
menganbil penelitian pada SMA Negeri 9 psikologis, dukungan sosial pada anak-anak sangat
Samarinda. diperlukan apalagi saat anak tumbuh kembang dalam
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan proses pembelajaran (sekolah) karena hanya
dukungan orangtua dan kontrol diri merupakan orangtua yang dapat diandalkan dan dipercaya untuk
faktor yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku memenuhi semua dukungan dan kebutuhan yang
agresif siswa dan siswi, oleh Karena itu peneliti sedang dibutuhkan anak, Weis (dalam zulva, 2016)
tertarik untuk meneliti perilaku agresif siswa dan Berdasarkan uraian tersebut, dapat
siswi SMA Negeri 9 Samarinda ditinjau dari disimpulkan bahwa dukungan orangtua yaitu
dukungan orangtua dan kontrol diri melalui bantuan yang diberikan kepada anaknya berupa
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul informasi, nasehat, perhatian, dan penghargaan
pengaruh dukungan orangtua dan kontrol diri dalam bentuk verbal maupun nonverbal sehingga
terhadap perilaku agresif pada SMA Negeri 9 anak merasa diperhatikan, dipedulikan, dan
Samarinda. dibimbing.
Menurut Weiss (dalam zulva, 2016) membagi
TINJAUAN PUSTAKA Aspek-aspek dukungan Orangtua ke dalam enam
aspek yaitu hubungan yang dapat diandalkan,
Perilaku Agresif
bimbingan, adanya pengakuan, kedekatan emosional,
Perilaku Agresif merupakan setiap tindakan
integrasi sosial, dan kemungkinan untuk dibantu.
yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai
orang lain (Taylor Dkk, 2009). Menurut (Baron dan
Kontrol Diri
Richardson dalam Krahe, 2005) mendefinisikan
Menurut (Ghufron, 2010) mendefinisikan
perilaku agresif sebagai suatu perilaku yang
kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik,
diwujudkan dalam berbagai bentuk yang
psikologi, dan perilaku seseorang dengan kata lain
dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk
serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
hidup lain yang terdorong untuk menghindari
Menurut (Goldfried & Merbaum, 2010) menyatakan
perlakuan tersebut.
bahwa kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
menyusun, membimbing, mengatur dan
bahwa perilaku agresif yang telah dikemukan diatas
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa
oleh beberapa tokoh, terdapat persamaan yang
individu ke arah konsekuensi positif.
mengungkapkan bahwa perilaku agresif merupakan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat simpulkan
perilaku atau tindakan yang menyakiti atau melukai
bahwa kontrol diri adalah bagaimana individu
orang lain dengan niat atau kesengajaan baik secara
mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari
verbal maupun fisik.
dalam dirinya yang melibatkan kemampuannya
Menurut Buss dan Perry (2009), terdapat
untuk memanipulasi diri baik untuk mengurangi
empat aspek perilaku agresif yaitu agresif fisik,
maupun meningkatkan perilakunya.
agresif verbal, kemarahan, dan permusuhan.
Menurut (Ghufron, 2010) menyatakan bahwa
Selanjutnya Perilaku agresif yang muncul pada
kontrol diri atau kontrol personal meliputi tiga aspek,
individu berkaitan erat dengan rasa marah yang
yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan
terjadi dalam diri individu. Menurut Bus dan Pery
mengontrol keputusan.
(2009), beberapa faktor yang ditemukan sebagai
pengarah dan pencetus kemunculan agresif di
antaranya adalah frustasi, stres, deindividuasi,
227
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

METODE PENELITIAN = 1.67 dan p = 0.885 < 0.05 yang berarti


hubungannya dinyatakan linear. Sedangkan perilaku
Jenis penelitian yang digunakan dalam
agresif dengan kontrol diri mempunyai nilai linearity
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif,
F hitung = 1.351 > F tabel = 1.67 dan p = 0.165 <
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono
0.05 yang berarti hubungannya dinyatakan linear.
(2016), dapat diartikan sebagai metode penelitian
Hasil uji multikolinieritas antar variabel bebas
yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
(dukungan orangtua dan kontrol diri) terhadap
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
variabel terikat (perilaku agresif) menghasilkan nilai
tertentu.
yang sama yaitu VIF sebesar 1.009 sesuai dengan
Penelitian ini menggunakan metode uji coba
kaidah VIF < 10 dan memiliki tolerance sebesar
terpakai atau try out terpakai. Menurut Hadi (2016)
0.991 sesuai dengan kaidah tolerance < 1. Hal ini
bahwa uji terpakai dilakukan langsung pada sampel
menunjukkan bahwa dalam regresi antara dukungan
penelitian, ukuran sampel biasanya lebih besar, butir
orangtua dan kontrol diri tidak terjadi
yang gugur dikeluarkan dari analisis, analisis diulang
multikoliniearitas antar variabel bebas.
untuk butir yang sahih, dan hasil analisis terakhir
Hasil uji heterokedastisitas antara variabel
ditransfer untuk dianalisis keandalan dan keshahihan
perilaku agresif dengan dukungan orangtua
faktor. Setelah pengumpulan data selanjutnya
mempunyai nilai P (sig) 0.058 >0.50 dan t hitung = -
dilakukan uji reabilitas dengan menggunakan SPSS
1.211 < t tabel =1.989 yang berarti hubungannya
versi 20 for windows (Rahmanto, 2012). Alat
dinyatakan tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji
pengukuran atau instrument yang digunkan ada tiga
heterokedastisitas pada variabel perilaku agresif
macam, yaitu perilaku agresif, dukungan orang tua
dengan kontrol diri diperoleh nilai P (sig) 0.771 >
dan kontrol diri. Sampel dalam penelitian ini ialah
0.50 dan t hitung = -0.291 < t tabel = 1.989. Hal ini
remaja di Kota Samarinda berjumlah sebanyak 85
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel
siswa sma N 9 Samarinda.
tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.
Teknik analisa data yang digunakan adalah
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui
regresi berganda. Sebelum melakukan uji regresi,
ada tidaknya gejala autokorelasi antara variabel-
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu
variabel independen yang berasal dari data time
normalitas, linieritas, multikolinieritas,
series. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji
homoskedasitas dan autokorelasi.
Durbin-Watson. Nilai yang terdapat tabel Durbin
Watson yaitu  = 5% ; n = 85 ; k-2 adalah dL =
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.458 dan dU = 1.553. Hasil pengolahan data
Hasil pengukuran melalui skala perilaku menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.853 dan
agresif yang telah terisi diperoleh mean empirik nilai tersebut berada di antara dU dan (4-dU), yakni
128.32 lebih tinggi dari mean hipotetik 84.14 dengan dU < d < 4-dU (1.553 < 1.853 < 2.447). Maka dapat
kategori tinggi. Sedangkan skala dukungan orangtua disimpulkan bahwa dalam model regresi linear
yang telah terisi diperoleh mean empirik 98.21 lebih tersebut tidak terdapat autokorelasi atau tidak terjadi
rendah dari dari mean hipotetik 100 dengan kategori korelasi di antara kesalahan penggangu.
rendah. Dan skala kontrol diri yang telah terisi Hasil pengujian regresi model penuh
diperoleh mean empirik 91.55 lebih rendah dari menunjukkan bahwa dukungan orangtua, kontrol diri
mean hipotetik 100 dengan kategori rendah dan perilaku agresif pada siswa SMA N 9 Samarinda
Hasil uji normalitas pada penelitian ini pada menunjukkan adanya pengaruh yang dan signifikan,
variabel perilaku agresif dengan nilai statistic 0.091, dengan hasil uji regresi berganda model penuh yaitu,
nilai p=0.079 artinya perilaku agresif memiliki F hitung > F tabel (5.696 > 3.11), Adjusted R square
sebaran data yang normal sedangkan pada variabel = 0.122, dan p = 0.005. Kemudian pada hasil regresi
dukungan orangtua nilai statistic sebesar 0.90 dan bertahap selanjutnya didapatkan hasil adanya
nilai p sebesar 0.087 artinya dukungan orangtua pengaruh yang signifikan antara perilaku agresif
sebaran data dinayatakan normal. Dan kontrol diri dengan dukungan orangtua dengan nilai beta = -
dengan nilai statistic 0.059 dan nilai p sebesar 0.200 0.351, t hitung = -3.375 > t tabel = 1.989, dan p =
hal ini menunjukkan bahwa variabel kontrol diri 0.001. Kemudian pada perilaku agresif dengan
dinyatakan norma. kontrol diri menunjukkan terdapat pengaruh dengan
Hasil uji hasil uji linearitas antara variabel nilai beta = -0.227, t hitung = -3.118 < t tabel =
perilaku perilaku agresif dengan dukungan orangtua 1.989, dan p = 0.047 < 0.050.
mempunyai nilai linearity F hitung = 0.661 > F tabel
228
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui orangtua akan mengakibatkan semakin naiknya
pengaruh dukungan orangtua dan kontrol diri kecenderungan siswa dalam melakukan perilaku
terhadap perilaku agresif pada siswa SMA Negeri 9 agresif, begitupun sebaliknya semakin baik atau
Samarinda. Demi mengetahui pengaruh tersebut tinggi dukungan orangtua maka siswa melakukan
peneliti menentukan 85 siswa, untuk dijadikan perilaku agresif akan cenderung turun.
sampel dalam penelitian ini yang menggunakan Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian yang
perhitungan statistik dengan hasil penelitian sebagai telah dilakukan, didapatkan hasil kategorisasi
berikut: menunjukan rentang nilai skala dukungan orangtua
Hipotesis dalam penelitian ini H1 berbunyi ada yang berada pada kategori sedang dengan rentang
pengaruh dukungan orangtua dan kontrol diri nilai 90 – 100 dan frekuensi sebanyak 51 siswa atau
terhadap perilaku agresif pada siswa siswi SMA sekitar 60 persen. Hal ini menunjukkan siswa SMA
Negeri Samarinda. Sebaliknya H0 berbunyi tidak ada Negeri 9 Samarinda Jurusan IPS Kelas XII memiliki
pengaruh dukungan orangtua dan kontrol diri dukungan orangtua yang sedang. Individu yang
terhadap perilaku agresif pada siswa SMA Negeri 9 kurang mendapatkan perhatian dari orangtua akan
Samarinda. Berdasarkan hasil uji regresi model cenderung bertindak tanpa mengontrol dirinya, serta
penuh menunjukkan nilai F hitung > F tabel (5.696 > rentang akan mengalami frustasi. Ketika individu
3.11), R2 = 0.122, dan P = 0.005 < 0.05. Hal tersebut mengalami frustasi maka akan dapat memunculkan
bermakna bahwa hipotesis mayor dalam penelitian kemarahan yang dapat membangkitkan perasaan
ini diterima. Artinya bahwa dukungan orangtua dan agresif ada pula ekspektasi pembalasan atau motivasi
kontrol diri terhadap perilaku agresif memiliki untuk balas dendam. Ketika individu yang marah
pengaruh yang signifikan dengan kontribusi variabel mampu untuk melakukan balas dendam, maka rasa
sebesar 12,2 %. marah akan semakin besar dan kemungkinan untuk
Dukungan orangtua yang diberikan oleh melakukan agresif juga bertambah besar (Taylor,
orangtua memainkan peranan penting terhadap Dkk, 2009).
penyesuaian psikologis selama masa transisi yang Hal di atas sesuai dengan pendapat (Myers,
dihadapi anak dalam usia remaja (Mounts, 2005). 2002), faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya
Individu yang memperoleh dukungan sosial secara perilaku agresif yaitu frustasi, pengaruh lingkungan
emosional merasa lega karena diperhatikan, seperti dukungan orangtua, faktor gen, faktor
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada alkohol, dapat dilihat bahwa dukungan orangtua
dirinya, (Weis dalam Zulva , 2016). yang diberikan oleh orangtua memainkan peranan
Gottfredson dan Hirschi mengemukakan penting terhadap penyesuaian psikologis selama
bahwa tingkat dan kualitas pengendalian diri ataupun masa transisi yang dihadapi anak dalam usia remaja
kontrol diri individu sebagian besar ditentukan oleh (Mounts, 2005).
orangtua (Beaver,2008). Orangtua yang terlibat Selanjutnya hasil uji regresi bertahap,
dalam pengasuhan seharusnya memberikan diketahui nilai koefisien beta sebesar -0.227, serta
dukungan baik pada anaknya, dengan dukungan nilai t hitung > t tabel (-3.118 > 1.989) dan nilai P =
tersebut maka dapat menentukan kualitas kontrol diri 0.047 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H1
pada anak. Sebaliknya, orangtua yang tidak diterima dan H0 ditolak yaitu kontrol diri
memberikan dukungan dan tidak mau terlibat dalam berpengaruh terhadap perilaku agresif. Artinya
pengasuhan, maka orangtua cenderung membesarkan Semakin rendah kontrol diri akan mengakibatkan
anak-anaknya dengan tingkat kontrol diri yang semakin naiknya kecenderungan siswa dalam
rendah sehingga akan menimbulkan anaknya akan melakukan perilaku agresif, begitupun sebaliknya
memiliki perilaku agresif (Malatras dan Allen, semakin baik atau tinggi kontrol diri maka siswa
2013). melakukan perilaku agresif akan cenderung turun.
Berdasarkan hasil uji regresi model bertahap, Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian yang
diketahui bahwa dukungan orangtua berpengaruh telah dilakukan, didapatkan hasil kategorisasi
negatif terhadap perilaku agresif dengan koefisien menunjukan rentang nilai skala kontrol diri yang
beta sebesar -0.351, serta nilai t hitung > t tabel (- berada pada kategori rendah dengan rentang nilai 70
3.375 > 1.989) dan nilai P =0.001 < 0.05. Hal ini – 89 dan frekuensi sebanyak 48 siswa atau sekitar
menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak 56.5 persen. Hal ini menunjukkan siswa SMA
yaitu ada pengaruh dukungan orangtua terhadap Negeri 9 Samarinda Jurusan IPS Kelas XII memiliki
perilaku Agresif. Artinya Semakin rendah dukungan kontrol diri yang rendah. Terbentuknya kontrol diri

229
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

(self control) tidak terlepas dari kesadaran diri yang kepada remaja yaitu gampang tersinggung dan cepat
tinggi. Kemampuan tersebut ditentukan oleh berapa marah di sekolah, selain itu faktor yang
besar dan sejauh mana individu tersebut berusaha mempengaruhi seorang menjadi muda marah
mengontrol dirinya. Tingkah laku kontrol diri menurut Weiss (dalam zulva, 2016) yaitu kurangnya
menunjukkan pada kemampuan untuk mengarahkan adanya pengakuan/ pengakuan dari orangtua berupa
tingkah lakunya sendiri yaitu tindakan yang dukungan ini akan membuat seorang remaja merasa
berkenaan dengan kemampuan melakukan suatu tidak dihargai dan tidak diterima oleh orangtuanya
keinginan dengan tujuan terarah. Melalui sehingga anak akan berperilaku agresif, bentuk
kemampuan ini, individu dapat membedakan perilaku agresif yang terlihat seperti muda marah.
perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat Kemudian menunjukan hasil analisis regresi
diterima sebagai perilaku standar untuk membimbing model akhir pada aspek kesempatan untuk membina,
perilakunya sehingga mau menunda pemenuhan dan kontrol perilaku memiliki pengaruh dan
kebutuhannya (Santrock, 2003). Adapun Faktor – signifikan terhadap aspek permusuhan dengan
faktor yang mempengaruhi kontrol diri yaitu adanya menunjukan nilai F hitung sebesar 6.063 lebih besar
faktor internal berpengaruh terhadap kontrol diri dari F tabel sebesar 3.11 dan nilai P sebesar 0.004,
adalah usia , semakin bertambah usia seseorang adapun kontribusi pengaruh (R2) kesempatan untuk
maka semakin baik kemampuan kontrol dirinya dan membina, dan kontrol perilaku terhadap kemarahan
faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan sebesar 0.129, hal ini menunjukan bahwa sebesar
keluarga terutama orangtua yang akan menentukan 12,9 persen dari variasi aspek permusuhan dapat
bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang dijelaskan oleh aspek kesempatan untuk membina,
(Ghufron, 2010). dan kontrol perilaku.
Hal diatas sesuai dengan Penelitian dari Auliya Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan
dan Nurwidawati (2014), hasil penelitian ini oleh Ghufron (2010) seorang remaja membutuhkan
menunjukan bahwa variabel kontrol diri memiliki kehadiran orang tuanya agar mampu mengontrol
pengaruh 21,9% untuk memunculkan prilaku agresif, dirinya sehingga terhindar dari perilaku agresi. Jika
78,1% siswa dipengaruhi oleh faktor diluar seorang remaja sedang mengalami suatu masalah
penelitian yang ikut mempengaruhi perilaku agresif, dan tidak mampu untuk meredam amarahnya,
dalam hal ini Myers (2002) mengatakan bahwa sehingga akan cenderung melakukan balas dendam,
faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu maka rasa marah akan semakin besar dan
frustrasi, serangan dari orang lain, motivasi dan kemungkinan untuk melakukan agresif juga
pembelajaran agresif serta kurangnya kontrol diri bertambah besar. Kompetisi agresif yang tidak
yang dilakukan oleh remaja. Dalam hal ini dapat berkaitan dengan keadaan emosional, tetapi mungkin
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kontrol diri muncul secara tidak sengaja dari situasi yang
terhadap perilaku agresif. melahirkan suatu kompetisi. Secara khusus merujuk
Menunjukan hasil analisis regresi model akhir pada situasi kompetitif yang sering memicu pola
pada aspek adanya pengakuan dan integrasi sosial kemarahan, pembantahan dan agresif yang tidak
memiliki pengaruh dan signifikan terhadap aspek jarang bersifat destruktif. Sehingga dibutuhkan orang
kemarahan dengan menunjukan nilai F hitung tua lebih memperhatiakan kesejahtraan anak dalam
sebesar 6.347 lebih besar dari F tabel sebesar 3.11 hal seperti kesempatan untuk membina dengan
dan nilai P sebesar 0.003, adapun kontribusi tujuan meningkatkan kontrol diri dan meredam
pengaruh (R2) adanya pengakuan dan integrasi munculnya perilaku kemarahan pada remaja.
sosial terhadap kemarahan sebesar 0.134, hal ini Kelemahan dalam penelitian ini terletak pada
menunjukan bahwa sebesar 13,4 persen dari variasi skala yang digunakan yaitu skala dukungan orangtua
aspek kemarahan dapat dijelaskan oleh aspek adanya dan skala kontrol diri adalah skala adaptasi dengan
pengakuan dan integrasi sosial. realibilitas yang baik, namun tidak terkait dengan
Menurut Noor dan Idris (2008) tidak variabel perilaku agresif yang dimiliki oleh peneliti.
tersedianya integrasi sosial, dikarenakan faktor Berdasarkan uraian di atas dapat disumpulkan
kurangnya kepedulian, bimbingan, pengawasan, dan bahwa ada pengaruh dukungan orangtua dan kontrol
motivasi dari orangtua dan lingkungan terhadap diri, integrasi sosial dan kesempatan untuk dibina
anaknya akan menyebabkan seorang anak akan adalah perilaku yang dominan yang dilakukan oleh
sedikit banyak berpengaruh terhadap kemampuan siswa siswi SMA Negeri 9 Samarinda, maka
kognitif, afektifnya akan akan memberikan dampak semakin rendah integrasi sosial maka semakin tinggi

230
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

perilaku agresif, dan semakin rendah kesempatan rutin yang mereka lakukan. Serta pemeriksaan
anak mendapatkan pembinaan dari orangtua maka laporan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
semakin tinggi perilaku agresif.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Anderson, C. A., & Bushman, B. J. (2002). Effects
Kesimpulan of Violent Video Games Aggressive Behavior,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Aggressive Cognition, Aggesive Affect,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Physiolohgical Arousal, and Prosocial
1. Terdapat pengaruh dukungan orangtua terhadap Behavior. American Psychological Society.
perilaku agresif pada siswa SMA Negeri 9 12(4), 353- 359.
Samarinda. Afiatin, T dan Andayani, B. (1998). Peningkatan
2. Terdapat pengaruh kontrol diri terhadap perilaku Kepercayaan Diri Remaja Penganggur melalui
agresif pada siswa SMA Negeri 9 Samarinda. Kelompok Dukungan Sosial. Jurnal Psikologi
3. Terdapat pengaruh dukungan orangtua dan UGM. 2(2), 35-46
kontrol diri terhadap perilaku agresif pada siswa Auliya, M. & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan
SMA Negeri 9 Samarinda. Kontrol Diri Dengan Perilaku Agresi Pada
Siswa Sma Negeri 1 Padangan Bojonegoro.
Saran Journal Character. 2(3), 1-6
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta:
dikemukakan di atas, maka saran yang dapat peneliti Pustaka Pelajar Offset.
berikan adalah sebagai berikut: Ballard, K. A .,O'Brien, P. G., & Kennedy, W. Z.
1. Bagi siswa (2014). Keperawatan Kesehatan. Jiwa
Bagi siswa SMA Negeri 9 Samarinda disarankan Pskiatrik Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
untuk mengikuti pembinaan misalnya pelatihan Baron, R. A., & Byrne, D. (2012). Psikologi Sosial.
kecerdasan emosi, agar dapat mengontrol Jakarta: Erlangga.
prilakunya sehingga tidak terjadinya permusuhan Baron, R.A., Richardoson., & Krahe, B. (2005).
Mengikuti extrakulikuler yang memberikan nilai- Perilaku Agresif Remaja. Yogyakarta: Pustaka
nilai positif, agar dapat meliputi kegiatan positif Pelajar.
yang bisa dikontrol oleh guru dan orang tua agar Baumeister, R. F., Kathleen D. V., & Dianne M. T.
tidak terjadinya permusuhan (2007). The strength model of self-control.
2. Bagi Orangtua Association for Psychological Science. 16(6),
Orangtua meluangkan waktu untuk melakukan 351-365.
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan Beaver, K. M., John, P. W., Matt, D., & Michael, G.
pendekatan antara orangtua dan anak misalnya, V. (2008). Genetic influences on the stability
makan bersama dan sering berkumpul bersama of low self-control: Results from a longitudinal
keluarga. Sehingga terjadinya integrasi sosial. sample of twins. Journal of Criminal Justice.
Orangtua memberikan nasehat atau pemberian 36(1), 478-485.
informasi oleh anak mereka agar tidak terjadinya Berk, L. E. (2003). Child Development. Boston:
permusuhan. Orangtua memberikan bentuk Allyn and Bacon.
pengakuan atau penghargaan terhadap Brown, B. (2009). Perceptions of student
kemampuan dan kualitas anak, dukungan ini akan misconduct, perceived respect for teachers, and
membuat anak merasa dihargai dan ditrima oleh support for corporal punishment among school
orangtuanya agar tidak terjadinya kemarahan teachers in South Korea: An exploratory case
3. Bagi guru study. Journal Educational Research for
Membuat program kerja yang bertujuan untuk Policy and Practice. 8(1), 3-22.
menurunkan perilaku agresif agar siswa dapat Buss, A. H., & Perry, M. (1992). Personality Process
mengontrol prilakunya sehingga tidak terjadinya and Individual Differences;The Aggression
permusuhan. Mengawasi atau membina Questionnaire. Journal of Personality and
komunitas dan extrakurikuler yang diikuti oleh Social Psychology. The American
siswa siswi SMA Negeri 9 Samarinda dengan Psychological Association Inc. 3(3), 452459.
cara melakukan pertemuan setiap perwakilan Caicedo, Beatriz, & Jones, Kelvin. (2014). The Role
komunitas atau extrakurikuler tentang kegiatan Of Neighborhood, Family And Peer Regarding
231
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Colombian Adolescents Social Context And (2000). Azas-azas Penelitian Behavioral.


Aggresive Behaviour. Revista de salud Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
publica, 16(2), 208-220. Kim, E. J. (2008). Aggressive in Children Eoropean
Dayakisni, T., & Hu&iah. (2006). Psikologi Sosial. Psychiantry. London: SAGE Publication.
Yogyakarta: UMM Press. Kriwmawati, Y. (2014). Teori Psikologi
Dewi, N.P.A.R., & Sulistiawati, L.K.P.A. (2016). Perkembangan Erik H. Erikson & Manfaatnya
Hubungan Antara Kecenderungan Pola Asuh bagi Tugas Penididikan Kristen Dewasa Ini.
Otoriter (Authoriatarian Parenting) Dengan Jurnal Teologi & & Pendidikan Agama
Gejala Periaku Agresif Pada Remaja. Jurnal Kristen. 2(1), 46-56.
Psikologi Udayana. 3(1), 08116. Kurniadami, E. (2010). Perilaku Agresif pada Anak
Diponegoro, A. M., & Malik, M. A. (2013). Usia Sekolah & Remaja Awal. Tesis. Depok:
Hubungan Pola Asuh Otoritatif, Kontrol Diri, Perpustakaan UI.
Keterampilan Komunikasi dengan Agresifitas Malatras, J. W. & Allen C. I. (2013). The Influence
Siswa Kelas X SMAN 4 Yogyakarta. Jurnal of Family Stability on SelfControl and
Bimbingan & Konseling “Psikopedagogia”. Adjustment. Journal of Clinical Psychology.
2(2), 101-115. 9(7), 661-670.
Dyastuti, Susanti. (2012). Mengatasi Perilaku Mappiare. A. (2002). Psikologi Remaja Edisi II.
Agresif Pelaku Bullying Melalui Pendekatan Surabaya: Usaha Nasional
Konseling Gestalt Teknik Kursi Kosong. Mount, G. J., & Hume, W. R. (2005). Preservation
Jurnal Bimbingan dan Konseling. 1(1), 31-36 and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed.
Goldfried, M. R., & Merbaum, M. (2010). Behavior Australia : Knowledge Books and Sofware.
change through self-control. Oxford: Journal Myers, D. G. (2002). Social Psychology. 11 Edition.
America Psychologi Asosiation. 2(9), 452- North America: Mc Graw Hill inc.
460. Ronald. (2006). Seri Psikologi Anak: Peran Orang
Gunarsa, D. S. (2006). Psikologi Praktis: Dari Anak Tua Dalama Meningkatkan Kualitas Hidup,
Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. BPK Gunung Mendidik & Mengembangkan Moral Anak.
Mulia. Bandung: CV Yrama Widya.
Ghufron, M. N., & Rini, R. S. (2010). Teori-teori Rumini, S., & Sundari. S. (2004). Perkembangan
Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Anak & Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Grace, A. M., Olojo O. J., & Falemu, F. A. (2012). Siagian, D., & Sugiarto (2006). Metode Statistika.
Peran Orang Tua Terhadap Akademik Siswa Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Di Sekolah Dasar. Jurnal Internasional Santrock, J. W. (2003). Adolescence (7th edition).
Penelitian Akademik & Ilmu Sosial. 2(4), 196- New York : Mc Graw Hill.
201. Santoso, S. 2012. Statistik Parametik. Jakarta: PT
Hadi, S. (2004). Metodologi Research II. Jakarta: Gramedia Pustaka
Andi Offset. Sarwono. S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta:
Haditono. (2002). Psikologi Perkembamgan PT Raja Grafindo Persada.
.Yogyakarta :Gadjah Mada University Press Sanderson. (2004). Advanced Educational
Hafid, A & Muhid, A. (2014). Hubungan antara Pshychology. New Delhi: Publishing.
Dukungan Sosial Orang Tua & Religiusutas Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A.
Dengan Agresivitas Remaja Anggota (2000). Psikologi Sosial jilid 2. Alih Bahasa:
Perguruan Pencak Silat Di Bojonegoro. Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.
Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. 3(3), 205- Supangat, A. (2007). Statistika dalam Kajian
212. Deskriftif, Inferensi & Nonparametrik Edisi
Innovani. (2002). Hubungan Antara Penerimaan Diri Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media
& Dukungan Sosial Dengan Aspirasi Masa Group.
Depan Narapi&a. Skripsi (tidak diterbitkan). Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif,
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Kualitatif & R&D. Bandung Alfabeta.
Wangsa Manggala. Surbakti. (2008). Awas Tayangan Televisi Misteri &
Kartono, K. (2002). Patologi sosial gangguan jiwa. Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta:
Jakarta : Raj Grafindo Persada Kerlinger, F. N. PT.Gramedia Pustaka Utama.

232
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 225-233 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Suryabrata, S. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta Widodo, B. (2013). Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau
: PT. Raja Grafindo Persada. Dari Aspek Pengendalian Diri (Self Control) &
Taylor, S. E., Peplau, L.A., & Sears, D. O. (2009) . Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa
Psikologi Sosial (Edisi Ke Dua Belas). Jakarta SMK Wonosari Caruban Kabupaten Madiun.
: Kencana Prenada Media Group. Jurnal Widya Warta. 2(1),140-151.
Yau, Natasha, & Viner,. (2014). A systematic Williford, A (2011). Patterns of aggressive behavior
review of effective interventions for r educing to early and peer victimization from childhood
multiple health risk behaviors in adolescence. to early adolescence:A latent class analysis.
American journal of public helath, 105(5), 19- Journl youth adolescence. 11 (4), 644-655.
31. Wikstrom, P. O. H., & Kyle, T. (2007). The Role of
Wahdan., Khainah, A.N., & Widjanarko, M. (2016). Self-Control in Crime Causation. European
Perilaku Agresif yang dialami korban Journal of Criminology. 4(2), 237-264.
kekerasan dalam pacarana. Jurnal Psikologi Zulva, P. (2016). Hubungan Kontrol Diri &
Undip. 3(2), 151-160 Dukungan Orang Tua & Prilaku Disiplin.
eJournal Psikologi. 4(2), 227-236.

233

Anda mungkin juga menyukai